"Akhirnya selesai juga" ucap Titiana dengan helaan napas keras.
"Iya, akhirnya selesai juga. Kepalaku rasanya sudah mau pecah. Terlalu banyak yang kita bahas dua hari ini." sahut Retta.
"Yah... begitulah kalau kita diundang meeting dari cabang hanya setahun sekali. Jadi yang dibahasnya banyak. Permasalah setiap cabang selama setahun menjadi menumpuk. Walaupun kita sudah meeting selama dua hari, tetap saja rasanya belum cukup" jawab Titiana lagi.
Sekarang ini Titiana sedang meeting tahunan yang menjadi program kerja perusahaan Titiana bekerja. Titiana bekerja di sebuah perusahaan dagang yang bergerak dalam penjualan alat-alat rumah tangga yang diproduksi di negara gingseng. Produk rumah tangga yang bisa dijangkau oleh kalangan rendah sampai kalangan atas. Perusahaan tempat Titiana bekerja tersebar di berbagai kota di seluruh Indonesia. Dan Titiana bekerja yang ada di cabang kota P.
Menjelang ulang tahun perusahaan setiap tahunnya para kepala Administrasi diundang ke kantor pusat untuk meeting tahunan. Kalau pimpinan cabang biasanya meeting per Tri wulan. Titiana adalah kepala Administrasi cabang kota P. Jadi disinilah dia sekarang, di kantor pusat untuk mengikuti meeting tahunan.
Sudah dua hari mereka dari berbagai cabang berkutat dengan pembahasan masalah-masalah yang terjadi di setiap cabang. Bersama dengan para pemimpin pusat dan para kepala setiap devisi mereka membahas setiap permasalahan. Wajar kalau mereka sudah tampak kelelahan. Tetapi rasa lelah mereka akan terbayarkan dengan acara Gala Dinner yang akan diadakan nanti malam.
Dalam acara Gala Dinner tersebut mereka semua akan dijamu dengan makanan terbaik buatan Chef terbaik juga. Mereka juga akan disuguhi acara menarik yang dipandu oleh MC kondang dan juga dihibur oleh beberapa artis terkenal. Door prize menarik akan membanjiri selama acara. Tak lupa piagam penghargaan dan hadiah-hadiah buat mereka yang berprestasi.
"Na, kita kembali ke kamar langsung yuk. Aku mau siap-siap dulu untuk acara Gala Dinner nanti malam" ajak Retta teman kerja Titiana dari cabang kota B.
"Ehhh... Acaranya kan mulai jam tujuh malam. Ini baru jam dua belas. Kok kamu dah mau siap-siap aja jam segini" jawab Titiana dengan heran. "Kita ngobrol dulu yuk sama yang lain. Dua hari ini kan kita belum sempat sekedar tanya kabar sama yang lain. Kita sekali setahun loh ketemunya"
"Ya iyalah harus siap-siap dari sekarang. Aku mau tampil cetar membahana nanti malam" jawab Retta sambil mengangkat-angkat alisnya genit.
Titiana terkekeh kecil melihat tingkah Retta. "Mau tebar pesona sama siapa hayoo?? Ingat suami dirumah loh"
"Ihhh... bukan mau tebar pesona ya. Pengen tampil wow aja, biar gak kalah aja sama yang muda-muda." Retta memutar matanya untuk melihat peserta meeting yang lain. "Lihat tahun ini banyak Kepala Administrasi yang muda-muda. Yang senior seperti kita hanya tinggal beberapa orang lagi. Jadi jangan sampai kita yang senior kalah kece dari mereka" tambahnya lagi.
"Ingat umur Ta. Bukan zamannya lagi kita sekarang saing-saingan. Biar mereka yang baru dan masih tampil menonjol. Kita dulu sudah melaluinya waktu kita masih unyu-unyu. Kalau sekarang kita tampil heboh bukannya dapat pujian malah jadi malu-maluin." Titiana mengingatkan.
"Iya juga sih. Yuk lah kita balik ke kamar. Kalaupun gak siap-siap paling tidak kita bisa istirahat. Seperti yang kamu bilang, ingat umur. Kita yang sudah tua ini butuh istirahat banyak" Retta membereskan berkas-berkasnya dan memasukkan kedalam tas tentengnya yang lumayan besar.
Titiana berpikir sebentar. Kata istirahat yang diucapkan Retta lumayan menarik perhatiannya. Ya, saat ini istirahat adalah yang paling dibutuhkannya. Soal menyapa teman-teman yang lain nanti bisa dia lakukan pada acara Gala Dinner. Titiana bergegas membereskan berkas-berkasnya juga. Dan mulai mengejar Retta yang duluan meninggalkan ruang meeting.
Titiana mensejajarkan langkahnya dengan Retta sambil sesekali menyapa atau tersenyum kepada peserta meeting yang Titiana kenal. Benar yang dikatakan Retta, banyak anak baru yang masih muda-muda tahun ini. Jadi banyak dari mereka yang belum dikenal.
"Ta, jangan bilang kita tua dong. Bilang aja senior biar enak didengarnya." protes Titiana sambil menggandeng tangan Retta. Mereka berdua berjalan beriringan dengan Titiana mengaitkan tangannya dilengan Retta menuju lobi. Mereka akan naik bus perusahaan menuju Hotel tempat mereka menginap.
"Emang sudah tua kan Na. Tadi kamu yang bilang ingat umur" sahut Retta kesal sambil memutar bola matanya.
"Umur tiga puluh lima itu belum tua Ta. Itu masih usia produktif. Jadi jangan bilang tua"
"Ya.. ya.. terserah kamu aja"
...****************...
Sesampainya di hotel tempat mereka menginap, Titiana dan Retta terlebih dahulu makan siang di restoran hotel sebelum masuk ke kamar masing-masing.
Titiana merebahkan tubuhnya ke kasur empuk tersebut. Dia ingin memulihkan tenaganya sebentar. Sebelum memejamkan mata terlebih dahulu dia menyelet alarm. Supaya nanti tidak kebablasan tidurnya. Ingin rasanya Titiana tidak menghadiri Gala Dinner tersebut, tetapi pak Satria selaku pimpinan cabang dia juga pak Prasetyo kepada devisi marketing sudah mewanti-wanti agar tidak telat apalagi sampai tidak hadir. Ntah keharusan apa yang membuat sampai kepala devisi marketing juga mengingatkannya agar hadir di Gala Dinner itu. Mungkin nanti akan dapat hadiah, Titiana berandai-andai.
Pukul lima sore Titiana dibangunkan alarm. Dengan gerakan malas dia bangun dari tempat tidur dan berjalan menuju kamar mandi sambil mengucek-ucek matanya dan sesekali masih menguap. Lumayan hampir empat jam dia tidur siang. Titiana membersihkan badannya dengan air hangat, ingin rasanya dia berendam sebentar di bathup tapi takut keasyikkan nanti jadi tambah malas berangkat. Jadilah dia mandi seperti biasanya dan dengan segera bersiap-siap.
Titiana memakai gaun malam berwarna merah marun dengan model Sabrina. Panjang gaunnya hanya sebatas lutut. Gaun yang tidak terlalu mewah tetapi juga tidak terkesan biasa saja. Dipadukan dengan sepatu hill tujuh canti berwarna khaki yang sangat cantik dikakinya. Make up yang Titiana sapukan di wajahnya juga tidak terlihat berlebihan. Dengan tampilan natural Titiana terlihat cantik malam ini.
Titiana keluar kamar sambil menenteng tas tangan kecil warna hitam dan berjalan menuju kamar Retta disebelah kamarnya.
Tok tok tok
Retta menyahut dari dalam dan menyuruh Titiana masuk. Retta belum siap berangkat, dia masih sibuk memperbaiki dress juga dandanannya yang menurut dia masih ada yang kurang. Padahal menurut Titiana sudah bagus. Malah sudah oke maksimal. Mungkin keinginan Retta untuk tampil cetar membahana badai memang harus dia wujudkan. Titiana hanya bisa geleng-geleng kepala melihat tingkah Retta. Ternyata Retta yang selalu ingin tampil menonjol seperti dulu masih waktu masih muda belum berubah.
Titiana dan Retta memasuki ballroom hotel tempat acara Gala Dinner dan mencari meja mereka yang telah diberi nama menurut cabang masing-masing. Dan kebetulan juga mereka satu meja, jadi tidak mati gaya kalau semeja dengan cabang yang tidak terlalu dikenal.
Ballroom hotel semakin lama semakin ramai. Para undangan sudah berdatangan. Bukan hanya karyawan saja yang diundang tetapi juga para relasi bisnis pak Ali Sanjaya selalu Owner perusahaan ini. Banyak pengusaha-pengusaha terkenal dan yang baru mulai terkenal turut diundang juga.
Acara akan segera dimulai. MC kondang David Williams sudah mulai memandu jalannya acara. Dimulai dari sambutan dari sang Owner pak Ali Sanjaya, juga para direksi dan petinggi-petinggi perusahaan yang diselingi dengan hiburan dari beberapa artis dan penyanyi terkenal. Miss Indonesia sebagai brand ambassador perusahaan juga tampil memukau.
Semua para undangan juga dipersilahkan menikmati jamuan makan malam yang sudah disediakan sambil menikmati acara. Begitu juga Retta dan Titiana sudah ikut mencicipi hidangan. Mereka singgah dari stand makanan satu ke stand makanan lainnya dan membawanya ke meja mereka. Sambil menikmati makanan mereka berdua juga menikmati acaranya. Sekarang lagi pengundian Doorprize yang pertama, mereka berdua tidak memgharapakan menang diputaran pertama ini, karena pasti hadiahnya masih kecil. Tetapi tetap seru juga ketika nomor undian pemenang dibacakan si MC David Williams. Sesuai harapan nomor mereka tidak memang.
Acara masih berlanjut, semakin malam semakin meriah. Hingga ditengah- tengah acara si MC memanggil James Ethan untuk tampil di atas panggung untuk menyumbangkan lagu-lagu hitsnya. Ya, artis utama malam ini adalah James Ethan, penyanyi terkenal pada zamannya yang sekarang juga merambah dunia peran dan sudah membintangi beberapa film. Para hadirin semakin heboh mendengar nama penyanyi tersebut dipanggil. Orang-orang yang tadinya duduk sekarang sudah mulai banyak yang berdiri hanya untuk melihat James Ethan.
Lainnya halnya dengan Titiana, sementara yang lain heboh dan berteriak senang mendengar James Ethan dipanggil, dia malah diam membeku. Titiana bahkan tidak bisa menelan makanan yang sudah terlanjur dia siapkan ke mulutnya. Nama yang sudah lama dia tidak dengar bahkan tidak ingin dengar kini dia dengarkan kembali. Bahkan bukan hanya mendengar tetapi juga akan melihat orangnya langsung.
Luka dan rasa sakit yang pernah dia alami beberapa tahun lalu, mungkin sepuluh tahun lalu
seakan kembali dia rasakan. Titiana berusaha keras mengangkat kepalanya untuk melihat sosok James Ethan yang sudah berdiri diatas panggung. Dia ingin melihat sudah seperti apa tampang pria itu sekarang. Pria yang pernah menjadi masa lalunya yang membahagiakan sekaligus menyakitkan. Pria itu masih penuh pesona dan karisma. Rasanya dada Titiana begitu sesak, matanya mulai panas dan seakan cairan hangat akan mengalir dari matanya.
Titiana berdiri dan ingin segera meninggalkan tempat ini. Dia tidak ingin menumpahkan air matanya disini dan jadi tontonan yang lain. Saat dia mau melangkah pergi, pak Satria memanggilnya.
"Nana, mau kemana? Jangan kemana-mana. Ingat pesan pak Prasetyo tadi". Pak Satria menghentikan langkah Titiana.
" Iya pak. Saya hanya ke toilet sebentar kok" akhirnya Titiana hanya bisa pasrah dan berlari ke arah toilet dengan tergesa sebelum air matanya benar-benar tumpah disitu, dan mengundang banyak tanya.
Di dalam toilet Titiana menumpahkan air matanya. Dia berusaha keras agar jangan sampai menangis terisak. Itu sudah menjadi masa lalu tetapi kenapa masih terasa sakit. Kenapa masih harus menangis kembali walau sudah terjadi beberapa tahun lalu. Seakan usahanya untuk melupakan rasa sakit selama ini terbuang sia-sia. Dia menarik napas dan menghembuskannya perlahan, mengulanginya kembali. Sembari menenangkan hatinya. Dia harus kuat dan harus kembali lagi ke ballroom. "Kamu bisa Na, kamu kuat" Kata-kata itu berungkali Titiana ucapkan sebagai motivasi diri sendiri.
Setelah merasa lebih tenang Titiana kembali ke ballroom, yang suasananya masih meriah. Sang penyanyi yaitu James Ethan menyayikan lagu-lagu hitsnya yang seakan tak lekang oleh waktu. Walau pun James Ethan bukan penyanyi baru lagi tetapi lagu-lagu nya masih disukai sampai sekarang. Bahkan generasi zaman now. Para hadirin ikut serta menyanyikan lagu yang dibawakan James. Bahkan ada yang berteriak-teriak histeris mungkin saking senangnya. Atau mungkin mereka adalah fans fanatik James.
Beberapa lagu sudah dibawakan James. Dia dipersilahkan duduk di meja yang sudah disediakan untuk tamu undangan terhormat yang paling depan oleh MC David.
"Baiklah para hadirin, acara akan kita lanjutkan kembali. Nah... ini adalah merupakan acara puncak kita malam ini. Yaitu pengumuman karyawan karyawati yang berprestasi selama setahun ini. Juga pengumuman kenaikan jabatan bagi mereka yang berprestasi dan dianggap layak untuk menduduki jabatan tersebut. Siapakah mereka?" seru si MC diiringi bunyi drum, semakin menambah rasa penasaran para karyawan yang hadir.
"Baiklah. Saya akan bacakan Sales terbaik terlebih dahulu ya. Dan menjadi juara ketiga adalah... " David Williams membacakan para pemenang dari juara ke tiga sampai juara pertama. Di mulai dari tingkat Sales, Collector, Kepala Cabang, dan Cabang terbaik. Sales terbaik dari cabangnya Titiana yang berarti Kepala cabang dan Cabang nya juga. Para pemenang naik ke atas panggung untuk menerima piagam penghargaan juga berbagai hadiah dan bonus berupa uang yang sudah disiapkan perusahaan. Wajah-wajah pemenang terlihat sangat bahagia sekali.
"Sekarang adalah pengumuman buat kepala administrasi yang penilaiannya dilakukan sekali dalam lima tahun untuk performa kerja mereka. Juara ketiga dipegang oleh Jane Hulu dari cabang kota J." tepuk tangan langsung meriah kembali. Karena penilaiannya hanya sekali dalam lima tahun juga yang menilai adalah orang pusat langsung jadi moment ini yang sangat mendebarkan. Karena tidak memprediksi siapa pemenangnya. Kalau Sales, Collector, Kepala Cabang dan Cabang terbaik bisa dibandingkan perolehan omzet.
"Jane mana ya? Apakah hadir malam ini. Oh... itu dia. Yuk Jane naik ke atas panggung". David Williams melanjutkan lagi untuk mengumumkan pemenang berikutnya. "Juara kedua dimenangkan oleh Santi Clarissa dari cabang kota M" tepuk tangan dan siulan kembali membahana. Santi dari cabang kota M berdiri dan naik ke atas panggung. Lima tahun lalu Santi mendapatkan juara ketiga sekarang dia naik satu peringkat.
"Kali ini aku yakin kamu Na yang akan menjadi juara satu" Retta berbisik pada Titiana yang sudah duduk kembali disebelahnya. "Kalau aku mah gak berharap dapat juara. Secara kan cabang kami omzetnya pas-pasan. Lagian aku lebih nyaman seperti ini. Lebih santai kerjanya. Hehehe... " Retta menambahkan sambil nyengir.
Retta sudah berkeluarga dan sudah punya anak yang masih balita. Akan sangat kerepotan jika cabang mereka omzet besar apalagi sampai over target, waktunya untuk mengurus anak dan keluarganya pasti akan sedikit. Karena pasti akan banyak kerjaan dan pasti akan lembur pula.
"Dan.. Juara pertama adalah... Titiana Yadi dari cabang kota P. Selamat buat mbak Titiana, berikan tepuk tangan yang meriah" lanjut David Williams.
James ketika mendengar nama Titiana dipanggil langsung memutar pandangannya ke segala arah mencari sosok yang dipanggil MC barusan. Memastikan apakah Titiana yang dimaksud adalah orang yang sama seperti yang dia bayangkan. Dan saat Titiana berjalan ke arah panggung, James melihatnya. Titiana yang dipanggil adalah orang yang sama dengan yang dia dikenal. Saat Titiana melewati meja yang diduduki James, pandangan mereka sempat bertemu sesaat. Titiana yang lebih dahulu memutus tatapannya karena dia harus memperhatikan undakan tangga untuk naik ke atas panggung. Debar jantung Titiana semakin berdetak kencang seperti baru saja lari maraton.
Sementara itu James tidak melepas pandangannya dari Titiana. Pandangan matanya penuh dengan kerinduan yang amat sangat. Ingin rasanya James berlari kearah Titiana dan memeluknya dengan erat, melepas semua kerinduan. Tetapi itu tidak mungkin dia lakukan. Mereka sudah putus sepuluh tahun lalu dan hubungan mereka tidak baik saat putus. Dan James lah yang membuat hubungan itu tidak baik bahkan bisa dibilang buruk.
Diatas panggung piagam penghargaan serta hadiah dan bonus pemenang sudah diserahkan kepada Titiana, Santi dan Jane yang diserahkan oleh kepala Regional pusat yang menjadi atasan mereka langsung. Setelah melakukan sesi foto- foto mereka hendak menuruni panggung untuk kembali ke tempat duduk mereka. Tetapi David Williams sang MC menghentikan langkah mereka.
"Ehh.. tunggu dulu. Yang lain boleh turun tetapi mbak Titiana masih ditempat dulu. Masih ada pengumuman untuk mbak. Dan pengumuman itu akan disampaikan oleh pak Prasetyo. Silahkan pak Prasetyo naik ke atas panggung" David mempersilahkan.
Setelah diatas panggung, pak Prasetyo mengambil mic yang disodorkan David. Pandangan pak Prasetyo mengarah ke Titiana. "Oke baiklah. Kamu Titiana Yadi mulai malam ini akan diangkat menjadi Staf Marketing Pusat. Kamu akan mulai bekerja di kantor Pusat bulan depan. Jadi kamu bereskan dulu semua pekerjaan kamu di cabang dan serah terima kepada pengganti kamu. Penggantimu boleh kau pilih sendiri dari Admin kamu yang kamu anggap layak"
Mata Titiana membelalak besar karena kaget akan pengumuman pak Prasetyo barusan. Dia sangat tidak mengharapakan jabatan itu. Jadi mengarahkan pandangannya ke arah pak Satria seakan meminta penjelasan. Pak Satria hanya memasang wajah datar seakan tidak tau maksud dari pandangan itu. Titiana kembali mengarahkan matanya untuk melihat pak Prasetyo dan juga seakan menuntut penjelasan. Tetapi pak Prasetyo seakan tau dengan tatapan mata Titiana jadi pak Prasetyo menambahkan, "Kenapa kaget? Harusnya kamu sudah tau akan hal itu. Saya kan sudah berapa kali menawarkan tetapi kamu tolak dengan berbagai alasan. Sekarang kamu tidak bisa nolak lagi tuhh pak Ali Sanjaya juga sudah menyetujuinya. Kalau kamu mau nolak sana tolak saja sama pak Ali langsung. Itu juga kalau kamu berani" pak Prasetyo langsung menskatmat Titiana.
Dengan wajah cemberut akhirnya Titiana pasrah dengan keputusan itu. Tidak mungkin juga dia menolak di depan pak Ali Sanjaya dan disaksikan semua orang yang hadir pula. Bisa-bisa dia jadi trending topik nanti. Aneh memang, secara yang lain akan senang naik jabatan, Titiana malah menolak.
"Titiana, coba dulu. Kerja di kantor pusat juga sangat menyenangkan kok. Terlalu sayang potensi yang kamu miliki kalau hanya kerja di cabang saja" Tiba-tiba pak Ali berkata dari tempat duduknya.
"Kalau saya kerja di pusat, jodoh saya makin jauh pak. Mungkin tidak akan ketemu, karena kerjanya lembur terus. Usia saya sudah rawan ini" Ntah dapat keberanian dari mana Titiana menjawab pak Ali. Mungkin karena masih syok dan juga karena debar jantungnya yang belum normal membuat otak dan mulutnya tidak selaras. Dan seluruh ruangan jadi heboh dengan suara tawa atas jawaban Titiana. Dia sendiri juga kaget dengan kata-katanya barusan sampai mulutnya menga-nga besar.
"Ehh... maaf maaf pak. Bukan bermaksud tidak sopan tadi hanya spontan saja" buru-buru Titiana minta maaf. Pak Ali malah tertawa melihat tingkah Titiana. Walaupun Titiana di kantor cabang tetapi pak Ali sangat mengenal Titiana. Karena kerja bagus dan juga prestasi-prestasi Titiana sehingga para petinggi perusahaan mengenalnya terlebih lagi Titiana sudah bekerja selama lima belas tahun.
"Tenang saja kalau soal jodoh Na, nanti saya carikan. Tuh... ponakan-ponakan saya juga masih banyak yang single" jawab pak Ali lagi sambil menunjuk para ponakannya yang juga duduk di meja para direksi. Sehingga ballroom itu makin heboh dengan tawa dan teriakan.
Wajah Titiana bersemu merah. Dia merasa malu dengan situasi ini. Tangannya sudah mengeluarkan keringat dingin dan juga gemetar. Dia merasa kalau orang menilai dia sudah kebelet kawin. Mengingat usia dia sekarang yang sudah tiga puluh lima tahun. Padahal orang tidak kepikiran sampai kesitu bahkan mungkin tidak tau. Titiana berbadan mungil yang tingginya hanya seratus lima puluh delapan centi saja. Wajahnya yang baby face tidak sedikitpun menunjukkan kalau usianya sudah berkepala tiga. Mana dia juga tidak pernah memakai make up tebal dan berlebihan sehingga wajahnya masih kelihatan seperti gadis dua puluhan.
Titiana turun dari panggung masih dengan wajah merahnya. Dia tidak berani mengangkat wajahnya saking malunya. Ingin rasanya dia sampai ke tempat duduknya dan menutupi wajahnya. Saat melewati meja pak Ali, beliau berkata lagi, "Titiana, nanti kamu nyanyi ya. Saya sudah lama tidak dengar suara merdu kamu".
" Iya pak, saya akan nyanyi. Tapi sawerannya harus besar ya" Tuh kan... mulut Titiana suka tidak berfilter kalau lagi gugup. Kembali lagi dia menciptakan malu buat dia sendiri. Tangannya bergerak memukul mulutnya sendiri sebagai peringatan supaya lebih hati-hati lagi dalam mengeluarkan kata-kata.
"Hahaha..." pak Ali tertawa keras melihat tingkah Titiana. Meraka yang semeja dengan pak Ali juga tertawa. "Deal.. Kalau kamu menyanyikan lagu yang saya suka minimal dua, saweran tebal akan ada ditanganmu sesaat kamu turun dari panggung" pak Ali menyanggupi tantangan Titiana.
"Baiklah pak". Hanya itu yang bisa Titiana jawab. Sebelum dia makin malu dan sebelum mulutnya makin ngaco dia buru-buru ke tempat duduknya.
James seakan tidak peduli dengan apa yang terjadi barusan, dia tidak terusik dengan apa yang terjadi disekitarnya. Fokus dia hanya satu. Titiana. Matanya seakan tak berkedip memandang Titiana. Dia seakan takut kalau dia berkedip Titiana akan hilang dari pandangannya (emang hantu kalau berkedip hilang). Titiana adalah kisah terindahnya yang tidak akan pernah dia lupakan. Kesalahan yang dia buat menjadi penyesalan terberat dalam hidupnya. Jangan ditanya soal cinta. Dia masih sangat mencintai Titiana. Gadis mungil yang manis, polos dan sedikit ceroboh yang dulu mampu membuatnya selalu tersenyum. Senyuman Titiana yang manis yang bisa menghangat kan hatinya. Perhatian-perhatian kecil sampai besar Titiana dulu yang selalu membuat dia dihargai dan dicintai. Ya.. cinta Titiana memang sangat besar dan tulus. Tidak akan dia dapatkan cinta sebesar dan setulus itu lagi dari wanita manapun. Dia sudah pernah mencobanya tetapi dia tidak menemukan yang bisa mencintainya dengan tulus.
Mata James masih memperhatikan Titiana. Semua gerak gerik Titiana dia rekam dengan rapi di memori otaknya. Dia bersyukur karena tidak jadi membatalkan undangan ini. Dia sempat ingin menolak undangan ini tetapi ntah karena dorongan apa dia akhirnya setuju.
Dengan melihat Titiana rasa rindu James sedikit terobati. Mata mereka kembali beradu. Pancaran mata James masih penuh cinta, kerinduan juga penyesalan. Sementara pancaran mata Titiana menyiratkan luka dan rasa sakit. Hal itu yang membuat dada James terasa sesak seperti ada godam yang menghantamnya, dia tidak sanggup melihat mata yang penuh luka itu. Sehingga tanpa sadar matanya sudah mengeluarkan air mata.
Buru-buru James menghapus air matanya, sebelum orang lain melihatnya. Begitu juga dengan Titiana, air matanya juga sudah mengalir. Walaupun sakit tetapi tidak bisa dia pungkiri kalau rindu itu masih ada. James bertekat akan menemui Titiana. Akan mengajak dia berbicara walaupu nanti dia akan di caci maki oleh Titiana itu lebih baik dari pada hanya bisa melihatnya dari jauh seperti ini. James berdiri dan berjalan menuju meja Titiana.
...****************...
"Boleh aku duduk disebelahmu? " tanya James setelah berdiri di sisi kanan Titiana.
"Silahkan. Aku gak ada hak untuk melarangmu. Itu juga bukan kursiku" jawab Titiana tanpa melihat James.
Tanpa memperdulikan tatapan heran dari orang yang ada dimeja Titiana, James langsung duduk di sebelah Titiana. Retta menyikut lengan Titiana seakan memberi kode minta penjelasan. Begitu juga dengan pak Satria yang tiba-tiba berdehem karena merasa bingung. Kok tiba-tiba seorang bintang terkenal menghampiri meja mereka. Dengan menghela napas akhirnya Titiana menjelaskan.
"Saya dan kak James saling kenal pak"
"Apa saling kenal?? Kok bisa? Gimana ceritanya? " Retta langsung heboh dengan pernyataan Titiana barusan.
"Kak James kakak kelas aku waktu SMA." James agak kecewa karena Titiana memperkenalkan dia hanya sebagai kakak kelas.
"Malam semua. Perkenalkan saya James. Iya benar, Titiana adalah adik kelas saya dulu. Dan dulu, kami juga sangat dekat".
"Selamat malam juga pak eh Mas James. Ahh gimana saya harus manggilnya ya" pak Satria bingung dan canggung bisa bicara dan berhadapan langsung dengan bintang terkenal itu.
"Panggil James aja pak. Usia saya hanya dua tahun diatas Titiana kok" jawab James.
"Wah... aku gak nyangka kamu punya kenalan orang terkenal Na. Kok kamu gak pernah cerita sih? Padahal aku kan ngefans banget sama James Ethan. Kalau tau kamu kenal, kan bisa minta ketemu. Ahh... kamu mah pelit Na" cecar Retta.
"Ck.. " Titiana hanya berdecak jengah menanggapi Retta.
"Mas James bisa tidak saya minta tanda tangannya? " Retta menatap James penuh harap.
"Saya juga ya Mas James, putri saya juga ngefans sama mas James" pak Satria tidak mau kalah.
"Iya pak, mbak... " James menggantungkan ucapannya untuk menanyakan nama Retta.
"Retta mas" jawab Retta semangat.
"Mbak Retta saya akan memberikannya. Tetapi bolehkan saya meminjam Titiana sebentar? "
"Oh.. silahkan mas, lama juga gak apa-apa. Pasti kalian sudah sangat rindu bernostalgia kan? Apalagi kata mas James kalian dulu sangat dekat" pak Satria mempersilahkan.
"Terima kasih pak. Nanti tanda tangannya saya titipkan sama Titiana" jawab James sambil mengangguk sedikit sebagai rasa hormat dan terima kasih.
"Nana, bisa kita bicara sebentar? " tanya James pelan.
Titiana memutar bola matanya melirik James sebentar. "Masih ada yang perlu kita bicarakan? " jawab Titiana pelan juga.
"Please" ucap James dengan tatapan penuh permohonan. "Kita cari tempat yang lebih tenang ya? “ kembali James memohon.
Titiana selalu tidak pernah tega kalau James sudah berkata penuh permohonan sepeti ini. " Nanti kalau acaranya sudah selesai, paling tidak sampai aku selesai nyanyi sesuai permintaan boss aku. Itu juga kalau kamu punya waktu untuk nunggu"
"Aku akan tunggu" jawab James cepat dengan wajah yang berbinar. James merasa senang sekali karena Titiana mengabulkan permintaan nya.
"Ya udah sana kembali ke meja mu" usir Titiana.
"Nggak. Aku mau disini aja"
"Ck. Pergi sana. Kamu gak lihat semua mata melihat kesini penuh tanda tanya? " Titiana mulai tidak nyaman dengan tatapan orang lain. Karena James bintang terkenal, secara James adalah penyanyi sekaligus bintang seni peran pasti banyak orang yang penasaran dengan hubungan mereka. Apa hubungan mereka sampai-sampai James menghampiri Titiana?
"Biarin aja" jawab James santai.
"Terserah deh.. " kesal Titiana akhirnya dengan pasrah. James tersenyum memandang Titiana yang tidak mau memandangnya. Pandangan James yang penuh kerinduan. James masa bodoh dengan omongan orang lain yang penting James ingin dekat Titiana. James ingin melepas rindunya. Tangan James sudah gatal sebenarnya dari tadi ingin memeluk Titiana, atau paling tidak ingin menggenggam tangan Titiana. Tetapi sekuat tenaga dia tahan.
Acara masih berjalan sesuai susunan acara yang masih dipandu David Williams. Tetapi Titiana sudah tidak menikmatinya lagi. Apalagi dengan adanya James yang duduk disampingnya membuat jantungnya berdetak tak menentu. Titiana tidak menyukai situasi ini. Dari sekian banyak penyanyi di negara ini, kenapa perusahaannya harus mengundang James Ethan. Sehingga Titiana harus kembali bertemu dengan James. Sudah berbagai cara Titiana lakukan untuk menghindari James. Salah satunya menolak naik jabatan beberapa kali. Karena kalau dia naik jabatan akan berkantor di pusat. Dan kantor pusat ada di kota ini tempat Titiana berdiri sekarang. Dimana kota yang juga tempat James tinggal. Tetapi semesta seakan tidak peduli dengan usaha Titiana, dengan cara tak terduka mereka dipertemukan kembali.
Tibalah waktunya Titiana dipanggil ke atas panggung kembali untuk menyumbangkan lagu sesuai permintaan boss besarnya pak Ali Sanjaya. Suara Titiana sangat bagus, semua orang yang mengenalnya tahu akan itu. Kemampuan bermusiknya juga jago, beberapa alat musik bisa Titiana mainkan dengan baik. Makanya orang heran kenapa Titiana tidak menjadi penyayi atau jadi musisi saja. Malah menjadi pekerjaan kantoran.
Titiana duduk menghadap piano, terlebih dahulu dia mengatur stand mic agar pas dan nyaman ketika dia bernyanyi. Lagu pertama yang dia nyanyikan adalah Terrified lagunya Katharine MCPhee ft. Zachary Levi. Permintaan boss besar.
Denting piano yang dimainkan jari lentik Titiana mulai terdengar. Semua yang hadir hening meresapi alunannya.
You by the light is the greatest find
In a world full of wrong
You're the thingt that's right
Finally made it through the lonely
to the other side...
Suara lembut Titiana terdengar merdu mengawali lagu. Semua orang terhanyut akan merdunya suara Titiana.
You said it again my heart's in motion
Every word feel's like a shooting star
I'm at the edge of my emotions
Watching the shadows burning in the dark
And I'm in love....
And I'm terrified
For the first time and the last time
In my only life....
Ingin rasanya James melompat ke atas panggung dan bernyayi bersama Titiana seperti yang sering mereka lakukan dulu. Karena lagu yang dinyanyikan Titiana juga sebenarnya lagu duet. Tetapi James memilih bertahan ditempat duduknya dan menikmati penampilan Titiana. James juga merindukan ini. Merindukan suara Titiana ketika bernyayi, merindukan suara merdu dan menghanyutkan Titiana. Ketika Titiana bernyanyi, James selalu merasa kalau lagu yang Titiana nyanyikan diperuntukkan untuknya.
Tepuk tangan meriah terdengar saat Titiana mengakhiri lagu pertamanya. Banyak yang berdecak hebat memuji suara Titiana. Dan tak sedikit juga yang jadi baper saking terhanyut akan makna lagu tersebut.
Titiana minum dari botol air kemasan yang ada di lantai bawah kursi yang didudukinya untuk membasahi tenggorokannya. Dia akan bersiap-siap untuk lagu kedua. Kali ini permintaan dari istri sang boss besar Kirana Sanjaya. Titiana menarik napas dalam-dalam dan menghembuskan dengan perlahan. Menenangkan diri, dia bukan artis atau penyayi profesional jadi sangat wajar kalau dia sangat gugup sekarang.
Setelah merasa siap, jari lentiknya kembali menari-nari diatas tuts piano. Suasana kembali hening.
This could be it..
I think I'm in love
It's love this time
It just seems to fit
I think I'm in love
This love is mine...
Ini adalah lagunya Shania Twain "When you kiss me" Lagu ini tak kalah menghanyutkan dan sangat romantis.
*I can see you with me when I'm older
All the lonely nights are finally over
You took the weight of the world of my shoulders..
Oh, when you kiss me
I know you miss me
And when you're with me
The world just goes away
The way you hold me
The way you show me
That you adore me
Oh, when you kiss me.... mmm*...
James hampir menitikkan air mata. Matanya sudah berkaca-kaca. James menengadah untuk mencegah air matanya tidak jatuh. Sambil berkali-kali mengerjapkan memaksa air matanya masuk kembali.
Ya. James ingin mencium Titiana dengan penuh kerinduan walau itu akan sangat mustahil dia lakukan saat ini. Karena kemustahilan itulah yang membuat dadanya sesak dan sakit. James hanya bisa memandangi Titiana dari tempat duduknya dengan rasa cinta yang masih kuat dan dalam. Nama Titiana sudah seakan terpatri didalam hatinya. Tidak bisa lagi digeser oleh nama wanita manapun walaupun sudah sepuluh tahun mereka putus dan sudah delapan tahun James menduda.
Betul. James sudah pernah menikah dan sekarang James adalah seorang duda dengan satu anak perempuan. James pernah menghianati cinta tulus Titiana yang menjadi penyesalan terbesar dalam hidup James.
Titiana menyelesaikan lagunya dengan baik. Titiana tidak mau menambahkan lagi walau banyak yang minta untuk lanjut lagi ke lagu ketiga. Mental Titiana sudah tidak kuat. Bagi orang awam menyanyi di depan orang banyak bukan perkara mudah. Kalau menyanyi di ruang karaoke yang hanya di isi beberapa orang saja, sepuluh lagu juga dinyanyikan dengan senang hati.
Tetapi ini, menyanyi di atas panggung yang disaksikan banyak orang. Banyak orang-orang terkenal pula, dari para pengusaha, artis dan penyanyi terkenal juga ada miss Indonesia. Titiana berhasil menyanyikan dua lagu saja sudah pencapaian yang besar. Jadilah Titiana hanya menyanyikan dua lagu saja sesuai permintaan minimal sang boss besar.
Titiana turun dari atas panggung masih dengan badan gemetar, langsung disambut dengan pelukan hangat dari ibu Kirana Sanjaya istri boss besar. Walau Titiana bukan penyanyi terkenal tetapi ibu Kirana dan pak Ali sangat menyukai suara Titiana, makanya setiap ketemu dan ada kesempatan mereka selalu meminta Titiana bernyanyi. Kata ibu Kirana setiap lagu yang dinyanyikan Titiana selalu sampai ke hati.
"Terima kasih ya Na, sudah menyanyikan lagu permintaan saya" kata ibu Kirana disela pelukan mereka.
"Sama-sama bu. Saya merasa terhormat ibu meminta saya bernyanyi. Dan merasa bahagia kalau ibu menyukai suara saya" balas Titiana sopan.
"Suka, sangat suka Na. Kalau seandainya kamu satu rumah dengan saya, setiap hari saya akan memintamu bernyanyi. Sore-sore mendengarkan kamu bernyanyi sambil diiringi gitar sepertinya akan menyenangkan" lanjut ibu Kirana lagi.
"Terima kasih ya Titiana akan lagunya" pak Ali menyela obrolan Titiana dengan istrinya. Pak Ali juga sangat senang karena permintaannya dikabulkan Titiana. "Ferry, sini" pak Ali memanggil keponakannya yang juga asisten pribadinya.
"Iya pak" Ferry berdiri dan menghampiri mereka. Kalau di kantor dan dalam situasi kerja Ferry memanggil omnya dengan panggilan pak.
"Serahkan amplop yang tadi saya suruh siapkan sama Titiana" perintah pak Ali.
"Serius pak saya mau dikasih saweran? Maaf pak, tidak usah itu tadi saya hanya bercanda pak" Titiana tidak enak hati, candaannya dianggap serius sama bossnya.
"Seriuslah. Kalaupun kamu tadi tidak minta memang saya sudah niat kasih kok. Tak usah sungkan terima saja, sebagian kamu pakai untuk traktir teman-teman kamu di cabang sebagai salam perpisahan. Kami tunggu di kantor pusat. Oke". Akhirnya Titiana menerima amplop yang lumayan tebal dari Ferry saweran pak Ali.
Titiana kembali ke mejanya. James menyambutnya dengan senyuman manis dan hangat, tetapi Titiana menghiraukannya.
"Aku suka lagunya. Suara mu masih sangat indah" kata James setelah Titiana duduk kembali.
"Terima kasih" jawab Titiana datar. Titiana melihat jam tangannya sudah menunjukkan pukul sepuluh.
"Kita keluar sekarang aja. Biar ntar gak kemalaman" Titiana melihat kearah James. Dia bukan mengajak tetapi sebuah perintah agar tidak berlama-lama di sampingnya.
"Aku sudah pesan private room di restoran bawah, masih di hotel ini juga. Kita ngobrol disana aja ya Na? " kata James hati-hati.
"Iya. Baguslah kalau masih di hotel ini juga. Aku malas pergi jauh-jauh". Tadinya Titiana akan mau bicara di taman hotel itu saja sekiranya James mengajaknya keluar. Tetapi James lebih memilih di private room itu lebih baik lagi. Mungkin karena James orang tekenal jadi harus selalu menjaga privasinya.
Mereka berdua meninggalkan ballroom dan menuju restoran. Sesampainya di restoran mereka diantarkan oleh pelayan ke ruangan yang sudah dipesan James tadi.
"Kamu mau pesan apa?" tanya James setelah mereka duduk saling berhadapan.
"Jus sirsak sama lemon cake aja" jawab Titiana.
"Masih seperti dulu" gumam James tersenyum tipis. Itu adalah makanan dan minuman Titiana.
James masih mengingatnya dengan jelas. Titiana akan merasa senang kalau dihidangkan itu di depannya.
"Jus sirsaknya dua, lemon cake satu dan tiramisu satu ya mbak" pesan James sama pelayan yang mengantar mereka tadi.
Terjadi keheningan sebentar setelah mereka ditinggalkan pelayan tersebut. James tiba-tiba gugup dan blank tidak tau mau memulai dari mana. Padahal banyak hal yang ada di kepalanya yang mau dia ucapkan. Tetapi ketika berhadapan langsung seperti ini otak James tiba-tiba kosong.
"Jadi apa yang mau kamu bicarakan? " tanya Titiana setelah lama menunggu James yang belum bersuara.
...****************...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!