NovelToon NovelToon

Ketulusan Seorang Wanita

GADIS UNTUK SUAMI

Panas terik tidak mengurungkan niat Windu untuk tetap terus bekerja dengan sangat keras. Ia adalah tulung punggung keluarganya. Hutang kedua orang tuanya sangatlah banyak. Hampir setiap hari para renternir datang dan menyuruh anak buahnya untuk menagih dnegan cara kasar.

"Hei ... Kapan hutang kalian akan di bayar?" teriak seorang preman dengan sangat keras kepada kedua orang tua Windu.

Kedua orang tua Windu hanya menunduk ketakukan.

"Aku akan berusaha membayar sedikit demi sedikit semua hutang - hutang kedua orang tuaku. Aku juga sedang berusaha," ucap Windu dengan berani.

"Ohh ... Cantik juga. Kenapa kau tidak jual diri saja. Kau pasti akan laku dan akan mendapatkan uang banyak. Hidupmu tidak akan susah seperti ini," ucap salah satu preman dengan nyinyir.

"Jaga ucapanmu!! Jangan kau ajari anak perempuanku untuk melakukan sesuatu yang tidak halal.," teriak Ayah Windu tak terima.

"Hei tua bangka. Hidupmu itu sudah tidak lama lagi. Tidak perlu memikirkan halal atau haram, PAHAM?" ucap seorang preman dengan bengis.

"Cukup Tuan. Kalian semua lebih baik pergi dari rumah ini. Jika saya sudah ada uang secepatnya saya kabari kepada Tuan - tuan semua," ucap Windu dengan lantang.

Windu tidak mau memperkeruh masalah. Lebih baik penagih hutang itu segera pergi dan segera menjauh dari tempat ini.

"Kamu akan mencari uang dari mana lagi Windu? Kamu saja hanya bekerja sebagai sales da gajimu hanya cukup untuk makan," tanya Ayah Windu lirih.

Semua adalah kesalahannya. Jika dulu ia tak tertarik dengan investasi bodong dengan iming - iming penggandaan uang, tentu hidupnya tidak akan se -belangsak ini.

"Iya Windu. Kamu lihat, adikmu juga masih butuh uang untuk biaya sekolahnya," ucap Ibu Windu dengan suara lembut.

Rio, adalah adik Windu satu - satunya. Ia masih kelas dua sekolah menengah pertama.

"Pasti ada jalan. Windu akan berusaha untuk ini," ucap Windu dengan penuh semangat.

Ibu memeluk Windu dengan sangat erat. Rasanya sangat tidak enak melihat putrinya harus berjuang keras seperti saat ini.

"Kamu yang sabar ya, Windu," ucap Ibu memberi motivasi kepada putrinya.

Windu tersenyum lebar. Walaupun hidupnya berkekurangan, tapi ia bangga memiliki kdua orang tua seperti Ayah dan Ibunya. Bagaimana tidak, kedua orang tuanya tetap menjunjung nila baik dan kasih sayang.

Windu bepamitan untuk pergi berangkat kerja. Ia mulai bertarung lagi dengan cuaca panas dan harus merayu beberapa konsumen untuk membel produk yang di jualnya.

Sebuah gedung pusat perbelanjaan itu adalah tempat dimana Windu bekerja. Windu bekerja sebagai sales promotion girls di salah satu produk kecantikan. Ia menjajakan produk kecantikan itu di depan gerai tokonya.

"Hei Gadis cantik? Namamu Windu?" tanya seorang perempuan cantik dengan gaya elegan dan mewah menepuk pundak Windu dengan pelan.

Windu membalikkan tubuhnya sambil memegang produk kecantikkan yang ia jual.

"Ya, Nyonya? Anda mau membeli produk kcantikan dari gerai kami? Bisa di coba juga untuk treatmentnya di dalam," ucap Windu dengan bahasa luwes.

Wanita cantik itu menggelengkan kepalanya pelan. Lalu tersenyum dengan sangat manis. Cara berpakaian dan berdandannya terlihat sangat elegan, tentu wanita yang saat ini ada di hadapannya adalah wanita yang sangat kaya raya.

"Saya tidak sedang ingin membeli produk kecantikan itu, Dan saya tidak butuh treatment saat ini. Saya butuh kamu," ucap wanita itu dengan suara tegas.

"Bu - butuh saya? Saya punya salah apa ya, Nyonya?" tanya Windu dengan sedikit takut. Ia sama sekali tak pernah mengenal wanita cantik yang ada di depannya ini.

"Ya, Kamu, Windu. Bisa kita bicara sebentar di tempat lain? Di restaurant?" tanya wanita itu menyarankan.

Windu pun melihat ke arah arlojinya. Jarum jam pendek masih menunjukkan pukul sebelas siang. Itu tandanya waktu istirahat untuk makan siang Windu masih satu jam lagi.

"Tapi, ini belum waktu istirahat untuk makan siang, Nyonya? jawab Windu dengan suara pelan.

Wanita itu mengedarkan pandangannya ke seluruh gedung besar itu. Mencari tempat yang nyaman untuk bicara serius dengan Windu.

"Oke. Baiklah saya tungu kamu, di sana? Saya akan menunggu kamu sapai waktu istirahat, oke?" tanya wanita itu dengan tegas.

"Iya, Nyonya. Saya akan ke sana, tepat di jam istirahat," jawab windu pelan.

Wanita cantik itu pun pergi meninggalkan Windu dan berjalan menuju restaurant jepang yang berada tidak jauh dari gerai produk kecantikan tempat Windu bekerja. Tatapan Windu terus mengekor wanita cantik itu hingga masuk ke dalam restaurant jepang yang tentu sangat mahal harganya. Windu berusaha mengingat, apakah ia pernah bertemu atau bahkan pernah bertemu dnegan wanita cantik ini.

'Uh ... Restaurant itu kan mahal. Uang makan siangku tidak akan cukup untuk membeli sepiring sushi di sana? Atau aku hanya akan pesen es teh saja? Mungkin harga segelas es teh manis masih terjangkau,' batin Windu yang terus menatap kea arah restaurant itu.

Di sana, Yasinta sudah duduk dan sesekali memperhatikan Windu, gadis yang memang cantik dan sangat mempesona. Sudah satu bulan ini, Yasinta mengikuti Windu dengan segala aktivitasnya termasuk rumahnya yang sangat kecil dengan kehidupan yang sangat sederhana itu.

Satu jam kemudian, tepat di jam dua belas siang. Windu pun meminta ijin kepada kepala toko untuk segera beristirahat. Windu langsung melepas semua atribut salesnya dan membawa dompet kecil serta ponsel untuk menemui wanita cantik yang sudah satu jam menunggunya di restaurant jepang.

Saat memasuki restaurant jepang itu, kedua mata Windu langsung menatap wanita cantik yang nampak sibuk dengan ponselnya. Ia seperti sedang berbicara serius sekali. Dengan langkah santai, Windu pun berjalan menghampiri wanita cantik itu.

"Nyonya ...." sapa Windu dengan suara pelan yang tetap saja membuat Yasinta terkejut.

kedatangan Windu seperti jelangkung yang tak di undang. Yasinta pun langsung menutup ponselnya dengan cepat, lalu mempersilahkan Windu untuk duduk.

"Silahkan duduk Windu," ucap Yasinta pelan. Dengan sedikit malu - malu, Windu pun duduk tepat di depan Yasinta.

Windu terdiam. Ia tidak tahu harus memulai pembicaraan apa?

"Namamu Windu kan?" tanya Yasinta pelan sambil menyeruput teh hijau khas jepang pesanannya.

Sudah ada dua piring sushi di sana yang sebagian sudah tidak lengkap formasinya, mungkin wanita cantik itu sudah mencicipinya karena terlalu lama menunggu.

"Benar Nyonya. Nyonya kenal saya?" tanya Windu kemudian.

"Sangat mengenalmu dengan baik. Saya mau bicara hal penting. Saya ingin kamu menjadi istri kedua suami saya untuk mendapatkan keturunan. Saya akan bayar kmau dengan sangat mahal sekali setiap bulan, apalagi kalau kamu bisa mengandung benih dari suami saya," ucap Yasinta dengan suara tegas.

Kedua mata Windu langsung membola. Ia tak percaya, jika siang bolong seperti ini ia di tawari suatu pekerjaan yang konyol.

"Menjadi istri kedua? Apa saya tidak salah dengar?" tanya Windu lembut.

PERMINTAAN ISTRI

Yasinta hanya menatap lekat ke arah Windu yang kaget dengan penawaran atas prmintaannya itu.

"Apa ada yang salah dengan penawaran permintaan saya? Kamu sedang butuh uang banyak, bukan? Uang yang sangat banyak untuk membayar hutang kedua orang tuamu. Benar?" tanya Yasinta dengan penuh percaya diri.

Ya, selama beberapa bulan terahir ini. Seiring perjalanan rumah tangga Yasinta dan usia pernikahannya yang sudah semakin lama, Yasinta mulai jenuh dengan situasi dan kondisi rumah tangganya.

Windu masih menganga, bibirnya membuka kecil antara percaya dan tak percaya dengan semua permintaan konyol seorang istri.

"Bukan salah Nyonya. Tapi, ini sungguh permintaan yang tak wajar. Dimana -mana seorang istri tidak akan pernah berbagi suami, bahkan ia akan marah bila suaminya di dekati wanita lain. Tapi, Nyonya malah memintaku untuk menikah denga suami anda?" tanya Windu pelan.

Yasinta tersenyum tipis, ia tidak tahu harus menjelaskan mulai dari mana. Ia hanya ingin menjelaskan kepada mertuanya bahwa Wibisono, suaminya itu sudah lama tidak pernah memberikan nafkah batin.

"Aku tidak perlu banyak bicara. Aku tidak mau kamu terlalu banyak menerka -nerka. Aku hanya ingin menawarkan pekerjaan mulia ini, Windu. Ingat, kamu menikah dengan suamiku hanya untuk satu tahun ke depan saja. Kecuali, kamu bisa mengandung benih dari suamiku. Aku ijinkan kamu selamanya bersama suamiku," ucap Yasinta sambil tertawa terbahak -bahak.

Windu mengernyitkan dahinya. Ia bingung, itu sama saja ia yang rugi banyak. Pernikahannya hanya satu tahun, dan Windu harus menyerahkan keperawanannya. Lalu bercerai kecuali suaminya jelas bisa menghamilinya, maka Windu bisa bersama suaminya selamanya, itu tandanya Windu bisa mendapatkan suaminya secara utuh.

"Nyonya? Kalau pernikahan ini hanya untuk satu tahun saja, aku rugi dong?" tanya Windu polos.

"Rugi? Apa maksudmu?" tanya Yasinata ulai tak paham dengan maksud Windu.

"Ya, aku harus memberikan keperawananku di malam pertama, padahal pernikahan ini ada masanya. Apa Nyonya bisa mengembalikan keperawananku?" tanya Windu kembali. Windu bimbang, ia sangat dilema. Ini perkerjaan mudah dan tidak akan ada kesempatan lagi yang sama. tapi, Windu harus benar -benar selektif agar bisa mendapatkan uang yang banyak. Selain semua hutang kedua orang tuanya lunas, ia harus bisa memastikan Kedua orang tuanya dan adiknya itu hidup layak bahkan hidup senang denagn memiliki rumah dan kbutuhan hidup yang tercukupi.

Kini giliran Yasinta yang kaget dengan ucapan cerdas Windu. Ternyata Windu tidak sepolos yang ia kira dan Windu bukan tipe perempuan yang mudah di bujuk.

"Kamu yakin? Masih perawan? Di jaman sekarang banyak anak perempuan se -usia kamu yang sudah tidak perawan hanya demi uang," ucap yasinta ketus.

"Jangan samakan, aku dengan gadis lain. Aku berasal dari keluarga baik -baik dan menjunjung tinggi nilai -nilai harga diri. Walaupun aku bukan dari golongan orang kaya. Aku harap Nyonya mengerti. Tidak semua hal bisa di bayar dengan uang. Pernikahan itu sakral, Nyonya. Lalu, Nyonya ad amasalah apa? Hingga mau menerima kehadiran wanita lan untuk suami Nyonya? tentu ini ada sesuatu yang tidak beres," ucap Windu tegas.

"Jaga bicaramu Windu. Aku hanya ingin membuat suamiku bahagia dengan pernikahannya. Aku belum bisa memberikan keturunan pada suamiku. Aku selalu di sebut mandul, padahal ...." ucapan Yasinta terhenti dan tak di lanjutkan.

"Padahal apa?" tanya Windu dengan penasaran.

"Padahal saya dan suami tidak ada masalah. Mungkin memang belum di kasih saja, betul kan?" ucap Yasinta tertawa lebar.

Windu terdiam. Ia merasakan aura aneh dan ada hal yang membuat Windu merasa janggal dengan permintaan gila ini.

"Jadi? Bagaimana? Kapan kamu siap menikah dengan samiku. Aku akan mempersiapkan semuanya," ucap Yasinta dengan suara lantang.

Windu menggelengkan kepalanya pelan.

"Maaf Nyonya, aku belum bisa memutuskan untuk ini. Aku takut jika kedua orang tuaku tahu, bahwa ini adalah hanya pura -pura saja," ucap Windu lirih.

Windu hanya tidak tega melihat kedua orang tuanya kecewa dengan semua ini. Ia menerima pernikahan kontrak dari istri pertama dengan maksud tertentu yang ia sendiri tidak tahu.

"Aku tidak akan pernah mengungkap masalah ini kepada kedua orang tua kamu. Aku jnaji itu," ucap Yasnta yang masih terus membujuk Windu.

"Bukan masalah itu Nyonya," jawab Windu pelan sambil meremat rok pendeknya di bawah meja.

Degub jantungnya tak karuan rasanya. Ia benar -benar bingung. Di satu sisi, ia butuh uang banyak. Tapi di satu sisi, ia juga tidak mau semuanya sia -sia. Kalau bisa ia harus hamil dalam waktu setahun, agar ia tetap bisa bersama dengan suaminya. Bukan malah harus berpisah karena sesuatu hal.

"Lalu? Masalahnya apa? Uang? Setiap bulan aku akan mengirim kan uang yang bnayak di rekening kamu," ucap Yasinta dengan mantap.

Windu menunduk. Ia belum bisa memutuskan, ini hal tersulit dalam hidupnya. Pilihan yang tak bisa dengan mudah di pilihanya. Tidak seperti soal matematukan yang sudah pasti rusnya atau soal bahasa indonesia yang bisa di baca dengan nalar yang baik.

Windu menarik napas dalam.

"Anda yakin Nyonya? Kalau aku bisa hamil dengan suamimu, aku akan tetap selamanya bersama suamiku?" tanya Windu memastikan.

Yasinta menatap Windu lekat. Ternyata permintaanya malah membuat Yasianta kacau sendiri.

"Ya. Kalau memang bisa, kita akan hidup bersama. Bertiga. Aku, kamu, dan suami kita." suara tegas dan lantang tercelos dari bibir YAsinta untuk meyakinkan Windu.

"Aku mau, asal semua hutang kedua orang tuaku lunas sebelum pernikahanku, dan kedua orang tuaku mendapatkan rumah serta fasilitas yang layak dan semua kebutuhannya tercukupi," ucap Windu pelan.

Pilihan yang sulit namun harus di ambil dengan baik. Setidaknya permasalahan kehidupan orang tuanya bisa selesai dan semua ini bisa membuat kedua orang tuanya bangga dan bahagia. Maslah hamil, itu di pikir nanti dengan berjalanannya waktu.

"Oke, deal." ucap Yasinta tegas sambil mengulurkan tangannya untuk saling berjabat tangan dengan Windu.

Windu pun menerima pernikahn kontrak yang hanya satu tahun itu.

"Oh ya ... Namaku Yasinta, dan Wibisono adalah suamiku. Ia seorang direktur. Uangnya sangat banyak sekali, kamu akan bahagia selama satu tahun ke depan, sampai kamu benar -benar bisa hamil, Windu," ucap Yasinta penuh dengan senyum kelicikan.

"Iya. Aku windu, Nyonya Yasinta," ucap Windu pelan.

Seperti sedang menerima undian durian runtuh. Itulah perbahasa yang sedang menimpa Windu saat ini. Ia tidak hanya di traktir makan dan minum di restauran mahal. Windu juga sudah di beri uang muka sebagai awal menerima pernikahan kontrak ini. Uang yang menurut Windu sangat banyak sekali. Uang yang kalau di satukan hampir sama dengan gajinya selama satu tahun.

"Ini uang untukmu, Windu. Besok siang, kita bertemu lagi di sini tepat di jam maka siang. Kamu akan menada tangani pernikahan kontrak itu, lalu akan akan menyelesaikan semua hutang kedua orang tua kamu, dan aku akan memberikan kunci rumah sebagai tanda jadi pernikahan kontrak ini. Lusa kamu akan menikah dengan suamiku. Tapi, nanti malam, kita akan makan maam di sebuah hotel. Sepulang kerja, kamu, aku jemput," ucap yasinta penuh senyum misteri.

Windu sudah tidak peduli akan hal itu. Pikirannya hanya ingin membahagiakan orang tuanya.

AGAK CURIGA

Siang itu Windu melanjutkan kerja. yasinta juga pulang untuk mempersiapkan makan malam di sebuah restaurant mahal. Semua sudah di persiapkan dengan sangat baik.

"Hallo ... Mas Wibisono? Kamu masih di kantor?" tanya Yasinta dengan suara yang sangat lembut.

"Ya Sayang. Ada beberapa pekerjaan yang harus aku selesaikan malam ini juga. Mungkin aku akan pulang malam," jawab Wibisono pelan menjelaskan.

"Kamu lupa, hari ini hari apa, Mas?" tanya Yasinta dengan nada manja.

Sejenak, Wibisono melirik ke arah kalender yang ada di meja kerjanya. Tanggal yang sudah di tandai olehnya sebagai hari anniversary pernikahannya dengan Yasinta.

"Maafkan aku, Yasinta. Kita makan malam sekarang. Pekerjaanku masih bisa aku tunda besok. Kita dinner ya? Kamu cari tempat yang enak untuk acara kita malam ini," ucap Wibisono pelan.

Wibisono, pria yang sangat baik. Ia menikah dengan Yasinta karena perjodohan dari keluarga besarnya. Ia merasa bersalah, karena hingga kini Yasinta belum juga hamil.

Senyum Yasinta melebar dari balik ponselnya. Semua rencananya sepertinya akan berjlan dengan lancar.

"Ya, kita dinner. Lalu, kalau kamu mau lanjut kerja lagi tak apa. Aku ingin berbelanja dan aku akan menunggumu pulang di rumah kita," cicit Yasinta dengan nada manja.

"Rumah kita? Rumah kayu?" tanya Wibisono pelan. Beberapa tahun lalu, sebagai hadiah anniversary yang kelima, Yasinta meminta rumah kayu yang terletak d balik bukit. Rencananya rumah itu akan di jadikan vila jika keduanya ingin berlibur.

"Ya, Rumah kita? Apa kamu lupa, Mas?" tanya Yasinta pelan.

"Aku tidak lupa, Yas. Maafkan aku, bila belum bisa membahagiakanmu dan belum bisa memberikanmu keturunan seperti yang kamu impikan. Maafkan aku, Yas," ucap Wibisono lirih.

"Iya, Mas. Tidak apa -apa. Mungkin jalan hidup kita begini. Tapi aku bangga, selama ini Mas juga setia dan tak pernah mencari yang lain," ucap Yasinta sedikit menyentil.

"Bukannya malah itu seharusnya kamu, Yas. kamu yang sabar mengahdapi aku yang banyak kekurangan ini. Kamu yang masih setia menemani aku," ucap Wibisono semakin merasa bersalah.

"Kamu masih setia denganku kan Mas?" tnya Yasinta mulai mencari -cari pembahasan.

"Tentu aku setia padamu Yas. Untuk apa lai? Mana ada lelaki yang memiliki kekurangan seperti aku ingin macam -macam. Seharusnya aku yang bertanya kepadamu, Yas? Kamu masih sanggup bertahan dnegan keadaan ini?" tanya Wibisono kemudian.

"Aku bangga memilikimu Mas. Kamu pekerja keras, dan kamu selalu mencukupi kebutuhan aku," jawab Yasinta dengan pelan.

"Tapi aku? Aku tidak bisa membuatmu puas di ranjang dengan keperkasaanku, Yas. Kamu tentu merasa jenuh dengan pernikahan kita," ucap Wibisono yang terus di hantui rasa bersalah terhadap Yasinta.

Sejak pernikahannya dulu, Wibisono sudah tak bisa lagi membahagiankan Yasinta secara batin. Pernah suatu hari, Yasinta sudah mempersiapkan segalanya untuk malam pertama mereka, namun lagi -lagi Wibisono gagal. Sejak itu Yasinta sedikit berubah, namun tetap mengurus Wibisono dengan baik

Banyak slentingan yang mengabarkan bahwa yasinta selingkuh dengan bawahan Wibisono. Tapi, Wibisono tidak mau ambil pusing. Ia bahkan tak peduli dengan celotehan tak bertuan itu. Ia akan percaya, jika ia melihat dengan kedua mata kepalanya sendiri.

"Apa artinya semua itu, asal kamu mau berobat?" jelas Yasinta lembut.

"Kamu tahu kan, Yas? Bahkan dokter pun bilang padamu. Aku tidak bisa sembuh. Seumur hidupku, aku akan seperti ini. Apa kamu mau bertahan?" tanya Wibisono sendu.

Wibisono duduk dimeja kerjanya dan memandangi foto Yasinta yang cantik. Wanita baik pi,ihan orang tuanya yang begitu setia padanya selama sepuluh tahun ini.

"Aku tahu Mas. Aku akan tetap bertahan, selama aku tahu Mas pun setia padaku. tapi, aku akan pergi, jika aku tahu Mas Wibisono ternyata memiliki perempuan lain elain aku?" cicitnya manja.

"Aku tidak akan pernah melakukan itu, Yas. Aku sangat mencintaimu," ucap Wibisono dengan jujur.

"Aku juga mencintai kamu, Mas," jawab Yasinta lembut.

"Kita jadi dinner? Kirim lokasinya kepadaku?" ucap Wibisono pelan.

"Ya, aku kirim ya," jawab Yasinta pelan.

Hari ini tentu menjadi hari bahagia bagi Wibisono yang akan merayakan hari anniversarynya bersama Yasnita, istri sempurnanya itu.

Bagi Wibisono, Yasinta adalah bidadari yang di kirim dari surga untuk menemaninya di dunia dengan segala kekurangannya. Yasinta tak pernah mengeluh sedikit pun.

Yasinta sudah emmilih restaurant yang senagja tidak jauh aksesnya menuju rumah ayu dan kantor Wibisono . Semua rencana sudah di atur sedemikian rupa dan Yasinta berharap semuanya akan lancar -lancar saja.

"Hai Windu?" panggil Yasinta kemudian.

"Sore Nyonya?" jawab Windu sopan saat menghampiri Yasinta.

"Sudah siap? Kita ke butik dulu yuk?" ucap Yasinta pelan.

Windu hanya mengangguk pasrah. Kontrak itu sudah ia setujui. Uang muka pembayarannya pun sudah Windu terima.

"Kita mau ada acara apa?" tanya Windu pelan.

"Ikut saja. Malam ini kita makan enak, pokoknya," ucap Yasinta pelan.

Windu hanya diam dan mengedar pandangannya dari dalam mobil ke arah luar jendela.

Yasinta memang orang kaya. Semua tersedia dan supir pun selalu ada untuk dirinya. Sang supir pun menatap Yasinta drai balik kaca spion tengah.

Siapa yang tidak suka dengan Yasinta? Wanita cantik, muda, pintar, dengan tubuh molek dan gemoy. Wanita yang pandai menempatkan diri namun ia seorang wanita yang hiperseks. Ia tak pernah puas pada satu lelaki saja, tapi permainannya sungguh cantik dan aman.

Sore ini, Windu di dandani dnegan sangat cantik dan di pakaikan pakaian mahal dan seksi. Bahkan kecantikannya kini melebihi Yasinta.

Windu sudah duduk di salah satu meja restaurant pesanan Yasinta. Yasinta banyak memesankan makanan dan minuman untuknya. Makanan dan minuman yang belum pernah ia lihat sebelumnya.

"Kamu di sini sendiri ya. Tunggu saja, aba -abaku. Nanti, aku dan suamiku akan makan malam di sini dan kamu bisa lihat, seperti apa rupa suamiku. Dia tampan, gagah, pintar, dan perkasa. Tiada duanya, dia lelaki yang amat sempurna," ucap Yasinta yang begitu membanggakan suaminya itu.

Windu hanya terdiam. Kedua matanya terus mengekor gerak -gerik Yasinta yang menurutnya sedikit aneh. Ada hal yang Windu tida tahu tentang Yasinta. Ia terlihat sangat baik dan sopan ekali.

'Tidak mungkin ia memiliki niat buruk terhadap saminya sendiri,' lirih Windu membatin.

Pelan tapi pasti, Windu mencicipin edikit demi sedikit makanan yang ada di atas meja. Makanan yang sangat lezat dan belum pernah Windu mencicipinya.

Sekilas Windu melihat, yasinta nampak sibuk dengan ponselnya. Raut wajahnya nampak bahagia dengan tertawa lepas seolah tak ada masalah.

Tidak lama, ponsel itu di matikan. windu melihat ada seorang laki -laki yang datang menghampiri Yasinta. Laki -laki yang tampan, gagah, macho, sesuai dengan yang di ucapkan yasinta tadi.

Lelaki itu langsung memeluk Yasinta dan mencium wanita itu dengan sangat tulus.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!