NovelToon NovelToon

Gadis Polos Pahlawan Kegelapan

Bayi Di Dalam Hutan Terlarang

"Nenek, baca yang ini!" Seruan seorang Anak laki-laki mengambil buku bergambar dari rak, dan menyerahkannya kepada neneknya yang sedang merajut di kursi, Nenek itu bernama Camilla. Cahaya hangat dari perapian menerangi wajah anak laki-laki yang sedang tersenyum itu.

"Kamu ingin membaca ini lagi? Mikhail, kamu sangat menyukai buku ini ya?" Camilla berhenti merajut, dan mengambil buku gambar dari telapak tangan mungil bocah itu. Ini adalah buku favorit Mikhail, dan neneknya telah membacakan untuknya ratusan kali. Tepi yang terkikis adalah buktinya. Terutama sampul buku yang gambarnya sudah benar-benar usang.

Dan Camilla juga dapat dengan jelas mengingat gambar sampulnya yang ada gambar Pedang hitam menusuk ke sebuah bukit, dan ada juga gambar seseorang melihat dari kejauhan.

Gadis Polos Pahlawan kegelapan. Itulah nama buku di gambar ini.

"Ya aku menyukainya! Dari seluyuh buku gambar yang aku punya, karakter utama ini yang terkuat nek!" Ujarnya Mikhail kecil melambai-lambaikan anggota tubuhnya dengan napas tersengal-sengal, seolah-olah dia sedang menirukan karakter utama dari buku gambar itu. Sosok imutnya membuat Camilla merilekskan pipinya.

Tidak peduli di era mana, yang jelas pasti anak laki-laki akan selalu mengagumi pahlawannya.

"Baiklah, Mikhail. Kemarilah!" Camilla manggil cucunya, dan Mikhail pun duduk di pangkuan neneknya dengan patuh. Anak-anak lebih hangat daripada orang dewasa, dan Camilla bisa merasakan kehangatan ini melalui punggung cucunya.

"Ayo cepat-cepat!" Mikhail mengayunkan kakinya, dan mendesak saat dia melihat ke atas. Camilla menjentikkan rambut perak Mikhail, dan membuka halaman pertama dari buku bergambar itu.

"Dahulu kala, ada seorang gadis yang dibesarkan oleh Dewa Kematian ...-"

Ucapan dari nenek Itu adalah cerita yang terjadi di masa lalu. Sebuah cerita tentang seorang gadis yang disebut sebagai Pahlawan Kegelapan.

...----------------...

Semua cerita dimulai dengan awal yang kecil. Jauh di dalam hutan belantara atau yang jauh dari alam manusia, pepohonan menjulang tinggi mencapai langit, dan kanopi mengubah hutan menjadi gelap seperti malam. Selain itu, kabut yang selalu menyelimuti hutan ini, seolah menutupi keberadaan hutan itu sendiri. Entah sejak kapan itu dimulai, dan didorong oleh rasa takut di hati semua orang akhirnya orang-orang memberi nama hutan itu dengan sebutan "Hutan Tanpa Jalan Kembali".

Jika ada orang tersesat di hutan tersebut, maka dia akan tamat. Tidak peduli seberapa tajam arah tujuan seseorang, yang jelas dia tidak akan pernah bisa pergi kembali. Itulah dasar dari namanya. Dari waktu ke waktu, ada banyak orang yang berani, mereka tidak takut dengan legenda itu dan mereka pun menjelajahi hutan tersebut, namun pada akhirnya mereka semua tidak ada yang kembali.

Dan sekarang, tidak ada lagi orang yang berani memasuki Hutan Tanpa Jalan Kembali tersebut.

Di jantung hutan ini, ada menara yang terbuat dari batu hitam halus. Menara itu tertutup lumut dan tanaman merambat, namun masih memiliki suasana yang bermartabat. Selain menara, ada enam pilar hitam yang diukir dengan pola rumit yang mengelilingi menara.

Tapi, tiga di antaranya sudah setengah hancur. Jelas dari kerusakannya bahwa ketiga pilar ini telah lama runtuh. Pilar lainnya tertutup retakan dan rusak parah. Tidak mengherankan jika pilar-pilar itu siap runtuh kapan pun.

Kuil ini dinamai oleh orang-orang masa lalu atau orang-orang dari zaman kuno sebagai "Gerbang Menuju Dunia Bawah".

Untuk beberapa alasan, di dekat pintu masuk kuil yang sudah lama ditinggalkan oleh orang-orang, ada sesosok Bayi yang tidur di kain bernoda darah. Ada juga seorang pria berlumuran darah bersandar di pilar itu. Dia sudah menghembuskan nafas terakhir, dan memegang pedang patah di tangannya.

Hutan pada umumnya pasti di kuasai oleh binatang buas. Aroma bayi yang sedap dan bau darah dari mayat manusia pasti membuat mereka terpikat. Biasanya, keduanya akan dimakan hewan buas dalam waktu singkat. Tetapi, kuil itu sama sekali tidak ada bintang buas, dan bahkan kicauan burung pun tidak bisa didengar.

Lokasi itu sangat sunyi, seolah semua yang ada di sekitar kuil telah tertidur. Ketenangan adalah cara yang bagus untuk menggambarkan situasinya, tetapi cara lain untuk menggambarkan situasi saat ini adalah keheningan yang menakutkan dan mencekam.

Dalam atmosfir yang terasa seperti dunia yang berbeda, tiba-tiba ada tiga sosok bayangan yang bergetar seperti api hitam mendekati kuil. Bayangan itu berhenti ketika mereka menyadari kehadiran bayi dan lelaki tewas.

"Aku penasaran apa yang mengganggu tadi ... Jadi ternyata ini manusia, ya.? apa yang membuatnya berpikir dia berhasil untuk sampai ke kuil ini. Bayinya hidup, tapi pria ini sudah mati. Bejana jiwanya sudah kosong." Bayangan ke satu itu memandang bayi dan kemudian mayat Pria.

"Seorang bayi, huh... Jiwa yang lemah seperti ini tidak cukup untuk memuaskan rasa laparku - tapi ini adalah makanan mudah yang siap untuk dipetik." Bayangan kedua Membuat sabit yang memiliki bentuk tidak stabil. Sabit itu terangkat tinggi, dan mengayunkannya ke arah jantung bayi itu tanpa ragu-ragu.

Namun, bayangan yang ke tiga meletakkan lengannya di jalur sabit untuk menghentikan ayunan Bayangan kedua yang ada di sebelahnya. Tepat sebelum sabit menyentuh lengan Bayangan ketiga, sabit itu pun menghilang seolah tidak pernah ada.

"... Kenapa kamu menghentikanku? Apakah kau ingin melahapnya juga?" Bayangan kedua bertanya.

"Tidak. Aku hanya ingin mengamatinya sedikit." Jawaban dari Bayangan ketiga.

"Amati...? Cihh itu kebiasaan burukmu lagi?" Ujarnya Bayangan Kesatu.

"Sungguh, apa gunanya melakukan ini ... Sudahlah, terserah kau saja mau apa," timpalan dari Bayangan Kedua.

Setelah percakapan singkat itu selesai, kedua bayangan itu melebur ke tanah dan menghilang. Namun Bayangan yang ketiga melayang diam-diam ke arah bayi malang itu, dan mengambilnya dengan tangan yang wujud fisiknya tampak samar. Saat ini, bayi itu membuka matanya yang bulat dan sangat bersih, mata itu memantulkan objek sosok bayangan tersebut.

Bayi menatap bayangan itu dengan bingung, lalu tersenyum imut sangat manis.

"Aku rasa ada gunanya mengamatinya." Gumam Bayangan ketiga itu, lalu ia melihat ada batu delima di leher bayi itu. Bayangan itu mengalihkan pandangannya di antara batu ruby ​​dan bayi yang tersenyum, lalu ia mendengus dan mengulas senyum.

*******

Sudah sepuluh tahun sejak bayangan ketiga itu mengambil bayi di Kuil. Bayi tersebut kini telah menjadi seorang Gadis cantik, ia tinggal di kuil yang memiliki dinding gelap bersama dengan bayangan ketiga tadi yang bernama "Z". Tetapi, mereka tidak makan, tidur dan bermain bersama. Lebih tepatnya lagi, Z tidaklah melakukan semua itu. Selain mengamati gadis itu, Z tidak menemaninya. Dan sekarang adalah waktu observasi.

Di tempat latihan di luar kuil, gadis itu sedang bertanding dengan senjata melawan Z. Gadis itu menggunakan pedang pendek berwarna putih cemerlang, yang kontras dengan sabit hitam besar milik Z yang tertutup kabut hitam.

Gadis itu melompat mundur setelah pukulannya ditangkis oleh sabit, ia menarik diri kebelakang menghindari Z. Dia nampak lelah dan menggunakan lengan bajunya untuk menyeka keringat dari alisnya yang cantik.

Sudah 30 menit sejak dia memulai pengamatan. Setelah berjuang sekian lama, gadis itu menyadari bahwa staminanya hampir habis.

Z meletakkan sabitnya di bahunya, dan bertanya dengan tenang, "Kenapa Kau? ... Apa kau lelah?" Z tidak sedang menyindir. Lagian Z tidak pernah menyindir. Ini hanyalah kesimpulan yang ia ungkap dari mengamati status gadis itu.

Walau begitu, setelah mengambil nafas dalam-dalam, gadis itu pun maju ke depan. Lingkungannya berubah menjadi garis tipis, dan Z berada dalam jangkauan pedangnya dalam sekejap. Gadis itu mengayun ke arah perut Z. Sayangnya, pedang putih itu tidak menyentuh tubuh Z. Serangan habis-habisan gadis itu dapat ditangkis dengan mudah oleh sabit, dan pedang itu tertancap di tanah.

"Hmm. .. Fleet Footed Rush ... kau hebat, tapi gerakanmu terlalu sederhana." Z bergumam, lalu menendang dengan kecepatan luar biasa. Gadis itu mencabut pedangnya dan menggunakannya sebagai perisai. Gadis itu tidak bisa memblokir sepenuhnya, sehingga membuatnya terpental terbang.

"Ughh!" Otak gadis itu mati rasa, ia hampir pingsan. Tapi dia menggigit lidahnya untuk menahan diri dari pingsan, dan mendarat setelah berputar beberapa putaran di udara.

...****************...

...To Be Continue...

Didikan Dari Dewa Kematian

Gadis itu terekekeh "Ha ha ha..." ia mengulas senyum miring, perlahan ia menarik napas, dan menyeka darah dari sudut bibirnya. Dia kemudian memperhatikan bahwa tangannya kram.

"Tidak apa-apa. Aku... masih baik-baik saja." Gadis itu mencengkeram gagang pedangnya dengan erat untuk menekan kejang, dan mengayunkan pedang dalam bentuk busur besar. Ini adalah penghalang yang dibuat dengan pedang. Salah satu teknik pedang yang diajarkan oleh Z, sikap bertahan ini tidak memiliki titik buta.

"Apakah kamu siap?" Sahut Z saat Sabit berputar di sekitar tangan Z seperti tongkat.

Gadis itu tidak menjawab pertanyaan itu, ia justru mengencangkan cengkeramannya.

"Kamu nampaknya siap." Saat Z mengatakan itu, gadis itu merasakan hawa dingin di punggungnya.

Dia segera melompat ke samping, dan menghindari serangan yang muncul entah dari mana yang berjarak hanya sehelai rambut. Gadis itu bergerak ke belakang Z dan mengayunkan pedangnya untuk melawan, tetapi dia berhenti. Dia harus melakukannya, karena sosok Z yang ada di depannya itu hanyalah Cloning Bayangan Z.

Ternyata Z yang asli tanpa sadar sudah bergerak di belakang gadis itu, dan Z menempelkan sabitnya di tenggorokan gadis yang saat ini mati langkah. Setetes keringat dingin pun membasahi kening gadis itu.

"Kamu hampir bisa mengikuti gerakanku, itu sangatlah bagus. Cukup untuk hari ini." Ujarnya Z lalu setelahnya ia meleleh ke tanah dan menghilang. Udara yang menindas di sekitar kuil lenyap bersamanya, dan dunia kembali pada ketenangan awalnya.

"Terima kasih banyak." Gadis itu menunduk hormat, ia melihat ke tanah tempat Z berada, dan mengucapkan terima kasih.

Jadwal harian gadis itu telah diperbaiki. Dia akan mempelajari situasi benua, bahasa, taktik militer, sihir, ilmu pedang, pertempuran jarak dekat. Sesekali, dia mengikuti Z ke dalam hutan, dan belajar berburu serta memasak. Pendidikan dan pelatihan gadis itu adalah apa yang Z sebut sebagai mengamati.

Suatu hari setelah pengamatan resmi dimulai, gadis itu diberitahu bahwa dia adalah makhluk hidup yang disebut Manusia. Istilah resminya lebih rumit, bentuk kehidupan ketiga (yang memiliki akal). Ketika gadis itu mengetahui hal itu, dia penasaran dengan Z yang sama sekali berbeda darinya, dan ia menanyakan tentang hal itu kepada Z.

Z menjelaskan dengan tenang, "Baiklah akan ku beritahu ... Bagi manusia di dunia ini, aku adalah sesuatu yang mirip dengan Dewa Kematian."

Jawaban Z yang tak terduga membuat mata gadis itu bersinar. Itu karena salah satu dari banyak buku yang Z berikan padanya ditulis seputar subjek Dewa Kematian. Menurut buku tersebut, Dewa Kematian adalah keberadaan menakutkan yang menuai jiwa Manusia tanpa pandang bulu.

Memberikan kematian yang sama untuk semua. Begitulah kata-kata akhir dari buku itu.

Gadis itu bertanya kembali kepada Z apakah jiwanya Z akan dituai juga.

"Tidak. Kami hanya akan menuai jiwa manusia yang tidak memiliki kesadaran diri lagi, atau manusia yang baru saja meninggal." Begitulah jawaban Z.

Gadis itu mengira itu benar. Dewa Kematian yang dijelaskan dalam buku itu adalah kerangka dengan jubah compang-camping, sedangkan Z adalah bayangan yang bergetar seperti nyala api hantu. Jika gadis itu harus memilih antara Z atau buku, gadis itu pasti akan percaya kepada Z, sosok yang membesarkan dan menjaganya.

Gadis itu meratapi dalam hatinya bahwa tidak semua yang tertulis di buku itu benar.

Di hari lain dalam waktu dekat, setelah menyelesaikan pelatihan ilmu pedang, gadis itu menanyakan pertanyaan lain kepada Z. Gadis itu mengatakan Z - kan telah mengajarkan ilmu pedang dan keterampilan bertarung jarak dekat, dengan kata lain teknik membunuh. Apakah itu pernah digunakan?

Z pernah memberitahunya bahwa manusia adalah makhluk yang agresif dan kejam yang akan membunuh jenis mereka sendiri untuk alasan selain untuk dikonsumsi. Tapi Gadis ini satu-satunya manusia di kuil ini. Tidak ada orang yang bisa dia bunuh, jadi dia merasa aneh kalau harus menjalani banyak pelatihan seperti itu.

Setelah hening sejenak, Z menjawab singkat pertanya Gadis itu, "Kamu akan mengerti saat waktunya tiba."

Z adalah bayangan sehingga Gadis itu tidak bisa melihat ekspresi apa pun dari Z, jadi gadis itu tidak dapat melihat bagaimana perasaan Z ketika mengatakan hal itu.

Tetapi pada saat itu-- gadis ini di benaknya ia yakin bahwa Z memiliki sedikit senyuman.

Baru-baru ini, gadis itu mulai berbicara dengan Z dalam bahasa manusia. Dia tidak tahu untuk apa ia mempelajari itu akan tetapi karena itu instruksi Z, dia harus patuh. Hari-hari observasi berlalu dengan lancar, dan gadis itu serta Z melanjutkan pengaturan hidup mereka yang aneh.

"Z. Kepalaku terasa pengap, dan punggungku terasa dingin. Aku rasa ada yang salah dengan tubuhku." Setelah pelajaran biasa berakhir, gadis itu memberi tahu Z bahwa dia sedang tidak enak badan.

"... Hmm, suhu badanmu panas. Kamu mungkin masuk angin." Z berkata dengan tangan gemetar di dahi gadis itu.

"Apa itu masuk angin?" Gadis itu bertanya.

"Yah... Seumpama analogi, ini seperti serangga yang mengotak-atik tubuhmu, menyebabkan ketidaknyamanan bagi tubuhmu." Jawaban Z.

"Ehh? Apakah karena aku makan Semut kemarin?" Gadis itu menyesali makan semut sebagai camilan.

"Aku sudah bilang jangan makan semut. Dan serangga yang aku maksud tadi hanyalah analogi." Z tercengang.

"Apa yang harus aku lakukan? Apakah aku akan mati? Akankah Z memakan jiwaku ya?" Gadis itu bertanya dengan polos.

"Kamu tidak akan mati hanya dengan itu. Manusia tidak serapuh itu. Tapi mari kita hentikan pelatihan untuk saat ini, kamu harus kembali ke kamar dan istirahat. Jika kamu berbaring dengan tenang, tubuhmu akan pulih dalam waktu singkat." Seruan Z.

"Ya aku mengerti." Gadis itu mengangguk pelan lalu ia berjalan terhuyung-huyung kembali ke kamarnya, dan langsung naik ke tempat tidurnya.

Setelah tidur sebentar, gadis itu merasakan kehadiran dan membuka matanya. Dia berbalik dan melihat Z yang goyah berdiri di hadapannya. Gadis itu mengusap matanya dan memeriksanya lagi. Ini adalah pertama kalinya Z datang ke kamarnya.

"Ada apa, Z? apakah Kau ingin memakan jiwaku?" Gadis itu bertanya dengan polos.

"Aku membuatkan sup untukmu. Makanlah." Tutur Z.

Gadis itu kemudian menyadari bahwa ada mangkuk di nampan yang sedang dipegang Z. "Ehh ~ tapi aku tidak lapar." ujarnya sembari menggelengkan kepalanya.

"Nafsu makanmu berkurang karena kamu kedinginan. Makanlah meskipun kamu tidak lapar. Kau akan sembuh lebih cepat dengan cara itu."

Z duduk di tempat tidur, menopang gadis itu, dan menyendok sesendok sup ke mulut gadis itu.

"......"

"Ada apa? Buka mulutmu!" seruan Z.

"Y-Ya." Gadis itu mengangguk.

Dia memiliki perasaan kesemutan di hatinya, tetapi gadis itu masih membuka mulutnya dengan patuh. Z perlahan mengirim sup ke dalam mulut gadis itu, dan kehangatan segera menyebar ke seluruh perut gadis itu.

"Bagaimana? Aku membuatnya hambar, jadi akan lebih enak di perutmu." Z bertanya.

"Ya, rasanya enak... Ehehe." Gadis itu terkekeh sangat imut dan manis.

"Apa yang lucu?" Z bertanya heran.

"Tidak ada. Ahh ~. " Gadis itu menggelengkan kepalanya.

"Hmm, sepertinya semuanya baik-baik saja." Z dengan gesit menyendok sup ke dalam mulut gadis itu. Dalam waktu kurang dari sepuluh menit, mangkuk itu kosong.

...****************...

...To Be Continued...

Baru Tahu Artinya Kesedihan

"Terima kasih untuk makanannya." Gadis Cantik itu mengulas senyum manis.

"Kamu telah memakan semuanya. Sekarang minumlah ini." Seruan Z.

Z lalu meletakkan gelas kaca perak ke tangan gadis itu. Di dalamnya ada cairan lengket berwarna hijau. Itu mengingatkan gadis itu pada monster yang ditampilkan di buku gambar.

"Apa ini? Semuanya lengket dan baunya aneh. Apakah Aku Bolehkah benar-benar minum ini?" Gadis itu terlihat mual.

"Itu obat. Kamu akan sembuh lebih cepat jika meminumnya." Z menjawab.

"Benarkah?" Gadis itu mencengkram seprai kasurnya.

"Apakah aku pernah berbohong padamu?" tutur Z.

"Tidak pernah." Gadis itu mencubit hidungnya dan meminum semua obat sekaligus. Rasa pahit tertinggal di mulutnya, menghilangkan rasa lezat dari sup tadi. "Z ~, ini sangat pahit ~."

"Begitulah rasa obat yang bagus. Yah, aku tidak tahu rasanya." Z menggeser kursi ke tempat tidur, dan duduk. Ia kemudian mengeluarkan sebuah buku dan dengan cepat membacanya.

"Apakah kamu akan tinggal di sini?" Gadis itu bertanya.

"Hmm? Ya, ini bagian dari observasi. Saat kamu bangun, kamu akan merasa jauh lebih baik. Jika kamu mengerti, maka tidur." Ujarnya Z.

"Ya, aku mengerti... Ehehe. Selamat malam, Z!" Gadis itu memejamkan matanya.

"... Selamat malam." Balasan Z.

Seiring waktu entah kenapa, gadis itu merasa sedang bermimpi indah.

...🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃...

Waktu terus berlalu, dan sudah lima belas tahun sejak gadis itu bertemu Z. Kehidupan gadis itu sama seperti biasanya. Satu-satunya hal yang berubah adalah standar studi dan pelatihannya. Gadis itu diberi nama aneh oleh Z, dengan sebutan Olivia yang artinya adalah Demi Kenyamanan.

Tubuh seorang gadis yang berusia lima belas tahun bernama Olivia ini berkembang secara drastis.

Di bawah pengawasan Z, Olivia sangatlah kuat dan menakutkan seperti binatang buas. Tapi Olivia masih terlihat seperti wanita yang normal. Anggota badan ramping dan dada bulat yang kencang berisi penuh adalah buktinya. Kulit Olivia putih mulus dan halus pasti akan memalingkan pandangan semua orang di jalanan. Gadis itu luar biasa sangat cantik.

Hari dimulai lebih awal untuk Olivia. Dia akan membuka matanya saat fajar dan melompat dari tempat tidur kanopi. Dia kemudian akan mulai melakukan peregangan dengan menguap. Suara tulangnya yang menggeretak membuatnya merasa segar kembali. Dia kemudian menyampirkan handuk yang tergantung di dinding ke lehernya, dan berjalan keluar ke koridor yang remang-remang. Olivia menyukai ketenangan saat fajar, dan dia bangun pagi hanya untuk menikmatinya.

Ketika dia mencapai halaman, akan ada beberapa berkas cahaya yang melewati kanopi pohon lebat yang menerangi tempat itu. Olivia berjongkok, lalu mengambil air dari sumur. Saat dia membasuh wajahnya dengan se-ember air, dia minum beberapa suap. Air meresap ke perutnya, dan Olivia tersenyum "Ahh, rasanya enak, segar sekali."

Dia bergumam puas, lalu pergi ke dapur ruang makan untuk membuat sarapannya. Tata letaknya sederhana, dengan kompor batu bata dan meja kecil. Olivia menambahkan kayu bakar dengan tangan yang terlatih, lalu berkonsentrasi pada jari telunjuk kanannya. Dia memvisualisasikan kekuatan sihir di tubuhnya bercampur dengan jumlah mana di udara yang sangat kecil.

Partikel biru dan putih berkumpul di jari telunjuknya, membuktikan bahwa kombinasi itu berhasil. Ketika partikel berkumpul di satu titik, itu menciptakan bola api seukuran kacang.

"Berhasil." Olivia tersenyum, dan melemparkan bola api ke arah kayu bakar. Api biru menyala dengan intens, dan gadis itu menggunakan tongkat poker untuk mengontrol pembakaran. Awalnya, gadis itu tidak bisa mengontrol kekuatannya dan menghancurkan kompor beberapa kali. Tetapi setiap kali dia kembali, dia akan menemukan kompornya pulih seperti semula, dan masih baru.

Fenomena ini mengingatkan Olivia kepada Gadis peri yang ditampilkan dalam buku yang pernah ia baca, buku itu berjudul "Komet peri nakal" Ceritanya tentang Komet Peri pemalu yang memainkan semua jenis lelucon pada manusia, dan senang mengejutkan manusia.

Jika seandainya semua itu ulah si Gadis peri itu maka Olivia telah memutuskan untuk menakuti Peri nakal itu sebagai gantinya. Olivia bersembunyi di sudut ruangan sepanjang malam untuk berjaga-jaga. Tapi Comet peri tidak muncul, sampai pagi pun tiba. Sudah hampir waktunya untuk pelajarannya, jadi Olivia tidak punya pilihan selain meninggalkan dapur. Tetapi ketika dia kembali untuk memeriksa di siang hari, kompornya sudah diperbaiki.

Olivia dengan keras kepala mengintai dapur selama beberapa hari, tetapi tidak berhasil. Beberapa waktu setelah kejadian itu, Olivia berlari melintas dan tanpa sengaja menemukan Z sedang menggunakan sihir untuk memperbaiki kompor, sehingga membuat Olivia merasa sangat kecewa.

Kenangan pahit itu membuat Olivia menggelengkan kepalanya, dan dia menyeka keringat di keningnya. Dia meletakkan panci sup sisa kemarin di atas kompor, dan menunggu sampai panas. Beberapa saat kemudian, suara menggelegak keluar dari panci, bersama dengan aroma yang menggugah selera.

"Terima kasih untuk makanannya." Gadis itu makan sarapannya sendirian, meletakkan peralatan dengan cepat, dan menuju ke ruang kelas. Selain ada kamar tidur, Olivia juga ada kamar lain di kuil, tapi semuanya terpencil. Ini wajar saja karena tidak ada yang mengelola tempat itu. Itu sama untuk ruang kelas.

Dia mendorong pintu dengan lingkaran sihir yang sudah dikenalnya, dan sesuatu jatuh dari engselnya dengan bunyi gedebuk keras. Itu akhirnya putus dari tepi yang membusuk.

Olivia tidak memedulikannya, ia melangkah melewati pintu dan memasuki ruangan, di tengahnya ada satu set meja dan kursi, tempat dia duduk. Dia hanya perlu menunggu Z muncul begitu saja, dan memulai pelajaran. Olivia tidak merasa ada masalah. "Z terlambat hari ini ~." Gumanya sambil melipat tangan di atas perut

Tetapi, tidak peduli seberapa lama Olivia menunggu, Z tidak juga muncul-muncul. Untuk pertama kalinya Olivia merasa ada yang salah, ia mendekati mimbar yang selalu digunakan Z. Dia melihat pedang hitam yang tidak ada di sana sebelumnya, sesuatu seperti surat, dan batu delima.

Dan seperti yang diharapkan, itu benar-benar sebuah surat, ditujukan kepada Olivia. Dia membacanya berkali-kali, lalu berlari keluar dari kuil dengan pedang hitam di tangannya.

Ketika menyadarinya sisa bayangan keberadaan Z, Olivia pun berteriak kencang "Z ......!" Ia memanggil nama Z dengan volume yang bahkan mengejutkan dirinya sendiri. Tetapi, Z tidak menanggapi, hanya menyisakan gema yang menghilang di udara. Meski begitu, Olivia terus memanggilnya hingga suaranya menjadi parau. Tapi Z tidak juga muncul-muncul.

"Z... Z... Z..."

Saat Olivia berulang kali memanggil Z, sesuatu yang hangat muncul dari matanya. Penglihatannya menjadi kabur, dan Olivia menyentuh sesuatu yang mengalir di pipinya. Dia akhirnya segera mengetahui bahwa ketika manusia merasa sedih, mereka akan menitikkan air mata.

Tetapi, Olivia tidak mengerti mengapa dadanya sakit, seolah-olah ada sesuatu yang meremasnya. Rasa sakitnya berbeda dari apa yang dia rasakan selama latihan Olivia mengamati tidak ada darah ataupun luka memar. Olivia berpikir Itu tidak disebutkan di dalam buku .

Setelah menangis beberapa lama. Olivia menyeka air matanya dengan lengan bajunya dan melihat sesuatu. Kabut hitam keluar dari pedang yang ada di tangan kirinya dan ia bergumam, "Ini seperti ..."

Bentuknya mungkin berbeda, akan tatapi pedang itu memiliki energi dan Aurah yang sama seperti sabit yang digunakan oleh Z. Olivia memegang pedang hitam dengan erat di tangannya, dan menunduk dengan tenang.

Hari itu juga Olivia meninggalkan kuil tempat naungan sejak kecil, dia tidak tahu apakah dia akan kembali mengunjungi tempat asalnya itu setelah melakukan perjalanan jauh, petualangan untuk mengenal Dunia Luar.

...****************...

...To Be Continue...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!