Selamat datang readers tercinta di karya terbaru othor ramah. Semoga suka, jangan lupa tinggalkan jejaknya. Tekan favorit, like, dan komen agar othor semangat selalu. Jejak kalian penyemangat othor.
...****************...
Milantama Grup, sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang produksi bahan pangan dan properti. Perusahaan yang merajai beberapa negara itu dipimpin oleh seorang CEO muda yang berusia 29 tahun. Arzenio Delon Wilantama, selain tampan dia juga terkenal ketus, akan tetapi sangat mempesona.
Meeting dengan beberapa klien penting membuatnya mengabaikan beberapa panggilan telpon dari sekolah dan juga dari mamanya.
"Mama? Sekolah Elia? Ada apa mereka menghubungi?" otak Delon bertanya tanya saat netranya menatap ke arah ponselnya.
Delon melirik ke arah pintu, tampak kolega bisnis dan juga klien yang baru saja menyelesaikan meeting sudah keluar dari ruangannya, segera pria tampan itu meraih ponselnya dan menghubungi nomer ponsel mamanya.
"Halo Ma, ada apa? Kenapa mama membuat panggilan beberapa kali pada Delon?" tanya Delon dengan tenang saat orang di sebrang telah menyambut panggilan darinya.
"Delon, mama mendapat kabar dari sekolah bahwa Elia menangis. Baby siter dan juga guru kelas tidak bisa menghentikan tangisnya, segera datang ke sekolah. Mama belum bisa ke sekolah untuk membujuk putrimu yang rewel," ucap mamanya dengan panik.
Delon menghela napas panjang, Elia rewel lagi? Ada apa lagi dengan putri kecilnya? Memang, Elia sangat susah dibujuk kecuali dengan dirinya.
Delon melirik ke arah foto pernikahan yang berada di atas meja. Pernikahan yang terjadi lima tahun yang lalu saat dirinya masih berumur 24 tahun dan istrinya Vely hanya berjarak satu tahun darinya. Benar benar usia yang terbilang sangat muda.
Pernikahan itu adalah pernikahan yang megah dan sangat membahagiakan untuk dirinya, karna dia dan istrinya adalah pasangan yang saling mencintai sejak SMA. Dan saat ini, mereka telah dikaruniai putri cantik yang kini telah menginjak PAUD.
Delon memejamkan matanya saat mengingat momen istimewa itu. Diambilnya foto pernikahan itu, diusapnya beberapa kali wajah wanita yang sangat dia cintai. Wanita yang selama dua tahun ini sengaja memisah dari rumah dan hidup di luar negri untuk sebuah pengobatan. Sebulan sekali Delon membesuknya, akan tetapi setiap harinya dia akan melakukan VC pada istri tercintanya.
"Vely, cepatlah sembuh. Empat tahun sudah usia putri kecil kita, Empat tahun juga dia tak mengenalmu sama sekali karna hanya baby siter yang merawatnya. Tolong segeralah sembuh, agar kita bisa hidup seperti pasangan lainya, bahagia dan hidup bersama," lirihnya sambil mengusap pelan dadanya yang terasa amat sangat sesak.
"Delon, apa kamu mendengar mama?" tanya suara di sebrang.
"Iya, Delon mendengar Ma. Delon akan segera ke sana, Mama jangan hawatir. Selesaikan urusan Mama," ucapnya kemudian meraih jasnya dan menggunakan jas itu dengan asal.
"Oke, maafkan mama Nak. Sampai ketemu di rumah, mama akan segera pulang agar kamu bisa cepat kembali ke kantor nanti," ucap Mama Amel di sebrang sana sambil menutup ponselnya.
Delon segera beekemas, dia meraih ponselnya
dan berjalan ke arah pintu, saat membuka pintu Delon berpapasan dengan Marvel Raditia Dika sahabatnya. Mereka berpandangan, Radit yang menyadari Delon tengah rapi tampak menatap ke arahnya.
"Kau mau kemana? Apa kau akan pergi saat aku datang ke kantormu?" tanya Radit dengan sedikit ketus pada sahabatnya itu.
"Maaf Marvel, putriku rewel. Aku harus segera menjemputnya, salahmu kau datang tak mengabari dulu," ucapnya tampak sedikit gelisah.
Radit menghela napas panjang, menatap ke arah Delon dengan prihatin. Keadaan Vely yang katanya sakit sakitan selama tiga tahun ini membuat Delon menujukan kesetiaanya. Bagi Radit, Cinta Delon pada Vely membutakan Delon. Delon yang cerdas, pandai, cekatan dan tampan nyatanya terlalu baik bagi Radit.
Bahkan, Radit saja tak terkadang memikirkan hal buruk tentang Vely. Wanita karir, bebas, berduit. Wanita seperti Vely, apa dia benar benar sakit? Bagaimana bisa dia meminta hidup di luar dengan dalih pengobatan? Enggan bertemu dengan putrinya yang masih kecil dengan dalih takut putrinya bersedih jika memang dia tak bisa diselamatkan. Bukankah seharusnya ini adalah kesempatan terbaik untuk dekat dan memberi kasih sayang? Entahlah. Radit tampak bingung.
Nyatanya apapun yang dipikirkan Radit tak pernah didengar Delon. Delon terlalu percaya dengan semua ucapan istrinya itu, tanpa menyelidiki sendiri. Delon yang banyak teman wanita itu tak pernah mencoba untuk melabuhkan hatinya pada wanita lain, meskipun mama Amel berkali kali memintanya. Bahkan, Vely sendiri terkadang juga meminta Delon menikah lagi, dengan wanita dengan kriteria dibawahnya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Seorang anak menangis histeris. Baby siter yang mengasuhnya kuwalahan karna anak perempuan itu meronta mencakar pengasuhnya.
"Kenapa dia?" tanya seorang wanita cantik pada seorang kepala sekolah yang memesan baju seragam di butiknya.
Kepala sekolah itu tampak menghela napas panjang dan menatap seorang wanita cantik bernama Zifana Manda di depannya dengan senyuman indahnya.
"Dia memang sering menangis tiada henti Nona, mungkin dia merindukan seorang ibu. Informasi yang kami dapat, ibunya ada diluar negri karna sakit. Bahkan, gadis kecil itu belum pernah bertemu dengan ibunya, dia hanya dekat dengan ayahnya," sahut ibu guru.
Zifana mengernyitkan dahinya dan memandang ke arah gadis kecil itu. Perasaan kasihan muncul dalam benaknya. Zifana manda, wanita yang berusia 23 tahun terkenal sombong, angkuh dan tidak punya hati nyatanya punya simpati yang besar terhadap seorang gadis kecil.
"Apa boleh saya mencoba menenangkannya?" tanya Zifana pada bu guru kepala sekolah itu. Netranya masih terus menatap ke arah gadis kecil yang menangis dalam gendongan baby siternya. Gadis kecil yang menarik perhatiannya.
Bu Anis menganggukan kepalanya, walau sempat ada tanda tanya dibenaknya. Bagaimana bisa pemilik Zif bontique yang terkenal angkuh itu menenangkan gadis kecil? Entahlah, siapa tau saja gadis kecil itu bisa tenang dengan bujukan wanita cantik di depannya ini.
Zifana tersenyum, dia mengambil sebuah boneka yang baru saja dia beli dari mol. Ya, sehabis meeting dengan Ouner Sheyna bontique dan menjalin kerjasama, Zifana memutuskan membeli bonekah.
Banyak hal yang dia pikirkan saat ini. Bagaimana tidak, perusahaan ayahnya di ambang kehancuran karna kesalahan ayah, dirinya dan kakaknya yang serakah.
Zifana mencoba mencari bantuan dan mendapatkan dari ouner Sheyna bontique. Orang yang selama ini dia jahati bersama ayah dan kakaknya. Beruntung sekali Nada selaku ouner Sheyna bontique mau menjalin kerjasama dengannya. Zifana merasa dirinya begitu kotor, dia ingin menjadi orang yang lebih baik. Ya, nanti dia juga akan meminta ayah dan kakaknya untuk bertobat dan berhenti berbuat jahat.
Zifana menghela napas panjang, Netranya melirik ke arah bonekah doraemon itu. Bonekah yang ceritanya mempunyai banyak keajaiban di kantongnya. Hanya dengan bonekah dia bisa bercerita. Hanya dengan bonekah dia bebas mengatakan keluh kesahnya sejak kecil.
Dari kecil juga dia kehilangan ibu, dari kecil hanya hidup dengan ayah dan kakak yang mendidiknya dengan keras, sehingga membuat dirinya tumbuh dengan pribadi yang angkuh dan sombong. Karna cerita bu guru tadi juga wanita itu simpati pada gadis kecil yang mempunyai nasip sepertinya.
Zifana berjalan pelan dan kini menghampiri gadis kecil yang menangis bersama baby siternya.
"Hai, Sayang. Selamat siang," Zifana menyapa gadis kecil itu.
Seketika gadis itu menoleh dan melirik wanita cantik yang tersenyum ke arahnya. Gadis kecil itu masih tampak sesenggukan tetapi tangan yang tadinya mencakar itu telah berhenti. Baby siter yang mengasuhnya tampak menghela napas lega dan tersenyum kearah Zifana yang berjongkok di samping Elia.
"Hai cantik, siapa namamu?" tanya Zifana.
Gadis kecil itu tampak diam, menatap ke arah Zifana. Mata teduhnya seakan terpesona dengan wanita cantik yang kini beejongkok di hadapannya.
Zifana tersenyum, cantik? Sangat cantik. Wanita yang dulunya sering tersenyum sinis itu kini tampak tersenyum dengan senyuman yang indah.
"Diamlah, jangan menangis lagi. Kau tau, wajah cantikmu akan hilang jika kamu menagis," ucap Zifana lagi sambil mengusap air mata gadis kecil itu.
Gadis kecil itu tampak tenang, dua bola mata beningnya menatap ke arah Zifana. Masih terdengar sesenggukan, tetapi saat ini gadis kecil itu tampak menatap Zifana dengan penuh cinta.
"Mama," lirihnya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Halo halo... Ayo jangan lupa dukungannya ya... Like, komen dan hadiah jangan lupa 😘😘😘😘
"Mama," lirihnya.
"Mama cantik akan memberimu hadiah jika kamu mau diam dan tersenyum, ucapkan siapa namanu biar mama cantik mengenalmu," ucap Bu guru yang memang biasa memanggilkan seorang wanita Mama pada putra didiknya.
Elia tampak memandang Bu Anis, kepala sekolah, kemudian menatap Zifana.
"Namaku Elia Ma," jawab gadis kecil itu.
Ma? Zifana tampak mengeryitkan dahinya. Geli sendiri saat dirinya dipanggil mama. Zifana menghela napas panjang, dia teringat masa kecilnya yang selalu bersama baby siter juga.
Gadis kecil itu tersenyum dan mengusap air matanya. Zifana memberikan bonekah doraemon pada gadis kecil itu. Tangan mungil gadis kecil itu terulur menerima bonekah ajaib itu dari tangan Zifana.
"Telimakasih Ma," ucap gadis kecil itu ala anak kecil sambil memandang Zifana. Baby siter yang merawatnya hanya tersenyum.
"Sama sama Sayang, tapi anak cantik tidak boleh menangis lagi. Kamu mau janji?" tanya Zifana sambil mengulurkan jari kelingkingnya.
Gadis kecil itu tampak menatap Zifana dan tersenyum. Kemudian dia mengangguk pelan dan juga membalas uluran jari Zifana. Zifana tersenyum dan mencium puncak kepala Elia. Gadis kecil itu tampak tenang dan merasakan pelukan seorang mama.
"Kalau kamu bersedih, berceritalah pada dora emon biar hati kamu tenang. Jangan lupa juga Elia berdoa, biar Allah memberikan keajaiban, katakan padanya kenapa kamu menangis, dan ucapkan apa permintaan kamu, maka dengan kamu berdoa bersama Doraemon. Insya Allah Allah akan mengabulkannya," ucap Zifana. Itu yang biasa dia lakukan. Beribadah sholat? Sayangnya sampai saat ini dia belum bisa istiqomah.
"Mama, aku mau mama menemaniku, apa dolaemon mau membantu Elya bilang pada Allah SWT untuk mengabulkan? " ucapnya sambil meraih tubuh Zifana.
Deg
Hati Zifana seakan sesak, permintaan gadis kecil itu begitu sederhana. Lalu, apa ibunya yang sakit itu tak mau menemui walau sebentar?
"Apa Allah akan mengabulkan?" tanya gadis kecil itu lagi.
Zifana memejamkan matanya, sudut matanya basah mendengar gadis kecil itu. Segera dia mengusap air matanya dan memandang Elia.
"Pasti, pasti Allah SWT akan mengabulkan apa yang anak cantik mau, yang penting kamu jangan menangis lagi," ucap Zifana dengan halus.
Gadis kecil itu berbinar, dan memeluk erat Zifana. Zifana kembali merasakan sesak yang menyeruak di dadanya.
"Dolaemon ayo bantu Elia bilang pada Allah, Elia mau mama menemani Elia. Bilang pada mama bial mau menemani Elia pulang," ucap gadis kecil itu.
Deg, jantung Zifana seperti mau keluar. Rasanya sesak sekali. Elia? lirih Zifana sambil melepas pelukannya dan menatap gadis cantik itu dengan haru.
Bagaimana ini? Bu Anis ada ada saja, kenapa mengatakan mama pada gadis ini? Jadi salah pahamkan. Mana aku harus pergi sekarang juga. Bagaimana agar gadis kecil ini tak salah paham? Entahlah, biar saja dia menganggapku mama. batin Zifana.
"Sayang, Mama maaf, saat ini mama belum bisa ikut. Lain waktu mama akan ke sini menemuimu ya," ucap Zifana sambil mengusap air matanya.
Gadis kecil itu tampak mengeratkan pelukannya.
"Kata mama dolaemon mau mengabulkan, lalu kenapa mama mau pelgi lagi? Elia mau mama sama Elia, menemani Elia sekolah," rengeknya sambil menangis.
"Sayang, saat ini mama ada perlu. Mama janji, besok akan kesini lagi, oke," ucap Zifana mencoba membujuk.
"Kenapa tidak sama papa? Mama nanti bisa pulang sama papa," ucap Elia.
Zifana semakin terjebak dalam keadaan, ingin menolong tapi bukankah jika begini dia bisa menyakiti gadis ini? Lalu, apa dia harus mengikuti permainan ini?
"Sayang, mama tidak bisa menjelaskan saat ini. Karna Elia masih kecil, mama janji mama akan menemuimu lagi, tapi saat ini mama harua pergi dulu ya," lirih Zifana.
Elia terdiam dan pada akhirnya mengangguk pelan.
Gadis itu tampak berbinar dan melepaskan pelukannya.
"Mama janjikan akan menemui Elia lagi?" tanya Elia. Zifana terpaksa menggangguk pelan.
"Hem, Elia bisa pegang ucapan Mama Zifa," lanjut Zifana. Gadis kecil itu berbinar dan memeluk Zifana lagi.
"Mama Zifa," lirih gadis kecil itu dan mampu membuat jantung Zifana berdebar.
"Nona Elia, sebaiknya kita pulang, Papa pasti hawatir kalau anak cantik ngambek," ucap baby siternya.
Gadis kecil itu kembali murung, Zifana mengusap puncak kepala gadis itu.
"Pulanglah, pasti papa menanti gadis cantik sepertimu, apa tidak kasihan?" tanya Zifana. Gadis kecil itu tampak berfikir dan melepas pelukannya.
"Aku mau pulang, jika mama mau ikut denganku," ucap gadis kecil itu.
Zifana tersenyum dan menggeleng pelan. Membuat seulas senyum yang terbit dari bibir gadis kecil itu menghilang.
"Maaf, mungkin saat ini mama belum bisa ikut. Tapi kalau nanti mama ada waktu, mama akan sesekali main," ucap Zifana.
"Mama janji?" tanyanya.
Dengan anggukan Zifana meyakinkan gadis kecil itu. Walau dia tau ini salah, setidaknya gadis kecil itu tenang.
"Mama aku pulang ya, mama jangan lupa pulang kalau ulusanya sudah selesai," ucap Elia.
Zifana mengecup pelan puncak kepala Elia, baby siter menggendong Elia.
"Terimakasih Nona," ucapnya pada Zifana.
"Sama sama mbak,"
ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!