NovelToon NovelToon

ISTRI TARUHAN

Bab 1 Taruhan

Rendra duduk termenung di kursi kerjanya. Ia begitu malas untuk beranjak dari duduknya berpikir dan merenung dengan usianya yang sudah 30 tahun tapi tak kunjung menikah. kekasihnya juga belum mau untuk di lamar, ia pun menjadi bimbang dan bingung dengan nasib percintaan dirinya. Padahal dirinya adalah playboy ulung.

”Brraak!!”

Suara pintu dibuka seseorang, membuat Rendra terkejut dan menoleh ke arah sumber suara.

“Brengsek kau lex!” Alex terkekeh sembari menghampiri Rendra.

“Bengong aja. Mikirin apa? Janda?” kekeh Alex terus menggoda Rendra.

“Iya. Puas!” Rendra kesal dan melempar pulpen ke arah Alex yang duduk di kursi di seberang meja kerjanya.

“Sudah sore pulang yuk!” ajak Alex.

“Eh..., ke restoran dulu yuk! Ada restoran baru. Bara sudah ada di sana,” ajaknya lagi

“Ya sudah, ayo!”

Keduanya keluar dari kantor menuju restoran baru yang dimaksud Alex. Sesampainya di restoran mereka memesan makanan kesukaan mereka masing-masing, sambil tertawa dan bercanda. Mereka juga sesekali menggoda pelayan yang melayani mereka, terlebih Alex yang suka jail, padahal Alex dan Bara sudah menikah. Mereka hanya iseng-iseng dan mencari hiburan. Hingga salah satu di antara mereka membuat taruhan konyol.

“kita taruhan. Wanita manapun yang masuk pintu itu, Mau ABG, janda, nenek-nenek, kau harus lamar dia di depan kita dan di depan pengunjung restoran,” tutur Alex sahabat Rendra.

“Gila! Kalau yang lewat pas nenek-nenek. Berabe!” protes Rendra. Alex dan bara sang sahabat hanya terkekeh sembari melihat pintu masuk restoran.

“Begini saja. Kalau Kau berhasil melamar satu perempuan, siapapun dia dan kau benar-benar menikahi perempuan tersebut, ini kunci mobil sport dan apartemen punyaku, aku berikan semua padamu,” tutur Alex.

“Gak butuh! Harta ku masih banyak dibanding milik kalian berdua!” cibir Rendra.

“Ayolah Ren, ini hanya taruhan. Nanti kalau tidak cocok kau bisa cerai,” saut Bara tanpa dipikir.

Rendra berpikir siapakah gadis yang mau menikah dengannya yang sudah kepala tiga. Sebenarnya bukan tidak ada yang mau dengan Rendra, melainkan Rendra tidak mau asal memilih pasangan, tapi kali ini Rendra menyanggupi taruhan dua sahabatnya yang konyol itu demi harga dirinya dan egonya.

Rendra mengedarkan pandangannya ia melihat seorang ibu-ibu, dan seorang gadis yang berjalan di depan ibu-ibu tersebut. Rendra segera mengambil bunga mawar yang ada di vas bunga di depannya. Rendra berjalan ke pintu masuk dan berlutut di hadapan gadis yang baru saja masuk restoran.

“Menikahlah denganku. Aku akan jadikan dirimu nyonya di rumahku.”

“Hah!? Nikah? Nyonya?” Gadis itu kebingungan, ia melihat sekelilingnya yang melihat dirinya dan Rendra. Teman-teman gadis itu juga hanya bengong melihatnya. Diketahui Gadis tersebut adalah pelayan restoran tersebut dan baru saja datang untuk bekerja.

“Terima!!” teriak seorang pengunjung restoran. Tak lama terdengar suara yang lainnya bersahutan.

“Terima! Terima! Terima!!” Suara itu terdengar dari semua pengunjung dan Gadis itu juga kebingungan melihat Rendra yang masih berlutut di hadapannya.

“Cepat terima! Lutut ku Sudah sakit!” cicit Rendra. Dengan terpaksa gadis itu menerima bunga dari tangan Rendra.

“I-iya!” Semua bertepuk tangan saat melihat gadis tersebut mengangguk dan mengambil bunga dari tangan Rendra.

Rendra bangkit kemudian merangkul dan mencium pucuk rambut gadis tersebut, gadis itu hanya sedikit menghindar. Karena ia juga bingung. Ini sebenarnya acara apa? Apa ini acara settingan seperti yang di lihat ibunya di televisi yang membuat ibunya teriak-teriak histeris saat menontonnya.

Rendra merangkul gadis itu menuju mejanya, gadis itu melihat temannya seolah minta tolong, namun temannya justru masih bengong melihatnya.

“Seseorang tolong aku, ini om-om siapa sih! Apa Om-om gila tiba-tiba ngelamar gue,”gumamnya dalam hati.

“Sial!!” cicitnya pelan,.

“Apa?” Rendra mengerutkan dahinya saat sekilas mendengar cicitan gadis tersebut.

“Gak!” Gadis itu menggeleng, lalu sekilas menyunggingkan senyumnya.

“Ayu!” teriak seseorang yang diketahui pemilik restoran bernama Rudi. Ya, gadis tersebut bernama Ayu, ia baru saja satu bulan bekerja di restorannya.

“Kamu ngapain di situ, kerja!” teriaknya.

“Iya pak!!” Ayu hendak pergi, namun ditahan Rendra. Rendra yang tidak mau menanggung malu karena ternyata gadis yang ia lamar seorang pelayan. Rendra kemudian memanggil Rudi dengan isyarat tangan lalu Rudi sedikit kesal menghampiri Rendra.

“Mulai hari ini, Ayu tidak lagi bekerja di sini.”

“Kamu siapanya Ayu, Ayu ini pegawai ku!” protes Rudi tidak terima.

“Ayu calon istriku!” tegas Rendra lalu menarik Ayu keluar dari restoran. Bodohnya Ayu malah menurut Saja.

Alex dan Bara hanya bisa bengong melihat Rendra tampak serius saat mengatakan Ayu adalah calon istrinya.

Teman-teman Ayu pun juga sama, mereka bengong melihat Ayu di gandeng Om-om tampan keluar dari Restoran menuju mobilnya. Rendra membukakan pintu mobil bagian depan untuk Ayu kemudian sedikit mendorong Ayu masuk ke mobil lalu menutup pintu dengan sedikit kasar. Rendra sepertinya meluapkan kekesalannya pada Rudi dengan cara membanting pintu dan membuat Ayu terkejut. Itu semua ia lakukan hanya ingin menunjukkan bahwa ia benar-benar calon suami Ayu.

Rendra melajukan mobilnya dan keluar dari area restoran. Setelah itu ayu baru tersadar jika sudah dibawa Rendra jauh melesat dari restoran.

“STOP!!” teriak Ayu membuat Rendra terkejut lalu menepikan mobilnya. Ayu memukul-mukul lengan Rendra agar menurunkan dirinya.

“Om ini siapa tiba-tiba bawa saya!” protes Ayu yang masih memukuli lengan Rendra.

“Diam, berisik!” balas Rendra memegang kedua tangan Ayu. Ayu terdiam melihat tatapan tajam mata Rendra.

“Jadi Om mau bawa saya ke mana? Seharusnya saya kerja kenapa Om bawa saya,” protes ayu lagi.

“Diam!” Rendra langsung menekan pedal gas mobilnya kembali.

“Gue rasa ini om-om sudah Gila,” lirih Ayu.

“Apa?”

“Gak!”

“Sudah tua, budek lagi,” gumam Ayu menghadap kaca jendela lalu ia menahan tawanya.

“Kau kenapa ketawa-ketawa,” tanya Rendra melihat Ayu menutup mulutnya, seolah tahu Ayu sedang menertawainya.

“Gak ada! Om aja yang Ge-Er.”

Rendra sedikit kesal ternyata gadis di sampingnya ini menyebalkan.

Tak lama ponsel Rendra berbunyi, kemudian Rendra mengambil ponsel dari dalam saku kemejanya lalu melihat sekilas nama yang tertera di layar ponselnya.

“Ya Lex,” jawab Rendra.

“kau bawa ke mana cewek itu?”

“Ke Apartemen!”

“Hah? Kau mau eksekusi dia, eh gila bro. Nikah dulu!”

“Sialan! Ya gak lah, otakku tidak seperti kalian. Mesum! Aku juga bingung mau dibawa kemana, ini juga semua gara-gara kalian.” Alex terkekeh di sembarang sambungan ponselnya, ternyata Rendra juga panik membawa anak gadis orang.

“Ya terserah! Aku hanya mengingatkan, taruhan ini masih berlanjut. Kalau kau menyerah, rumah yang baru kau bangun akan aku lelang.”

“Brengsek!” Rendra sekilas melihat Ayu yang sedang melihatnya heran.

“Ya sudah. Jaga itu anak gadis orang,” tutup Alex lalu mematikan sambungan ponselnya.

“Dasar brengsek!!” geram Rendra melempar ponselnya ke jok belakang, Ayu yang melihat Rendra membuang sembarang ponsel hanya bisa Bengong karena ia belum tentu bisa membelinya dan Rendra dengan seenaknya melempar ponsel mahal yang diinginkan banyak orang.

“Aneh ya kelakuan orang kaya,” lirih Ayu melihat ponsel Rendra.

“kau bilang apa?”

“Gak ada!” Ayu terdiam begitu juga Rendra. Mereka semua tenggelam dalam pikiran masing-masing.

Bab 2 calon istri

"Om ini tempat apa? ini hotel?" tanya Ayu mengikuti langkah Rendra yang terus menggandeng  tangannya masuk ke dalam lift apartemennya.

Rendra jengah mendengar Ayu memanggil dirinya dengan sebutan Om, karena ia merasa belum begitu tua. Rendra mendorong Ayu ke dinding Lift saat lift tertutup dan berjalan naik.

"Aku bukan Om kamu, jadi jangan panggil aku Om, emangnya aku  setua itu di matamu, hah!" Ayu memundurkan wajahnya karena wajah  Rendra sangat dekat dengan wajahnya di tambah tatapan Rendra begitu tajam bagai elang yang siap menerkam.

"Saya kan gak tahu nama Om, eh salah, eum..., nama kamu  si-siapa!"

Ayu begitu gugup karena melihat wajah Rendra begitu dekat dan hidung mereka juga hampir bersentuhan.

Rendra memundurkan wajahnya dan bersikap santai, padahal hatinya begitu berdegup saat melihat mata indah Ayu dari jarak dekat, begitu sebaliknya Ayu tidak tahan melihat sorot mata tajam Rendra.

"Panggil aku Rendra saja, dan berapa usiamu?" tanya Rendra yang sudah berdiri normal di samping Ayu

"20 tahun," jawab santai Ayu.

"Hah! dua puluh?" Tanya Rendra tidak percaya sambil melihat Ayu dari atas sampai bawah. Memang ayu memiliki tubuh yang ideal, di usia yang menginjak dua puluh tahun, Ayu memang memiliki tubuh seperti usia 25 tahun, padat berisi wajahnya juga cantik, terlihat dewasa. mungkin tipe wajah boros.

"Muka boros!" Pekik Rendra di depan wajah Ayu.

"Apa? Om bilang muka saya boros!" Ayu tidak terima lalu memukul-mukul punggung Rendra.

"Sakit yu!" Protes Rendra mencekal tangan Ayu. Ayu dan Rendra bertatapan penuh dendam dan mereka tidak menyadari pintu lift sudah terbuka, hingga salah satu dari mereka bersuara

"Ayo!" ajak Rendra keluar dari lift sambil melepaskan tangannya dari tangan Ayu kemudian melangkah keluar sedangkan Ayu enggan melangkah.

Merasa Ayu tidak mengikuti langkahnya Rendra pun menoleh kebelakang dan melihat Ayu cemberut, Rendra dengan cepat menahan pintu lift dengan tangannya saat pintu lift akan tertutup.

"Ayo!" ajak Rendra

"Gak mau, emang Om siapa saya?"  Rendra begitu kesal saat Ayu memanggil dirinya Om lagi untuk dirinya, namun ia tetap bersabar demi 

memenangkan taruhan dari dua sahabatnya yang konyol itu.

"Kamu calon istriku, cepat keluar!" perintahnya dengan tegas.

"Gak mau!" tegas Ayu tak mau kalah.

Habis sudah kesabaran Rendra, Rendra terpaksa menarik paksa Ayu keluar dari Lift lalu memanggulnya seperti memanggul karung beras.

"Om lepasin! Seseorang tolong!!"

"kau mau teriak juga tidak ada yang akan menolong, " jawab Rendra santai dan terus berjalan menuju kamar Apartemennya sambil memanggul Ayu.

Sesampainya Di dalam Apartemennya Rendra menurunkan Ayu dan menyuruhnya duduk di sofa.

"Duduk, mau minum apa?"  tanya Rendra

"Es bunga mawar!" Jawab asal Ayu sambil melihat kesal Rendra.

"Heh! udah kayak Mbah dukun aja minum rendaman air mawar." Rendra tertawa mendengar jawaban Ayu yang konyol, namun Ayu masih tetap saja diam.

"Om. Saya mau pulang, saya mau kerja. Hari ini  pertama saya gajian Om." Mohon Ayu.

"Kamu bisa gak, panggil aku nama saja! Jangan panggil Om." Rendra merasa risih saat Ayu memanggilnya om.

"Situ kan udah tua, gak sopan!"

"Ya udah. panggil Mas! "

"Mas?"

"Hem." Rendra duduk di sampingnya. Ayu yang masih bingung memikirkan sebutan Mas untuk Rendra.

"Mas?" batin Ayu sambil melihat wajah Rendra sekilas.

"Emangnya dia siapa di panggil Mas,"  batin Ayu lagi.

"Kenapa melamun?" tanya Rendra.

"Gak! Eum..., saya mau balik ke restoran, mau kerja!"

"Bandel ya! Kan udah aku bilang kamu gak boleh kerja lagi, kamu itu calon istriku!"

"Cukup!!" Ana berdiri dari duduknya.

Habis sudah kesabaran Ayu, ia sudah tidak tahan dengan permainan Rendra. Seharusnya ia bekerja dan menerima gajinya hari ini untuk membayar uang kost dan mengirim sejumlah uang untuk ibu dan adiknya di kampung. Kini justru terjebak dengan situasi dan permainan Rendra yang konyol.

"Dengar ya Om! saya Ayu Medina, tidak mengenal Anda, saya tidak mempunyai hubungan apapun dengan Anda, jadi biarkan saya kembali bekerja di tempat saya bekerja! Dan Anda jangan mempermainkan saya!" tegas Ayu berapi-api.

"Udah!" jawab Rendra santai, lalu mengambil ponsel Ayu yang sedari tadi berdering. Rendra tanpa permisi mengangkat sambungan ponsel Ayu.

"Halo yu, kamu dimana? Bos Rudi sudah pecat kamu, dan gaji kamu di titipin sama Aku. oh ya kamu tadi katanya di bawa cowok ya? Kamu gak jual diri kan gara-gara mau bayar sekolah adik kamu? Cowok tadi gak ngapa-ngapain kamu, kan yu? Ayu jawab!” Ayu merebut paksa ponsel bututnya dari tangan Rendra setelah Rendra mematikan sambungan ponselnya. 

Rendra merasa bersalah sudah membuat gadis di depannya itu kehilangan pekerjaan terlebih mengetahui jika Ayu mempunyai tanggung jawab menyekolahkan adiknya di kampung.

"Halo Siti...! CK! sudah mati lagi."

"Siti bilang apa Om?"

"Kamu dipecat."

"Dipecat?" Ayu terdiam tubuhnya lunglai terjatuh di lantai. Bagaimana tidak ia sudah susah payah mencari pekerjaan di Jakarta kini justru kehilangan dalam sekejap.

Ayu mulai menangis dan duduk meringkuk merangkul kedua kakinya. Ayu menangis di antara sela lututnya. Rendra duduk di sampingnya dan memperhatikan Ayu.

"Udah jangan nangis, kamu itu calon istriku. Jadi kamu tenang saja. semua kebutuhan kamu nanti aku penuhi." Rendra mulai mengusap pucuk rambut Ayu dan terus berusaha meyakinkan Ayu. Ayu mengangkat wajahnya dan menatap tajam Rendra.

'PLAAKK'

Ayu menampar Rendra dengan rasa begitu kesal dan marah. Dengan entengnya Rendra mengatakan jika ia calon istrinya dan bukan hanya itu masalahnya, gara-gara Rendra ia juga kehilangan pekerjaannya. Rendra terdiam memegang pipinya, baru kali ia ditampar seorang gadis.

"Om tau gak! Perjuangan saya mencari pekerjaan di Jakarta, hah! Gak mudah Om, saya bekerja bukan untuk diri saya sendiri, saya bekerja untuk keluarga di kampung. Walau saya tahu gaji saya tidak akan cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga saya." Beber ayu dalam Isak tangisnya. 

Rendra mendengar semua pun merasa bersalah, akan tetapi dirinya begitu gengsi untuk menunjukkan rasa iba, dan hatinya masih ingin memenangkan taruhan tersebut untuk menyelamatkan harga dirinya sendiri   demi taruhan dengan dua sahabatnya tanpa memikirkan perasaan Ayu.

Ayu berdiri dan hendak melangkah keluar, namun Rendra mencekal pergelangan tangannya.

"Sudah aku bilang sama kamu, kamu calon istri ku!" Rendra menarik Ayu dan jatuh di pelukannya.

"Semua kebutuhanmu dan keluargamu akan saya penuhi." Ayu mendorong Rendra agar terlepas dari pelukannya

"Bullshit!"  Ayu kemudian melangkah menuju pintu. 

'CEKLEK'

Pintu pun tidak bisa terbuka karena sudah di kunci otomatis oleh Rendra dan hanya Rendra dan dua sahabatnya serta Sang Mama yang bisa membukanya.

'CEKLEK-CEKLEK'

Ayu berulang kali menekan kenop pintu akan tetapi tidak bisa terbuka. Rendra menatap Ayu begitu intens, lalu ia berdiri menghampirinya yang sedang menangis di depan pintu.

Rendra memeluk Ayu dari belakang. Ada rasa iba dan kasihan menyeruak di hatinya akan tetapi Rendra tetaplah Rendra, ia tidak bisa menghilangkannya egonya dan akan tetap melanjutkan taruhan tersebut, dan terus berusaha meyakinkan Ayu agar menerima dirinya. 

"Ayu, aku serius. Aku ingin menikahimu dan  dan menjadikanmu istriku." Ayu tetap diam tidak tahu harus berbuat apa. yang ada di pikirannya saat ini adalah ibu dan adiknya.

Tak lama Ayu membalikkan badannya melihat intens Rendra. Raut wajah Rendra begitu meyakinkan Ayu dan tentunya itu memang untuk meyakinkan Ayu.

"Kamu mau menikah dengan ku," tanya Rendra sekali lagi. 

Ayu berfikir jika ia menolak bagaimana dengan keluarganya, sepertinya laki-laki di depannya ini termasuk orang berada dan begitu serius ingin menikahinya. Akan tetapi ayu tak lantas menjawab ‘Iya’

"Beri waktu saya berfikir, dan sekarang biarkan saya pulang." Rendra tersenyum kemudian memeluk Ayu.

"Makasih Yu! iya, aku akan mengantarmu pulang dan bertemu keluargamu, aku akan melamarmu." jawab antusias Rendra.

"Saya pulang ke kosan Om, bukan ke kampung halaman saya.”

"Oh, jadi..., kapan kamu mau pulang dan mengajakku bertemu orang tuamu."

"Lihat saja nanti, sekarang saya hanya mau pulang ke tempat kost saya."

"Ya udah, ayo aku antar."

Mereka berdua  meninggalkan Apartemen dan menuju tempat kos. 

Bab 3 Kosan Ayu

Rendra saat ini berada di kosan Ayu, ia duduk di ruang tamu. Sebenarnya Rendra sedikit risih dilihat beberapa penghuni kosan yang sedang berlalu lalang. Tak tahan dengan tatapan banyak mata akhirnya Rendra masuk kedalam kamar Ayu. 

"Astagfirullah!" 

Ayu begitu sangat terkejut saat Rendra tiba-tiba masuk kedalam kamar, pasalnya dirinya baru saja selesai mandi dan  tubuhnya hanya dibalut dengan handuk. Beruntung handuknya tidak lepas dari tubuhnya. Rendra tak berkedip saat melihat sebagian tubuh Ayu yang terlihat mulus, terlebih bagian leher dan pundaknya yang begitu menggoda imannya.

"Om kenapa masuk, balik badan!" seru Ayu sambil memegang handuknya sedangkan Rendra masih terkesima dengan pemandangan indah di depannya sampai tidak begitu mendengar seruan Ayu.

"Balik badan?” pekik Ayu seraya memutar tubuh Rendra. 

"Kenapa tiba-tiba masuk sih Om, Ayu udah bilang, Ayu mau mandi, Nyebelin,” gerutu ayu sambil memakai bajunya.

"Ya habisnya kamu juga lama, aku nunggu dari tadi sampai di liatin temen- temen kos kamu."

"Namanya juga mandi, yang pasti lama!" Cicit Ayu.

Tanpa di sadari Ayu ternyata Rendra sedari tadi melihat ayu dari pantulan cermin yang ada di kamarnya, Rendra hanya diam  terpesona melihat lekuk tubuh Ayu.  Terlebih saat Ayu menggunakan penutup dadanya, terlihat jelas sembulan bulat yang membuat Rendra menelan kasar silvanya. 

"Udah Om," ucap Ayu yang sudah selesai menggunakan bajunya, lalu meletakkan handuk di tempatnya. 

Rendra membalikkan badan dan berjalan kearah tempat tidur kemudian Rendra dengan seenaknya berbaring di tempat tidur milik Ayu. 

Ayu sudah sangat risih berduaan dengan laki-laki di kamarnya. Tempat kos ayu memang sedikit bebas tidak ada larangan membawa laki-laki masuk kedalam kamar yang penting semua anak kos bayar tepat waktu. 

"Om, kapan pulang?" Ayu sekilas melihat Rendra yang berbaring tengkurap di sisi ia duduk. 

"Boleh menginap disini?"

"Gak boleh! Enak aja, kita baru kenal. Om main nginap-nginap aja." Cegah Ayu dengan cepat, Rendra tertawa kecil melihat ekspresi ayu yang seakan tertekan dan memang tertekan dengan keberadaan dirinya. 

Ayu kemudian mengambil dompet dan melihat isi dompetnya, uangnya benar-benar sudah sangat menipis hanya tersisa 30 ribu. 

"Tinggal segini lagi," gumamnya sedih lalu melihat Rendra yang sedang memperhatikannya dirinya. Ayu terbesit ide untuk meminta uang dengan laki-laki yang sudah mengaku calon suaminya. 

"Om.”

"Hem.”

"Bagi duit.”

"Apa?!"

"Gak jadi!" Seketika nyali Ayu ciut dan tidak berani menatap wajah Rendra.

Ayu tersadar ia bukan wanita yang suka meminta uang, lebih tepat disebut matre. Ia juga tidak ingin dicap wanita matre, walau kenyataan ia juga sangat membutuhkan uang. Akan tetapi Rendra saat ini adalah tamunya yang harus ia jamu walau dengan keterbatasannya.

"Ya udah Om, saya mau membeli makanan di luar, Om mau apa?"

"Terserah!" Rendra kemudian membalikkan badannya dan memeluk guling sementara Ayu keluar membeli makanan. 

Saat Ayu keluar Rendra memejamkan matanya memikirkan rencana selanjutnya. Sebenarnya ia kasihan melihat Ayu terlebih ia juga sempat melihat isi dompet Ayu, namun ia pura-pura tidak mengetahui, ia juga ingin tahu apakah Ayu sama dengan wanita kebanyakan yaitu materialistis. Ia juga mendengar ucapan Ayu yang meminta uang padanya dan memilih mengabaikan dan juga ingin melihat tabiat Ayu

Cukup lama Rendra menunggu Ayu pulang dari entah ke warung mana ia membeli makanan. Rendra duduk dan melihat sekitar kamar Ayu, begitu sederhana apa adanya. Matanya berhenti di bingkai foto yang memperlihatkan foto Ayu dan seorang bocah kecil dan seorang wanita yang cukup terlihat masih muda di matanya.

Rendra menduga sudah pasti itu adik dan ibunya akan tetapi di mana ayahnya. Tak lama Ayu datang dan membawa kantong plastik berisikan makanan. 

"Lama ya om?" ucap Ayu melihat Rendra duduk di lantai. 

"Lumayan, kamu beli apa?" 

"Nasi padang." 

Ayu duduk di depan Rendra dan membuka kantong plastiknya. Rendra melihat begitu lekat gadis manis didepan. Ada rasa kasihan sudah menjadikan dirinya sebagai taruhan. Sepertinya jika rencananya lancar Rendra harus pintar menjaga rahasianya. 

"Ini Om, maaf hanya ini," ujar Ayu mengagetkan lamunan Rendra. Rendra tersenyum lalu ia makan bersama. 

"Om, Om serius mau menikahi saya? Om tidak bercanda kan? Atau tidak sedang taruhan." Seketika Rendra tersedak mendengar kalimat Ayu seolah Ayu  mengetahui rencananya. 

Ayu dengan sigap memberikan Rendra minum dan sedikit menepuk-nepuk tengkuk Rendra. Ayu merasa bersalah sudah berbicara saat makan yang membuat Rendra tersedak. 

"Maaf Om kalau pertanyaan saya buat Om tersedak," sesal Ayu. 

"Gak apa-apa.” Rendra tersenyum tipis melihat Ayu, sungguh ia terharu dengan perhatian kecil dari Ayu, orang yang baru tadi siang ia kenal. Sedangkan Ayu merutuki dirinya yang sudah berbicara saat makan, ia takut terjadi sesuatu pada Rendra dan nanti ia yang disalahkan. 

"Untung  gak apa-apa anak orang, kalau terjadi sesuatu karena tersedak kan berabe, gue yang disalahin," gumam Ayu dalam hati. 

Akhirnya Ayu memilih diam dengan sejuta pertanyaan di kepalanya tentang pria dewasa di depannya. Sedangkan Rendra juga sedang memikirkan cara untuk menjawab pertanyaan Ayu. 

Tak lama mereka selesai makan dan Ayu membuang bungkus nasinya ke tempat sampah, lalu kembali duduk di samping Rendra yang kini tengah asyik memainkan ponselnya.

"Aku serius  mau menikah denganmu," ujar Rendra tiba-tiba membuat Ayu menoleh ke arahnya.

"Om pasti bercanda," balas Ayu masih tidak percaya. 

"Tidak ada orang bercanda sampai berulang kali, Yu. Aku serius!" 

"Om, mungkin usia saya masih terlalu muda dan mungkin menurut Om saya mudah ditipu dengan rayuan cinta tapi pernyataan om itu tidak masuk akal, saya masih 20 tahun dan Om?"

"40." 

“Hah? tua amat om!" Rendra tertawa melihat ekspresi terkejut Ayu. 

"Gak. Aku baru 30 tahun,” Jawab  Rendra.

"Om saya serius?"

"Aku lebih serius, Ayu. Aku memang lagi cari istri, karena kalau gak, aku  dijodohin sama orang tuaku dan aku gak mau!" bohong Rendra terlihat meyakinkan. Wajah Rendra dibuat begitu sendu agar Ayu percaya dengan ucapannya. 

Sayangnya Ayu masih ragu dengan ucapan Rendra karena tidak masuk  akal logikanya,  tiba-tiba seorang Rendra melamar dirinya dan usianya jauh lebih tua darinya yaitu 10 tahun dan dengan  cara yang tak terduga. 

"Se-serius apa Om dengan saya?" Rendra tersenyum lalu mengeluarkan isi dompetnya. Rendra mengeluarkan salah satu kartu ATM-nya dan memberikan pada Ayu. 

"Ini gunakan sesukamu, terserah mau membeli apa?" 

"Apa ini Om?" 

"ATM? 

"Saya udah punya Om." Ayu masih nampak kebingungan. 

"Ok. Ada isinya?"

"Ada."

"Berapa?"

"Lima puluh ribu." Wajah Rendra berubah skeptis, mana mungkin isi ATM  hanya menyisakan uang lima puluh ribu.

"Yakin segitu?"

"Gak percaya! Ini." Ayu kemudian mengambil ponselnya yang menurut Rendra tidak begitu bagus dan seperti ketinggalan model. 

Ayu mengecek saldo ATM miliknya melalui ponselnya lalu menunjukkan pada Rendra. Ayu seakan tanpa sadar menunjukkan kesulitannya pada Rendra. Rendra melihat saldo yang ada di ponsel Ayu, dan seakan tidak percaya. Bagaimana bisa ATM se-minus itu. Perlahan ia mengambil ponselnya dan mengetik sesuatu di ponselnya sesekali melihat ponsel Ayu. Rupanya Rendra mengirim sejumlah uang ke rekening ayu. 

"Sudah masuk. Itu tanda aku serius padamu, masalah perbedaan usia kita, tidak masalah, kan?"

Ayu tidak begitu mendengarkan ucapan Rendra ia masih memandangi layar ponselnya dan melihat saldo di rekeningnya. 

"Iya Om tidak masalah, tapi masalahnya ini terlalu banyak. Tiga juta Om, gaji saya dua bulan." Balas Ayu tidak percaya Rendra mengirimkan uang yang menurut ia jumlahnya begitu banyak. Dan Rendra hanya tersenyum melihat Ayu yang masih kebingungan.  

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!