NovelToon NovelToon

Super God System: HEALER

BAB 1

*Announcement \= Bagi yang mulai membaca karya ini, mohon jangan lompat-lompat bacanya ya. Itu bisa menjatuhkan level Author, berujung Author bisa tidak menerima upah tulis. Ayo semua kerja sama, aku menulis, Kakak dan Abang membaca dengan baik. Dilarang boomlike*

"Lu jangan mungut di kawasan gue! Cari tempat lain sanah!"

Seorang pemulung muda baru saja diteriaki oleh rekan seprofesinya yang lebih berumur. Ketampanannya terlihat sia-sia, mengingat pekerjaannya hanya mengais sampah seperti itu.

Bau menyengat tak lagi mengganggu ketika pemuda itu terbiasa melakukannya sehari-hari. Peluh di dahi tidak ia hiraukan lagi, bercampur kotoran dan debu yang menempel, mencoreng wajahnya yang rupawan.

Pemulung muda tersebut memiliki nama Antonie. Dia adalah yatim piatu yang dulunya dibesarkan di sebuah panti asuhan. Konon katanya Antonie ditemukan menangis kehausan dan kedinginan di dalam kardus di sebuah pembuangan sampah.

"Maaf, Pak." Antonie menundukan kepalanya, sebagai bentuk penyesalan atas ketidaktahuannya.

'Bahkan mencari sampah yang telah dibuang orang saja, bisa sesulit ini.' batinnya dan pergi.

Antonie melanjutkan menapaki kaki-kakinya dalam pencarian sampah yang bisa diubah menjadi uang. Dia pun mengais sampah pada pembuangan sampah milik warga.

"Wooi! Ngapain? Pergi sana! Bikin halama rumah saya kotor saja?"

Antonie kembali diteriaki, dan kali ini datang dari pemilik tong sampah tersebut. Merasa kurang beruntung, Antonie pergi tunggang langgang dengan langkah cepat.

"Wuuu ... baru sebuah sampah, udah pelit begini? ck ck ck." decak Antonie berpindah tempat mencari sampah yang lain.

ciiiittt

ciiiiittt

nguuuung

Dari kejauhan Antonie mendengar suara mesin dan rem sebuah mobil yang berjalan tidak beraturan. Namun, Antonie tidak memedulikan bagaimana laju kendaraan tersebut. Dia melanjutkan pekerjaan mencari botol plastik bekas, atau pun dus usang yang laku dijual pada pengepul.

"Bodo, ah ... orang kaya mah bebas. Kalau kecelakaan mah, nyawanya ada sepuluh, bisa hidup kembali meskipun sudah hampir mati. Mending, aku mencari uang untuk menyambung nyawa saja." gumamnya melanjutkan membongkar sampah-sampah yang dia temukan di pinggir jalan.

Di sisi lain di dalam mobil empat orang berpakaian putih tengah asih merekam kegiatan mereka secara live. Sang pengemudi, bernama Sonya, tengah berakting di hadapan penonton yang menyaksikan live berjudul 'Calon Dokter Beraksi di Jalan Hitam.'

Dengan paras yang menawan, rambut indah, ikal gantung yang terurai, bibir dipolesi lipstik bewarna merah muda, menambah pesona Sonya hingga mampu mengikat hati para penonton.

Keempat orang yang berada dalam kendaraan roda empat tersebut, baru saja menyelesaikan tugasnya sebagai mahasiswa praktik kedokteran di rumah sakit. Kebetulan, mereka praktik koas di rumah sakit swasta terkenal milik ayah Sonya—Dokter Hardan.

Berkenakan atasan putih, Sonya tengah asik menyapa pemirsa sembari mengendarai mobil. Karena keasikan menanggapi pesan-pesan pemirsa membuat kendaraannya bergerak tidak beraturan.

Hal ini membuat penumpang lainnya berpegangan dengan pada bagian-bagian tertentu. Denish, pacar yang duduk di sampingnya berpegangan pada gagang yang ada di bagian kiri atas jendela.

Dua kawannya yang lain terlihat pucat pasi karena hempasan saat berada di belakang lebih terasa. Dua temannya tersebut memeluk jok yang ada di hadapan mereka.

"Aksi aku selanjutnya akan membawa kendaraanku dengan kecepatan penuh!" ucapnya masih fokus pada ponsel yang ditaruh pada tatakan khusus yang sengaja dia pasang.

"Jangan! Kamu itu sedang berkendara!" ucap Denish yang tengah berpegangan erat di gagang bagian atas pintu.

"Nah, kalian semua akan melihat bagaimana aku menyetir dengan kecepatan tinggi. Tak ada bedanya dengan para pembalap F1 yang terkenal itu." ucapnya di hadapan sang pemirsa.

Satu per satu komentar yang tadinya positif, mulai bertukar menjadi kecaman karena tidak setuju dengan apa yang Sonya lakukan. Komentar negatif yang terus bertambah membuat raut wajah cantik Sonya mengerut karena kesal.

"Lihat aku! Meski aku calon dokter, aku bisa mengalahkan para akrobatik dengan mengendarai mobil sambil jungkir balik!"

Komentar pedas semakin bertambah pada video live yang dia rekam. Bahkan um patan dengan segala isi kebun binatang mulai terlihat. Hati Sonya menjadi panas menantang para komentator hingga dia terlupa tengah mengemudi kendaraan di jalan raya.

"Sonya! Awaaaas!"

Sedikit terkejut Sonya menekan rem sejadinya. Akan tetapi ....

Braaaaaaakk

Kecelakaan pun tak terelakan. Mobil berjenis hatchback mewah bewarna merah yang ia kendarai, menabrak seorang pemulung yang tengah memunguti sampah di pinggir jalan.

Keempat orang yang berada di dalam mobil tersebut terdiam dalam wajah pucat pasi.

"Sepertinya, kita menabrak sessorang ..." ucap Cika, teman Sonya yang duduk di belakang.

"Bagaimana keadaan kalian semua?" tanya Denish yang masih berpegangan erat di gagang bagian atas. Beruntung dia masing mengenakan sabuk hingga tidak meninggalkan cidera yang berarti.

Sonya yang tersandar dalam air bag yang muncul secara otomatis, mengangkat wajahnya. Dia pun menyugar rambut yang telah berkumpul di wajah. Sementara penumpang yang berada di belakang terbentur pada jok yang diduduki oleh Sonya dan Denish.

Perlahan mereka membuka pintu. Akan tetapi, hal yang pertama dilakukan Sonya adalah melihat keadaan mobilnya. Dia terlihat panik melihat mobil kesayangan sedikit penyok. Sementara ketiga temannya, mengecek keadaan korban yang baru saja tertabrak.

Tampak pria yang mungkin seusia mereka, tengah bersimbah darah. Di sekelilingnya tersebar bekas botol plastik air mineral. Tak jauh dari korban tampak sebuah karung usang yang terlihat sangat kotor.

Tidak hanya itu, ada sebuah benda yang terbuat dari besi dengan panjang sekitar lima puluh senti, ujungnya sedikit bengkok tergeletak masih di sekitar korban.

"Sepertinya dia seorang pemulung." Sonya bersidekap dada menyandarkan dirinya pada kendaraan yang sedikit reot itu.

Denish terlihat mengecek denyut nadi korban yang tak lain adalah Antonie. "Syukur lah, dia masih hidup."

Keadaan Antonie terlihat sangat mengenaskan. Da rah segar tampak mengelilingi kepala Antonie. Di sudut bibir, ada sepercik da rah. Tangan dan kaki Antonie tampak lari dari posisi seharusnya.

Wajah Cika tampak ketakutan, sementara Denish mencoba memeriksa keadaan bagian lain tubuh Antonie.

Masyarakat mulai ramai berdatangan menyaksikan kejadian. Beberapa pemulung juga turut menyaksikan kecelakaan ini. Setelah memastikan bahwa korban adalah pemulung seperti mereka membuat aliansi pemulung menjadi marah.

"Gua gak mau tahu! Lu pade harus selamatin dia! Kalau kagak, kite semua yang ada di kota ini akan nandain wajah lu! Lu semua bakalan kita cincang hidup-hidup!" ancam salah satu dari pemulung itu.

"Baik, Pak. Kami akan segera mengurus perawatannya." ucap Denish bangkit hendak mengangkat tubuh Antonie.

Akhirnya mereka semua bergotong royong membantu untuk memasukan Antonie ke dalam mobil yang dilendarai oleh Sonya tadi.

"Biar aku yang bawa mobilnya!" ucap Denish, semua yang berada di sana setuju.

Setelah kendaraan dibawa, Sonya menghela nafas lega. "Untung lah Beb, kamu cepat bertindak sebelum polisi datang. Jika polisi keburu datang, mam pus kita semua." ucapnya.

"Kami tidak ngapa-ngapain! Ini total salah kamu sendiri!"

BAB 2

"Kami tidak ngapa-ngapain! Ini total salah kamu sendiri!" ucap Cika di belakang.

Mendengar ucapan Cika barusan, Sonya hanya diam dengan wajah dingin dan melirik Cika di ujung mata.

*

*

*

Antonie dibawa ke sebuah rumah sakit swasta milik Dokter Hardan, ayah Sonya. Rumah sakit itu dikenal karena memiliki dokter-dokter handal untuk segala jenis penyakit yang ada.

Namun, atas titah Sonya yang telah hafal seluk beluk rumah sakit tersebut, mereka berhenti di bagian pojok rumah sakit yang sepi. Sonya turun melirik kiri kanan memastikan tidak ada yang melihat mereka, lalu mencari brangkar kosong di sebuah ruangan.

Antonie dipindahkan ke atas brangkar. Lalu dibawa masuk ke sebuah ruang yang aneh, sudut rumah sakit yang sepi. Mereka tidak ingin ada yang tahu bahwa putri pemilik rumah sakit ini baru saja menabrak seseorang. Korban yang tidak mereka kenali itu mengalami cidera di bagian kepala sobek, dada terbentur, tangan dan kaki patah.

"Bagaimana ini guys ... Aku mau ambil video dulu ah, biar semua orang melihat bagaimana cara kita menindak pasien yang mendapat trauma akibat kecelakaan!" Sonya telah siap dengan kamera yang akan merekam.

Denish merebut benda tersebut dengan kerutan di kening. "Kamu mau semua dunia tahu bahwa kita telah menabrak seorang manusia? Apa kamu siap rumah sakit papamu ini dituntut khalayak ramai?"

"Alah! Cuma gembel kayak dia doang. Dia beruntung kita bawa, kalau tidak pasti sudah mati duluan di jalan sana." ucap Sonya sambil memainkan kukunya.

"Sonya!" Semua kawannya gusar karena sikap gadis itu yang seperti tidak peduli sama sekali.

Lalu Sonya bergerak menyiapkan antiseptik, gunting medis, perban, kain kasa dan segala hal yang dibutuhkan. Setelah membersihkan tangan, dengan percaya diri Sonya memasang sarung tangan.

"Ayo kita mulai! Lihat tuh, kepalanya bocor. Kita periksa dulu sedalam apa lukanya!"

Dengan santai Sonya mengecek bagian kepala Antonie dengan alat medis yang kurang tepat. Sehingga membuat luka di bagian kepala Antonie menjadi semakin dalam. Hal ini aliran darah mengalir dengan derasnya.

"Sonya? Kamu?"

Keadaan mulai kacau. Apa pun yang mereka lakukan tak mampu menghentikan aliran darah tersebut.

"Kamu ini? Ini orang, bukan boneka yang biasa kita gunakan buat praktik," tuduh Cika dengan wajah terlihat semakin pucat. Kembali, Sonya memasang muka datar mendengar komentar Cika.

"Kalian lama! Aku hanya mau bergerak cepat," dengkusnya.

"Kamu ini benar-benar keterlaluan Sonya!"

"Apaan sih?"

Denish dalam diamnya berjibaku mencoba menghentikan pendarahan pada bagian kepala Antonie. Dia tidak ingin mereka semua mendapat masalah kemudian hari karena ini.

"Sepertinya kita harus menggunakan ruang operasi!" ucap Denish.

"Jangan! Ngapain ruang operasi segala? Gembel kayak gini aja mah di sini doang udah mewah untuknya." ucap Sonya lagi.

Semua yang mencoba menangani Antonie terdiam mendengar ucapan Sonya.

"Sudah! Cepat tangani dia. Kondisinya semakin buruk! Dia mulai kejang!" Denish jadi semakin panik karena kondisi pasien sudah tidak terkendali. Ini adalah kasus nyata pertama bagi mereka.

Antonie yang tadinya kejang mulai terlihat menegang beberapa waktu ... dan tubuhnya jatuh tak ada daya. Denish pun mengecek denyut nadi dan jantung pria ini ... akhirnya Denish menggeleng dan tertunduk.

Cika dan satu teman lagi bernama Dara menutup mulut karena shock. Akan tetapi Sonya masih terlihat tak peduli. Dia memilih membuka ponsel dan mengecek notifikasi komentar pada vlog miliknya.

"Bagaimana ini?" ucap Cika panik.

"Sonya?" Denish setengah berbisik karena mendapati Sonya senyum-senyum melihat komentar yang dia dapat.

"Sonya?" kali ini Denish lebih meninggikan suaranya.

"Nanti kita pikirkan!"

*

*

*

"Nah ... Lempar aja dia di sana! Jangan sampai gara-gara satu gembel, rumah sakit papaku menjadi hancur."

Sonya menutup hidungnya tak kuat menahan aroma busuk yang keluar dari sampah-sampah, Penampungan Sampah Akhir—di tengah malam hening.

Sonya dan ketiga kawannya tadi mengenakan pakaian serba hitam ditambah penutup wajah.

"Kamu yakin, kita tinggal kan dia di sini?"

"Buang aja! Keburu gembel yang lain bangun!" titah Sonya.

Jasad Antonie di buang ke tumpukan sampah yang menggunung tersebut. Setelah itu mereka buru-buru pergi meninggalkan area penuh sampah dan busuk ini. Mereka pun membersihkan diri, tidak lupa membakar semua barang bukti yang tadinya melekat pada tubuh.

"Terima kasih, Beb. Untung saja aku tidak merekam semua kejadian tadi." ucap Sonya menatap api yang membakar semuanya.

*

*

*

Antonie mulai membuka mata. Dia seakan terbangun dari tidur yang baru terasa singkat. Karena cahaya yang membuat matanya silau, Antonie kembali memicingkan matanya beberapa saat.

Secara perlahan Antonie kembali membuka mata berusaha beradaptasi dengan cahaya yang terasa lebih terang dibanding biasanya. Beberapa kali Antonie mengerjapkan kelopak mata berharap dia bisa melihat keadaan dengan baik.

Setelah beberapa waktu, akhirnya dia bisa menyesuaikan diri dengan keadaan di sana, semua terlihat putih. Perlahan Antonie bangkit dan duduk, melirik ke segala arah yang tak berujung. Tak satu pun benda yang terlihat, dia bagai terdampar di satu tempat yang tak berbentuk.

"Apakah aku sudah berada di surga?" Antonie mengucek matanya.

'Ah, tak mungkin. Sepertinya, dosa yang aku punya lebih banyak dibanding pahala. Aku masih suka marah, iri, dengki dan sering menonton film bocep jika ada yang mengajak. Berarti, tempat ini bukan lah surga.'

Dia dikejutkan oleh sosok yang tiba-tiba berdiri di sampingnya. Seorang itu terlihat tua, dengan kerut di wajah, jenggot putih, dan rambut yang memutih seluruhnya. Di bibir terulas senyuman tulus, dengan kikuk Antonie membalas senyuman pria tua itu.

"Selamat datang di alam nirwana." ucap sang pria tua.

"Alam nirwana?" ulang Antonie dalam tanya.

"Iya ... Saat ini kamu berada di Alam nirwana, alam para dewa yang ada di galaksi ini."

Antonie bangkit, menyejajarkan diri dengan pria tua yang berdiri di dekatnya. Alis Antonie naik sebelah, dia mengusap dagu tampak berpikir keras.

"Kamu, sampai di sini karena akan mengemban tugas penting di bumi." tambah pria tua tadi, jawaban atas kebingungan Antonie.

Pria tua itu membuka telapak tangannya. Telapak tangan yang tadinya kosong, secara ajaib muncul sebuah benda berbentuk kaca mata. Akan tetapi bentuknya sangat aneh, dibanding kaca mata yang biasa dia lihat.

"Ini adalah benda yang akan membantu kamu menjalani misi sebagai Dewa Penyembuh. Kamu bisa menyebutnya dengan kacamata sistem!"

Antonie menilik lebih dekat ke arah benda yang ada di tangan pria tua, yang diduga seorang Dewa. "Kamu akan dihidupkan kembali. Namun kamu wajib menjalani misi ini."

"Misi?" ulang Antonie masih dalam rasa bingung.

"Ya, kamu harus menolong manusia yang sakit, tanpa pamrih! Jika kamu berhasil menyembuhkan orang lain, maka kamu akan mendapat hadiah berupa kepingan emas, sesuai tingkat kesulitan penyembuhan."

Antonie mengangguk mulai memahami penjelasan pria tua ini. Dia menyimpulkan bahwa pria tua ini adalah sosok Dewa Agung di jagat raya tempatnya bernaung.

"Ambil lah!" titah sang dewa.

BAB 3

Tanpa berpikir panjang lagi Antonie mengambil benda tersebut dari tangan Dewa itu. Bentuknya yang unik bin aneh membuat Antonie sedikit merasa geli membayangkan saat menggunakannya.

"Benda ini akan membuatmu menyembuhkan manusia tanpa obat-obatan."

"Kamu tidak boleh menghilangkannya! Jika kamu menghilangkannya, maka kamu akan kehilangan semua kekuatanmu."

"Lalu apa lagi dampak yang terjadi jika kaca mata ini hilang?" Antonie menilik benda tersebut bolak balik.

"Kamu akan kembali ke kondisi sebelumnya." ucap Sang Dewa.

"Meninggal?"

Dewa mengangguk dengan wajah datar, tanpa senyum. "Kamu bisa bertanya langsung pada benda tersebut setelah mengaktifkan sistemnya."

"Maksudnya?"

*

*

*

"Udah mati apa masih hidup?" tanya seseorang yang memegang karung, dengan pakaian lusuh, memegang sebuah besi yang ujungnya melengkug untuk menarik sampah.

Mereka semua tengah melihat sosok pria kurus berpakaian lusuh, dengan muka sudah tidak bisa diidentifikasi. Dia terlihat begitu lelap, seolah tak memedulikan aroma busuk yang keluar dari sampah-sampah yang ditidurinya.

Salah satu pemulung menempelkan teliganya pada dada pria yang tampak tidur dengan lelap tersebut. Pria yang tadinya tidur dengan lelap mulai menggeliat karena merasa geli.

"Weih, masih hidup ni orang."

Antonie mulai membuka mata secara perlahan. Tiba-tiba dia bangkit dengan cepat karena hidungnya tak kuat mencium aroma busuk yang sangat menyengat. Antoni berlari menjauh dari gunungan sampah sembari menutup hidung dan menahan nafas.

Antonie memuntahkan segala hal yang ada. Padahal perutnya tidak terisi sama sekali lebih dari 24 jam. Sehingga yang mampu dileluarkan hanya sesuatu berbentuk cairan bewarna kuning, hingga meninggalkan rasa pahit di lidahnya.

Antonie tak habis pikir. Biasanya aroma ini adalah sesuatu yang biasa bagi hidungnya. Namun kenapa kali ini jadi berbeda?

"Kenapa tidur di sini, Bung? Apa tidak ada tempat lain yang bisa kamu tinggali?" tanya pria yang memeriksa denyut jantung Antonie tadi telah berada di dekatnya.

"Kamu, sampai di sini karena akan mengemban tugas penting di bumi."

Suara itu kembali terngiang di telinganya. Dia teringat pada kejadian di saat tengah sibuk memilah-milah sampah, tiba-tiba saja tubuhnya mendapat hantaman yang luar biasa keras hingga mengantarkanya ke alam nirwana bertemu pria tua yang kemungkinan adalah seorang dewa.

Antonie kembali teringat akan kaca mata yang diberikan oleh dewa. Antonie memeriksa dan mencari benda tersebut di antara pakaian dan celananya yang lusuh dan kumuh.

"Bung? Apa kamu bisa mendengar dengan baik?" pria tersebut menyentuh pundak Antonie terlihat sibuk dengan kegiatannya sendiri.

Antonie terkejut dan gelagapan menyadari ada sentuhan di pundaknya. "A-a—"

"Apa kamu mencari sesuatu? Kamu pasti sangat lapar? Ayo ... Kamu ke rumah saya dulu."

Antonie mencoba mencari benda yang dititipkan dewa kepadanya. Dan, akhirnya —pluk— sebuah benda berbentuk kaca mata jatuh dari dalam celana. Anehnya, kaca mata tersebut, terlihat berbeda dengan yang diberikan dewa. Benda yang ada di tangannya persis sama seperti kaca mata pada umumnya.

"Aku sengaja mengubah bentuknya supaya manusia-manusia di bumi tidak curiga. Jangan biarkan manusia lain mengetahui kekuatan kaca mata tersebut."

Sebuah suara seakan menggema di dalam telinganya. Kepala Antonie bergerak ke kiri dan ke kanan mencari sumber suara. Namun, tak satu pun bayangan dewa yang bisa dilihatnya.

"Kamu tidak perlu memikirkan aku. Yang harus kamu tahu, laksanakan lah misi dengan sebaik mungkin!"

"Baik lah, Dewa ...." jawab Antonie.

Pria paruh baya yang berdiri di hadapannya mencoba memasang telinga dengan baik. "Barusan kamu bilang apa?"

"Tidak apa, Pak. Baik lah, Pak. Saya akan ikut ke rumah Bapak."

Sepanjang perjalanan, di dalam pikiran Antonie keluar bayangan akan sebuah rumah sakit besar yang sangat terkenal di kota tempat dia tinggal. Ada beberapa bayangan wajah yang muncul dalam kepalanya.

'Sepertinya mereka adalah penyebab kematianku waktu itu.'

Antonie duduk pada sebuah kursi panjang yang terletak di depan rumah sederhana. Di sekeliling rumah tersebut telah terkumpul benda-benda bekas seperti botol air mineral, dus, dan sampah berbahan plastik lainnya. Benda-benda tersebut telah terkemas rapi siap untuk dijual.

Pria baik yang mengajaknya tadi adalah Pak Hasan. Saat ini di hadapan Antonie segelas teh hangat dan pisang goreng hangat buatan istri Pak Hasan.

"Nama kamu siapa, Bung?"

"Saya Antonie, Pak."

"Kamu berasal dari mana? Kenapa bisa tidur di pembuangan sampah itu?"

Antonie terdiam dan bingung memikirkan jawabannya. "Saya dari ibu kota, Pak."

"Lalu, kenapa bisa sampai ke batas provinsi seperti ini?" Antonie menggelengkan kepala.

Dalam heningnya, Antonie menyadari harus ke mana untuk meminta pertanggungjawaban atas kematiannya. Namun, saat ini dia tidak memiliki uang sepersen pun. Karena orang-orang tersebut ada di ibu kota. Setidaknya Antonie harus naik bus atau kereta agar bisa kembali ke sana.

"Pak Hasan ... Pak Hasan, tolong Ibu saya?" Seorang anak berkisar berusia sepuluh tahun berlari sambil menangis mencari pria yang duduk di samping Antonie.

"Ada apa Ron?" Pak Hasan pun melangkah kan kakinya menuju ke arah anak kecil tersebut.

"Ibu saya ... Ibu saya, Pak. Batuk-batuk dan ada darahnya." Air mata telah memenuhi pipi anak itu, dan wajahnya terlihat ketakutan penuh rasa khawatir.

Pak Hasan pun bersorak pada Antonie. "Tunggu sebentar! Saya ingin melihat ibu dari Roni ini terlebih dahulu." Tanpa menunggu jawaban dari Antonie, Pak Hasan mengikuti anak yang bernama Roni.

'Sepertinya ini adalah waktu untuk mencoba kaca mata ini.' batinnya.

Antonie mencoba mengenakan kaca mata tersebut. "Selamat, kamu baru saja mengaktifkan God System yang ada pada kaca mata ini."

"Anda akan merasakan perbedaan pada tubuh dalam beberapa waktu. Jadi, mohon tunggu sejenak!"

Memang benar, Antonie merasakan perbedaan luar biasa secara tiba-tiba pada dirinya. Stamina yang tadi terasa begitu lemah, dengan ajaibnya berubah seakan memiliki tenaga yang luar biasa.

Tubuh yang tadinya kurus kering, kini terasa penuh dengan otot. Punggungnya yang sedikit bungkuk, kini mampu berdiri dengan tegak dan terlihat tinggi semampai. Rasa kepercayaan dirinya pun jadi meningkat.

"Sekarang bagaimana, Tuan? Apakah Anda sudah beradaptasi dengan keadaan yang baru?"

"Sudah ... Entah kenapa, tubuhku terasa lebih ringan?"

"Sistem telah mengubah diri Anda secara keseluruhan. Sistem harap mulai hari ini Anda tidak terkejut bila melihat bayangan diri sendiri di depan cermin."

Antonie tidak sempat memaknai maksud apa yang diucapkan oleh Sistem. "Kali ini Anda bisa langsung melaksanakan misi level pertama. Jika Anda sukses menjalani misi ini, Anda akan mendapat reward satu keping emas murni 24 karat seberat satu gram."

Antonie berjalan sesuai panduan sistem yang terletak pada kaca mata yang dia kenakan. Sistem memandunya menuju sebuah rumah yang tak jauh dari Rumah Pak Hasan tadi. Ketika melangkahkan kaki semakin mendekati rumah tersebut, terdengar suara tangisan anak kecil yang tadi.

Kaca mata ini secara otomatis membuat Antonie melihat secara langsung pasien yang hendak dicari.

dugh

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!