NovelToon NovelToon

Three Siblings Indigo

Polog

***AGAR CERITANYA NYAMBUNG LEBIH BAIK BACA DULU SERIES 1. Nadia, The Indigo Girl. ***

Malam semakin pekat di balik selimut sebuah cahaya menyinari ada kaka beradik yang belum tidur, keduanya sibuk menyalakan senter untuk buku horror, tak lama pria berusia paruh baya membuka pintu masuk kamar.

Tangan kekarnya membuka selimut dan menatap anak-anaknya, “kalian belum tidur?” tanya Nathan pada anak-anaknya. Dania menatap ayahnya dengan tatapan sinis karena ayahnya ibunya tiada dan karena ayahnya juga hidup ibunya di penuhi derita.

“Menurut situ!” ucap Dania dengan sinis.

Nathan berwajah merah padam antara marah dan kesal. Seolah dirinya kehilangan rasa hormat pada putrinya, saat ingin menampar tangannya di tahan oleh gadis berumur 15 tahun itu.

“Papa seorang Perwira tentara dan terpelajar tapi Papa tidak bisa memahami hubungan dalam keluarga tidak dengan istri atau pun anak!! Papa mengerti hubungan antara anak buah dan komandan papa juga mengerti hubungan dalam karir Papa!!” jelas Dania dengan mata berkaca-kaca.

“Kamu bicara apa anak kecil!!” maki Nathan tak terima saat ingin memukul kembali Dania gadis itu malah dengan berani menepisnya dan mengambil pisau kecil atau kita sebut karter.

Dania dengan berani menodongkan kepada ayahnya bahkan mengancam, lalu dengan nekat berusaha mengarahkan ke pergelangan tangannya. “Papa ingat aku di sayangi di keluarga Rejaya!! Dan papa ingat mereka memaklumi sikapku padamu!! Apa papa pernah berfikir berusaha mendapatkan kembali cinta putrinya dengan kasih sayang!!” maki Dania masih dengan pisaunya.

“Iya papa salah tolong sini pisaunya,” pinta Nathan pada putrinya.

“Sekali papa berani melangkah aku tak segan memotong pergelangan tanganku!!” ancam Dania dengan mata memerah dan air mata seolah ia sudah amat membenci ayahnya yang menurutnya menjadi penyebab kematian ibunya.

"Oke papa keluar sekarang!!” ucap Nathan yang buru-buru keluar kamar lalu menutup pintunya.

Dania bisa bernafas lega lantaran ayahnya bisa keluar dan ia menyimpan kembali pisaunya di saku bajunya, Rendy adiknya yang berusia sepuluh tahun memeluk kakaknya. Anak umur segitu belum paham mengapa ibunya bisa meninggal.

Dania menjelaskan dengan emosi kepada Rendy jika ayahnya penyebab kematian ibunya, waktu itu ayahnya ketahuan selingkuh dengan wanita lain. Ternyata ayahnya terkena pelet jaran goyang, beruntung ia bisa lepas dengan meminum air suci dari Kiai.

Tapi malang ibunya Nadia Sabrina bertempur dengan dukun dari wanita itu, dengan di bantu Nathan dan Satria kakaknya. Dukun itu mati mengenaskan dan yang pasti tubuh dukun itu di penuhi nanah.

Sekarang kabar wanita itu entah kemana. Ibunya yang bernama Nadia tiada karena penyakit asam lambung yang berkepanjangan, Dania yang masih belum mengerti menyalahkan ayahnya atas kematian ibunya.

Dania yang belum puas dengan dendamnya ia berusaha balas dendam dengan mengirim wanita itu, guna-guna Dania menggunakan salah satu jin membuat tubuh wanita yang mengirimi ayahnya pelet bulu ditubuh selingkuhan Nathan berubah jadi besi.

Altar Victoria mulai menguasai jiwa Dania, hidupnya seolah tak ada arah dan tujuan ia hanya berfokus dengan amarahnya pada ayahnya terutama pada si sundal yang telah membuat hidup ibunya tiada.

“Bang Satria kapan pulang dari Papua_hiks_seolah kalo gak ada lu gua susah buat napas,” keluh Dania sambil memeluk Rendy adiknya.

Satria di tugaskan ke Papua hanya untuk seminggu tapi seminggu bagi Dania terasa bertahun-tahun, satu lagi pelayan di rumah termasuk saudaranya dilarang membuka lemari kamarnya.

Nathan tahu isinya ia tak bisa mengungkapkan apa isi lemari tersebut karena Dania dan Rendy masih sangat kecil untuk memahami semuanya, Dania memeluk adiknya ia amat menyayangi sang adik.

“Seandainya Rendy tahu kebenarannya maka kamu akan sama seperti yang aku rasakan sama papa,” batin Dania pada adiknya.

*************

Nathan kembali ke kamarnya ia menatap foto pernikahannya di nakas, Nadia mengenakan gaun dengan bordiran kebaya sedangkan Nathan memakai seragam lengkap dengan militer juga di depannya ada upacara pedang.

“Nadia aku gak tahu lagi bagaimana membuat Dania kembali menganggapku ayahnya,” ucap Nathan dengan sedih dan kecewa.

Tangan kekarnya mengambil bingkai foto tersebut lalu menatap foto pernikahan itu, ia memeluknya dengan lelehan air mata. Tak lama ponselnya berdering, Nathan langsung melihatnya ternyata itu putranya namanya Satria.

“Hallo,” kata Nathan membuka pembicaraan.

“....” jawab Satria.

“Jadi besok kamu mau pulang?” tanya Nathan pada anaknya.

“...”

“Waduh, berarti besok!!” ucap Nathan ia lupa menyiapkan pakaian dinasnya dan perlengkapan besok, seharusnya besok ia bertugas siang hari tapi malah pagi karena pergantian tugas bawahan yang secara tiba-tiba.

Nathan mematikan panggilan telepon anaknya ia segera menyiapkan semuanya dalam hal ini ia termenung sebentar ia menjadi ingat Nadia mendiang istrinya yang selalu tepat waktu dan menyiapkan semuanya.

Nathan berusaha untuk tidak melamun karena ia tak ada waktu karena besok pagi jam 6 ia sudah harus di kantor, besok putranya pulang dari Papua ada beberapa anggota dan pimpinan KKB yang berhasil di ringkus.

Nathan bertugas mengintrogasi para KKB itu, gerakan separatis di Papua. “Nadia aku rindu kamu, padahal sudah empat tahun tapi tetap aku belum bisa melupakanmu.” Nathan menyiapkan seragamnya lalu ia pergi istirahat.

Di malam hari Nathan bermimpi ia melihat anak berumur 15 tahun dari belakang terlihat seperti putrinya saat gadis itu menoleh ia menatap lagi secara jelas, gadis itu memutar kepalanya ke belakang seperti yang dilakukan kekasih hantu ibunya dulu lalu tersenyum.

Pakaian memakai gaun putih dan rambutnya di kuncir setengah ia tersenyum menatap Nathan sambil membawa obor di tangannya, mendekati ayahnya. “PEMBUNUH!!!” ujar Dania sambil menodongkan obor yang berisi api menyala.

“Kamu pembunuh!!” ucapnya lagi sambil mendekat membawa obor itu.

“Dania kamu apa-apaan sih?!” maki Nathan pada putrinya.

“KAMU PEMBUNUH!!” maki Dania lagi mendekati Nathan.

“Dania!!! Stop!!” ungkap Nathan yang muak.

“Kamu pembunuh mama!!!” ujar Dania sambil mendekat menodongkan obor, tanpa Nathan sadari ia sudah di ujung tangga.

Nathan terguling lalu kepalanya terpentok tembok yang membuatnya berdarah di kening, lalu terdengar suara langkah kaki menuruni tangga. Nathan mendongak menatap putrinya dengan marah membawa obor.

“Dania Papa bisa jelaskan!!” ucap Nathan lalu berusaha mengangkat tangannya.

“Kamu pembunuh!! Kamu pembunuh mama!! Kamu pantas mati!!” kata Dania dengan gelap mata membakar tubuh Nathan dengan api obor itu lalu Nathan terbangun dari mimpinya jam menunjukan pukul subuh ia segera berwudhu dan melaksanakan solat subuh.

Nathan berdoa mengeluh kesahnya kepada tuhan yang maha esa mengapa anak-anaknya menjadi berani padanya dan mengapa Dania membencinya, ia sadar perlakuannya kepada ibu mereka yang membuatnya seperti itu.

Ingin rasanya Nathan bermimpi mendiang istrinya bagaimana cara ia mengatasi amarah putrinya yang sudah sangat membencinya, ia amat tak mau Dania menjadi anak durhaka. Dania masih 15 tahun rasanya sangat sulit mengatasi remaja labil.

Jika salah bertindak maka masa depan sang anak yang akan menjadi konsekuensinya.

#BERSAMBUNG

Geng Bule Sok Berkuasa

Pagi ini Nathan buru-buru ada Jumi yang biasa menyiapkan sarapan, Bi Jumi sudah bekerja sejak Dania lahir dan Bi Jumi punya suami dan anak yang sudah seumuran Satria di kampung daerah Sidoarjo.

“Bi saya berangkat duluan nanti kalo Dania sama Rendy nanya bilang saya udah berangkat duluan!” perintah Nathan yang sepertinya buru-buru makan dengan buru-buru sama seperti ia menjalankan Pendidikan di Magelang, “iya Tuan.” Bi Jumi bicara pada majikannya.

“Oh ya Bi satu lagi nanti Dania sama Rendy kalo berangkat sekolah suruh naik ojek online aja ya?” ucap Nathan.

“Siap Tuan, oke saya bangunin Nona sama Tuan muda dulu.”

“Terima kasih ya Bi Jum.” Nathan terburu-buru menaiki mobil dinasnya menuju tempat kantor karena ia bertugas dadakan.

Selain itu Nathan juga pandai menjadi Montir, terbukti saat mobil tentara yang rusak dia juga bisa membenarkannya.

Karena latar belakang Nathan yang supel dan mudah berteman dengan siapa saja tak terkecuali Montir.

Sifat Nathan yang supel turun ke ketiga anaknya tapi ketiganya cenderung takut jika ada masalah menceritakan kepada ayah mereka, mereka lebih cenderung dekat ke ibu mereka Nadia karena sifat Nathan yang keras dalam menyikapi berbagai masalah pada anak.

“Aduh Nona! Tuan Muda bangun ayo sekolah nanti ke siangan,” ucap Bi Jum membangunkan keduanya.

Mereka bangun dengan tergantung-gantung masuk kamar mandi, Dania memakai seragam putih birunya, sedangkan adiknya Rendy memakai seragam merah-putih.

Pagi ini anak-anak itu berangkat sekolah Dania memesan dua gojek saat mereka sarapan, setelah sarapan mereka tinggal berangkat.

Memang miris seharusnya anak seumuran mereka memiliki seorang ibu yang akan mengurus mereka untuk berangkat sekolah, untuk Satria yang sudah dewasa dan bekerja memang tidak terlalu membutuhkan kasih sayang seorang ibu.

Tapi untuk Dania dan Rendy yang masih belia sangat membutuhkan kasih sayang sang ibu, saat usia Dania 13 tahun dan Rendy berusia delapan tahun ibu mereka meninggal dunia jadi mau tidak mau mereka ikut dengan ayah mereka.

Dania sebenarnya lebih memilih hidup bersama kakek dan neneknya di Kebumen, ayah dan ibu Nathan.

Tetapi Nathan beralibi jika ia tak mau menyusahkan kedua orangtuanya juga tidak suka jika ana-anaknya di rawat oleh orangtuanya.

Sejak kematian Nadia ibu mereka. Dania dan Nathan selalu berdebat satu sama lain merasa pendapat mereka lebih bagus, Dania yang masih muda ingin kebebasan dan ingin bersenang-senang tapi Nathan selaku ayahnya enggan memberikan kebebasan yang berlebihan karena ia tak mau putrinya menjadi gadis liar.

Nathan itu sangat berlebihan, Dania juga tahu mana yang baik dan yang tidak. Dania juga tahu kemana jiwanya akan pergi. Dania adalah Victoria Alexandra Van Buthjer, anak hantu Nadia dari hasil hubungannya dengan Hanson.

Satria adalah anak hantunya Nadia dari anak laki-laki bernama Jason, untuk Rendy dia tidak memiliki altar jadi anak itu selamat dari perundungan, biasanya orang yang memilki altar selain anak indigo juga biasanya orang tua atau leluhur yang sejak dulu memiliki perjanjian gaib.

(Sudah di jelaskan jika belum nyambung baca dulu yang Nadia semuanya sudah di jelaskan di sarankan baca dulu yang Nadia biar nyambung jalan ceritanya.)

Di sekolah Dania juga kerap mendapatkan perundungan bukan secara fisik tapi dengan kata-kata yang menyakitkan, rasanya memang sakit salah satu anak laki-laki kelas sebelah sangat senang menghina Dania.

Beruntung Dania tidak peduli yang dia pedulikan adalah hidupnya dan masa depannya, sekolah SMP ini rata-rata orang-orang dari kalangan atas. Louis anak laki-laki yang suka menghina Dania.

Louis Aljendro ayahnya adalah pengusaha atau CEO asal Portugal sedangkan ibunya orang Bogor, parasnya memang tampan tapi sikapnya tidak mencerminkan parasnya. Louis suka membully orang yang lemah termasuk Dania.

Louis membully atau menghina orang biasanya dari kalangan anak beasiswa anak kalangan menengah ke bawah, Louis tidak tahu latar belakang keluar Dania yang seorang perwira.

Jam pelajaran masuk di mulai saat itu murid di beri tugas mengerjakan LKS, Louis berinisiatif menjahili Dania.

Tangan Louis merakit pensil dan untuk menjahili Dania, Rakitan pensil itu akan menumpahkan tinta ke pakaian yang di kenakan Dania.

Tetapi sebuah tangan melempar rakitan itu menjadi mengenai Pak Rudi, “Louis apa-apaan kamu!!!” maki Pak Rudi.

“Maju ke depan Louis!! Saya gak peduli dengan orang tua kalian!! Dan kamu Louis orang tua kamu udah angkat tangan jadi kamu maju!!” ucap Pak Rudi.

Semua murid hanya bisa menahan tawa lantaran melihat Louis mendapatkan hukuman dalam hati mereka yang pernah bermasalah dengan Louis merasa puas lantaran dendam mereka terbalaskan.

Louis berdiri seperti burung flamingo dengan kaki di angkat satu ke atas dan telinga di jewer, Dania melepaskan tawa membuat yang lain juga ikut tertawa. “Sudah kalian semua diam!!!” teriak Pak Rudi.

“Lanjutkan kerjakan tugas kalian!! Dan Louis kamu tetap berdiri seperti ini sampai jam pelajaran saya selesai!” perintah Pak Rusdi.

Louis menatap Dania dengan penuh dendam ia tak terima lalu menyalahkan Dania atas hukuman ini, padahal yang membuat ia terjebak masalah adalah dirinya sendiri. Dia sendiri yang membuat masalah dengan berusaha menjahili Dania.

Mata Louis menatap Dania perlahan tatapan itu berubah jadi ngeri saat menatap Dania yang sedang mengerjakan LKS, ia melihat Dania dalam wujud lain bukanlah wajah Dania. Melainkan wajah gadis Eropa dengan wajah yang masih tetap sama.

Dan saat hukuman hampir selesai Dania melihat Louis matanya melotot dan senyumnya mengerikan, tubuh Louis langsung bergetar hebat sekujur tubuhnya merinding dan saat sudah selesai Louis langsung menghindari Dania.

“Ada apa dengan Louis?” batin Dania bertanya.

Tak lama sahabatnya yang bernama Mia menghampirinya, “oi ayo ke kantin.” Dania hanya mengangguk lalu mengikuti Mia.

Entah mengapa belakangan ini perasaanya selalu gak enak dan Dania juga belakangan ini selalu memikirkan apa rahasia tersembunyi yang ibunya sembunyikan.

Geng Bule muncul anak-anak menyebutnya geng Bule memang rata-rata wajah mereka Bule.

Tapi tidak semuanya keturunan Bule ada juga yang Indonesia asli yakni berdarah Manado dan Sumatra.

Anak-anak yang sedang duduk di salah satu meja kantin di suruh minggir selayaknya preman yang meminta hak mereka secara paksa.

“Woy kalo mau masih selamet lu pada tinggalin nih meja!!” maki Louis pada anak-anak itu sambil menarik kerah bajunya.

“I-iya kita minggir,” ucap salah satunya lalu pergi.

Dania dan Mia sedang asyiknya mengobrol tiba-tiba salah satu dari mereka mendekat, “halo!” sapanya.

“Nia mending kita ke kelas aja yuk!” ajak Mia.

“Iya perasaan aku gak enak!” sahut Dania.

Saat mereka ingin pergi malah di hadang oleh geng bule itu, “mau kemana? Sini gabung ama kita.”

“Gak usah kita mau ke kelas aja ad---” belum sempat Mia menyelesaikan kalimatnya malah di potong oleh Hardi dengan mengentak.

“Diam!! anak haram!!” ucap Billy.

“Billy please gak boleh gitu!!!” tegur Dania.

“Wohooo!! Dania ini sudah pandai cakap,” ucap salah satu teman Louis.

“Kalian mau apa?!” tanya Dania dengan tegas.

“Kita cuman mau Dania gabung,” ucap Billy si rambut merah.

“Kalo gua kagak mau!!” ucap Dania dengan tegas.

Berurusan Dengan Tuyul

Dania pulang bersama Mia naik angkutan umum. Kedua gadis itu tak percaya barusan apa yang tadi di kantin sekolah. Keduanya heran bercampur bingung melihat kelakuan Geng Bule tadi di kantin.

Mia dan Dania saling menatap dan mereka berusaha untuk berani membuka percakapan tentang apa yang terjadi di kantin, gadis berseragam putih-biru itu berusaha memulai bicara di angkutan umum.

“Mia tadi Geng Bule kenapa dah?” tanya Dania mencari jawaban sahabatnya.

“Kagak tahu gua, masa pada lari ketakutan gitu.” Mia menatap Dania yang juga bingung.

Setelah kepergian geng bule karena takut anak-anak di kantin bisa bernafas lega lantaran geng Bule udah gak bisa berbuat onar, “mungkin aja penjaga lu keluar?” tanya Mia.

“Gak tahu gua, yaudah gua duluan.” Dania bicara menyentuh tangan sahabatnya, Mia hanya mengangguk lalu Dania turun ia memberikan uang kepada sopir angkutan lalu menuju rumahnya.

Dania berjalan dengan santainya ia melamun sambil berjalan tanpa menghiraukan mahluk lain yang melintas, tak lama perasaanya gak enak ia memeriksa uang di kantong sakunya ia melihat lagi dan berusaha mengeceknya.

Saat menoleh ke belakang Dania terlihat geram bukan main ia menahan marah dengan mengepal tangannya dan energi di tubuhnya, ada Tuyul mencuri uangnya lalu ia mengejarnya ke tempat dimana tuyul itu mematung karena tubuhnya sudah di kunci agar tak bisa gerak. “DASAR TUYUL KURANG AHKLAK!!” maki Dania sambil mencekik leher tuyul itu.

“Mana ini majikannya kenapa gak kesini!!” batinnya.

“Balikin duit gua atau lu gua bakar!!” ancam Dania dengan marah.

Tiba-tiba Pak Sardaso datang dan meminta Dania untuk mengembalikan tuyul itu, “maaf dek balikin punya saya.” Sardoso memohon pada Dania. “Pertama balikin uang saya dulu!!” ujarnya.

Pak Sardoso mengembalikan uangnya kepada gadis berseragam putih-biru itu lalu pergi membawa peliharaannya, Dania melanjutkan perjalanan pulang lalu ia sampai di rumah.

Di depan halaman rumah dinas yang luas, gadis berusia 15 tahun itu heran lantaran ada mobil dinas yang berjejer, Dania melihat Bi Jum sedang bersih-bersih halaman rumah.

“Bi Jum?” panggil Dania.

“Iya Nona,” sahut Bi Jum.

“Ini Kok di rumah banyak mobil ada apa ya??.”

“Oh ada temannya Tuan ke rumah!” jawab Bi Jum.

“Oh baik Bi,” kata Dania.

Dania masuk ke rumah ia terkejut siapa yang di lihatnya ada rapat penting yang ayah dan kakaknya kerjakan bersama rekan kerjanya, Dania hanya menyalaminya satu persatu.

Tangan Dania bergetar saat menyalami Dokter tentara bernama Amir yang seumuran kakaknya.

Amir dan Dania seolah ada ikatan batin, Amir hanya tersenyum tatkala ia merasakan energi yang luar biasa dalam diri Dania.

Gadis berseragam putih-biru itu langsung masuk ke kamar, ia membersihkan dirinya dan menganti seragam sekolahnya.

Dania yang sedang merebahkan dirinya di atas kasur sambil mendengarkan musik dengan headset lalu Rendy menggedor pintu kamarnya, “iya bentar gak usah lu gedor kenceng!!” maki Dania yang merasa terganggu.

Dania melepas Handsetnya lalu membuka pintu, “kak aku mau bersihin diri tadi Bi jum gak bisa ngurusin aku.” Rendy yang masih mengenakan seragam sekolah tampak meminta sesuatu kepada sang kakak, Dania menaikan sebelah alisnya lalu mulutnya tersenyum.

“Udah deh lu mau apa? Pasti ada udang di balik bakwan!” ujar Dania memutar bola matanya jengah.

“Hehehehe, bantuin aku ngerjain PR ama bersihin diri.” Dania memutar bola matanya jengah.

Dania ke kamar adiknya yang letaknya tak jauh dari kamarnya. Baru saja pintu di buka sungguh luar biasa dalamnya sangat berantakan, Dania melipat kedua tangannya lalu memberi instruksi untuk membersihkan kamarnya.

Soal menganti sprei biar Dania dan Bi jum yang menggantinya tapi untuk membereskan barang-barang yang berserakan dan menyapu lantai biar Rendy.

“Udah! Gimana? Masih sanggup ngerjain PR?” tanya Dania.

Rendy yang diajarkan olehmendiang ibunya agar tidak menunda suatu pekerjaan hanya mengangguk dan menuruti kakaknya, “ayo bangun nanti mau aku bikini sesuatu?” tawar Dania kepada Rendy.

“Mau mie kak!” ucap Rendy.

“Jangan Mie mulu nanti diomelin Papa!” ujar Dania.

“Yaelah ‘kan lu pawangnya, terus ada Bang Satria ini!” kata Rendy dengan enteng.

“Kurang ajar lu!! Di kasih hati mintanya lambung lu!!” ujar Dania dengan kesal kepada adiknya ini.

“Yaudah gak bakal gua kasih tahu rahasia papa!” ancam Rendy.

“Emang rahasia apaan?” tanya Dania yang mulai Kepo.

“Tadi gua menguping omongan Papa, Bang Satria sama Om-Om itu yang di ruang tamu.” Rendy bicara pada kakaknya.

“Iya yaudah gua rebusin lu Mie,” patuh Dania kepada adiknya.

“Nah gitu dong! Itu namanya kakak idaman.” Rendy mengerjakan tugas sekolahnya sedangkan Dania merebus mie untuk Rendy adiknya.

Dania menuruni anak tangga untuk menuju dapur yang mengarah ke kolam renang, ia merebus mie untuk adiknya.

Dania hanya memakai kaos dan celana kolor ia merebus mie. “Aduh Nona kenapa gak bilang saya!” ucap Bi Jum.

“Udah Bi saya bisa kok, Bibi ngerjain yang lain aja!” ucap Dania sambil mengaduk-aduk Mie yang sedang di rebus.

“Yaudah saya mau nyiapin dulu buat tamu,” kata Bi Jum sambil mengeluarkan teh dan beberapa camilan.

“Non Nia!” panggil Bi Jum.

“Iya Bi.”

“Itu di depan ruang tamu ganteng-ganteng ya,” aku Bi jumi.

“Bibi mau? nanti saya omongin tinggal pilih,” ledek Dania yang mengeluarkan mie dari panci rebusan.

“Gak ah Non, saya inget suami sama anak saya di kampung.”

"Yaudah saya mau bawa mie ke kamar soalnya Rendy minta aku rebusin, Bi."

Dania membawa Mie dengan nampan dan minuman air panas, juga buah-buahan untuk adiknya, ia membuat semua ini agar Rendy semangat dalam belajar.

“Nih Rendy aku bawain makan dulu!” ucap Dania.

“Ya Udah kamu makannya di bawah sini! Aku sisir rambut kamu!” ucap Dania pada adiknya.

Adiknya makan dengan lahap kelihatan sekali bocah ini lapar saat pulang sekolah dan kelelahan, sayang sekali kakak dan ayah mereka sangat sibuk dengan pekerjaan mereka.

Biasanya yang menyiapkan makanan sehabis pulang sekolah adalah mendiang ibu mereka yang telah tiada.

Dania makan juga setelah menyisir rambut Rendy. Mie yang mereka makan tidak memakai telur hanya sosis yang tersisa di kulkas mungkin Bi Jum lupa untuk belanja. Dania mulai berfikir, “yaudah gini aja nanti aku pulang sekolah minta uang jajan agak lebih sama papa biar setiap pulang sekolah aku beli makanan aja kalo misalnya Bi Jum gak masak.”

Rendy mengangguk.

Sangat kasihan nasib kedua anak-anak remaja ini karena ibu mereka yang wafat duluan padahal keduanya masih membutuhkan kasih sayang ibu mereka, saat keduanya sedang membicarakan kalo misalkan Dania ada kegiatan di sekolah dan pulang sore Rendy beli soto ayam saja.

Tiba-tiba ada suara keras dari kamar Satria.

BRAK!

Suara itu membuat keduanya menghentikan makannya Rendy memeluk kakaknya, “tenang Rendy itu mungkin kucing!” ucap Dania menenangkan adiknya. Dania memeluk adiknya.

“Yaudah kamu lanjut makan abis itu kita cek nanti.”

Rendy mengangguk dia sebenarnya takut tapi karena ia anak laki-laki pantang untuk dirinya mundur, apalagi kakaknya adalah perempuan yang wajib di lindungi.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!