NovelToon NovelToon

Ara & Pangeran Vampir

Siapa Dia?

"Ara....Ara...."

Suara itu perlahan mengalun di telinga Ara.

"Ara....di mana kamu?"

Sebuah suara kembali terngiang. Dan suara itu, kali ini berhasil membuat Ara pelan membuka matanya

***

Suara pedang yang diadu terdengar begitu memekakkan telinga. Terlebih ketika dua pedang itu saling berbenturan, suara petir akan terdengar. Begitu juga dengan percikan cahaya berwarna putih.

"Kenapa kau menyerangku?"

"Karena kau selalu membuatku marah!"

"Sudah kubilang aku tidak menginginkan jadi raja!"

"Kalau begitu kenapa mau mengubah dirimu menjadi vampir murni?"

Luis tercekat mendengar pertanyaan sang kakak.

"Kau tidak bisa menjawab? Karena kau menginginkan posisi itu!" Krum berteriak.

"Aku punya alasan kenapa aku mengubah diriku menjadi abadi. Tapi bukan tahta yang kuinginkan!" Jawab Luis lemah. Pria itu menurunkan pedang biru miliknya. Menurunkan tingkat kewaspadaaannya. Tidak peduli jika Krum membunuhnya.

Krum menyeringai meremehkan.

"Kau pikir aku percaya? Darah campuran sepertimu tidak pantas memimpin klan kita!" Krum berucap sombong.

"Kalau begitu katakan hal itu pada Ayah. Dia yang menginginkanku naik tahta. Bukan aku!" Balas Luis sengit, memilih pergi dari hadapan Krum, yang amarahnya kembali meledak. Dia merasa diabaikan oleh Luis.

"Kita lihat saja, Luis. Kau tidak akan pernah bisa menjadi raja. Memimpin klan ini adalah takdirku!" Tekad Krum.

Brakkkk!!!

Sebuah pilar roboh terkena sabetan pedang hitam milik Krum. Mata pria itu seketika berubah menjadi merah.

****

Ara tampak menggembungkan pipinya, menatap hampa pada langit di atas sana, yang seolah tak mau berdamai dengannya. Sejak tadi hujan tidak berhenti mengguyur kota tempat Ara tinggal.

"Pergilah cepat. Jangan sampai terlambat."

Pesan dari Bibi Maria. Orang yang sudah bersusah payah untuk membujuk seorang CEO kenalannya, agar mencarikan pekerjaan untuk Ara.

Pada akhirnya, Ara harus mengalah pada hujan. Merapatkan mantelnya, lalu berlari menerobos hujan yang mulai mereda. Setengah jam kemudian, dia sudah masuk ke sebuah lobi kantor yang sangat besar. Cukup beruntung karena kali ini, macet mau bersahabat dengannya. Hingga taksi yang dia tumpangi bisa sampai ke kantor itu tepat waktu.

"Selamat pagi." Sapa Ara ramah.

"Ya, bisa saya bantu?"

"Saya ada janji dengan Tuan...Aiden Park."

"Tuan Aiden Park...sebentar saya lihat."

"Nona Arabella Sofia. Silahkan naik ke lantai 40 memakai lift itu. Ini kartu Anda." Ucap resepsionis itu, menyerahkan sebuah kartu ID sementara.

Ara cukup tertegun. Dia pikir akan ada drama atau masalah. Seperti yang sering dia dengar dari dua sahabatnya.

Tiiing

Pintu lift terbuka. Ara sejenak menatap ragu ke dalam kotak persegi sempit itu. Ada hawa dingin yang tiba-tiba menerpa tengkuknya, membangkitkan ketakutannya.

Ara menarik nafasnya dalam. Memegang dadanya. Di mana sebuah kalung dengan bandul permata safir, dibalut sebuah cangkang dengan ukiran tulisan kuno tergantung di cantik di sana.

Kredit Pinterest.com

"Apapun yang terjadi. Jangan pernah melepas kalung ini. Kamu juga tidak boleh menghilangkannya."

Kembali satu pesan dari Bibi Maria terngiang di telinga Ara. Sedikit ragu, Ara melangkah masuk ke dalam lift. Pintu lift perlahan menutup. Benda persegi itu langsung bergerak naik. Membawa Ara ke lantai 40.

"Dia datang," suara seorang pria berwajah tampan terdengar. Membuat pria yang satunya lagi, langsung membuka matanya yang terpejam.

"Kenapa kau harus merepotkanku dengan urusan manusia yang tidak berguna ini?" Gerutu pria itu dingin. Jelas sekali kalau dia tidak suka dengan tamu yang sedang otewe ke ruangannya.

"Oh, ayolah Luis. Bantu aku, oke. Dia perlu pekerjaan ini."

"Hanya karena ada seorang manusia yang berbaik hati pada vampir sepertimu. Kau jadi mau melakukan apa saja permintaannya. Ciihh, hyung kau sangat menyebalkan!"

"Dia sebenarnya tidak meminta. Aku hanya kasihan padanya. Dia baru bangun dari komanya. Dan tidak tahu harus harus berbuat apa" Pria yang dipanggil hyung itu beralasan.

"Lalu kau melemparnya ke sini? Kenapa kau tidak memakainya sendiri," tanya Luis sadis.

"Biar Yoon ada temannya," cengir Hyung.

"Lama-lama dia bisa diterkam Yoon. Kau tahu?"

Namun sejurus kemudian, Luis terdiam. Pria tampan itu langsung menatap Aiden, pria yang dia panggil Hyung itu. Hidungnya yang tajam langsung menangkap aroma yang begitu manis dan menggoda sedang menuju ke mereka.

"Apa dia sudah datang?"

"Kau tidak bisa mencium aromanya?"

"Tidak begitu"

Aneh, padahal Luis bisa mencium aroma Ara. Bahkan ketika gadis itu masih berada di lantai 20. Lift sampai di lantai 40. Bersamaan dengan ponselnya yang berbunyi. Aiden hanya bisa menarik nafasnya dalam.

Ara keluar dari lift dengan langkah semakin ragu. Berjalan menuju ruangan CEO yang terletak diujung lorong. Tengkuknya semakin merinding saja. Lorong itu terlihat begitu suram, membuat suasana semakin mencekam.

"Aku seperti berjalan di kuburan saja," guman Ara pelan.

Tanpa dia tahu, sepasang mata berwarna merah. Sejak tadi menatapnya lapar. Aroma darah Ara begitu menggoda. Membuat kerongkongan serasa kering, minta dipenuhi dahaganya. Tanpa Ara tahu, sepasang taring yang tajam siap menghunjam lehernya ketika satu telepati masuk ke kepalanya.

"Jangan menyentuhnya!"

"Apa yang kau lakukan disini?"

Ara hampir saja melompat. Mendengar suara dingin yang tiba-tiba muncul di belakangnya. Tidak tahu darimana asalnya, tahu-tahu seorang pria berwajah dingin, berkulit pucat. Dengan raut wajah datar dan tidak bersahabat sudah berdiri di depannya.

"Ahh...saya disini atas permintaan dari tuan Aiden Park?"

Pria itu mengerutkan dahinya. Membuat kesan semakin menakutkan saja.

"Hyung, kau mengirimkan makan siang untukku?"

"Sembarangan! Jangan menyentuhnya. Suruh saja dia masuk."

Pria itu mendengus geram. Wajah sebalnya semakin kentara.

"Masuklah!" Perintah pria itu.

Pria itu berlalu dari hadapan Ara. Masuk ke sebuah ruangan yang kian membuat bulu kuduk Ara tidak karuan. Entah kenapa jantungnya berdebar tidak jelas. Dia seperti tengah berada di sarang harimau. Dengan bahaya yang bisa menyerangnya setiap saat.

"Kau datang?" Sebuah suara yang terdengar ramah bergema di telinga Ara. Gadis itu menoleh. Dan kembali dia dikejutkan dengan kehadiran seorang pria yang tidak tahu dari mana asalnya.

"Ahh saya...iya," Ara menjawab terbata.

Dia masih berusaha mengatasi rasa terkejutnya. Menurutnya ada yang aneh. Kenapa semua orang di lantai ini, seperti muncul tiba-tiba. Mereka seperti datang dari udara, entah dari mana. Tiba-tiba sudah ada di depan Ara.

Aiden sejenak terdiam. Menatap Ara yang begitu cantik.

"Luis benar. Aroma gadis ini benar-benar menggoda. Sangat berbahaya. Pantas saja Yoon, hampir lepas kendali."

"Kau merasakannya kan, Hyung?" Suara Yoon terdengar di kepala Aiden.

"Dia spesial."

"Untukku saja!

"Enak saja!" Umpat Aiden.

"Tidak masalah, aku masih bisa mengendalikan diri. Tapi tidak tahu dengan Lucas."

Aiden langsung mengumpat dalam hati. Dia lupa, mereka masih punya Lucas, yang begitu berbahaya jika sudah berhadapan dengan wanita cantik. Terlebih, wanita itu memiliki aroma darah semanis Ara.

"Ada yang salah, tuan Park?" Pertanyaan Ara membuyarkan telepati Aiden dan Yoon.

"Siapa yang mengizinkannya masuk?" Satu suara dingin terdengar di belakang Ara.

Kali ini sumpah demi apapun. Ara ingin sekali lari dari sana. Rasa takutnya sudah sampai level tertinggi. Aura dominasi yang kuat. Suaranya yang terdengar dingin dan kejam, membuat Ara benar-benar ketakutan.

"Kau menakutinya, Luis," ucap Aiden.

Sedang Luis langsung terdiam. Sejenak menatap Ara dari belakang. Tubuh ini, dia jelas mengenalnya.

"Dia bosmu, Ara."

Deg,

"Ara? Kau memanggilnya Ara, Hyung?" Luis bertanya.

"Kenapa? Kau mengenalnya?"

Luis hanya diam, pria itu semakin tidak bisa bicara ketika Ara berbalik. Hingga terlihatlah wajah cantik milik Ara.

"Ini tidak mungkin dia kan?" Batin Luis.

"Kau mengenalnya?" Rasa ingin tahu Aiden, Luis abaikan. Pria itu benar-benar tidak percaya. Melihat Ara yang berdiri di depannya.

Pun dengan Ara. Gadis itu meski tampak ketakutan. Tapi wajah Luis sepertinya sangat dia kenal. Wajah pria itu seperti punya kedekatan khusus dengannya.

"Siapa dia?" Suara batin Ara membuat Luis dan Aiden saling pandang.

"Kau mengenalnya?" Tanya Aiden pada Ara. Dia bosan bertanya pada Luis yang sejak tadi mengacuhkannya.

"Tidak. Hanya saja, wajahnya begitu familiar. Saya seperti sudah pernah bertemu dengannya. Tapi tidak ingat di mana," jawab Ara. Takut melihat pada Luis yang tengah menatapnya tajam.

"Aku tidak bisa menemukan masa lalunya. Siapa dia?" Batin Luis.

***

Karya baru, kali ini author membawa BTS sebagai insirasi karyaku. Semoga kalian suka. Dan V aku pilih sebagai lead male-nya. Sudah tahu dong kenapa? Sebab dia tampan 😍😍😍

Kredit Pinterest.com

Luis Alexander Verona,

Abaikan sifat asli V yang petakilan di dunia nyata,

***

Perintah Hellas Verona

Luis menatap view malam yang ada di hadapannya. Wajah tampannya akan membuat setiap wanita menatap takjup padanya. Semua yang ada diwajahnya. Seolah tergambar sempurna dan pas untuknya.

Well, kita tidak akan membicarakan usia di cerita ini. Karena Luis dan yang lainnya tidak tahu berapa sebenarnya usia mereka. Yang mereka tahu, tubuh dan wajah mereka tidak pernah berubah. Berada dalam lingkup abadi menjadikan mereka tidak mengalami apa itu menua.

Sejenak dia memejamkan matanya. Dalam visual pikirannya, bisa dia lihat Ara yang berjalan tanpa arah tujuan. Tidak tahu akan kemana. Gadis itu baru saja menyelesaikan hari pertama bekerjanya. Tidak banyak pekerjaan yang bisa Luis berikan pada Ara.

Mengingat Ara sama sekali tidak bisa menggunakan laptop, printer. Mesin fotokopi. Bahkan menggunakan coffee maker saja dia tidak bisa.

"Aku siapa? Kenapa aku tidak bisa mengingat apapun."

Satu suara pikiran Ara terdengar oleh Luis. Pria itu memiliki pikiran yang sama. Pertama melihat Ara, dia begitu yakin. Ia adalah gadis yang ia cari selama ini. Tapi ketika Luis mencoba masuk lebih dalam ke pikiran Ara. Dia tidak menemukan apapun. Kosong, seolah sebulan kemarin adalah periode baru dalam hidup Ara. Tanpa sedikitpun masa lalu yang tertinggal di memori Ara.

"Bagaimana kerjamu?" Seorang pria tampak merangkul Aya. Bertanya dengan ceria. Lalu disusul dengan seorang gadis lain yang juga muncul bersamaan dengan pria itu.

Ara hanya diam mendengar pertanyaan sang pria.

"Kau lihat Erika...dia sama sekali tidak menghiraukanku." Gerutu pria itu.

"Dia hanya belum terbiasa denganmu."

"Dia memang selalu seperti itu. Kulkas berjalan." Maki pria itu.

"Luis...."

Satu panggilan langsung membuat Luis memutuskan visual pikirannya. Berbalik dan berdirilah Yoon dihadapannya. Sahabatnya, yang dalam waktu ini berperan menjadi asistennya.

"Bisa tidak kau memecat dia?"

"Kenapa?"

"Kau masih tanya kenapa? Dia manusia dan kita vampir. Tidak akan bisa bersama."

"Bekerja, Yoon. Bukan bersama," ralat Luis.

"Sama saja. Intinya aku tidak bisa setiap hari berdekatan dengannya."

"Kenapa?"

Yoon langsung berdecak kesal mendengar pertanyaan Luis.

"Sudah kubilang. Aku tidak bisa."

"Dengan manusia di lantai bawah kau bisa. Kenapa yang ini tidak bisa?" Tanya Luis dingin.

Yoon langsung mendengus kesal. Mendudukkan diri di hadapan Luis. Melambaikan tangannya. Dan sebuah gelas berisi cairan berwarna merah, langsung melayang ke arahnya.

"Golongan O, seperti sifat darahnya. Yang bisa menolong semua golongan darah. Baik hati, karena itu rasanya benar-benar manis," Yoon berucap sambil meminum cairan itu.

"Tapi tidak akan mengalahkan golongan AB...langka susah dicari," balas Luis sambil meminum miliknya.

"Dan dia adalah gabungan keduanya. Manis, menggoda dan langka. Kau sependapat denganku bukan?"

Luis terdiam. Yang Yoon katakan memang benar adanya.

"Jadi, kau pikir berapa lama bagiku untuk bisa bertahan agar tidak menerkamnya langsung. Meminum darahnya langsung dari nadi lehernya," tanya Yoon. Bisa Luis lihat taring Yoon mulai muncul.

"Kau akan bisa menahan diri."

"Oke...ucapanmu sama dengan Hyung. Tapi Lucas?"

"Lucas juga akan bisa menahan diri. Kau tidak ingat yang Lucas katakan soal penglihatannya?"

"Dia akan datang tidak lama lagi. Dia, yang akan membuat kita kelimpungan. Karena darahnya terasa begitu manis. Membuat kita akan saling berebut untuk mendapatkannya. Tapi kita tidak akan bisa menyentuhnya. Kecuali dia yang sudah dipilih."

"Apa kau pikir itu dia?"

"Aku pikir iya. Bukankah kau sendiri mengatakan kalau aromanya begitu manis dan menggoda. Berbeda dengan manusia lainnya?"

Yoon manggut-manggut setengah berpikir.

"Tapi kenapa dia muncul di tempat kita?"

"Yang itu aku tidak tahu." Sahut Luis datar.

"Kau menyembunyikan sesuatu," Yoon berucap kesal.

"Tidak." Luis membalas tegas. Yoon seketika menatap Luis. Bisa Luis rasakan, pikiran Yoon mulai menerobos masuk pikirannya. Namun Luis tersenyum. Membuat Yoon mengumpat.

Usaha membaca pikiran Luis, bagi Yoon seperti mencoba membuka pintu dengan gembok ganda. Plus password dan kode rumit. Luis punya kemampuan memblokir pikiran orang lain untuk bisa membaca pikirannya. Kemampuan yang hanya dimiliki oleh pangeran vampir. Dirinya dan sang kakak, Krum.

"Tapi ada yang aneh. Hanya aku yang bisa mencium aromanya dari jarak jauh. Sedang kalian baru bisa mengetahuinya saat dia ada di dekat kalian."

"Kau benar. Aku baru bisa mengesan keberadaannya saat dia sudah berada di depan pintumu."

"Padahal aku sudah mencium aromanya ketika dia mulai masuk lobi. Namun aku menjadi yakin ketika dia ada di lantai 20."

"Kenapa?"

"Ada yang menyegel aromanya." Luis bertutur santai.

"Maksudmu? Ada yang melindunginya?"

"Belum pasti. Bisa kau bayangkan jika aromanya menguar bebas. Sudah bisa dipastikan seluruh bangsa kita akan memburunya. Sudah lama dia mati." Kata Luis sadis.

Hening sejenak, Luis tiba-tiba berdiri.

"Mau kemana?"

"Kantor pusat memanggil." Dan dalam hitungan detik, tubuh Luis menghilang bak ditelan angin malam. Yoon menghela nafasnya. Meminum habis cairan merah dari gelasnya.

"Gabungan O dan AB. Bisa kau bayangkan lezatnya seperti apa," Yoon berguman sendiri. Lantas berdiri dan detik berikutnya. Mengikuti jejak Luis. Pria itu menghilang dalam satu kedipan mata.

***

Ara tampak melangkah malas, masuk ke dalam kamar apartement sempitnya. Sejak bekerja dia memutuskan untuk tinggal terpisah dari bibi Maria. Menyewa apartement kecil di pusat kota. Setidaknya ini lebih dekat dengan tempatnya bekerja. Selain itu dia tidak ingin merepotkan bibi Maria.

Melepas mantelnya, sepatunya. Lalu melepas kemejanya. Menggulung tinggi rambutnya. Hingga leher jenjang putih dan mulus itu terpampang nyata. Tubuh Ara benar-benar seksi.

Sampai Luis yang berdiri di seberang gedung. Langsung memejamkan matanya. Mata Luis seperti zoom kamera. Meski dia berada di jarak yang sangat jauh. Dia bisa melihat obyek yang ingin dia lihat dengan sangat jelas.

"Perempuan zaman sekarang," umpat Luis. Lantas berbalik dan menghilang. Setelah melihat Ara masuk ke kamar mandi.

***

"Kenapa kau memanggilku?" Tanya Luis angkuh.

Pria di depannya langsung menarik nafasnya dalam. Beginilah akibatnya kalau dia memanggil putranya yang satu ini. Bukannya mendapat sapaan hangat. Tapi bawaannya ngajak gelut aja. Yang Luis panggil kantor pusat adalah ayahnya. Hellas Verona.

"Tidak bisakah kita bicara baik-baik?" Hellas Verona bertanya dengan nada putus asa. Tinggi, besar dengan wajah tampan serta rahang tegas. Ayah Luis sukses memimpin klan vampir hingga mampu bertahan sejauh ini.

Melakukan adaptasi dan berbaur dengan kehidupan manusia biasa. Meminta kaumnya untuk mengurangi berburu manusia. Dan menggantinya dengan hewan. Pun dengan catatan tidak terlalu mencolok dan menarik perhatian.

Menyarankan kaumnya untuk membeli darah dari bank darah. Jika mereka ingin minum darah. Sebuah terobosan baru dalam dunia per-vampiran.

"Sikap baikku padamu sudah hilang ketika kau mengubahku menjadi bagian dari kalian," ketus Luis dingin.

"Bukankah kau yang menginginkan keabadian itu juga menjadi milikmu?"

"Tapi tidak dengan cara mengubahku menjadi makhluk mengerikan seperti ini!" Teriak Luis. Dia sungguh tidak terima. Dirinya diubah oleh sang ayah menjadi seorang vampir sama seperti ayahnya.

"Jadi kau lebih suka menjadi darah campuran. Direndahkan martabatnya. Diinjak-injak harga dirinya. Sampai pada akhirnya kau kehilangan orang yang paling kau kasihi."

"Tapi aku tidak mau menjadi sepertimu!" Teriak Luis frustrasi.

"Apa gunanya aku hidup sampai sekarang. Tapi sampai detik ini. Aku tidak bisa menemukannya. Kau tahu kadang aku berpikir untuk mengubah diriku menjadi abu saat fajar muncul...."

"Berani kau melakukan itu?" Hellas mencengkeram leher Luis. Membuat nafas pria itu langsung tersengal.

"Bunuh aku saja. Itu lebih baik." Ucap Luis lemah. Dan "braakkkk"

"Arrgghhhh"

Luis meringis pelan saat Hellas melempar tubuhnya. Membentur tembok di sisi ruang, hingga tubuh Luis terpelanting.

"Kau tidak pernah mendengarkan orang lain bicara. Dengarkan aku, kau menemukan ini di dekat tubuhnya?" Hellas bertanya sembari menahan amarah. Memperlihatkan visual sebuah botol ramuan berwarna ungu.

Kredit Pinterest.com

Luis langsung berusaha bangun. Botol itu yang dia temukan di samping tubuh Ara.

"Itu adalah Sleeping Potion."

"Ramuan tidur?"

Hella mengangguk. "Jika dia meminum seluruh isinya. Harusnya tahun ini dia terbangun. Dia yang terbangun setelah meminum ramuan ini. Akan memiliki darah murni. Karena selama tidur panjangnya, tubuhnya memurnikan seluruh isinya. Termasuk darahnya."

"Maksudmu dia sudah bangun?"

"Temukan dia. Jangan sampai Sherpa atau kakakmu menemukannya lebih dulu. Karena itu akan mengakibatkan kekacauan besar dalam bangsa kita. Jika itu terjadi baik kau maupun aku. Tidak akan bisa menghentikannya."

"Maksudmu?"

"Aku secara resmi menunjukmu menjadi putra mahkotaku."

Luis langsung membulatkan matanya.

"Itu adalah perintahku, Hellas Verona!"

***

Visual Hellas Verona,

Kredit Pinterest.com

Daddy 😍😍😍

***

Aku Seorang Pemberontak

"Sudah kukatakan aku tidak mau!" Teriak Luis.

"Selain kau, siapa lagi yang bisa kuharapkan?" Hellas berucap putus asa.

"Krum! Suruh dia yang naik!"

"Dia terlalu ambisius. Itu tidak baik untuk seorang pemimpin"

"Dan aku sebaliknya. Aku tidak menginginkan posisi itu. Sama sekali tidak!" Luis bersikeras menolak.

"Luis...."

"Untuknya aku akan membantu mencari. Tapi untuk naik tahta. Aku tidak berpikir untuk itu."

Luis menarik nafasnya dalam. Mengingat pertengkarannya dengan sang ayah.

"Selalu saja begitu," gerutu Luis.

Sementara di sisi lain, Krum langsung menghancurkan semua barang di kamarnya. Dia mendengar dengan jelas. Ketika sang ayah menunjuk Luis secara langsung untuk menjadi penerusnya.

"Apa sebenarnya yang istimewa dari anak darah campuran itu!" Geram Krum, membalik sebuah meja di kamarnya.

"Itu karena dia memiliki apa yang tidak kau miliki." Suara desisan menjawab pertanyaan Krum.

"Jangan ikut campur. Pergi kau dari pikiranku!"

"Mau kuberitahu satu rahasia?"

"Jangan memancingku!"

"Dapatkan dia dan kau akan memimpin klan ini. Tanpa bantahan dari siapapun."

Krum sejenak terdiam.

"Apa dia sudah muncul?"

"Aku sedang mencari pikirannya."

Krum kembali terdiam. Dia tahu sesuatu di kepalanya itu sudah beranjak pergi.

"Kau memang curang ayah. Kau memberitahunya. Tapi tidak denganku. Baik karena kau yang mulai. Jangan salahkan aku, jika aku sendiri yang akan menghabisi putra kesayanganmu itu."

Di tempat lain, waktu yang hampir bersamaan, Lucas setengah berlari. Mencari Aiden.

"Ada apa?" Aiden bertanya, ketika Lucas tiba-tiba muncul di hadapannya.

"Hyung lihatlah ini!" Lucas langsung memegang tangan Aiden. Seketika visual yang dilihat Lucas. Juga dilihat oleh Aiden.

"Kau baru saja melihatnya?"

Aiden bertanya dan Lucas mengangguk cemas.

"Apa yang harus kita lakukan?"

"Yang kau lihat hanyalah potongannya bukan? Bukan keseluruhannya?"

Kembali Lucas mengangguk.

"Kalau begitu, jangan terlalu khawatir dulu. Perang saudara sepertinya memang tidak bisa dihindari. Tapi hasilnya kita belum tahu."

"Tapi dalam penglihatanku..."

"Dia terluka belum tentu terbunuh."

Lucas langsung mengacak rambutnya frustrasi.

"Bisakah seseorang mengambilnya dari kepalaku. Tidak masalah jika itu hal lain. Tapi tiap kali melihat mereka saling menghunuskan pedang satu sama lain. Aku seperti orang gila, Hyung!" Lucas berteriak hampir menangis.

"Lucas hati-hati dengan pikiranmu. Dia bisa membacanya."

"Tidak. Aku tahu jika dia berusaha menerobos pikiranku. Aku bisa menyembunyikannya. Lagipula dia bukan orang yang sembarangan akan membaca pikiran kita. Kalaupun dia tahu. Dia akan diam saja."

Aiden tersenyum. Lucas sangat memahami Luis.

"Begini saja kau jangan terlalu memikirkan penglihatanmu."

"Tapi Hyung, ini menyiksaku. Kenapa kelebihan ini diberikan padaku. Aku jelas bukan orang yang bisa menghandle masa depan."

"Pasti ada rahasia di balik semua ini. Kenapa kau diberi kelebihan bisa melihat potongan masa depan atau lebih tepatnya apa yang akan terjadi di masa depan."

Lucas mendengus geram. Lalu menghempaskan tubuhnya di ranjang Aiden.

"Kau perlu donor darah?" Goda Aiden.

"Entah." Lucas menjawab ambigu. Diantara mereka berlima. Hanya Lucas yang sering meminum darah langsung dari tempatnya. Dia memberi istilah donor darah. Karena darah yang dia ambil dari para korbannya, hanya sebanyak orang yang mendonorkan darahnya. Jadi korbannya tidak akan mati. Paling hanya lemas. Paling parah pingsan.

Lucas menggulingkan tubuhnya ke kanan dan ke kiri.

"Aku pikir, aku memang perlu healing." Ucap Lucas pada akhirnya. Aiden yang mendengar perkataan Lucas langsung tersenyum.

"Apalagi yang kau butuhkan untuk menaikkan moodmu selain wanita cantik," seloroh Aiden tanpa melihat ke arah Lucas.

Tanpa Aiden tahu. Kalau Lucas sudah menghilang dari ranjangnya.

Lucas tiba-tiba saja sudah muncul di sebuah klub malam. Dalam sekejap dia sudah dikelilingi wanita cantik. Paras Lucas yang tidak kalah dari Luis. Membuatnya digilai banyak wanita. Terlebih Lucas lebih terbuka soal pergaulan daripada yang lain.

"Mau kutemani?" Tanya seorang wanita cantik dengan pakaian seksi. Lucas menyeringai melihat hal itu. Tanpa banyak kata wanita tersebut duduk di samping Lucas. Menempelkan tubuhnya di tubuh kekar Lucas.

"Kau mau memulainya sekarang?" Lucas berujar sensual. Darahnya seolah mendidih. Mencium aroma darah yang begitu memabukkan. Dahaga itu segera hadir di tenggorokannya. Apalagi ketika wanita itu mulai mencium bibir Lucas penuh hasrat.

Siapa juga yang tidak tertarik dengan pria setampan Lucas. Ciuman itu hanya berlangsung singkat. Karena sebenarnya Lucas tidak terlalu suka bersentuhan dengan wanita yang tidak ia sukai.

Begitu Lucas mulai menciumi leher wanita itu. Sepasang taring langsung muncul dengan pupil mata Lucas seketika berubah menjadi merah. Tanpa membuang waktu. Lucas langsung menghunjamkan taringnya di leher wanita itu. Lucas sejenak memejamkan matanya. Menikmati manisnya darah wanita itu, mengalir membasahi tenggorokannya.

Hal itupun tidak berlangsung lama. Lucas tahu batasnya. Hingga tak berapa lama. Pria itu melepaskan gigitannya pada wanita itu. Taringnya perlahan menghilang dengan pupil mata kembali berwarna hitam.

"Kau sangat mengagumkan," bisik Lucas, lantas berdiri. Lalu meninggalkan wanita itu begitu saja. Wanita itu jelas bingung. Mereka baru saja berciuman tidak lebih dari sepuluh menit. Dan Lucas langsung beranjak pergi.

"Apa dia gila?" Geram wanita itu. Tanpa sadar apa yang sudah Lucas lakukan padanya. Sementara Lucas hanya tersenyum. Mendengarkan umpatan si wanita Lelaki itu kini sudah berada di kamarnya, telah melepas jasnya. Sekarang mulai menanggalkan kemejanya. Dia melambaikan tangan, segelas minuman berwarna merah langsung melayang ke arahnya.

"Kau baru saja mengambil makan malammu?"

"Tidak..aku baru saja bersenang-senang."

Jawab Lucas melalui pikirannya. Lucas Altemose, tidak ada seorangpun yang tahu identitas dirinya yang sebenarnya. Juga satu penglihatan yang dia dapat. Yang dia sembunyikan dari semua sahabatnya. Sebab dia terlalu takut dengan penglihatannya sendiri.

"Aku tidak mungkin berada di atas sana." Batin Lucas sambil meminum minumannya.

***

"Kak, apa yang bisa aku bantu?" Tanya Ara berusaha ramah pada Yoon. Seniornya di kantor Luis.

Sesaat Yoon menatap tajam pada Ara. Membuat Ara mundur satu langkah. Takut.

"Kau menakutinya, Yoon." Satu suara masuk ke kepala Yoon.

Membuat pria itu langsung memejamkan matanya. Berusaha mengendalikan diri.

"Bisa kau periksa berkas yang disana itu. Kalau ada yang salah. Betulkan lalu berikan padaku. Akan aku kerjakan," Yoon berucap sambil mengetatkan rahangnya.

"Baik, Kak," jawab Ara sumringah, langsung meraih berkas di meja sebelah.

"Kerjakan di luar." Titah Yoon tegas.

"Baik, Kak."

"Good boy."

Yoon mendengus kesal mendengar suara itu. Yoon jelas tidak bisa satu ruangan dengan Ara. Aromanya terlalu menggoda. Dia takut akan lepas kendali.

"Abaikan saja dia."

"Hyung.... kau tidak berada di sini. Jadi kau tidak mengalaminya. Dia benar-benar berbahaya." Keluh Yoon.

Di ujung sana, Luis tertawa.

"Jangan tertawa!"

"Salahkan saja Hyungmu itu. Menitipkan kue yang begitu manis rasanya pada kita."

"Jadi jangan salahkan aku jika suatu saat aku memakannya."

"Kalian sedang membicarakan apa sih?" Pikiran Lucas ikut nimbrung, membuat yang lain langsung kicep. Bisa dilihat jika Luis, Aiden dan Yoon saling pandang dalam pikiran mereka.

"Sembunyikan dulu dia darinya."

Layaknya sebuah DM, pesan Luis terkirim ke pikiran Yoon dan Aiden. Tanpa Lucas ketahui. Namun ternyata mereka lupa. Jika Lucas juga punya kepekaan yang tinggi.

"Kalian menyembunyikan sesuatu dariku?" Lucas tiba-tiba saja sudah muncul di hadapan Yoon.

Yoon langsung memanyunkan bibirnya. Sudah pasti masalah akan bertambah rumit jika si biang kerok ini ikut campur.

"Apa yang kalian sembunyikan....tunggu...aroma manis apa ini?" Lucas langsung bertanya. Tiga orang seketika menepuk jidatnya hampir bersamaan.

"Kau seperti kucing saja. Tahu kalau ada ikan asin."

"Aku bukan kucing. Aku ini vampir. Dan dia bukan ikan asin. Tapi makanan yang begitu lezat untuk dinikmati."

"Jangan menyentuhnya!" Luis memberikan perintahnya.

Dan bukan Lucas namanya jika tidak membantah ucapan orang lain.

"Dan kau tahu kan kalau aku bukanlah orang yang patuh. Aku adalah seorang pemberontak."

Goda Lucas sambil tersenyum senang.

***

Visual Lucas Altemose,

Kredit Pinterest.com

Park Jimiiiiinnnnnn 😍😍😍

****

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!