NovelToon NovelToon

The Little Mafia

TLM BAB 1 - Ayang Raphael

Lucy membawa kotak makan di tangannya dan mengintip seseorang sedari tadi. Dia ingin memberikan kotak makan pada orang itu tapi tidak berani.

"Bagaimana ini?" gumam Lucy bingung sendiri.

Gadis kecil itu akhirnya menyerah seperti yang sudah-sudah, dia memakan sendiri makanan yang ada di kotak bekal itu.

"Raphael..." Lucy memanggil anak laki-laki yang ingin dia beri kotak makan itu. Baru membayangkan wajah Raphael saja, wajah Lucy langsung memerah.

"Aku ingin kita lebih dekat," ungkap Lucy lirih. Dia ingin bisa berteman dengan Raphael yang cuek tapi dia selalu gugup untuk mendekati anak itu.

Sekarang usia mereka adalah sepuluh tahun dan duduk di bangku kelas 5 sekolah dasar. Mereka sudah satu kelas sejak kelas 1 tapi mereka belum terlibat obrolan sama sekali.

Mungkin karena penampilan Lucy yang culun, gadis kecil itu dianggap cupu dan dijauhi semua orang. Padahal dibalik penampilan culunnya, Lucy adalah anak konglomerat.

Orang tua Lucy memang sengaja mengubah penampilan putrinya dan menyembunyikan identitas asli Lucy supaya anak perempuan itu aman. Sebagai seorang anak konglomerat, Lucy menjadi incaran para penjahat yang ingin menculiknya.

Di sekitar Lucy ada beberapa bodyguard yang bersembunyi untuk melindungi gadis cilik itu.

Tapi, dibalik itu semua Lucy merasa kesepian karena tidak mempunyai teman.

Jam istirahat selesai, Lucy bergegas kembali ke kelasnya. Lucy duduk di bangku belakang paling pojok. Tidak masalah bagi Lucy karena dari situ dia bisa melihat Raphael yang duduknya berseberangan dengan bangku Lucy.

"Raphael..." panggil Lucy saat melihat anak laki-laki itu masuk ke kelas dan duduk di bangkunya.

Raphael sendiri sosok anak yang cuek dan tidak menyukai sekolah, dia sekolah hanya untuk formalitas saja, Raphael duduk paling belakang supaya bisa leluasa mendengarkan musik.

Saat pelajaran berlangsung, Raphael memasang headset di telinganya seraya mendengarkan musik rock n roll sampai tanpa sadar tangannya mengetuk-ngetuk meja ketika guru menjelaskan materi.

"Raphael..."

"Raphael..."

"Raphaelo Blancet!"

Guru pengajar terus memanggil nama Raphael tapi anak laki-laki itu justru memejamkan mata dan semakin asyik membuat keributan.

Akhirnya guru pengajar mendekat di bangku Raphael dan melepas headset di telinga anak itu.

"Apa kau tidak bosan dihukum Raphael?" tanya guru pengajar itu.

Raphael tampaknya sudah terbiasa jadi dia menjawab dengan santai. "Orang tua saya sibuk jadi beri hukuman selain memanggil mereka, Miss!"

Dan seperti biasa, Raphael dihukum ke luar kelas, dia harus memunguti sampah sebagai ganti supaya tidak ada panggilan orang tua.

Mungkin kepala sekolah juga sudah bosan memanggil orang tua anak itu. Raphael terus mengulang kesalahan yang sama.

"Seharusnya, aku bolos sekolah saja," gumam Raphael.

Lucy yang melihat Raphael dihukum berinisiatif untuk melakukan kesalahan supaya dia juga dihukum seperti Raphael, dengan begitu mereka bisa berduaan.

"Kenapa aku tidak memikirkan hal ini dari kemarin-kemarin," gumam Lucy dengan memukul kepalanya sendiri.

Lucy kemudian berusaha membuat kegaduhan di kelas seperti yang Raphael lakukan. Tangan mungilnya memukul-mukul meja memakai pensilnya.

"Lucy..." panggil guru pengajar. "Kau kenapa?"

Karena tidak pernah membuat masalah, guru pengajar justru merasa khawatir pada anak perempuan itu.

"Kau sakit?" tanya guru pengajar lagi.

"I--iya, Miss. Boleh saya ke UKS?" tanya Lucy balik. Hanya itu alasan yang ada di kepalanya saat ini.

"Baiklah, Miss akan mengantarmu,"

"Tidak perlu, Miss,"

Lucy berdiri dan berjalan ke depan. "Saya bisa sendiri, saya permisi!"

Bukannya ke UKS justru Lucy mencari keberadaan Raphael, dia ingin membantu Raphael memungut sampah.

"Di mana Raphael?" Lucy mencari keberadaan anak laki-laki itu sampai dia menemukan Raphael yang membuang sampah di bak sampah sekolah.

Pada saat itu Raphael berjalan dengan sesekali menggaruk bokongnya yang gatal.

"Wah, apapun yang dilakukan anak tampan terlihat cool," komentar Lucy.

Lucy semakin menyukai Raphael.

...***...

TLM BAB 2 - Kelas Musik

Lucy mengambil beberapa sampah kemudian dia memasukkan pada bak sampah sekolah.

"Kenapa kau ada di sini?" tegur Raphael yang melihat Lucy tiba-tiba ada di dekatnya.

Tubuh Lucy sampai berjingkat karena kaget, ini kali pertama Raphael berbicara padanya.

"Um, um...." Lucy mencoba mengontrol kegugupannya. "Aku juga dihukum!"

"Dihukum?" Raphael jadi berseringai. "Kalau begitu, kau yang mengurus sisanya!"

"Baik," jawab Lucy cepat.

Lucy segera mengumpulkan semua sampah dengan begitu bersemangat sementara Raphael tertawa melihat tubuh kecil Lucy yang ke sana kemari memungut sampah.

"Akhirnya..." Lucy mengusap peluhnya saat semua tempat sudah bersih. Dia menoleh ke arah Raphael duduk sebelumnya tapi anak itu sudah tidak ada. "Di mana Raphael?"

Raphael sudah hilang entah kemana, ada sedikit rasa kecewa tapi Lucy senang karena sedikit lebih dekat dengan Raphael.

Sepulang sekolah, Lucy dijemput oleh para bodyguardnya yang bersembunyi. Di dalam mobil, Lucy tampak kelelahan, gadis kecil itu tidak biasa melakukan pekerjaan berat.

"Nona kecil, apa anda baik-baik saja?" tanya salah satu bodyguard wanita, Samantha namanya.

"Aku tidak apa-apa," jawab Lucy dengan mata terpejam.

Di sisi lain, Raphael menunggu mobil jemputannya dan seperti biasa sang mommy -- Flo, telat menjemput.

"Raphaelo..." panggil Flo dari dalam mobil saat sampai. Perempuan itu menurunkan kaca mobilnya dan bisa melihat putranya yang wajahnya masam.

"Maafkan mommy, pekerjaan di kantor sangat banyak," sambung Flo.

Raphael berdecak, kedua orang tuanya sama-sama pengusaha dan selalu sibuk sepanjang hari.

Sebenarnya bisa saja Flo membayar seorang supir tapi Raphael selalu tidak mau dijemput oleh orang lain.

"Apa kau membuat masalah lagi hari ini?" tanya Flo ketika mereka sudah di jalanan.

"Biasa saja," jawab Raphael singkat.

Flo tahu jika anak semata wayangnya itu tengah marah jadi dia membawa Raphael ke perusahaan suaminya.

"Ayo kita makan bersama dengan daddy," ajak Flo.

Ketika sampai mereka disambut oleh asisten Robin di lobby.

"Tuan Axe sudah menunggu," ucapnya.

Flo dan Raphael naik ke ruangan direktur perusahaan ayam itu. Walaupun usaha ayam tapi Axe memiliki franchise yang tersebar di mana-mana.

"Darling..." Axe menyambut istrinya yang datang. Dia langsung mencium Flo dengan menggebu-gebu.

"Axe..." Flo bergegas melepas ciuman suaminya. "Ada Raphael yang melihat!"

Axe mengalihkan perhatiannya pada Raphael di sana. "Hei, jagoan! Apa kau dihukum lagi hari ini?"

"Kalau daddy bukan penyumbang dana di sekolahmu pasti kau sudah dikeluarkan!"

Raphael menaikkan kedua bahunya. "Tidak masalah, aku memang tidak suka sekolah!"

"Huh, itu pasti menurun genmu!" Flo jadi kesal pada suaminya yang seorang mantan mafia itu.

"Mau bagaimana lagi, kau menikah denganku pasti anak kita akan dominan menuruni gen dariku, ditambah Raphael laki-laki," ucap Axe membela diri.

Tidak mau berdebat, Flo mengajak suami dan anaknya untuk makan bersama saja, sebelum sampai ke kantor Axe, Flo menyempatkan membeli beberapa makanan.

"Aku harus kembali ke kantor biar Raphael di sini, okay," ucap Flo yang ingin kembali ke perusahaan parfumnya.

Axe hanya bisa mengangguk pasrah, dia tidak bisa melarang istrinya berhenti bekerja karena Flo menyukai pekerjaannya menjadi parfumer.

"Dad, aku tidak mau terus begini," ucap Raphael tiba-tiba.

Axe mengerutkan keningnya tidak mengerti sampai Raphael berbicara lagi.

"Aku ingin mengikuti kelas musik sepulang sekolah jadi aku tidak akan terlantar seperti ini," sambung Raphael.

TLM BAB 3 - Teman Pertama

Malam harinya, Axe membicarakan masalah Raphael bersama istrinya. Sebenarnya ini bukan pertama kali mereka membicarakan Raphael yang nakal tapi mereka juga tidak bisa meninggalkan perusahaan masing-masing.

"Kita harus lebih memberi pengertian lagi," ucap Flo seraya keluar dari kamarnya untuk melihat Raphael.

Pada saat itu, Raphael berada di studio musiknya. Anak itu menabuh drum dengan lincah. Raphael memang berbakat di bidang musik.

"Anak mommy semakin pandai bermain drum," komentar Flo.

Raphael menghentikan aksinya, dia menatap Flo yang semakin mendekatinya.

"Marah pada mommy?" tanya Flo.

Raphael menggeleng. "Maafkan aku, Mom. Aku pasti akan naik kelas tahun ini!"

"Kita tidak sedang membicarakan hal itu," ucap Flo sambil memeluk Raphael. "Apa yang kau inginkan, hem?"

Bukannya Axe dan Flo melarang Raphael untuk bermain musik tapi mereka ingin Raphael mewarisi perusahaan nantinya. Tapi, Raphael justru lebih suka bermusik dari pada berbisnis.

"Mommy pasti tidak akan mengijinkan," balas Raphael.

Sebenarnya kenakalan Raphael bukan dilandasi oleh kurang kasih sayang karena nyatanya Axe dan Flo selalu memberi perhatian apalagi saat weekend mereka sering berlibur bersama.

Hanya saja, orang tuanya tidak mengijinkan Raphael untuk bermain musik.

"Kalau mommy ijinkan, apa kau juga akan berjanji tidak membuat masalah dan nilai sekolahmu meningkat?" Flo memberi penawaran.

Raphael langsung mengangguk. "Tentu saja, nilaiku pasti naik semester ini!"

"Baiklah, mommy ijinkan tapi mommy tidak tahu kelas musik yang bagus yang seperti apa," ungkap Flo.

"Aku sebenarnya sudah mengincar salah satu kelas musik, kita melewatinya setiap hari saat berangkat sekolah," sahut Raphael bersemangat.

"Oh iya? Kalau begitu Robin yang akan membantumu daftar besok," ucap Flo.

Raphael sudah tidak sabar, dia hanya perlu memikirkan nilai sekolahnya saja.

Setelah Flo pergi, Raphael masuk ke kamarnya dan mencari tabungannya, dia berencana akan membayar temannya yang pintar untuk mengerjakan tugasnya dan juga memberi contekan saat ulangan.

"Eh, tunggu!" Raphael jadi mengingat Lucy. "Bukankah si cupu itu pintar? Dia juga penurut, dia sepertinya juga menyukaiku!"

Raphael mengingat wajah Lucy selalu merona hanya dengan melihat wajahnya saja.

"Aku minta saja pada si cupu itu, lumayan dapat gratisan," ucap Raphael licik. Otak mafia Axe memang lebih mendominasi.

Keesokan harinya, Raphael datang pagi-pagi ke sekolah untuk mencari Lucy.

Beruntung Lucy sudah duduk di bangkunya, Raphael berdiri di samping bangku Lucy yang membuat anak perempuan itu gugup.

"Kau bisa kerjakan PR-ku hari ini?" tanya Raphael kemudian.

Lucy langsung mengangguk cepat. "Bi--bisa Raphael!"

Buku PR Raphael keluarkan kemudian dia meminta Lucy mengerjakannya.

Hanya butuh beberapa menit, Lucy selesai mengerjakan.

"Ini bukunya," ucap Lucy seraya memberikan buku PR Raphaelo.

Bukannya berterima kasih, Raphael justru berkata. "Besok lagi, ya!"

"Itu..." Lucy kembali ke mejanya dan mengambil kotak makan yang dia bawa. Akhirnya dia mempunyai kesempatan untuk memberikan bekal makanannya pada Raphael.

"Ini sebagai ucap terima kasih karena kau telah memintaku mengerjakan PR!"

Raphael mengerutkan keningnya, kenapa justru Lucy yang berterima kasih padanya?

"Ternyata dia tidak sepintar itu," batin Raphael.

Raphael menerima kotak makan pemberian Lucy kemudian dia memasukkan dalam tasnya.

"Kalau kau suka, besok aku akan membawa makanan yang jauh lebih enak," ucap Lucy lagi.

"Terserahmu saja," balas Raphael cuek.

Mata Lucy berkaca-kaca karena terharu. "Teman pertamaku adalah anak paling tampan di kelas!"

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!