3 jam sebelum akad dilakukan Kiara Aulia calon pengantin perempuan bersiap untuk dirias. Ia dirias oleh MUA terkenal di kota tempat tinggalnya.
tok tok tok
"Selamat pagi mbak, saya kru dari make up artist apakah mbak sudah bersiap untuk di make over?" tanya seseorang setelah pintu kamar dibuka oleh Kiara.
"Pagi, iya saya sudah bersiap" jawab Kiara dengan senyum mengembang "Silahkan masuk".
Beberapa waktu Kiara telah di make over oleh perempuan yang sering disebut Make Up Artist.
"Mbak nya cantik sekali, saya sendiri yang make over sampai pangling, sampai lupa wajah aslinya" seru sang perias.
"Hehe terima kasih mbak sudah menyulap saya di hari yang paling bahagia ini" jawab Kiara dengan raut wajah yang bahagia.
"Kalau begitu saya permisi dulu mbak" kata sang perias lagi sambil berpamitan.
"Iya mbak" jawab Kiara.
Acara akad akan dilakukan di kediaman mempelai wanita, tepatnya di kota Bandung. Dihadiri sanak saudara baik dari calon mempelai wanita maupun pria, namun dari pihak mempelai pria tidak semua keluarga bisa hadir karena ada yang beda kota bahkan beda negara.
Sekitar pukul 7.30 semua sudah siap bahkan Pak penghulu pun sudah datang di tempat acara tinggal menunggu mempelai pria datang.
Deru suara mobil terdengar memasuki halaman rumah Kaira. Ternyata yang datang terlebih dahulu orang tua dan om tante serta sepupu dari calon mempelai pria.
"Assalamualaikum" salam dari tamu yang datang ketika memasuki ruang tamu yang akan dijadikan akad nikah.
"Waalaikumsalam" jawab serempak dari semua orang yang ada di dalam.
Mereka lalu duduk di tempat yang sudah disiapkan, setelah acara salim saliman dengan calon besan.
"Maaf dimana mempelainya pria?" tanya pak penghulu kepada orang tua Raka.
"Mohon maaf sebelumnya anak saya masih dalam perjalanan menuju kemari, kemungkinan sebentar lagi datang" jawab Andi ayah dari Raka sang calon pengantin.
"Pa, kenapa Raka belum datang?" tanya Ika ibu Raka.
"Sabar bentar lagi ma, mungkin di jalan macet" jawab Andi sambil menenangkan sang istri agar tidak khawatir.
setelah menunggu hampir satu jam, Raka bersama teman dan sopir tak kunjung datang ke rumah Kiara sang mempelai pengantin perempuan.
Kiara mulai cemas sedari tadi Ia menunggu di dalam kamar dan berfikir kenapa Raka tidak datang tepat waktu, apakah ada kendala selama perjalanan ke rumahnya. Jarak antara rumah Kiara dan Raka tidak lah jauh sampai perjalanan ber jam jam, mungkin ditempuh selama 45 menit sudah sampai.
"Kia, kamu tidak apa apa, sabar mungkin jalanan sedang macet" Kata Shella, sahabat Kiara.
"Iya kia kamu jangan cemas" seru Lili.
Kiara berada di dalam kamar bersama sahabat sahabatnya, Shella dan Lili. Mereka berteman sejak masih sekolah dasar, rumahnya Lili bersebrangan dengan Kiara dan Shella hanya beda gang.
"Iya kalian benar aku harus berfikir yang positif, tidak boleh berburuk sangka" jawab Kiara.
"Ini minum dulu biar tenang" ujar Shella sambil mengulurkan gelas berisi air minum.
"Makasih" kata Kiara mengambil minum.
prangggggggggggg
Tanpa sengaja kiara menjatuhkan gelas dam sisa air yang tadi diminum.
"Astagfirullah" kata Kiara karena kaget.
"Kia kamu kenapa? ada yang luka? kamu baik baik saja kan?" tanya Lili yang berada disamping Kiara.
"A a aku tidak apa apa Li, entah fikiran ku akan terjadi hal yang buruk" jawab Kiara dengan terbata.
"Huss kamu tidak boleh bicara yang tidak tidak" sahut Shella sambil membersihkan pecahan gelas.
...****************...
Bertepatan waktu dengan kejadian di dalam kamar Kiara, ada mobil berada di perempatan lampu merah sedang menunggu warna lampu menjadi hijau. Setelah berubah menjadi hijau mobil hitam yang di tumpangi oleh Raka dan Dimas beserta sopir melaju namun naas masih berada di sekitar persimpangan ada truk melaju kencang dari arah kiri tepat sebelah Raka. Truk malaju dengan kencang menabrak mobil hingga terbalik hingga mengakibatkan penumpang tercepit semua.
Beruntung Dimas bisa keluar terlebih dahulu dari mobil. Dimas panik melihat Raka terjepit di badan mobil.
"Rakaaaa" teriak Dimas karena melihat kepala raka mengeluarkan darah.
"Tolong tolong panggilkan ambulan" teriaknya lagi.
"Raka kamu bertahan, ingat ini hari pernikahanmu"
"Tolong bantu mengeluarkan teman saya" teriaknya.
Tak lama kemudian Polisi beserta mobil ambulan datang, dan berusaha mengeluarkan Raka dari dalam mobil. Sempat membutuhkan waktu lumayan lama karena mobil dalam keadaan terbalim dan tak berbentuk lagi.
"Pak tolong teman saya" pinta Dimas kepada Polisi.
"Iya mas tenang kita masih berusaha mengeluarkan teman mas" jawab salah satu Polisi.
Setelah berhasil keluar dari dalam mobil Raka beserta sopirnya langsung di masukkan kedalam mobil ambulan.
Dimas dengan setia masih berada di samping Raka. Tak lama kemudian mereka sampai di rumah sakit.
Raka langsung di bawa kedalam ruang IGD.
"Assalamualaikum tante" Suara Dimas ketika menelfon Ika ibu Raka.
"Waalaikumsalam Dim, dimana kamu dan Raka kenapa belum sampai?" tanya Ika dengan cemas.
"Maaf tan, Raakkaaaaa....." jawab Dimas dengan suara berat untuk mengatakan.
"Raka dimana Dimas, Raka tidak kenapa kenapa kan? Dimas kamu jangan buat tante cemas" berondong pertanyaan dari Ika.
Dimas pun bingung haris bagaimana cara untuk menyampaikan berita duka dihari yang bahagia ini. Akhirnya dengan memberanikan diri Dimas bicara.
"Maaf tante Raka sekarang berada di rumah sakit X" jawab Dimas dengan suara parau menahan sesak.
"Apaaaaaaa, kamu jangan bercanda Dim"sahut Ika, sekatika badannya mendadak lemas.
"Ma kamu kenapa, kok nangis?" tanya Andi yang khawatir melihat istrinya hampir jatuh jika tidak Ia tahan.
"Dimas ada apa ini?" tanya Andi ketika meraih hp dari gengaman Ika.
"Maaf Om Raka tadi mengalami kecelakaan dan sekarang berada di rumah sakit" jawab Dimas.
Tak lama kemudian Andi Ika beserta Keluarga pergi ke rumah sakit, tak lupa Kiara dan yang lain segera menyusul ke rumah sakit.
"Kia kamu sabar ya jangan sedih" Hibur Lili dan shella.
Namun Kiara tetap menangis dari tadi ketika salah satu keluarga Kiara datang ke dalam kamar memberi tahu berita tentang kecelakaan Raka.
Sesampainya di rumah sakit Kiara lamgsung menuju IGD. Menghampiri orang tua Raka yang duduk di depan ruang.
"Ma pa mas Raka gimana keadaannya?" tanya Kiara yang sedang menangis lalu duduk di sebelah Ika dan langsung di peluk oleh calon mama mertuanya itu.
"Dokter belum keluar dari dalam Kia" jawab Andi karena melihat istrinya tidak sanggup berbicara.
Tak lama kemudian dokter keluar dari ruang IGD. Kemudian Andi menghampiri Dokter dan di ikuti Ika dan Kiara.
"Bagaimana dok keadaan anak saya?" Tanya andi dengan cemas.
"Maaf bapak tetapi saudara Raka mengalami luka yang sangat cukup serius" jawab dokter itu.
Mendengar jawaban dari dokter seketika Mama Ika dan Kiara langsung tak sadarkan diri. Bahkan Kiara masih menggunakan baju yang akan di pakai untuk akad.
Setelah beberapa saat Kiara sadar dari pingsan lalu berteriak histeris memanggil Raka.
"Tenang sayang" kata Mama Aisyah, Mama Kiara.
"Ma, Mas Raka baik baik saja kan" tanya Kiara.
Seketika membuat Mama Aisyah tidak bisa menjawab pertanyaan dari putrinya. Menangis lalu memeluk Kiara.
"Dek kamu yang tenang ya, berdoa semoga Raka bisa melewati masa kritisnya" ucap Kakak laki laki Kiara, Haikal.
"Kak aku mau melihat Mas Raka" ucap Kiara.
"Baik ayo sebentar Kakak ambil kursi roda dulu"
"Tidak perlu Kak, Kia masih kuat untuk jalan" Kiara berkata.
"Baiklah ayo" jawab Haikal.
Kiara berjalan dengan dituntun oleh Kakak laki laki dan Istrinya, sedangkan Mama Aisyah serta Papa Surya berjalan dibelakang mereka.
...****************...
Di waktu yang sama, diruang sebelah tempat Kiara. Mama Ika tersadar dari pingsannya juga.
"Rakaaaaaaaa" teriak Mama Ika.
"Mama sudah sadar" tanya Dina, adik perempuan Raka.
"Dimana Raka?" tanya Mama Ika.
"Mama tenang dulu ya" jawab Dina.
"Antar Mama ke tempat Raka, Din" pinta Mama Ika.
Papa Andi yang melihat istrinya sudah siuman dan berjalan mendekat ke arahnya seketika langsung menghapiri sang istri dan membantu memegang pundak Mama Ika yang masih terlihat lemas.
Disana sudah ada Kiara dan keluarganya, dan ada sepasang suami istri dan seorang pemuda yang masih setia menunggu kabar tentang keadaan Raka. Tak lupa sahabat Kiara juga masih setia mendampingi Kiara.
Tak lama ruangan tersebut terbuka kembali dan muncul Dokter berjalan keluar.
"Dok bagaimana keadaan anak saya" tanya Mama Ika.
"Maaf bu kondisi saudara Raka masih kritis, namun beliau sekarang dalam keadaan sadar" jawab Dokter.
"Apakah boleh saya masuk Dok?" tanya Kiara.
"Boleh namun harus bergantian, takutnya menggangu keadaan pasien" "Baiklah saya permisi dulu" pamit sang Dokter.
Kiara dan Mama Ika yang masuk dulu kedalam.
"Mas" panggil Kiara lirih dengan menggengam sebelah tangan Raka yang tidak ada jarum infus.
"Kiiii aaaaa" jawab Raka dengan lirih dan terbata namun masih memberikan senyuman.
Sedangkan Mama Ika menangis melihat anaknya sedang merasa kesakitan meski tidak menunjukkannya.
"Maa" panggilnya Raka kepada Mama.
"Raka kamu harus kuat ya" ucap Mama Ika.
Namun hanya dijawab dengan senyuman.
"Kia, nanti apapun yang terjadi kamu harus ikhlas ya" kata Raka terbata.
"Mas kamu gak boleh ngomong begitu, nanti setelah kamu sembuh kita akan menikah, kamu harus sembuh" jawab Kiara sambil menangis.
"Tidak Sayang Mas sudah bahagia bisa melihat kamu memakai baju kebaya dan dirias, tetap tersenyum" Kata Raka.
"Raka Mama keluar dulu" kata Mama Ika.
"Kia kamu disini saja temani Raka"
Kiara menjawab dengan anggukan.
Kemudian Papa Andi dan sang Kakak yang merupakan Om dari Raka masuk.
"Paa, O omm" panggil Raka lirih.
"Iya Raka Om disini" jawab Om Ilham, sedangakan Papa Anfi hanya diam tak bisa berkata ketika melihat anaknya yang menahan sakit.
"Om, Kak Al dimana?" tanya Raka.
"Ada di luar" jawab Om Ilham.
"Sebentar Om panggilkan"
Kemudian Om Ilham masuk dan diikuti pemuda tampan dibelakangnya yang tak lain adalah Alfian.
"Kak"
"Iya Ka" jawan Alvian dengan berjalan mendekat ke brankar.
"Kak aku minta tolong jaga Kiara dan Dina" kata Raka.
Sontak membuat semua kaget.
"Mas kamu ngomong apaan sih" sahut Kiara.
"Raka minta Kakak gantiin Raka untuk melindungi dn membahagiakan Kiara" pinta Raka lagi kepada Alvian.
"Maksudnya" tanya Alvian bingung.
"Tolong gantiin peran suami Raka untuk Kiara"
deg. semua tertegun dengan permintaan Raka.
"Raka" tegur Papa Andi.
"Pa kemungkinan waktu Raka tidak lama lagi" jawab Raka.
"Mas jangan bicara yang tidak tidak" ujar Kiara sambil menangis.
"Kia mas mohon kamu harus bahagia jangan lupa tersenyun apapun keadaannya" jawab Raka.
"Kak Al, apa Kakak bisa?" tanya Raka.
Alvian kembali mendapat pertanyaan dari Raka menoleh kearah Papanya dan Papa Raka. Semua menjawab dengan anggukan kepala pertanda semua setuju.
"Kak tolong ini permintaan terakhir Raka, jangan membuat Kiara menangis bahagiakan dia" seketika membuat Kiara menangis sesengukan.
"Baik akan Kakak kabulkan" jawaban Alvian membuat Kiara seketika merasakan sesak teramat dalam.
30 menit setelahnya, Semua orang berkumpul dalam ruangan Raka. Penghulu pun juga sudah datang.
"Apa sudah siap saudara Alvian?" tanya penghulu.
"Insyaallah saya sudah siap" jawab tegas Alvian.
Ijab kabul dilaksanakan di ruangan rumah sakit dan di saksikan Raka.
“Saya nikahkan dan saya kawinkan engkau saudara Alvian Putra Pramana Bin Bapak Ilham Pramana dengan anak saya yang bernama Kiara Aulia binti Surya Wijaya dengan maskawinnya berupa emas seberat 231 gram dan alat sholat tunai.” ucap Papa Surya yang menikahkan putri satu satunya.
"Saya terima nikah dan kawinnya Kiara Aulia binti Bapak Surya Wijaya dengan maskawin emas 231 gram dan alat sholat tunai" jawab Alvian dengan tegas dan lantang.
"Bagaimana saksi apakah sah" Tany penghulu.
"sahh" jawab serempak semua orang yang ada di dalam ruangan tersebut bahkan ada perwakilan dari pihak rumah sakit untuk dijadikan saksi.
Pemuda 28 tahun tersebut telah resmi menyandang gelar suami daripada Kiara. Maka sekarang Kiara adalah tanggungjawabnya.
Namun tangis Kiara sampai sekarang tak kunjung terdiam. Bahkan bertambah kencang.
Raka yang menyaksikan acara ijab kabul antara Alvian dan Kiara sekatika tersenyum. Kemudian Alvian mendekati brankar dan mengenggam tangan Raka lalu berkata.
"Sudah Kakak turuti permintaan mu" kata Alvian.
"Terimakasih Kak" jawab Raka tersenyum dan menutup mata.
Tidak ada yang tahu jika Raka menutup mata tersebut karena sudah meninggal. Mereka kira Raka menutup mata karena terharu.
Alvian yang merasakan genggaman tangan Raka terlepas seketika tersadar akan keadaan adik sepupu nya.
"Dok tolong periksa Raka" kata Alvian dengan panik.
"Maaf permisi saya periksa sebentar" jawab dokter mendekati brankar.
"Innalilahi wa Innalilahi rojiun" lirih sang dokter tetapi masih terdengar oleh semua orang"
...****************...
Jenazah Raka dikebumikan di tempat pemakaman umun dekat perumahan orang tua nya.
Semua merasakan duka, terutama Kiara. Meski sekarang status ia sudah menjadi istri Alvian, namun hatinya masih tersimpan dengan rapi nama Raka.
Tepat di depan pusara Raka, Kiara masih enggan meninggalkannya. Alvian yang melihat istrinya sangat terpukul memaklumi keadaannya yang tak mudah untuk menerima apalagi untuk statusnya yang sekarang.
"Kia, ayo kita pulang" ajak Alvian dengan suara lembut.
"Sebentar aku masih mau disini" jawab Kiara tanpa menoleh.
Langit mendung seketika ikut membasahi bumi seperti mengerti keadaan dan perasaan Kiara saat ini.
Dengan setia Alvian menemani Kiara yang tk nampak akan bediri. Tiba tiba tubuh Kiara jatuh ke tanah dengan segera Alvian menangkap.
Ternyata Kiara pingsan, Alvian langsung mengendong tubuh kecil Kiara menuju mobilnya.
Mobil melaju dengan kencang, Alvian mengarah menuju rumah Kiara. Sesampainya di depan rumah Alvian turun dari mobil berlari menuju pintu samping tempat Kiara duduk. Lalu dibuka dan digendong menuju rumah.
Tepat di depan pintu utama Alvian betemu Mama Aisyah.
"Kiara kenapa nak Al?" tanya mama Aisyah panik melihat putrinya pingsan dan berada di gendongan Alvian.
"Tadi kehujanan, Maaf tan kamarnya Kia sebelah mana?" tanya Alvian.
"Ada di atas"
Alvian mengikuti Mama Aisyah menuju kamar Kiara. Setelah Alvian sampai dalam dan membaringkan Kiara berkata.
"Tante saya pulang dulu kerumah Om Andi dulu untuk bersiap pengajian nanti malam" ucap Alvian.
"Panggil Mama, sekaramg kamu juga anak Mama" Ucap sang mertua.
"Iya tan, eh Ma, maaf belum terbiasa karena mendadak" ucap Alvian tak emak hati.
"Tidak apa apa, nanti juga lama lama terbiasa. Tidak menunggu Kia siuman dulu" tanya Mama Aisyah.
"Maaf sebelumnya, nanti setelah persiapan selesai saya janji datang kesini menjemput Kiara Ma" jawab Alvian.
"Saya minta tolong pada Mama jaga Kia sebentar selagi saya tidak ada" ucap Alvian lagi.
"Tak perlu sungkan, Mama pasti jaga Kiara" jawab Mama Aisyah.
"Saya permisi dulu Ma, Assalamualaikum" kata Alvian lagi sambil mengucap salam.
"Waalaikumsalam, hati hati nak" jawab Mama Aisyah.
Kemudian Alvian keluar dari dalam kamar Kiara setelah pamit dan salim mencium tangan mertuanya.
...****************...
Tepat dikediaman orang tua Raka suasana masih berduka.
"Assalamualaikum" salam Alvian ketika masuk kedalam rumah.
"Waalaikumsalam, Al kamu pulang? dimana Kiara?" tanya Mama Yuli, mama Alvian.
"Kiara tadi pingsan Al langsung mengantar kerumahnya Ma" jawab Alvian.
"Kenapa tidak kamu bawa pulang kesini Al" sahut Papa Ilham yang baru datang dari arah belakang.
"Tidak Pa, keadaan Kia sekarang masih dalam tertekan Al tidak mau nanti menambah kesedihannya" jawab lirih Alvian.
"Kamu harus jadi lelaki yang bertanggungjawab Al bagaimana pun dia sekarang sudah jadi istri kamu" Papa Ilham berkata lagi.
" Iya Pa Al mengerti"
"Yasudah kamu mandi bebersih dulu Al, baju kamu juga kelihatannya habis basah nanti kamu masuk angin" perintah Mama Yuli kepada anak Satu satunya itu.
"Iya Ma" jawab Alvian.
Alfian menuju kamarnya, ya dia dan orang tuanya memang mempunyai kamar sendiri di rumah Om dan Tantenya itu. Keluarga nya memang sering berkunjung ke rumah Om nya yang di Bandung, bahkan bisa sebulan dua kali maka dari itu dia mempunyai kamar sendiri.
Setelah masuk kemarnya Alvian langsung melepas dua kancing atas dan lengannya lalu duduk di sofa, merogoh saku celana dan mengambil bungkus rokok lalu meng ambil satu batang dan dinyalakannya.
Dia sangat dipusingkan oleh keadaan yang serba mendadak, tujuannya ke Bandung untuk menghadiri pernikahan saudara sepupunya malah dia yang menjadi pengantin pria pengganti.
Setelah menghabiskan satu batang rokok dan membuangnya di asbak yang ada di atas meja depannya duduk, lalu Alvian beranjak menuju kamar mandi.
setelah membersihkan badan, Alvian keluar kamar mandi hanya menggunakan handuk yang dililitkan dipinggangnya, ya itu kebiasaan Alvian yang memang jarang sekali berganti di dalam kamar mandi.
...****************...
Setelah persiapan untuk pengajian nanti malam, Alvian segera bersiap untuk menjemput istrinya yang masih berada di rumah orang tua nya.
"Ma Pa Om Tante, Al pamit dulu mau menjemput Kiara" ucap Alvian.
"Iya hati hati Al" jawab semua orang.
"Assalamualaikum" salam Alvian.
"Waalaikumsalam" jawan serempak lagi.
Alvian keluar rumah, berjalan menuju mobilnya yang sudah siap di depan rumah. Lalu mengendarai mobil menuju rumah Kiara.
Ditengah perjalanan Alvian menghentikan mobiknya didepan toko kue yang terkenal di Kota Bandung. Alvian membeli roti guna diberikan kepada Kiara untuk sekedar menghibur nya walau ia tidak tau nanti bagaimana tanggapan Kiara kepadanya.
Setelahnya dia melajukan kembali mobilnya menuju rumah Kiara, selang 30 menit Alvian sampai di depan rumah Kiara.
tok tok tok.
"Assalamualaikum" salam Alvian ketika pintu dibuka dari dalam.
"Waalaikumsalam, Mas nya cari siapa?" tanya rini pelayan yang tidak tau kalo yang berada didepannya itu suami dari anak majikannya.
"Siapa rin yang datang" tanya Mama Aisyah berjalan menghampiri di depan pintu.
"Ini Bu ada Mas Mas ganteng datang" katanya sambil cengegesan.
"Ehh ada nak Alvian, mau menjemput Kia ya" tanya Mama Aisyah ketika tahu yang datang adalah menantunya. "Rin nak Alvian ini suaminya Kiara" Kata Nyonya rumah memberitahu jika pemuda yang ada dihadapannya ini menantunya.
"Maaf Bu rini tidak tahu jika masnya ini suami Mbak Kia" ucap sang pelayan.
"Kia ada di dalam kamar nya Nak, kamu langsung naik saja" ucap Mama Aisyah kepada Alvian.
"Tidak Ma, Al tunggu di ruang tamu saja" Jawab Alvian.
"Ya sudah Mama panggil Kiara dulu" kata Mama Aisyah lalu beranjak menuju tangga untuk naik ke lantai atas.
Tak berselang lama datang Papa Surya memasuki pintu utama dan masuk ke dalam ruang tamu.
"Assalamualaikum" salam Papa Surya.
Langsung dijawab Alvian "Waalaikumsalam Pa" seketika Alvian berdiri lalu bersalaman kepada Papa Surya tak lupa juga mencium tangan Papa Surya.
"Nak Alvian sudah lama, dimana Kiara?" tanya Papa Surya.
"Masih di atas Pa" jawab Alvian dengan perasaan masih canggung kepada mertuanya.
Kemudian Surya maupun Alvian duduk di sofa yang berhadapan.
"Al Papa mau berpesan kepada kamu, kita semua juga tau pernikahan kalian ini terjadi karena permintaan Raka. Tanpa didasari oleh Cinta" ucap Papa Surya.
"Iya Pa Alvian mengerti kegelisahan Papa" jawab Alvian lirih sambil menundukkan kepala.
"Papa mohon sayangi Kia seperti kami orangtua menyayanginya, mungkin tidak mudah berada di posisi kamu" ucap Papa Surya.
"Insyaallah Pa Alvian akan membahagiakan Kiara, Papa gak perlu khawatir saya akan berusaha mencintai dan menyayangi Kiara" ujar Alvian dengan tegas.
"Papa percayakan Kiara terhadapmu, semoga kedepannya rumah tangga kalian menjadi keluarga yang Sakinah Mawadah dan Warohmah" ucap Papa Surya.
"Amin yarobalalamin, terima kasih Pa atas Doa nya" jawab Alvian.
.
.
.
Bertepatan waktu dengan perbincangan antara mertua dan menantu. Di kamar Kiara.
tok tok tok.
"Sayang, Mama masuk ya" ucap Mama Aisyah.
"Masuk aja Ma gak dikunci kok pintunya" jawab Kiara yang masih berbaring diatas ranjangnya.
"Sayang jangan berlarut dalam kesedihan semua orang akan mengalami yang namanya perpisahan, kita tidak tahu sampai kapan unur kita di dunia, Ikhlaskan Raka supaya tenang di sana, doa kan dia selagi kita masih bisa" nasehat sang Mama.
Kiara tak bisa berkata, seketika air mata nya tak terbendung lagi. Dia menangis di pelukan sang Mama.
"Menangis lah sayang, luapkan kesedihanmu kepada Mama" ucapnya lagi.
"Dibawah ada suami kamu, dia menunggu kamu temui dia" ucap Mama Aisyah lagi.
Namun Kiara masih sesenggukan dan tak berbicara sedikit pun.
"Kamu sekarang sudah menjadi istri nak Alvian, jadilah istri yang sholehah patuh kepada suami" nasehat Mama Aisyah lagi.
Beberapa menit kemudian tangis Kiara mulai mereda.
"Ayo bersiap kamu ditunggu dari tadi, sudah jangan nangis lagi lihat tuh mata sampek merah gitu, ntar cantiknya hilang loh" canda Mama Aisyah sedikit menghibur Kiara.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!