NovelToon NovelToon

Kau Hanya Milikku

Bab. 1. Mengantar Pesanan

"Kania!! Cepetan dong, sudah jam berapa nih entar kita terlambat lagi," teriak Selia yang memakai sepatu sneaker wedges shoes yang sudah hampir tiga tahun selalu menemaninya beraktifitas di luar ruangan.

Seseorang menyembulkan kepalanya ke arah luar dengan hijabnya yang masih acak-acakan itu diperbaikinya sambil berjalan menuruni tangga.

"Sabar dikit kenapa!! Jangan suka marah-marah entar kamu jadi perawan…" ucapannya terpotong karena Selia secepat kilat menutup mulut sahabatnya itu.

"Huuuummm aaahh!!" Ucapnya Kania yang tersumpal mulutnya dengan tangannya Selia.

Selia yang melihat nafas Kania yang sudah ngos-ngosan dan kesulitan untuk bernafas segera melepaskan pegangan tangannya dari depan mulutnya Kania.

Setelah drama kecil tersebut berakhir mereka segera menuju kantor tempat pemilik kue dan makanan yang dipesan dari tempat mereka bekerja sementara waktu.

Selia dan Kania berjalan ke arah dalam ruangan yang ditunjuk oleh Security untuk mengantar beberapa bungkusan makanan dan beberapa macam jenis kue.

Tapi, langkahnya Selia terhenti ketika sudut ekor matanya melihat ada secarik kertas yang tertempel di dinding yang membuat tiba-tiba dia merem mendadak langkahnya.

Selia penasaran dengan tulisan yang ada di tembok. Ia berjalan ke arah dinding tanpa melihat atau pun menoleh ke kiri maupun kanan.

Saking seriusnya berjalan, sampai-sampai Selia menabrak troli pegawai perusahaan yang berisi banyak barang.

"Aaaahhh!!!" Pekik Selia dan orang tersebut bersamaan.

Selia terjatuh dan terduduk di lantai dan tanpa sengaja ada beberapa barang yang mengenai tubuhnya. Dia kemudian menutup matanya karena takut jika buku dan beberapa berkas itu menimpuk ke arah matanya.

Orang yang menabraknya tadi segera meminta maaf dan membantu Selia.

"Maaf Mbak saya tidak sengaja," ucap orang tersebut sambil membantu Selia untuk berdiri dari posisi duduknya.

Selia pun langsung menyambut tangan pegawai tersebut dan mencoba untuk berdiri, tapi tiba-tiba mengerang kesakitan.

"Auuuu sakit" ucap Selia.

Selia mengeluh kesakitan dibagian kaki dan bokongnya.

"Mana yang sakit Mbak?" Tanyanya dengan nada suara yang khawatir.

"Maaf ini semua gara-gara saya tidak berhati-hati dalam berjalan," ucap Lidya yang tidak henti-hentinya meminta maaf kepada Selia yang sangat menyesal dengan apa yang telah terjadi.

Selia tidak bisa berbicara sepatah kata pun karena berusaha untuk terus menahan sakit dan perih di bagian kakinya. Lidya segera membantu Selia untuk duduk di salah satu kursi panjang yang kebetulan terpajang di sekitar area tempat mereka tabrakan.

"Sini aku lihat mana yang sakit?" tanya Lidya yang memeriksa kondisi dari Selia.

Kania segera datang ke tempat tersebut setelah mengetahui kalau Selia tidak ada di sekitar mobil. Kania sudah mengantar semua kue pesanan Perusahaan tersebut, lalu mencari keberadaan sahabatnya itu.

Kania tanpa sengaja mendengar sayup-sayup suara seseorang yang berteriak meringis kesakitan.

Kania pun segera ke tempat kejadian dan melihat siapa orang tersebut. Kania kaget melihat orang tersebut, Kania sangat khawatir setelah mengetahui kalau Selia yang terluka.

"Kamu kenapa, mana yang sakit?" ujar Kania sambil memeriksa kakinya Delia yang sudah memerah bahkan sudah sedikit membengkak.

"Aaaahhh sakit Kania!!" rintih Selia yang berusaha menahan sakitnya.

Selia merintih kesakitan disaat Kania menyentuh kakinya. Kania khawatir melihat raut wajahnya Selia yang memerah menahan tangisnya.

"Tahan yah, aku cek kakimu dulu, sepertinya kakimu keseleo deh Sel," ujar Kania.

"Iya Kan, sakit banget soalnya," jawab yang merintih kesakitan.

"Kamu bisa tolong saya enggak, untuk ambil air dingin dan kain untuk kompres," ucap Kania yang meminta tolong kepada Lidya.

Lidya pun segera mengangguk dan berdiri untuk ke Pantri dan mencari baskom terus mengisi baskom tersebut dengan air dan es batu.

Setelah semuanya ada, Lidya segera mempercepat langkahnya untuk segera ke ruangan tempat Selia dan Kania berada. Kania segera mengompres kakinya Selia yang sakit.

"Gimana rasanya Sel?" tanya Kania yang menatap ke arah Selia yang sesekali mengusap kakinya untuk mengurangi rasa ngilu.

"Alhamdulillah sudah agak baikan," jawab Selia yang berkilah menutupi kenyataan yang ada karena tidak ingin temannya itu sedih dan khawatir.

"Makasih yah udah bawa air dan alat kompres" ucap makasih Kania kepada Lidya.

"Kamu yah kebiasaan kalau jalan pasti selalu buru-buru dan tidak hati-hati, kalau kamu gak ceroboh pasti hal ini tidak terjadi sama kamu" ucap Kania yang keluar cerewetnya seperti ibu-ibu yang ngomel-ngomel.

Kania memang sedikit cerewet kalau menyangkut Faika. Kania sudah menganggap Faika Adik kandungnya sendiri.

"Apa kamu tidak bisa merubah kebiasaan kamu yang ceroboh itu," Sarkas Kania yang menatap jengah ke arahnya Selia.

Selia hanya cengengesan sembari menggaruk ujung hijabnya yang sedikit berantakan itu.

"Apa ada yang kamu perhatikan sampai-sampai troli sebesar ini kamu tidak lihat," terangnya Kania sambil menunjuk ke arah troli yang sudah terbalik itu.

"Gara-gara itu," jawab Selia sambil menunjuk ke arah dinding.

Kania mengarahkan pandangannya ke arah dinding. Dan langsung berdiri karena ingin mengetahui apa isi dari kertas yang tertempel di dinding. Kania membaca dengan seksama tulisan tersebut dan langsung berlari ke arah Selia setelah selesai membaca.

"Sel!! ada lowongan pekerjaan loh di sini" ucap Kania yang girang dan gembira.

"Maksud kamu ada lowongan pekerjaan gitu?" tanya Selia dengan wajahnya yang serius.

"Iya dan kita bisa mendaftar di sini loh Sel," timpal Kania.

"Serius loh Sel, jangan-jangan loh salah baca lagi!" tanya Kania yang sedikit tidak percaya dengan perkataan dari Selia.

"Apa yang dikatakan Kania benar sekali, kebetulan terbuka lowongan pekerjaan dan besok terakhir pendaftarannya," jelas Lidya.

"Aaaapaaa!!" ucap Kania dan Selia secara bersamaan.

"Reaksinya gak usah sampai segitunya kali, kalian seakan-akan lihat artis Korea saja," ucap Lidya yang tersenyum melihat reaksi dari keduanya.

"Gimana nih Ka, aku mau ikut mendaftar tapi kakiku seperti ini," ucap lesu Selia dengan wajahnya yang sendu.

"Kita ke dokter yuk!! periksa kakimu biar Dokter memeriksa dan menangani agar tidak infeksi dan memberimu obat, jadi kakimu cepat sembuh," ucap Kania panjang lebar yang memberikan saran kepada Selia.

Kania dan Lidya pun membantu Selia untuk berjalan dan masuk ke dalam mobil box Ibu bos-nya.

Mereka akan berangkat ke dokter untuk memeriksakan kakinya Selia. Kania tidak lupa mengambil beberapa lembar formulir pendaftaran karena kebetulan di Perusahaan tersebut kebetulan menerima pelamar pekerja.

Bab. 2. Kecerobohan Selia

Setelah dari rumah sakit, mereka memutuskan untuk pulang ke rumah kosan mereka.

"Selia lain kali jangan ceroboh kenapa? Apa kamu tidak suka jika sehari saja tidak bertingkah seperti ini," pungkas Kania yang berjalan sambil membantu Selia berjalan.

Selia hanya tersenyum simpul saja untuk menanggapi perkataan dari Kania. Karena seperti itu lah tabiatnya Kania yang sangat peduli dengan keadaannya Selia yang hanya anak perantauan.

Keesokan harinya, mereka sudah bersiap dan berangkat ke tempat Perusahaan.

Hari ini Selia dan sahabatnya Kania berangkat ke perusahaan Indomarco Prismatama Andreas, untuk mendaftar pekerjaan. Selia yang kemarin mengalami kecelakaan akibat ulah kecerobohannya sendiri harus berjalan tertatih menuju tempat pendaftaran.

Sedangkan Kania belum muncul juga hingga jam waktu tesnya akan segera dimulai. Selia berjalan dengan hati-hati karena takut dirinya terjatuh dan membuat kakinya semakin sakit.

"Maaf Bu Apa benar perusahaan sedang membuka lowongan?" tanya Selia ketika sudah berada di depan resepsionis.

"Iya Mbak benar sekali dan untuk informasi selengkapnya silahkan ke lantai dua" ucap arahan dari resepsionis tersebut.

Selia masuk ke dalam Lift dan tanpa sengaja ada yang menyenggol yang sehingga tubuhnya terhuyung ke belakang. Untung saja ada tangan yang segera membantunya untuk berdiri.

"He!! kalau jalan itu harus hati-hati jangan main nyosor saj," ucap Kania yang sedikit berteriak ke arah pria yang berjalan tergesa-gesa lalu membantu Selia sehingga tidak terjatuh.

"Makasih Ka," ucap Selia yang mengucap syukur karena sudah dibantuin yang berjalan tertatih ke dalam lift.

Kania berjalan sambil membantu Selia untuk berjalan. Mereka langsung menyetor formulir pendaftaran.

"Makasih mbak, kalau boleh tahu kapan yah wawancaranya?" tanya Kania dengan penuh harap.

"Informasi tersebut kan segera disampaikan oleh pihak bagian HRD jadi kalian silahkan duduk di sana tapi, tolong dilengkapi berkasnya sesuai dengan persyaratannya," tutur Pegawai pria itu.

"Makasih banyak Pak atas infonya," ucap keduanya yang berterima kasih karena sudah diinfokan.

Beberapa saat kemudian, bagian HRD mengumumkan kalau hari ini juga adalah penerimaan karyawan baru. Dan kebetulan langsung akan diadakan beberapa tes dan tes terakhir adalah tes wawancara," ucap bagian HRD yang menerangkan siklus dari tahapan proses tes tersebut.

"Kami harapkan kerjasamanya dan perlihatkan kemampuan terbaik yang kalian miliki," timpal pegawai wanita yang kebetulan berdiri di sampingnya kepala Hrd.

Semua bahagia mendengar informasi tersebut tanpa terkecuali Selia dan Kania. Selia mendapatkan nomor urut yang ke dua puluh sedangkan Kania di urutan ke 13. Kata orang nomor 13 nomor yang beberapa orang hindari.

Proses penerimaan karyawan tersebut berjalan lancar dan yang sudah selesai mengikuti langkah dari semua rangkaian tes sudah bisa pulang besok pagi baru bisa datang lagi.

Selia dan Kania pun kembali ke rumah kosan mereka dan sambil menunggu hasil tes tersebut Kania kembali bekerja di Bakery Wijayanto sedangkan Selia beristirahat sejenak karena kakinya belum sembuh total.

Keesokan harinya, Selia dan Kania sudah berdiri di depan ruangan tempat acara pengumuman hasil tes tersebut. Kakinya Selia sudah tidak seperti kemarin yang masih kadang sakit sekarang jalannya sudah tidak terpincang-pincang lagi.

Beberapa saat kemudian Hasil tes pun keluar dan diantara mereka banyak yang bahagia dan ada pula yang kecewa dan sedih karena tidak lulus. Sedangkan Selia dan Kania sangat bahagia karena diterima bekerja.

Mereka saling berpelukan dan ada yang nyinyir melihat tingkah laku mereka. Tetapi, Selia dan Kania sama sekali tidak peduli dengan tatapan mata dari orang-orang.

Satu minggu kemudian Selia dan Kania sudah bekerja di masing-masing divisi. Selia di divisi keuangan sedangkan Kania di divisi Hubungan Masyarakat humas.

Hari terus berlalu, tak terasa sudah dua tahun mereka bekerja di Perusahaan tersebut. Selia semakin dewasa dan bijaksana dalam menghadapi kerasnya kehidupan.

Dia juga sudah tidak mengontrak rumah lagi bahkan ia sudah membeli perumahan dengan tipe sedang. Rumah tersebut terdiri dari 3 kamar yang cukup untuk keluarganya yang rencananya akan pindah ke ibu kota Jakarta.

Hari ini Perusahaan Indomarco Prismatama Andreas akan kedatangan pemilik perusahaan yang baru. Perusahaan tersebut diambil alih oleh pemimpin baru dari luar negeri.

Sehingga hari ini Selia dan yang lainnya sangat sibuk untuk mempersiapkan diri mereka dan segala persiapan untuk menyambut kedatangan Pemimpin sekaligus pemilik perusahaan tempat di mana mereka bekerja.

Selia hari ini menjadi perwakilan dari divisi keuangan untuk menyampaikan beberapa pencapaian dan penjabaran dari visi dan misi dari setiap divisi. Selia mempersiapkan dirinya dengan baik karena tidak ingin membuat kecewa atasannya.

Selia menyampaikan hal tersebut di depan Presdir barunya dalam bahasa Inggris dan juga dalam bahasa Indonesia dengan lancar dan sangat menguasai dari yang disampaikan oleh Selia.

Semua bertepuk tangan setelah Selia selesai menyampaikan hal tersebut. Presdir lama mereka terkesan dengan penampilan dari Selia.

"Selamat Selia kamu berhasil menyampaikan hal tersebut dengan baik dan lancar" ucap pujian dan selamat dari teman satu Divisinya.

"Makasih, ini semua karena bantuan kalian juga sehingga saya bisa melakukan semua ini dengan baik sesuai dengan apa yang kita harapkan,"sahut Selia yang merendah.

Hari itu Selia sebenarnya tidak ingin berangkat ke kantor karena dirinya merasakan sesuatu hal aneh seakan-akan ada firasat buruk yang akan terjadi.

Tetapi karena, hari ini Selia akan bertemu dengan seorang klien dari Cina dan Presdir mereka langsung menunjuk Selia untuk secara langsung ikut ke dalam rombongan tersebut.

Baru beberapa menit pertemuan tersebut berlangsung, hp Faika berdering dan bergetar di dalam tasnya. Faika yang menyadari hal tersebut segera memeriksa hpnya dan meminta ijin kepada atasannya untuk mengangkat teleponnya tersebut.

Untung saja giliran Selia sudah menjabarkan di depan klien Perusahaan mereka. Sehingga Selia tidak terlalu merisaukan hal tersebut saat dirinya meminta izin untuk mengankat telponnya. Selia menelpon di luar dekat pintu masuk tempat pertemuan tersebut.

"Halo Sania ada apa dek?" tanyanya dengan nada yang lembut.

"Kakak bapak masuk rumah sakit tadi pagi bapak jatuh dari motor," ucap Sania yang sudah menangis tersedu-sedu.

"Jadi bapak gimana Dek, apa bapak baik-baik saja?" tanya Selia yang sudah mengkhawatirkan keadaan Bapaknya di kampung.

"Bapak sudah di rumah sakit dan sekarang sementara di ruang operai,i" jawab Sania lagi.

"Ibu mana dek, kakak mau bicara sama Ibu," ucap Selia.

Sania langsung menyerahkan hpnya ke tangan ibunya.

"Assalamu alaikum nak," sapa ibunya Sania Ibu Nurhalima yang menyembunyikan kesedihannya itu.

"Waalaikumsalam gimana sekarang keadaannya Bapak Bu?" tanya Sania yang sudah cemas.

"Bapak keadaan bapakmu kritis nak, kalau bisa kamu pulanglah dulu lihat kondisi bapakmu nak," harap Ibu Nurhalima.

"Nanti aku tanya atasanku dulu Bu, mudah-mudahan mereka bisa memberikan izin kepadaku," jawab Selia yang berusaha menahan tangisnya itu.

"Waalaikumsalam" ucap ibu Nurhalima sebelum menutup telponnya.

"Aku tutup dulu telponnya ibu, nanti kabari lagi apa pun yang terjadi kepada bapak, waalaikumsalam," pinta Selia sebelum menutup telponnya.

Selia segera menunggu pertemuan tersebut selesai dan meminta izin kepada temannya bahwa dirinya meminta ijin untuk pulang kampung. Temannya pun langsung memberikan izin tersebut karena Selia selama ini belum pernah mengambil cuti tahunannya.

Selia pun berangkat ke kampung halamannya dengan memakai jasa pesawat terbang. Biasanya ia pulang kampung hanya memakai kapal laut saja.

Tetapi itu kan butuh waktu lama sehingga dia memutuskan untuk naik pesawat saja.

Sesampainya di rumah sakit, Selia kaget melihat ibunya dan keluarga lainnya sudah menangis histeris.

"Apa yang terjadi, kenapa orang-orang semuanya menangis histeris?" Selia membatin.

Bab. 3. Duka Mendalam

Kematian selalu menyisakan luka yang mendalam bagi setiap orang. Terlebih saat keluarga atau orang-orang terdekat telah menemui ajalnya, tentu hal ini menjadi peristiwa yang sangat memilukan.

Sebagai manusia yang masih diberi kesempatan untuk hidup, sudah seharusnya selalu mendoakan orang yang sudah meninggal agar diberi tempat terbaik di sisi Tuhan Yang Maha Kuasa.

Pesawat yang ditumpangi oleh Selia Angela Hayu take off dari Bandara Internasional Soekarno Hatta menuju Bandara Sultan Hasanuddin Makassar.

Sedari tadi pikirannya selalu tidak tenang dan pikirannya selalu tertuju kepada bapaknya. Dia tidak tenang dan harap-harap cemas dengan kondisi bapaknya dirawat di rumah sakit.

"Ya Allah… lindungilah selalu Bapakku dan panjangkanlah umurnya kedua orang tuaku," batinnya Selia.

Selia yang tidak sabar ingin segera sampai ke kampung halamannya. Kira-kira kurang lebih satu jam lebih perjalanan Selia dari Jakarta ke Makassar dengan memakai pesawat terbang komersial.

Sesampainya di Bandara Sultan Hasanuddin Makassar. Selia segera memesan taksi ojol. Karena dari Bandara ke kampung halamannya membutuhkan kurang lebih 2 jam perjalanan lagi.

Selia masuk ke dalam mobil tersebut, dan memberitahu kepada pak supir untuk mengantarnya sampai ke rumah sakit umum daerah kabupaten.

Selia mencoba untuk menghubungi nomor hp adiknya, tapi nomor hpnya Sania tidak aktif.

"Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif atau berada di luar jangkauan coba beberapa saat lagi atau meninggalkan pesan setelah nada bit berikut ini," ucap Mbak operator.

Berulang kali Selia menelpon nomor hp adiknya, tapi hasilnya masih sama tidak aktif dan sulit untuk dihubungi.

"Kok nomor hpnya Sania sama Sesha tidak aktif yah?" Selia membatin pada dirinya sendiri.

Sejak Selia bekerja dan sudah mempunyai rumah sendiri, Dia sudah mengajak kedua orang tuanya dan adik-adiknya untuk menetap di Ibu kota.

Tetapi, bapaknya menolak permintaan dari anak sulungnya itu. Alasannya karena di kampung lah dia dilahirkan dan dibesarkan sehingga keinginan Bapaknya agar dia kelak nanti meninggalnya di kampung halamannya juga.

Pak Nur Syam selalu menolak dengan berbagai alasan jika Selia mengajaknya untuk pindah rumah dan menetap di Ibu Kota Jakarta.

Beberapa menit kemudian, Selia sudah sampai di depan rumah sakit umum daerah M. Dia segera membayar ongkos taksi online tersebut.

"Makasih banyak pak," ucapnya sambil mengulurkan uang merah tiga lembar ke arah pak supir.

"Ini kembaliannya Mbak," ucap pak supir yang baru ingin menghitung sisa uang kembalian Delia.

Tapi, Selia langsung menolak uang tersebut sambil melangkahkan kakinya menuju ke area dalam RS.

"Kembaliannya untuk bapak saja," pinta Selia yang sudah berlari ke dalam rumah sakit menuju UGD.

Tapi alangkah kagetnya saat dirinya melihat Ibunya dan keluarganya yang lain sudah menangis histeris. Ia pun spontan berlari dan sudah tidak peduli dengan barang bawaannya.

Seliasudah meneteskan air matanya, ia semakin mempercepat langkah kakinya.

Ia berlari dan langsung memeluk tubuh ibunya dari arah belakang,"Ibu apa yang terjadi dengan Bapak?." tanya Selia yang sudah menangis.

Ibunya tidak kuasa untuk berbicara dan hanya menangis tersedu-sedu.

"Kakak, bapak sudah...." Ucap Sania yang tidak mampu dia melanjutkan ucapannya.

"Kamu harus sabar Nak, bapakmu sudah pergi untuk selamanya," ucap Tantenya adik dari mamanya Bu Noer Halimah..

"Itu tidak mungkin!! pasti kalian ngeprank kan, iya kan?" Terangnya Selia yang tidak ingin mempercayai kenyataan kalau bapaknya sudah meninggal.

Dia segera langsung berlari ke arah jenazah Bapaknya. Selia tidak kuasa untuk membendung air matanya yang akhirnya tumpah juga. Tapi ia terus berusaha untuk tidak meratapi kepergian Bapaknya.

"Kamu harus sabar Nak, jangan lah lemah di hadapan ibumu" timpal Omnya Selia kakak dari ibunya.

Selia hanya menganggukkan kepalanya dan bersujud di kaki Bapaknya.

"Maafkan Selia Pak, aku sudah banyak salah sama Bapak tidak ada di samping bapak saat yang terakhir kalinya," tutur Selia yang menyesal karena terlambat datang.

Selia tidak ingin meraung karena tangisan yang meraung itu tidak baik untuk orang yang meninggal dan sama saja akan semakin memberatkan langkahnya Pak Nur Syam.

"Om tolong urus kepulangan bapak, masalah biayanya biar saya yang mengurusnya," pinta Selia.

Sedangkan saudara dari bapaknya yang hanya tantenya saja seorang saudara dari bapaknya enggan untuk mendekati Selia dan kedua adiknya. Karena sedari tadi tantenya hanya berdiri saja dan enggan untuk mendekati Selia.

Tantenya sedikit pun tidak berusaha untuk memberikan dukungannya untuk Ibu maupun semua adiknya. Bapaknya hanya dua orang bersaudara sedangkan ibunya tiga orang.

Dan kebetulan semua saudara dari mamanya tinggalnya di luar daerah bahkan ada yang tinggal di daerah Jawa. Hanya adik dari Bapaknya saja yang tinggal bersama mereka di kampung.

Dia mengurus administrasi kepulangan bapaknya. Selia pun ikut dalam mobil ambulans yang membawa Jenazah Bapaknya.

Ia dan kedua adiknya tak hentinya menciumi jenazah Bapaknya. Dan setiap kali dirinya meneteskan air matanya Ia buru-buru menghapus air mata tersebut.

Rumah duka sudah dipadati oleh tetangga, keluarga dekat maupun kerabat yang jauh sudah berdatangan. Mereka turut berbelasungkawa atas meninggalnya Bapak Nur Syam.

Tetangga mengenal bapak Nur yang baik hati, ringan tangan suka membantu tetangga yang kesusahan, ramah dan menyayangi anak-anaknya.

Mereka ikut meneteskan air matanya dan turut berduka cita atas kepergian Pak Nur untuk selamanya.

Bahkan banyak yang tidak percaya akan berita kematian bapak Nur Syam, karena mereka tidak mendengar berita sama sekali tentang berita jika Pak Nur yang menderita suatu penyakit.

Sehingga mereka kaget dan tidak percaya saat berita beredar kalau beliau telah meninggal dunia dalam kecelakaan lalu lintas di jalan raya.

Karena kematian bapaknya Selia sesudah subuh sehingga setelah shalat ashar sudah siap untuk disemayamkan dan dikebumikan di TPU yang ada di kampungnya.

Tangis haru dari semua sanak keluarga terdengar saat keranda yang membawa bapaknya perlahan meninggalkan rumahnya Selia.

"Ibu di sini saja, biarkan Selia sama adik-adik yang pergi ke kuburan mengantar bapak" ucap Selia membujuk ibunya.

Setelah selesai dikebumikan jenazah dari bapaknya Selia, orang-orang yang datang melayat sekaligus mengantarkan bapaknya Selia ke peristirahatan terakhir kalinya Pak Nur Syam.

Mereka pun satu persatu meninggalkan TPU tersebut. Tinggallah Selia dan adik-adiknya, ia dan adiknya menabur bunga di atas pusara Bapaknya.

Air mata dari mereka tumpah dan tidak henti-hentinya meneteskan air matanya saat tubuh pak Nur Syam perlahan ditimbun tanah yang sedikit basah dan lembab

"Bapak maafkan Selia yah, tenanglah disana bapak, insya Allah.. kami ikhlas dan sabar melepas kepergian bapa," ucap Selia yang terakhir mencium nisan bapaknya.

"Kami pamit pulang dulu Pak, besok kami akan datang lagi menjenguk bapak," tuturnya ucap ketiga Putrinya saat berpamitan pulang dari makam tpu umum yang ada di kampungnya.

"Maafkan Sesha pak yang selalu saja nakal dan tidur di kamar bapak, dan mengganggu tidurnya bapak," ucap Sesha adik bungsunya Selia.

Sesampainya di rumah, Selia kembali shock melihat kondisi ibunya yang sudah pingsan dan harus membutuhkan perawatan khusus.

"Bu bangun Ibu, kita harus ikhlas melepas kepergian bapak, Allah lebih menyayangi bapak dari pada kita Bu, ini sudah ketentuannya Alla," ucap Faika yang memeluk tubuh ibunya yang sudah terkapar di samping kanannya jenazah Pak Nursyam.

Om dan tantenya Selia pun ikut menginap di rumahnya, karena mereka tinggal di luar daerah. Mereka memutuskan untuk menginap beberapa hari disana sampai acara tausiah ke tujuh harinya selesai.

Kematian datangnya selalu tiba-tiba dan dengan cara yang berbeda-beda pula, jika ada seorang yang tahu kapan dia akan meninggal pasti lah orang tersebut akan mempersiapkan bekal dan kematiannya dengan baik pula. Tapi itu semua menjadi rahasia dari Allah.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!