#SEBELUM MEMBACA CERITA INI DISARANKAN UNTUK MEMBACA CERITA HOT MOTHER AND THE BOS MAFIA SEASOND 1 DAN 2 SUPAYA NYAMBUNG.#
California city waktu setempat.
Disebuah jalanan dikota itu tampak dua orang supir pribadi sedang bertengkar dengan hebat, mereka berdebat mengenai siapa diantara mereka yang bersalah.
Pasalnya mobil yang dibawa oleh kedua supir itu saling menabrak satu sama lain, supir mobil yang berada didepan berkata bahwa dia tidak salah dan sudah berhenti diwaktu yang tepat sedangkan supir yang ada dibelakang berkata bahwa mobil yang berada didepan berhenti mendadak sehingga mobil yang dibawanya harus menabrak mobil didepannya itu.
Hal itu membuat kedua supir itu berdebat dengan sengit dijalanan yang ramai itu.
Saat itu seorang gadis cantik tampak gelisah didalam mobilnya, gadis cantik itu Olivia Smith.
Padahal dia sudah sangat terlambat untuk menemui kakeknya siang ini, dia sudah terlambat karena kebiasaan jam karetnya tapi sekarang dia tambah terlambat lagi karena supir pribadinya harus berdebat diluar sana.
Olivia mulai kesal, dia segera keluar dari mobilnya. Diluar sana supirnya masih tampak berdebat, hal itu semakin membuatnya kesal. Berapa sih harga perbaikan sebuah mobil?
"Pak Steve, apa belum selesai?" tanyanya dengan kesal.
Saat mendengar pangilan majikannya, supirnya segera menghampiri majikannya untuk meminta maaf.
"Maaf Ms Olivia, supir itu minta kita ganti rugi padahal mobil yang dibawanya jelas-jelas menabrak mobil kita." jelas supir pribadi
nya.
"Ck, sudahlah! Beri saja uang untuk perbaikan mobilnya karena aku sudah terlambat." gerutu Olivia kesal.
Supir mobil yang berada dibelakangnya segera mendekati Olivia, mata supir itu memandangi Olivia dengan sedikit menghina.
"Jadi kau yang punya mobil?" tanya supir itu.
"Iya, memangnya kenapa?"
"Dasar miskin! Bisa punya mobil sebagus ini tapi tidak mau ganti rugi!" hina supir itu.
"Jaga ucapanmu ya! Mobilku berada didepan mobilmu, kau yang menabrak mobilku tapi malah kau yang minta ganti rugi. Apa tidak salah?" Olivia mulai tampak kesal.
"Supirmu yang membawa mobil dengan tidak becus hingga mobilmu ini berhenti mendadak." supir itu juga tidak mau kalah.
Olivia memijit pelipisnya, drama dijalanan ini tidak akan selesai jika dia tidak bertindak.
"Oke baiklah, aku akan ganti semua kerusakan mobil jelekmu itu." hinanya.
"Jangan Ms Olivia, kita tidak salah." pinta supir pribadinya.
"Pak Steve tenang saja, aku yang salah sekarang."
Steve tidak mengerti maksud ucapan majikannya sedangkan supir mobil yang menabrak mobil Olivia tersenyum dengan puas.
Olivia masuk kedalam mobilnya dan dia duduk didepan kemudi. Hal itu semakin membuat supir pribadinya heran, mau apa majikannya?
Tanpa diduga oleh kedua supir itu, Olivia memundurkan mobilnya dan menginjak gas mobilnya dengan kencang.
"Bruaaak!!!" itu suara mobil yang saling beradu dengan kencang.
Kedua supir itu ternganga, apa-apaan? Kenapa malah ditabrak lagi?
Pasti kerusakan mobil itu semakin parah!!
Si empunya mobil yang ditabrak oleh Olivia langsung keluar dari mobilnya, seorang pria tampan. Sedari tadi pria itu berada didalam mobilnya membiarkan supirnya berdebat.
Pria itu malas keluar karena sibuk berkutat dengan laptopnya tapi tabrakan yang disebabkan oleh Olivia mengganggu pekerjaannya.
Dengan mata tajamnya pria itu berjalan kearah supir pribadinya dan pada saat melihat pria itu sang supir langsung menunduk hormat.
Olivia keluar dari mobilnya dengan tampang puas, dengan tas ditanganya Olivia kembali mendekati supir pribadinya dan disana tampak seorang pria sedang menatap kearahnya dengan tajam.
"Nah, beres bukan? Jadi tidak perlu berdebat lagi karena aku yang akan mengganti semua kerusakan mobil itu." katanya dengan puas.
"Hei nona, apa kau sudah gila?" pria tampan itu masih menatap Olivia dengan tajam.
"Oh jadi kau yang punya mobil?" tanya Olivia kesal.
Ternyata ada pemiliknya didalam mobil itu, tapi kenapa tidak keluar sedari tadi?
"Ya, aku yang punya memangnya kenapa? Sebaiknya kau ganti kerusakan mobilku!" pria tampan itu tidak mau kalah.
"Kau seperti b*nci!!!" hina Olivia.
"Hei jaga ucapanmu ya!!" pria itu mulai terpancing.
Olivia hanya mendengus kesal,sekarang dia jadi lupa niat untuk menemui kakeknya.
"Nona kau harus bertanggung jawab!" pinta supir pribadi pria itu.
"Dasar miskin! Hanya mobil seperti itu saja! Aku akan mengganti sepuluh mobil seperti itu jika kau mau!" Olivia berjalan kearah supir pribadinya.
"Pak Steve, apa kau punya pemantik api?" tanyanya.
"Tentu saja nona, apa yang ingin kau lakukan?" Steve mengambil pemantik api dari saku celananya.
"Untuk barbeque." jawab Olivia santai.
Gadis itu segera mengambil pemantik api dari tangan supir pribadinya dan setelah itu Olivia berjalan kearah mobil yang ditabraknya tadi.
"Sesuai perkataanku, aku akan mengganti semua kerusakan mobilmu ini." Olivia tersenyum dengan manis pada si empunya mobil.
Pria tampan dan supirnya saling pandang, apa yang mau dilakukan oleh gadis itu?
Olivia membuka penutup tangki bensin yang ada dimobil pria itu dan setelah terbuka, Olivia mulai memundurkan langkahnya dan pada saat itu Oliva menyalakan pemantik api yang berada ditangganya dan melemparkan pemantik api yang sudah menyala kearah tangki bensin dan?
"Brush!!" api langsung menyala dari tangki mobil yang dibakarnya.
Setelah membakar mobil itu Olivia kembali kearah si empunya mobil.
"Oh my God, tuan mobilmu." Teriak supir pribadi pria itu.
Supir itu segera berlari kearah mobil majikannya untuk mengambil barang-barang penting yang terdapat didalam mobil itu sebelum api membakar mobil itu sampai habis.
Dalam sekejap mata saja jalanan itu bertambah ramai, tentu penonton melihat dari jauh karena takut mobil itu meledak.
"Hei nona, berani sekali kau membakar mobilku!" ucap pria itu dengan santai.
"Dengar tuan, aku paling tidak suka berdebat dan lagi pula aku tidak suka pria miskin sepertimu!" Olivia berdiri didepan pria itu dengan angkuh.
"Nona sebaiknya jangan sombong, memangnya siapa kau?" pria itu menatap Olivia dengan tajam.
"Aku tidak sombong tuan, aku hanya tidak suka dengan orang sepertimu!" Olivia juga menatap pria itu dengan tajam.
"Nona Olivia, sebaiknya kita pergi kalau tidak mobil itu akan segera meledak." pinta supir pribadinya.
Olivia mengangguk, gadis itu mengeluarkan sesuatu dari tasnya dan memberikannya pada pria tampan itu.
"Datang kesini dan aku akan mengganti mobilmu!" katanya.
Pria itu mengambil kartu nama Olivia dan melihatnya, saat itu juga senyum mengembang diwajah pria itu.
"Baiklah Olivia Smith, kita akan bertemu lagi." ujarnya.
"Tidak akan!" Olivia segera memutar langkahnya menuju kemobilnya sedangkan supir pribadinya sudah menyalakan mesin mobil itu.
Olivia masuk kedalam mobilnya tanpa menoleh lagi dan segera memerintahkan supirnya untuk pergi menuju ketempat tujuannya.
Sedangkan pria itu hanya bisa melihat mobilnya meledak dan terbakar sampai habis, baru kali ini dia bertemu dengan orang yang berani membakar mobilnya didepan matanya dan orang itu seorang wanita.
"Bos bagaimana ini?" tanya supir pribadinya.
"Kau bereskan masalah disini, mungkin sebentar lagi polisi akan datang. Katakan pada mereka aku yang membakar mobil ini." perintahnya.
"Baik bos."
Pria itu Segera menyetop sebuah taxi dan pergi dari sana.
#OLIVIA#
Saat sudah tiba dirumah kakeknya, Olivia segera berlari masuk kedalam rumah kakeknya itu, dia sudah tampak tidak sabar untuk bertemu dengan kakeknya.
"Kakek." Olivia berteriak saat melihat kakeknya yang tampak santai bersama dengan neneknya.
Saat mendengar panggilan cucunya, Michael Smith segera melihat kearah cucu perempuannya itu.
Wajahnya yang sudah tua tampak bahagia saat melihat cucunya begitu juga dengan Xiau Yu, dia juga tampak bahagia melihat kedatangan cucunya yang manis.
"Olivia, aku sangat rindu padamu." Xiau Yu bangkit berdiri menghampiri cucunya dan memeluknya.
"Aku juga rindu dengan nenek." Olivia membalas pelukan hangat neneknya dan menciumi pipi neneknya dengan lembut.
"Olivia kemarilah." panggil kakeknya.
Olivia melepaskan pelukannya dan berjalan kearah kakeknya bersama dengan neneknya, Olivia duduk disebelah kakeknya dan memijit lengan tua kakeknya dengan lembut.
"Bagaimana keadaan kakek dan nenek, apa kalian sehat-sehat saja?"
"Tentu Olivia sayang, tapi umur kami sudah tua dan sepertinya tidak akan lama lagi." ujar kakeknya.
"Kakek, kenapa berbicara demikian?"
"Ini memang sudah hukum alam sayang " kata neneknya pula.
"Kakek, apa kakek memintaku datang untuk mendengarkan kakek mengatakan hal seperti ini?" Olivia menunduk sedangkan dari wajahnya memancarkan kesedihan.
Dia sudah kehilangan kakek dan neneknya sekali dan dia belum siap untuk kehilangan kakek dan neneknya lagi dalam waktu dekat.
"Tidak sayang, bukan seperti itu."
"Lalu?" Olivia menatap kakeknya dengan heran.
"Tunggulah sampai ayah dan ibumu datang. Kita bicarakan hal ini lebih lanjut." ujar Michael Smith pada cucunya.
Olivia bertambah heran, apa sih yang mau dibicarakan oleh kakeknya?
"Olivia sayang, sambil menunggu ayah dan ibumu datang bagaimana jika kita membuat dumpling udang." ajak neneknya.
"Boleh, apa nenek mau mengajari aku?" Olivia tampak begitu bersemangat.
Xiau Yu bangkit berdiri begitu juga Olivia, mereka berjalan menuju dapur untuk membuat dumpling udang sambil menunggu kedatangan kedua orang tuanya.
Setelah beberapa saat terdengar suara Jhon masuk kedalam rumah itu bersama dengan istri dan putranya, Jhon segera mencari ayahnya yang sudah tua.
"Dad, bagaimana keadaanmu?"
"Akhirnya kalian datang juga." Michael Smith tampak begitu senang melihat kedatangan putra semata wayangnya bersama keluarganya.
"Kakek dimana Olivia?" Jacob menarik sebuah kursi dan duduk disana.
"Sedang membuat makanan dengan nenekmu."
"Jadi kakek tahukan apa yang harus kakek lakukan nanti?" tanya Jacob lagi.
"Tentu saja." jawab kakeknya dengan penuh semangat.
"Hei apa tidak keterlaluan mengerjainya seperti ini?" Samantha mulai merasa iba pada putrinya.
"Mom, dia pantas mendapatkannya jadi mommy jangan kawatir, ini supaya dia bertambah dewasa saja." Jacob berusaha meyakinkan ibunya, pokoknya adiknya harus mendapat balasan atas keisengannya.
"Ya ampun kalian trio Smith, aku tidak sanggup melihatnya." Samantha berlalu pergi untuk mencari putri dan ibu mertuanya.
Olivia menghentikan pekerjaannya saat melihat kedatangan ibunya.
"Mom, kapan kalian datang?"
"Baru saja sayang." Samantha menghampiri putri dan ibu mertuanya untuk melihat apa yang sedang mereka kerjakan.
"Olivia, aku akan membantu nenek jadi pergilah keluar karena ada yang akan kakekmu bicarakan."
Olivia menatap ibunya sejenak, dia juga penasaran apa yang ingin kakeknya bicarakan padanya.
"Oke mom." Olivia mencuci tangannya dan segera Keluar dari dapur untuk menemui kakeknya.
"Mom, apa ini tidak apa-apa?" Samantha bertanya pada ibu mertuanya.
"Entahlah Sam, apa kau bisa mencegah trio Smith diluar sana?" Tanya Xiau Yu pula.
Samantha berpikir sejenak dan menjawab pertanyaan ibu mertuanya:
"Tidak."
"So, biarkan saja mereka. Lagi pula Olivia sudah dewasa sudah saatnya berhenti bermain-main dan sebaiknya kita menyelesaikan makanan ini supaya bisa kita nikmati."
Samantha mengangguk dan mulai membantu ibu mertuanya untuk membuat dumpling udang, selama mereka sibuk didapur Olivia mendengar permintaan kakeknya diluar sana dan sangat kaget.
Pasalnya kakeknya ingin menjodohkan Olivia dengan cucu sahabatnya dan tentu hal itu langsung ditolak oleh Olivia.
Dia berusaha menolak dan meminta bantuan pada ayah dan kakaknya tapi tidak ada yang membantunya, mereka malah meminta Olivia untuk mendengar permintaan kakeknya yang sudah tua.
"Kakek, aku tidak mau." Olivia membujuk kakeknya.
"Olivia sayang, kakek sudah berjanji pada sahabat kakek jika kakek punya cucu perempuan maka kakek akan menjodohkan cucu kakek dengan cucu sahabat kakek." kata Michael Smith.
Padahal dia tidak pernah berjanji seperti itu, itu semua ide dari cucunya Jacob Smith untuk memberi pelajaran pada adiknya yang sudah kelewat iseng.
Jadi Michael Smith pergi menemui sahabat baiknya dan mengutarakan niatnya dan untungnya, sahabat baiknya juga punya niat yang sama untuk menjodohkan cucu mereka.
"Tapi kakek?"
"Hei Olivia, kau sudah dewasa lagi pula kau hanya perlu tinggal 30 hari dengannya, jika sampai waktu itu kau tidak menyukainya ya sudah." ucap kakaknya.
"Kak Jacob diam saja." kata Olivia kesal.
"Daddy, please." Olivia memohon pada ayahnya.
"Olivia sayang, dengarkan permintaan kakekmu." kata Jhon pula.
"Olivia ini permintaan terakhirku dan mungkin, besok aku sudah mati." kata kakeknya.
"Kakek jangan berbicara seperti itu?" Olivia kembali mendekati kakeknya.
"Jadi, apa cucu kakek tidak mau mendengarkan permintaan kakek?"
Olivia menggenggam tangannya, matanya melirik kearah kakaknya, entah mengapa dia curiga semua ini adalah rencana kakaknya untuk membalas keisengannya saat menggangu kakaknya dengan Alice.
"Baiklah, baiklah cuma 30 hari bukan." katanya kesal.
Setelah berkata demikian Olivia segera berlari untuk mencari ibunya, dia sangat kesal, kenapa harus menjodohkan dirinya?
"Mommy mereka menyebalkan!" Olivia memeluk ibunya yang tampak sedang sibuk.
"Ada apa?" tanya Samantha pura-pura.
"Mom, kakek ingin menjodohkan aku dan memintaku untuk tinggal dengan cucu temannya selama tiga puluh hari." katanya dengan kesal.
"Ya ampun mereka benar-benar menggunakan Smith tua untuk mengerjai Smith muda." Ujar Samantha sambil menggeleng.
"Olivia sayang, dengarkan mommy. Kau cuma diminta untuk tinggal dengan cucu teman kakek selama 30 hari bukan?"
Olivia menggangguk dan menatap ibunya.
"Jadi selama 30 hari itu gunakan kepintaranmu dan kau harus jaga diri."
"Tapi mom?"
"Olivia cucuku." Xiau yu mendekati Olivia dan memegangi tangan cucunya.
"Kau belum punya pacar bukan?"
"Iya."
"Jadi tidak ada salahnya mencoba, siapa tahu dia memang jodohmu."
"Tapi nek, aku ingin menikah dengan orang yang aku cinta."
"Semua orang pasti mau menikah dengan orang yang dicintai sayang tapi kita tidak tahu siapa jodoh kita. Seperti aku?" Xiau Yu mengusap wajah cucunya dengan lembut.
"Dulu aku mencintai orang lain dan tanpa sengaja aku menikah dengan kakekmu karena suatu kejadian dan lihatlah, kami hidup sampai tua bersama dan kami memiliki kalian."
"Terkadang jodoh tidak langsung datang dengan sendirinya tapi terkadang harus melalui orang lain atau suatu kejadian."
Olivia hanya bisa menarik nafasnya dengan berat saat mendengar nasehat neneknya.
"Hanya 30 hari bukan? Jadi tidak ada salahnya kau mencoba tapi jika kau tidak mau kau bisa temui kakekmu dan tolaklah dengan tegas."
"Kakekmu akan pergi menemui sahabat baiknya kembali untuk membatalkan perjodohanmu dengan cucu sahabatnya itu."
Olivia memandangi wajah neneknya dan ibunya secara bergantian, kemudian dia menarik nafasnya kembali dengan berat.
"Ya sudah, hanya 30 hari aku akan mengikuti permintaan kakek." katanya dengan berat hati tapi dalam hatinya berkata:
Siapapun yang akan dijodohkan dengannya nanti awas saja!
Setelah menyetujui permintaan dari kakeknya, hari itu Olivia pergi kesebuah restoran untuk menemui pria yang akan dijodohkan dengannya.
Jika bukan demi kakeknya mana mau dia melakukan hal seperti itu? Memangnya dia tidak bisa mencari pacar sendiri?
Dia bukan gadis jelek, dia juga masih muda. Dia tidak butuh dijodohkan tapi mau dibilang apa, semua Olivia lakukan demi kakeknya.
Dengan supir pribadinya, Olivia menuju kesebuah restoran jepang yang ada di kota California.
Dia tidak tahu pria seperti apa yang akan dikenalkan padanya yang pasti dia harus menemui pria itu terlebih dahulu agar mereka saling mengenal barulah mereka membicarakan tentang perjodohan diantara mereka lebih lanjut.
Setelah tiba, Olivia segera masuk kedalam restoran itu dan Olivia dibawa kesebuah ruangan exclusive oleh pegawai disana karena memang pria yang akan dia temui telah memesan sebuah tempat untuk mereka bertemu.
Olivia mendesis dalam hati saat masuk kedalam ruangan itu dan disana tampak seorang pria sedang duduk ala seiza dilantai tatami didepan sebuah meja kotatsu, meja makan khas jepang.
"Cih, tinggal di Amerika tapi gaya sok Jepang." desisnya dalam hati.
Dengan cepat, Olivia segera melangkah mendekati pria itu.
"Maaf lama menunggu." Olivia langsung duduk didepan pria yang akan ditunangkan dengannya itu.
Tapi pada saat dia melihat pria yang sedang menikmati teh hijau mata Olivia terbelalak kaget.
"You!" ucapnya tidak percaya.
"Nona Olivia akhirnya kau datang juga." ucap pria itu dengan santai.
Olivia memegangi dahinya, mana mungkin pria yang akan bertungan dengannya adalah pria yang dia temui dijalan kemarin?
Pria yang telah dia bakar mobilnya, apa-apaan ini?
"Maaf, sepertinya aku salah ruangan." Olivia bangkit berdiri tapi pria itu menahan Olivia dengan ucapannya.
"Kau Olivia Smith bukan? Cucu dari Michael Smith?"
Olivia mengurungkan niatnya dan kembali duduk ditempatnya.
"Benar." jawabnya dengan cepat.
"Kalau begitu kau tidak salah ruangan." pria itu kembali menyeruput teh hijaunya dengan santai.
"Jangan bilang kau Lewis Simone?" tanya Olivia tidak percaya.
"Anda benar." jawab Lewis dengan santai.
"Oh my God, dunia ini sangat sempit." gerutu Olivia dengan pelan.
"Jadi Olivia Smith mari kira bicarakan mengenai perjodohan kita lebih lanjut." ujar Lewis padanya.
"Nanti saja, aku lapar."
Olivia memanggil pelayan yang ada disana tanpa menunggu jawaban dari Lewis, perutnya lebih penting dari pada pria itu.
Olivia memesan beberapa jenis sushi dan semangkok ramen yang terkenal ditempat itu. Untuk terlihat sopan Olivia mengikuti duduk gaya Lewis, duduk ala seiza walaupun dia tidak begitu bisa.
Sepuluh menit dalam keheningan Olivia sudah tampak gusar, kakinyapun sudah mulai kesemutan gara-gara gaya duduk yang tidak semua orang bisa itu.
Lewis diam saja memperhatikan Olivia yang sudah tampak gelisah karena kakinya dan tanpa pikir panjang lagi Olivia segera meluruskan kakinya dan memijit-mijitnya sambil mengerutu.
"Ya ampun kakiku, aku bisa gila duduk seperti ini begitu lama." gerutunya kesal.
Senyum mengembang diwajah Lewis saat melihat tingkah Olivia, bahkan gadis itu mengangkat kakinya diudara dan menendang-nendangnya supaya kram dikakinya cepat hilang.
"Kau tidak perlu memaksakan diri Olivia." ujar Lewis dengan santai.
"Hei Lewis, bisa lain kali kita bertemu ditempat lain?" pinta Olivia kesal.
"Tentu, kita bisa makan direstoran jepang lainnya."
"Oh my God, bukan itu maksudku!"
Saat itu makanan yang dipesan Olivia sudah datang, dengan cepat Olivia mulai makan karena dia memang sudah lapar sedangkan Lewis hanya memperhatikannya saja.
"Hei kenapa kau tidak makan?" tanya Olivia penasaran.
"Tidak, aku sudah makan makanan dari kekasihku."
Olivia menghentikan makannya dan menatap Lewis dengan tajam. Jika sudah punya kekasih untuk apa mengikuti perjodohan ini?
"Hei kau! Jika kau sudah punya kekasih sebaiknya cepat kau tolak perjodohan ini!!" kata Olivia kesal.
"Aku sangat ingin tapi aku tidak bisa karena kondisi kakekku yang sedang sakit."
"Cih, dasar kau ba*ci! kau ini seorang pria, seorang pria harus menjadi pemimpin. Aku sungguh tidak mau terjebak dalam asmaramu dan aku tidak pernah suka dianggap pengrusak hubungan asmara orang lain." kata Olivia dengan kesal.
Lewis hanya melihat Olivia dengan tatapan tajamnya, dia ingin lihat seperti apa Olivia Smith? Gadis yang dipilihkan oleh kakeknya.
Dia sudah banyak mendengar tentang keluarga Smith dari kakeknya, bahkan saat Kakeknya memintanya untuk bertunangan dengan Olvia membuat Lewis sedikit kaget, ditambah lagi pertemuan tidak sengaja mereka dijalanan membuatnya semakin kaget lagi.
Gadis yang berani membakar mobilnya ternyata gadis yang akan dijodohkan dengannya, mungkin benar kata Olivia Smith, dunia ini sempit.
Olivia meletakkan gelas diatas meja dengan kasar, dia segera menyeka mulutnya setelah selesai makan sedangkan Lewis masih melihat kearahnya dengan tajam.
"Jika kau tidak bisa menolak perjodohan ini maka aku akan berusaha membujuk kakekku, aku tidak mau menggangu hubunganmu dengan kekasihmu."
Olivia hendak bangkit berdiri tapi lagi-lagi Lewis menahannya.
"Sudahlah jangan salah paham, aku hanya bercanda denganmu."
"Hei Lewis, apa maksudmu?" Olivia sudah tampak kesal.
"Aku tidak punya kekasih dan aku hanya ingin melihat reaksimu saja." jawab Lewis dengan santai.
"Wow, beraninya kau ingin melihat reaksiku? Lewis Simone, kau kira kau itu siapa?" Olivia melototot dan menatap Lewis dengan tajam.
Apa dia tembak saja kepalanya? Rasanya sangat ingin dia lakukan tapi dia masih punya akal sehat.
"Olivia Smith, jadi demi kakek kita bagaimana jika kita mengikuti keinginan mereka untuk tinggal satu atap selama 30 hari?"
Olivia menatap Lewis dengan tajam begitu juga dengan Lewis, mereka saling melemparkan tatapan mereka satu sama lain.
"Setelah 30 hari apa yang akan kita lakukan selanjutnya?" tanya Olivia.
"Katakan saja jika kita tidak cocok dan meminta kakek kita membatalkan perjodohan kita, lagi pula kita tidak memiliki perasaan satu sama lain jadi setelah 30 hari kita kembali jadi orang asing, tidak saling mengenal."
Olivia berpikir sejenak, mungkin ini lebih baik. Lagi pula hanya 30 hari setelah itu dia tidak akan melihat pria itu lagi dan bukankah dengan demikian dia sudah memenuhi permintaan dari kakeknya?
Lagi pula perjodohan itu bukan didasari dengan paksaan, mereka berdua hanya mengikuti permintaan kakek mereka berdua untuk tinggal satu atap selama 30 hari.
"Baiklah, aku setuju."
Olivia mengulurkan tangannya kearah Lewis sedangkan pria itu segera menyambut tangannya dan menggenggamnya.
"Sepakat " kata Lewis dengan yakin.
"Ingat setelah 30 hari jangan mencariku, sekalipun kita kebetulan bertemu atau kita bertemu dijalan jangan saling memanggil, harus kembali jadi orang asing dan tidak saling mengenal." pinta Olivia.
"Seperti keinginanmu Olivia Smith." jawab Lewis pula.
Hari itu kedua orang itu membuat kesepakatan diantara mereka untuk mengikuti permintaan kakek mereka.
Sesuai kesepakatan, mereka akan tinggal satu atap selama 30 hari dan hal itu akan mereka jalani sebentar lagi.
#Lewis#
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!