"Terus mas, lebih dalam," kata Monica saat berada di bawah Kungkungan Radit kekasihnya.
Kenikmatan yang Radit berikan membuat Monica terus meminta Radit memompa lebih cepat.
Radit yang melihat sang kekasih mengerang penuh nikmat semangat sekali memaju mundurkan pinggulnya dan kini telah sampailah mereka berada di puncak kenikmatan.
Radit terkapar tak berdaya di atas Monica sebelum dia mencabut batang ******** miliknya.
"Mas turun dong lelah nih," pinta Monica.
Radit segera mencabut miliknya lalu terlentang di samping Monica.
Ya begitulah cara berpacaran Radit dan Monica, mereka selalu melakukan hubungan layaknya suami istri setiap bertemu meski dalam keyakinan mereka berdua hal tersebut sangat dilarang.
"Aku harus pergi karena ada meeting dengan klien bersama pak Brata," kata Radit lalu beranjak memunguti pakaiannya.
"Selalu pergi setelah dapat jatah, enak sekali kamu mas," protes Monica dengan memajukan bibirnya.
Radit tersenyum kemudian menatap kekasihnya tersebut.
"Nanti kalau aku gajian aku tambah deh jatah kamu," bujuk Radit supaya Monica tidak merajuk padanya karena kalau sampai merajuk dia tidak dapat jatah dari sang kekasih.
Mendengar tambahan jatah, Monica langsung tenang dan segera menyuruh Radit segera menjemput bosnya.
***********
"Radit, setelah meeting nanti ada yang ingin aku bicarakan padamu," kata Pak Brata.
Radit mengerutkan alisnya, penasaran apa yang ingin pak Brata bicarakan padanya.
Tambahan gaji kah?
Atau pak Brata ingin mengangkatnya menjadi CEO? atau ada hal lainnya lagi?
Berbagai asumsi datang satu persatu ke kepala Radit dan ini membuat Radit senyum-senyum sendiri.
Tiga jam berlalu, Radit dan Pak Brata bersiap untuk pulang.
"Alhamdulilah ya pak meeting kita lancar, mereka juga mau kerja sama dengan kita," kata Radit.
"Kamu memang luar biasa Radit, gak salah saya pilih kamu sebagai asisten," sahut Pak Brata.
"Bapak terlalu memuji saya padahal ini karena memang sepak terjang perusahaan yang sudah plus di mata dunia," pungkas Radit.
Mobil terus melaju di keramaian malam dan tak berselang lama mobil kini memasuki halaman sebuah rumah mewah yang bergaya klasik modern.
"Kita bicara di dalam," kata pak Brata.
Radit mengangguk lalu keluar dari mobil, dia berlari untuk membukakan pintu mobil bosnya.
Dengan menunduk dia mengikuti pak Brata, sikapnya sungguh sopan sehingga pak Brata sangat menyukai Radit.
"Duduklah Radit," titah pak Brata saat memasuki ruang kerjanya.
Radit pun duduk di sofa yang kemudian disusul pak Brata dengan minuman kaleng di tangannya.
"Minum dulu Radit," kata pak Brata dengan menyodorkan minuman kaleng pada Radit.
"Terima kasih pak," kata Radit.
Pak Brata duduk di samping Radit, beliau merasa ragu untuk menyampaikan keinginannya, takut kalau Radit menolaknya.
Pak Brata nampak terdiam dan ini membuat Radit penasaran.
"Bapak mau ngomong apa?" tanya Radit.
"Bapak takut kalau kamu tidak mau menerimanya," jawab pak Brata.
Radit kini terdiam, berbagai asumsi negatif kini berganti hinggap di kepalanya.
Apa aku akan dipecat? atau jabatan sebagai asisten akan dicabut? atau aku akan diroling?
Seketika wajah Radit memucat kalau sampai asumsinya benar bagaimana dengan nasib Monica? hanya dialah yang bisa membuat Radit bergejolak dan memanas saat di ranjang.
Puas memikirkan asumsi yang datang kini Radit menatap bos nya tersebut.
"Ada apa pak sebenarnya?" tanya Radit.
"Sebelumnya saya minta maaf," kata Pak Brata.
Wajah Radit kian memucat. Dia sungguh takut kalau ini mengenai pekerjaannya.
"Pak tolong jangan pecat saya," sahut Radit.
Mendengar kata Radit tentu membuat Pak Brata tertawa.
"Siapa yang akan memecat kamu Radit, kinerja kamu sangat bagus, saya membutuhkan kamu untuk selalu di samping," timpal pak Brata.
"Lalu bapak mau bicara apa?" tanya Radit.
"Saya ingin menjodohkan kamu dengan anak saya Radit," jawab Pak Brata.
Duarrrrr
Radit mematung mendengar keinginan pak Brata, yang mau menjodohkan dirinya dengan Putri beliau.
"Apa pak?" tanya Radit.
"Saya memiliki anak yang sudah cukup umur untuk menikah, dia sangat pemalu sehingga dia tidak bisa mencari kekasih. Saya ayahnya sangat khawatir bagaimana jika saat saya meninggal nanti dia masih sendiri," jawab pak Brata.
"Saya melihat kamu pas sekali untuk Alya anak saya, selain sopan kamu juga cakap dalam berbisnis sehingga suatu saat jika saya meninggal saya memiliki pewaris perusahan saya karena tidak mungkin mewariskan pada Alya yang sangat pemalu itu," imbuh pak Brata.
Radit terdiam mencerna kata-kata atasannya barusan, bagi Radit tentu ini adalah kesempatan emas untuk memiliki sebuah perusahan besar tapi bagaimana dengan Monica? apa dia harus merelakan hubungan mereka yang sudah berjalan lama?
"Radit," panggil pak Brata.
Radit yang asik memikirkan kata-kata Pak Brata tentu tidak mendengar panggilan atasannya sehingga pak Brata menepuk bahu Radit.
"Eh iya pak," kata Radit setelah keluar dari lamunannya.
Pak Brata nampak tersenyum, sangat terlihat kalau Radit bimbang dengan keinginan atasannya tersebut.
"Kalau kamu keberatan saya tidak akan memaksa, saya bisa memilihkan jodoh yang lain untuk anak saya," pungkas Pak Brata.
"Bukannya saya tidak mau pak, tapi saya takut jika anak pak Brata tidak mau menerima saya karena saya hanyalah asisten anda," ucap Radit.
Pak Brata tertawa mendengar ucapan Radit.
"Alya adalah anak yang penurut apa yang menjadi titah saya pasti dia akan menurutinya Radit jadi kamu nggak usah khawatir akan hal itu," kata pak Brata.
"Tinggal atur waktu saja untuk bertemu dengannya," imbuh Pak Brata.
Radit tersenyum sambil mengangguk.
Keesokannya sebelum berangkat ke kantor, Radit menyempatkan diri untuk ke rumah kontrak Monica dia ingin membahas tentang perjodohan yang bosnya tawarkan.
"Tidak mas, lalu aku bagaimana kalau kamu menikah dengan anak bos kamu?" tanya Monica.
"Aku akan tetap bersama kamu sayang, ini adalah kesempatan emas aku untuk menjadi seorang CEO, kuharap kamu mau mengerti," jawab Radit.
Monica cemberut dia sungguh tidak rela jika Radit menikah dengan anak bosnya.
"Enak sekali kamu menyuruh aku mengerti mas," protes Monica.
Radit tersenyum, melihat bibir Monica yang maju ke depan membuatnya ingin melahap bibir kekasihnya tersebut.
Radit menaikkan dagu Monica ingin melahapnya namun Monica menangkis tangan Radit.
"Nggak mas," kata Monica ketus.
Radit menghela nafas lalu membelai rambut kekasihnya tersebut.
"Begini, setelah aku menjadi suaminya aku akan menjadi kaya karena cepat atau lambat pak Brata akan mengangkat aku menjadi CEO dan saat itu tiba aku akan menikahi kamu," jelas Radit.
Monica mengerutkan alisnya.
"Menjadi nomor dua tapi dinomorsatukan pasti tidak jadi masalah buat kamu kan sayang," imbuh Radit lagi.
Monica menatap Radit dengan tatapan tak biasa, dia tidak yakin dengan kekasihnya tersebut.
"Kamu yakin mas?" tanya Monica meyakinkan.
"Yakinlah, nanti kita akan bulan madu ke Eropa seperti yang kamu impikan, pergi ke sungai Are di Swiss, pergi ke menara Eiffel, pergi ke Italia dan lain-lain lagi," jawab Radit.
Mendengar bulan madu ke Eropa membuta mata Monica menghijau, dia yang dasarnya wanita matre tentu dengan senang hati kini membiarkan Radit menikahi anak atasannya.
"Tapi jatah aku masih berjalan kan? dan jangan lupa akan janji kamu ya untuk menjadikan aku istri kamu dan bulan madu ke Eropa," kata Monica.
"Siap sayang, apapun akan aku lakukan," sahut Radit.
Radit kini tersenyum menyeringai, Dewi Fortuna benar-benar berpihak padanya karena sebentar lagi keinginannya akan terkabul semua mulai dari menjadi seorang CEO dan menikahi Monica serta jalan-jalan ke Eropa.
Pak Brata rencananya hari ini ingin mempertemukan Radit dan Alya, memang Radit beberapa kali datang ke rumah tapi dia tidak pernah sama sekali bertemu dengan Alya
"Baik pa, jam berapa dia akan datang?" tanya Alya
"Nanti mungkin jam sepuluhan," jawab pak Brata.
Waktu sudah menunjukan pukul sepuluh, seorang pelayan datang melaporkan kalau ada Radit menunggu di ruang tamu.
Alya dan pak Brata segera menemui Radit.
"Pagi Radit," sapa Pak Brata.
Dengan sopan Radit berdiri dan mengangguk seraya membalas sapaan pak Brata.
"Pagi juga pak," balas Radit.
Mata Alya dan Radit bertemu nampak senyuman merekah dari bibir Alya begitu pula dengan Radit.
"Pagi mas," sapa Alya.
"Pagi Non Alya," balas Radit.
Pak Brata mempersilahkan Radit duduk kembali, Alya dan pak Brata duduk berseberangan dengan Radit.
"Jangan panggil non Radit, panggil saja namanya," kata Pak Brata.
"Siap pak Brata," sahut Radit.
Meski nampak malu-malu tapi Radit dan Alya langsung akrab dan ini membuat pak Brata senang.
"Karena kalian kelihatan saling suka jadi saya percepat saja pernikahan kalian," kata Pak Brata.
"Dan untuk kamu Radit, segera ajak orang tua kamu kesini ya," imbuh Pak Brata.
"Siap pak," sahut Radit.
Radit dan Alya saling pandang, inilah kali pertama Alya merasa bergetar saat melihat seorang pria. Senyum manis Radit mempu membuat Alya kesengsem hingga jatuh hati pada pandangan pertama.
*********
"Papa perhatian sepertinya kamu senyum-senyum sendiri," ucap pak Brata yang membuat Alya malu.
"Iya pa, Alya masih teringat dengan mas Radit," sahut Alya.
"Kamu jatuh cinta padanya ya," goda pak Brata.
Alya nampak malu-malu, dia sungguh tak percaya secepat ini bisa jatuh cinta dengan Radit.
"Papa lega Alya karena sebentar lagi kamu akan segera menikah dengan Radit, papa yakin dia akan bisa membahagiakan kamu," kata Pak Brata.
"Iya pa, mas Radit sangat sopan dan sangat tampan," sahut Alya.
"Jadi papa nggak salah pilih kan," kata Pak Brata.
Alya tersenyum dan mengangguk.
Waktu berlalu dengan cepat kini adalah hari yang ditunggu-tunggu oleh keluarga Pak Brata yaitu pernikahan Alya dan Radit.
Pak Brata sungguh bahagia karena Alya telah mendapatkan suami yang menurutnya baik.
"Selamat untuk kalian," kata pak Brata.
"Selamat ya untuk kalian berdua," ucap Bu Mery ibunda Radit.
"Iya Pa, Bu," ucap Alya dengan tangis bahagia.
Seusai acara pernikahan yang megah kini Radit dan Alya segera menuju kamar pengantin mereka berbeda dengan Radit, Alya nampak gugup bahkan bibirnya nampak kering.
"Sayang, rileks jangan gugup," bisik Radit.
Alya mengangguk, seusai melepas semua pakaian pengantin dan membersihkan riasannya Alya dan Radit bersua di atas ranjang pengantin mereka.
Radit membawa Alya dalam pelukannya.
"Aku sangat bahagia bisa menikah dengan kamu, bagiku kamu adalah anugerah terindah dari Tuhan sayang," kata Radit bergombal.
"Benarkah mas," sahut Alya.
Tak ingin bergombal lebih lagi, Radit mulai melepas pakaian Alya. Setelah Alya polos Radit langsung saja mengerjainya.
Tubuh Alya berbeda dengan tubuh Monica kekasihnya, tubuh Alya serba kecil, tak berisi dan dadanya kurang sintal namun meskipun begitu Radit tetap menikmati tubuh sang istri.
Alya dan Radit mendesaaaaahhh, saat milik Radit berhasil menerobos goa sempit milik Alya.
"Sakit mas," kata Alya yang kesakitan saat Radit berhasil masuk area pribadinya.
"Iya kita lakukan dengan pelan ya," sahut Radit.
Alya mengangguk.
Meski Radit tidak mencintai Alya tapi dia mampu berakting epic untuk membodohi Alya dan Pak Brata.
Setelah mendapatkan pelepasannya Radit mengajak Alya untuk istirahat.
Hari berjalan sebagai mana mestinya, sudah setahun Radit dan Alya menikah. Sikap lembut dan sayang Radit membuat Alya semakin jatuh cinta pada sang suami dan ini membuat Pak Brata sangat bahagia dan lega bahkan dia berniat untuk menjadikan Radit sebagai penggantinya.
Meski Radit diminta untuk mengantikan dirinya sebagai CEO tapi semua aset milik Pak Brata tetap atas nama Alya.
"Radit sudah waktunya papa menyerahkan urusan perusahan kepadamu, papa yakin kamu bisa menghandle semua," kata pak Brata.
Radit tersenyum merekah akhrinya selama satu tahun akting jadi menantu dan suami yang baik kini waktunya mendapatkan semuanya.
"Baik pa, Radit janji akan membuat perusahan lebih maju lagi supaya papa bangga dengan Radit," sahut Radit dengan tersenyum licik.
Radit yang berhasil menjadi CEO, memiliki niatan jahat pada Pak Brata, dia tidak ingin berlama-lama pura-pura menjadi suami dan menantu yang baik.
Siang ini Radit menemui ibunya Merry, dia ingin ibu Merry membantunya untuk menyingkirkan pak Brata.
"Radit lelah Bu, berpura-pura mencintai wanita lemah seperti Alya," kata Radit.
"Sabar Radit, lalu apa rencana kamu selanjutnya?" tanya ibu Mery.
"Kita singkirkan pak Brata Bu, lalu Radit ingin menikahi Monica, kasihan dia terlalu lama menunggu Radit," jawab Radit.
Bukannya meluruskan anaknya yang salah jalan, ibu Mery malah mendukung sang anak untuk melenyapkan pak Brata besannya serta menikahi wanita lain.
Kegilaan akan harta membuat kedua orang ini buta, seperti kata pepatah Jawa dikasih hati masih menginginkan ampela, sudah dikasih kebahagian masih menginginkan yang lain.
Keesokan harinya ibu Mery ingin melancarkan aksinya, dia dikasih tau Radit kalau pak Brata memiliki penyakit jantung yang cukup parah sehingga Radit ingin ibu Mery menukar obat milik pak Brata dengan obat yang memicu serangan jantung.
Yang benar saja sesaat setelah meminum obat yang ditukar ibu Mery pak Brata mendadak mendapatkan serangan jantung sehingga membuat beliau meninggal seketika.
Kejam memang kejam, sadis memang sadis jiwa yang sudah dikuasai iblis tidak akan pernah puas akan sebuah kebaikan, air susu benar-benar dibalas dengan air tuba.
Pak Brata tergeletak tak berdaya di lantai, Alya yang kebetulan ingin melihat pak Brata kaget karena melihat papa tercintanya tergeletak di lantai sudah tak bernyawa.
Alya berteriak memanggil pelayan, ibu Mery yang masih berada di sana pura-pura masuk kamar untuk melihat apa yang terjadi.
Akting epic segera dijalankan, pura-pura bersedih akan meninggalnya sang besan.
"Papa kamu kenapa Alya?" tanya Bu Mery yang pura-pura panik dan cemas.
"Tidak tau ma," jawab Alya.
Pelayan memeriksa keadaan pak Brata, dia sungguh kaget karena pak Brata telah meninggal dunia.
"Maaf non, bapak telah meninggal," kata Pelayan.
Alya yang mendengarnya langsung histeris dia tidak menyangka kalau papanya akan pergi secepat ini padahal tadi pagi ayahnya masih sarapan bersamanya.
"Pagi tadi papa baik-baik saja ma, Alya tadi sempat bercanda sama papa," kata Alya dengan menangis.
"Alya dengar, kita tidak atau kapan malaikat maut akan melakukan tugasnya. Ibu minta kamu sabar dan ikhlas menerima ini semua," bujuk ibu Mery.
Radit segera pulang saat mendengar Pak Brata meninggal dunia, dia pura-pura bersedih dan menghibur Alya sang istri.
"Sudah dong sayang jangan meratapi kepergian papa, kita dianjurkan untuk mendoakan bukan meratapi kepergian papa," bujuk Radit.
"Alya masih tak percaya saja mas, tadi papa baik baik saja," sahut Alya.
"Kita tidak tau kapan malaikat maut melakukan tugasnya sayang, sudah jangan menangis kita harus ikhlas, ingat kamu kan masih punya aku," hibur Radit.
Alya mengangguk, dia sungguh beruntung mendapatkan suami sebaik Radit.
Seminggu setelah kepergian pak Brata sikap Radit mulai berubah, dia tak sehangat biasanya.
Radit mulai kasar pada Alya dan ini membuat Alya heran dan bingung dengan perubahan sang suami.
"Kenapa sih mas, kamu bersikap kasar seperti ini," protes Alya saat Radit mendorong tubuh Alya yang memeluknya.
Radit tertawa keras mendengar penuturan Alya.
"Lihatlah nanti ada surprise buat kamu," kata Radit dengan senyuman menyeringai kemudian pergi.
Alya memandang Radit dengan tatapan tak biasa, apa surprise dari Radit nanti sore?
Sore harinya Radit datang dengan membawa Monica ke rumah. Alya yang melihatnya bertanya-tanya siapa yang dibawa pulang Radit?
"Ini siapa mas?" tanya Alya.
"Istri aku," jawab Radit.
Alya malah tertawa dia menganggap kalau Radit becanda.
"Mas nggak lucu tau candaan kamu, ultah aku masih lama jangan ngeprank ah," kata Alya.
"Siapa yang ngeprank kamu Alya, dia memang istri aku. Kami baru saja menikah," sahut Radit lalu memeluk Monica bahkan dia mencium Alya di depan mata Alya.
Alya sangat shock tubuhnya membatu melihat Radit dan Monica saling peluk hingga tak terasa air matanya keluar.
"Tanah kuburan papa masih belum kering dan kamu tega membawa wanita lain ke rumah ini mas," kata Alya dengan menangis.
Bukannya menenangkan istrinya Radit malah mencengkeram lengan Alya dengan kuat.
"Hey Alya, aku sudah lama menunggu momen seperti ini!" bentak Radit.
"Monica adalah kekasih aku, kami berhubungan jauh sebelum aku dijodohkan oleh tua bangka itu dengan kamu," imbuh Radit.
"Kenapa kamu nggak bilang kalau kamu telah memiliki kekasih mas," teriak Alya.
"Kalau aku bilang aku nggak akan jadi CEO dong, gimana ya jelasinnya ke kamu," sahut Radit dengan tertawa.
"Tega kamu mas," teriak Alya.
"Sudahlah jangan lebay lebih baik sekarang antar Monica ke kamar kita, lalu kamu ambili barang-barang kamu dan pindah ke kamar tamu karena sekarang Monica adalah ratu di rumah ini," ucap Radit.
"Enggak ini rumah aku," tolak Alya.
"Jangan membantah! atau aku buang kamu," ancam Radit.
Alya yang lemah tentu tidak bisa melakukan apa-apa selain menerima keputusan Radit yang sangat-sangat menyakitkan.
Hidup Alya benar-benar seperti di dalam neraka, Radit dan Monica memperlakukannya dengan buruk.
Alya hanya bisa menangis tanpa bisa melakukan apa-apa.
"Hari ini aku dan Monica akan bulan madu ke Eropa, kamu jaga mama baik-baik," kata Radit.
"Oh ya black card kamu aku bawa karena pasti di sana aku dan Monica memerlukan banyak uang," imbuh Radit.
"Itu milik aku mas, kenapa kamu nggak menggunakan uang kamu sendiri," protes Alya.
Radit tertawa.
"Alya, Alya uang istri kan uang suami juga begitu pula sebaliknya," kata Radit.
"Uang kamu uang Radit juga dan uang Radit uang aku, kan aku juga istrinya," sahut Monica.
"Jahat kalian," kata Alya.
"Gimana ya, memang beginilah kami," timpal Monica.
Ibu Mery yang baru datang dari dalam ikut gabung lalu memarahi Alya.
"Kamu nggak usah protes Alya, masih sukur Radit nggak menceraikan kamu dan menendang kamu dari rumah ini," maki ibu Mery.
"Jangan ceraikan aku mas, hanya kamu yang aku punya," kata Alya dengan menangis.
"Ya mangkanya itu kamu harus nurut sama aku. Cinta itu butuh pengorbanan Alya," sahut Radit.
Tak ingin banyak drama mereka memutuskan untuk segera berangkat.
Alya yang sedih pergi ke pusara papanya, dia bercerita pada gundukan tanah tempat papanya istirahat untuk yang terakhir kalinya.
"Aku kira dulu Radit adalah lelaki yang baik, tapi nyatanya dia adalah lelaki mata duitan, lelaki matre yang hanya memikirkan harta bahkan kini dia memiliki istri lain pa." Alya menumpahkan keluh kesahnya di makan papanya.
Puas bercerita Alya memutuskan untuk pulang, sebenarnya dia enggan untuk pulang tapi takut kalau ibu mertuanya akan marah.
Waktu berjalan dengan cepat hari ini adalah hari dimana Radit dan Monica pulang dari bulan madu.
Monica membeli barang yang banyak, dia juga membeli beberapa barang untuk ibu mery.
"Kamu baik sekali Monica," kata Ibu Mery.
"Ya iya dong Bu," sahut Monica.
Alya hanya diam saat melihat mereka bertiga sibuk dengan barang-barang yang mereka beli.
"Kamu tidak membeli apa-apa untuk Alya?" tanya Ibu Mery.
"Ya beli dong Bu," jawab Monica.
Monica mencari benda yang dibelinya untuk Alya dan ini membuat Alya tersenyum.
"Ingat aku juga dia," batin Alya.
Monica menyodorkan sebuah gantungan kecil pada Alya.
"Hadiah ini cocok buat kamu," kata Monica dengan tertawa.
Alya nampak kecewa namun dia tetap menerima hadiah Monica dengan tersenyum.
Semua perlakuan buruk Monica, Radit dan Bu Mery Alya terima dengan lapang dada, dia hanya berharap Radit bisa seperti dulu lagi meski itu nggak mungkin.
Setelah ditinggal beberapa hari, perusahaan mengalami banyak masalah hal ini membuat Radit marah pasalnya banyak investor yang menarik uang mereka.
Sehingga mau nggak mau Alya harus dilibatkan karena pimpinan sebenarnya adalah Alya.
Brak
"Brengsek Brata, ternyata semua masih milik Alya," umpat Radit.
Radit yang tidak ingin perusahan bangkrut melakukan negosiasi dengan beberapa investor, dia menjamin semuanya akan baik-baik saja selain itu dia akan membawa Alya selaku pemilik perusahaan.
Radit dan Monica khawatir kalau Alya akan menguasai perusahaan hingga mereka punya siasat untuk menghabisi nyawa Alya.
"Hanya itu satu-satunya cara supaya harta milik Alya jatuh ke tangan kita mas," kata Monica.
"Kamu betul Monica, hanya itu satu-satunya cara," sahut Radit.
Pagi ini Radit bersikap manis kembali pada Alya sebelum Alya pergi menyusul papanya.
"Alya," panggil Radit.
"Iya mas, tumben kamu masuk ke kamar aku," kata Alya heran.
"Maafkan sikap aku yang buruk padamu," ucap Radit.
Alya dengan mudah percaya akan ucapan Radit karena tak hanya bersikap manis Radit juga mengajak Alya melakukan hubungan suami istri sebelum Alya pergi.
"Ya sudah ayo kita mandi karena aku ingin pergi bekerja," kata Radit.
Alya mengangguk lalu mereka pergi mandi bersama.
Alya sangat bahagia dengan perubahan Radit dia berharap Radit selamanya bersikap manis padanya.
Kini Radit bersiap untuk berangkat bekerja, tak lupa dia pamitan pada Alya dan juga Monica.
"Hati-hati mas," pesan Alya dengan melambaikan tangan.
Selepas kepergian Radit, Monica mengajak Alya ke halaman belakang.
"Kita berenang yuk," ajak Monica.
"Aku nggak bisa berenang," sahut Alya.
Pucuk dicinta ulam pun tiba, Monica yang memikirkan cara untuk menghabisi Alya kini tak perlu bingung karena dengan sendirinya Alya memberitahu jalan kematiannya.
"Kalau begitu temani aku ya," pinta Monica.
"Baiklah," ucap Alya.
Tanpa curiga, Alya ikut Monica kebelakang. Setibanya di tepi kolam renang Monica melancarkan aksinya mumpung tidak ada orang.
Byur
Alya masuk ke dalam kolam setelah Monica mendorongnya.
Alya melambai meminta tolong pada Monica namun Monica hanya melihatnya tanpa berbuat apa-apa tak lupa senyum senangnya.
Alya yang tidak bisa berenang tentu tenggelam, Alya merasakan sakit yang luar biasa saat air masuk kedalam rongga pernafasannya baik melalui mulut ataupun hidung. Tangan yang semula berusaha naik ke permukaan mulai lemas dan Alya pun menutup matanya. Tubuhnya kini tergelatak di dasar kolam renang, Monica yang melihat Alya tenggelam berteriak memanggil pelayan.
Monica akting menangis seolah dia sedih dengan apa yang terjadi pada Alya tiba-tiba Alya membuka matanya dengan rasa sakit dia mencoba naik ke permukaan. Saat bersamaan datanglah pelayan yang membantunya untuk naik.
Alya terbatuk dan mengeluarkan air yang ada di dalam saluran pernafasannya. Di rasa tubuhnya lebih baik dia memutar bola matanya dan melihat sekelilingnya.
"Apa yang terjadi padaku, ini dimana?" Batin Alina yang masuk ke dalam tubuh Alya.
Sesaat kemudian seorang paruh baya datang menghampiri Monica dan Alya.
"Ada apa Monica?" tanya bu Mery.
"Ini Bu, Alya tenggelam," jawab Monica dengan menatap Alina yang masih bingung.
"Tunggu-tunggu, Monica Alya, aku nampak tidak asing dengan nama itu," batin Alina.
Alina membolakan matanya, dia baru sadar kalau jiwanya telah bertransmigrasi ke novel poligami yang pernah dibacanya. Novel yang sangat dia benci tapi dia terus membacanya.
"Jadi aku masuk ke tubuh si Alya lemah dan bego itu?" Alina bermonolog dengan dirinya sendiri dalam hati.
Puas memikirkan hal itu Alina mencoba bangun lalu meminta pelayan untuk mengantarnya ke kamar.
"Bawa aku ke kamar," titah Alya dengan dingin, cara bicara Alya sekarang berbeda, dari suaranya saja telah membuat Monica merinding.
Pelayan membawa Alya ke kamar sedangkan Monica dan ibu Mery masih tinggal di tepi kolam.
"Wanita ini lemah sekali, ditindas suami, madu dan mertua dia hanya diam saja, dia ini bodoh atau gimana," batin Alina dalam tubuh Alya.
Saat ini seorang jiwa mafia bengis dan kejam masuk ke dalam tubuh Alya membuat Alya hidup kembali.
Di tempatnya Monica sangat heran pasalnya jelas-jelas Alya telah tenggelam bagaimana dia bisa hidup kembali?
"Kenapa bisa gagal sih Monica?" tanya Ibu Mery.
"Entah Bu, padahal jelas-jelas tadi dia sudah tenggelam," jawab Monica heran.
"Kalau dia lapor polisi bagaimana?" tanya Ibu Mery.
"Tenang Bu, nanti kita minta mas Radit untuk menyelesaikan masalah ini," jawab Monica.
Di kamarnya Alya membuka lemari dan melihat baju-baju Alya yang tidak sesuai dengan kriteria bajunya.
"Wanita jadul," kata Alya.
Alya ingin mengembalikan kekuatannya kembali, dia ingin membuat fisik Alya kuat terlebih dahulu sehingga seni bela diri dan kekuatan tenaga dalamnya bisa dia latih lagi karena tidak mungkin melatih seni bela dirinya jika fisik begitu lemah.
Saat Radit pulang kerja, Monica menceritakan semuanya hal itu tentu membuat Radit heran.
"Baiklah aku akan menemuinya," kata Radit.
Radit pergi ke kamar Alya namun Alya tidak ada di dalam, Radit bertanya pada Pelayan dan pelayan bilang kalau Alya berada di ruang fitness.
"Alya," panggil Radit saat berada di ruang fitnes.
Alya menoleh, ingatannya akan Radit mulai menyeruak masuk ke dalam otaknya.
"Oh jadi ini suamiku, tampan tapi biadab," batin Alya.
Alya mengabaikan Radit, dia terus latihan beban berat, supaya otot ototnya terlatih.
Setibanya di ruang fitnes mata Radit membola saat melihat Alya yang hanya menggunakan hot pants dan tank top.
"Kamu ngapain?" tanya Radit.
"Berenang," jawab Alya dengan datar.
"Bukankah kamu sedang angkat berat," sahut Radit.
"Bukankah kamu sudah tau kenapa masih bertanya," timpal Alya.
Radit tercengang akan ucapan Alya, sebelumnya Alya tidak pernah seperti ini. Hari ini ada perubahan dalam diri Alya.
"Kamu ngapain latihan angkat berat?" tanya Radit lagi.
"Biar kuat, tubuh ini lemah sekali, angkat galon saja nggak kuat," jawab Alya.
Radit menatap Alya dengan tatapan tak biasa, Alya tidak seperti biasanya, tatapan Alya berubah tajam dan Alya juga mengeluarkan Aura dingin yang membuat Radit merinding.
Sesudah fitnes Alya yang lapar pergi ke ruang makan untuk makan kebetulan Monica dan ibu Mery ada di sana juga.
"Alya layani aku," titah Monica.
Alya menatap Monita dengan tatapan tajamnya.
"Brengsek wanita ini, memangnya siapa dirimu berani memerintah diriku," batin Alya.
"Lihatlah apa yang bisa aku lakukan pada wanita jahat seperti kamu, tenang aku akan membalas semua yang mereka perbuat padamu," imbuh Alya dalam hati.
Alya tersenyum menyeringai.
"Berani sekali kamu memerintah aku, aku ini adalah istri sah Radit dan aku adalah pemilik rumah ini, jika kamu berani padaku, angkat kaki dari rumah ini," ancam Alya.
Monica dan Bu Mery saling pandang, mereka berdua sangat kaget tak disangka Alya berani melawannya.
Radit yang baru datang langsung mendapati aduan dari Monica.
"Begitu caramu memperlakukan Monica Alya?"bentak Radit.
"Kenapa? nggak terima?" tanya Alya balik.
"Beraninya dirimu!" seru Radit.
"Ini rumahku, jadi kalian yang harus menurut kata-kataku bukan aku yang menurut kata kalian," sahut Alya lalu melanjutkan makannya dengan santai seolah tidak terjadi apa-apa.
Ketiga manusia biadab ini saling pandang, heran dengan sikap Alya yang berubah 180 derajat.
Alya yang pendiam, penurut kini berubah menjadi wanita berani dan sedikit menakutkan. Aura sadis Alina ikut masuk kedalam tubuh Alya yang membuat semua merinding.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!