NovelToon NovelToon

The Saint Class Reincarnator

PROLOG: KEHIDUPAN SETELAH KEMATIAN

Setelah pulang dari kerja saya sebagai seorang kontraktor biasa saya hanya bisa merasa kelelahan setiap harinya. Pergi setiap pagi sekali dan pulang larut malam. Saya tahu bahwa kehidupan sebagai seorang pengangguran memang tidak mudah dan saya tidak mendapatkan pekerjaan yang lebih baik lagi.

Yang bisa saya lakukan hanya mensyukuri apa yang bisa saya lakukan dengan kekuatan tangan saya sendiri.

Hari ini adalah hari yang sama, saya pulang dengan keadaan terasa kelelahan. Saya melihat sekeliling saya dan banyak dari orang-orang yang baru pulang kerja dan lagi mereka adalah orang-orang dengan karir yang menjanjikan. Saya iri.

Saya tidak tahan dengan itu setiap kali perasaan saya seperti terpancing oleh emosi sialan ini. Saya mengeluarkan earphone kabel dari tas saya dan mencolokkannya pada ponsel saya untuk menyalakan sebuah lagu.

Setelah mendengarkan lagu perasaan saya jauh lebih baik, seperti saya bisa bernapas lega. Saya menaikkan volume lebih tinggi dan melanjutkan perjalanan pulang saya lalu saya harus berhenti menunggu lampu merah disini.

Sesekali saya menghentakkan kaki saya untuk mengikuti irama musik dan memejamkan mata atau mengangguk sendiri seolah menikmati alunan musik pop yang saya putar. Tidak ada hal yang lebih menenangkan daripada ini.

Pikir saya seketika menjadi tenang dan jernih, tidak ada hal yang mengganggu saya. Lalu saya melirik ke atas lampu merah untuk memastikan sejenak dan kembali pada diri sendiri lagi.

Tidak saya sadari beberapa orang sudah berkumpul di tengah-tengah saya dan itu semakin banyak hanya demi melewati jalanan ini. Namun, anehnya mereka tiba-tiba menjadi panik dan cemas lalu melarikan diri entah apa yang terjadi pada mereka.

Seseorang berusaha untuk memanggil dan membangunkan saya dari pikiran saya dan musik saya tapi saya tidak mendengar sama sekali dan tetap berdiri menunggu lampu merah.

Saya mulai berpikir seandainya saya diberikan pekerjaan yang layak dengan gaji yang lebih baik mungkin saya bisa mengubah hidup saya. Tetapi, saya tahu itu hanya mimpi. Jika itu mimpi maka seharusnya saya tidak pernah terbangun lagi.

“Awas!!!”

Tintintin!!!

Setelah itu saya tidak tahu apa yang sedang terjadi. Orang-orang yang menunggu lampu merah sudah lari menjauh dari tempat ini dan cahaya sorot sinar mobil yang menyilaukan membelokkan pandangan saya, hanya untuk melihat akhir bibir mobil itu menerjang saya.

Braak!!

Saya terpental seketika dan saya bahkan tidak bisa merasakan apapun saat tubuh saya terbang jauh dari tempat saya berdiri dan mendarat di jalan raya dengan kepala saya jatuh terlebih dahulu kemudian bahu dan punggung saya. Saya tidak bisa mengingat apa-apa tentang itu bahkan alasan mengapa saya terkena sial seperti ini.

Orang-orang buru-buru berlari mendatangi korban kecelakaan dan juga mobil yang tidak jelas datangnya dengan kecepatan tidak normal tanpa menghentikannya sedikitpun.

“Telepon ambulan cepat! Tuan, tuan! Apa anda bisa mendengar saya! Bertahanlah tuan!”

Para orang-orang yang panik menelepon ambulan dan juga memastikan saya untuk tidak menutup mata. Mengapa? Semua nampak kabur di depan mata saya dan orang yang berbicara di depan saya tidak terlihat jelas. Hanya dengungan kuat yang bisa saya dengar.

Darah keluar tidak karuan dari tengkorak belakang kepala. Rusuk tulang punggung sudah menembus pada organ-organ dalamnya setelah tabrakan kuat mobil menukik dari samping dan bocor. Tendonnya pecah dan tulang kakinya belok dan terputar.

Orang yang berusaha membangunkan saya, sementara saya sudah tidak bisa menggerakan seluruh tubuh saya meskipun satu jari saja. Saya ingin berterima kasih karena orang ini mengkhawatirkan saya. Tetapi, saya tidak bisa.

Nama saya, Yoo Jin-Won usia 28 tahun. Pekerjaan kontraktor biasa berpenghasilan rendah. Dan saya, menutup mata untuk yang terakhir kalinya...

“Tuan? Tuan... Ya tuhan... Dia, dia sudah meninggal.”

Korban sudah tidak dapat ditolong bahkan sejak awal. Orang-orang mungkin merasa kasihan dan tidak menduga situasi seperti ini akan terjadi pada orang yang sudah terlihat malang nasibnya.

Dan dunia malam yang terasa panjang ini, suara sirene ambulan yang berseru ditengah kota. Hanya untuk menjadi keheningan cipta pada satu orang.

***

Saya sudah mati. Saya tidak pernah tahu jika mati itu sedemikian bisa membuat ketenangan yang abadi. Tidak ada suara, tidak ada apapun dan hanya ada warna kosong seperti kanfas putih untuk melukis.

Apakah ini alam baka? Hanya itu yang bisa saya pikirkan ketika melihat keseluruhan tempat ini.

“Yoo Jin-Won-ssi.” itu datang tak terduga. Sebuah cahaya kecil seukuran bola tangan mengambang di udara sekitar. Dan lagi itu bisa berbicara. Saya terkejut.

Saya tidak tahu harus apa dengan benda ini dan saya tidak bisa berpikir cepat jika tiba-tiba dalam keadaan ini. Ini terlalu tiba-tiba bagi saya. Membuat saya tidak bisa menjawabnya.

“Saya adalah dewa. Saya akan langsung di intinya untuk berbicara dengan anda.” sepertinya bola cahaya ini mengetahui bahwa saya tidak bisa menjawab dan melanjutkan dengan suara agung. “Anda telah mati, namun kematian anda tidak tercatat sebagai takdir dan itu adalah kecelakaan tidak terduga. Seharusnya anda masih memiliki banyak waktu untuk hidup dan saya harus meminta maaf karena kehidupan anda berakhir dengan menyedihkan.”

Itu berduka pada saya dengan suara nada yang terasa seperti orang yang bersalah.

“Karena itu anda diberikan kesempatan kedua. Anda mendapatkan berkah bahwa anda bisa menjalani kehidupan setelah kematian, yaitu reinkarnasi.”

Benarkah? Sungguh? Saya senang dan tidak tahu harus berkata apa lagi terhadap benda terbang yang mengaku sebagai dewa. Sebenarnya saya tidak terlalu percaya pada dewa dan tidak memiliki agama. Jadi bisakah saya berkonsultasi kepadanya untuk memberikan saya hidup yang lebih baik, misalnya menjadi anak orang kaya seperti menteri dan presiden korea selatan.

“Sayangnya hal itu tidak bisa.” lagi-lagi saya terkejut bahwa pemikiran konyol saya terbaca dengan mudah olehnya.

“Hidup dua kali di dunia yang sama akan mengakibatkan konfrontasi yang besar. Seperti anda yang mengingat kehidupan sebelumnya dan menemui orang yang anda kenal di kehidupan sebelumnya, akan membuat distorsi pada takdir orang tersebut.”

Jadi itu ditolak dengan mentah. Bisa diwajari jika kondisi itu bisa merubah tatanan sistem di dunia ini apalagi melihat situasi dimana ada kehidupan setelah kematian maka dunia akan ramai dan hancur saat itu juga. Fakta itu tidak boleh bocor. Mungkin karena itulah dewa tidak mereinkarnasi manusia di dunia yang sama.

Saya mendengar hal itu hanya di dalam novel yang akhir-akhir ini saya baca dan game yang dimainkan oleh teman kerja belakangan ini yang saya lihat memiliki latar seperti apa yang saya alami saat ini.

Dewa melanjutkan pembicaraan. Lalu tiba-tiba cahaya bola yang mengambang seperti redup beberapa kali untuk terus bertahan.

“Sepertinya waktu saya tidak banyak... Akan saya katakan, kehidupan anda kali ini adalah di dunia dimana kekuatan itu ada. Anda akan diberkahi salah satu kekuatan. Jadi apa ada hal yang anda inginkan, seperti kemampuan khusus.”

Saya berpikir untuk itu. Tunggu dulu, jika yang dimaksud kekuatan di dunia baru yang akan saya tinggali itu artinya dunia itu akan penuh dengan sihir dan semacam itu!? Apa maksudnya saya bisa meminta jenis kekuatan yang akan saya bawa ke dunia tersebut atau ini semacam hadiah perpisahan?

“Itu bisa anda simpulkan seperti itu. Tapi, saya hanya memiliki keterbatasan jadi saya tidak tahu akan memberikan banyak atau tidak.” kemudian dengan goyangan kecil dari bola cahaya dewa sebuah monitor layar visual muncul di udara dan jumlahnya begitu banyak dan berbaris sangat rapi berjajaran.

“Silahkan anda pilih Skill yang akan anda miliki.”

Jadi ini semacam hal acak yang harus saya pilih ketika memainkan kartu tarot keberuntungan. Jika saya salah memilih maka saya akan mendapatkan kemungkinan ‘Fools’ dan lain seperti tingkat keberuntungan yang rendah. Karena ini random.

Karena saya tidak tahu hal semacam ini saya pun mengangkat tangan saya dan menekan salah satu kartu bewarna perak yang terlihat sedikit berkarat tanpa berpikir panjang.

Kemudian dewa berbicara dengan nada panik. “Tunggu kamu tidak memikirkannya terlebih dahulu?”

Saya menggeleng. Lagipula apa yang bisa saya mengerti tentang ini, kehidupan saya dipenuhi oleh keringat dan kerja keras saya dan bermain seperti ini bukanlah keahlian saya. Dewa menghela napas seperti menduga ini bahwa saya tidak punya pilihan lain.

“Baiklah kalau begitu.” dewa kemudian menggoyangkan tubuh cahayanya yang mungil dan monitor layar visual dan kartu yang tersebar di udara menghilang begitu saja.

Kalau begitu mari kita pergi ke dunia baru. Dengan Skill yang saya dapatkan mungkin saya akan sedikit beruntung kali ini dan bekerja dengan layak dan mendapatkan uang yang banyak untuk hari tua saya. Meskipun sulit nanti saya sudah menetapkan hati saya.

“Ah, saya lupa bilang. Bahwa dunia baru anda memiliki tingkat SSS dimana kekacauan dan kehancuran akan selalu di depan mata anda. Sebagian benua sudah di kuasai oleh iblis dan monster dan dungeon muncul di manapun kemungkinannya.”

Eh?

Dewa batuk beberapa kali dengan suara ‘Ahem’ dan dengan suara tidak enak dia berkata dengan ‘hehehe’ tidak bersalah lalu berbicara. “Kalau begitu semoga beruntung!” dan cahaya bola itu menghilang. Tidak, itu melarikan diri. Sementara saya mematung seperti membeku.

Beberapa detik berlalu ketika dewa itu pergi. Padahal saya sudah mengatakan pada diri saya untuk menetapkan hati dikehidupan kedua ini. Lalu apa? Dunia hancur? Tingkat SSS? Iblis, monster?

Saya tersenyum dengan air mata deras mengalir. Dengan suara rendah dalam pikiran saya mengatakan. Sialan!

Saya kemudian meremas kuat kartu Skill yang ada di tangan saya dan meledak seperti kembang api kecil di tangan saya. Lalu dengan beberapa bunyi kecil yang menggemaskan sesuatu muncul.

[Pemilik baru terkonfirmasi.]

[Skill ‘Sacred Architech World (Myth)’ berhasil di dapatkan!]

Kemudian dengan pesan itu tubuh saya mulai di tarik oleh medan yang sangat kuat dan visi saya semakin cepat dan semakin cepat menjadi gelap lalu menghilang.

BAB 1: HIDUP SEBAGAI MOB

Sesuatu mulai mengambil alih tubuh dalam ketidaksadaran yang tidak berujung.

[Skill ‘Sacred Architech World (M)’ menjalankan tugasnya tanpa perintah.]

[Mengkonfirmasi pemilik...]

[Mengkonfirmasi identitas pemilik...]

[Usia pemilik...]

[Gender pemilik... Riwayat pemilik...]

Itu berkali-kali beroperasi dengan sendirinya, menelan, memakan, dan  mencerna semuanya sekaligus informasi yang telah di butuhkan untuk mencukupi segala keingintahuannya.

[Mengirim laporan yang diterima. Selesai.]

[Status di buat ulang dan memuat kembali.]

Operasi pengenalan selesai sekarang tindakannya berubah menjadi kegaduhan karena tidak kunjung sadar dalam alam bawah sadar pemiliknya.

[Tubuh pemilik saat ini mengalami ketidakstabilan dalam kondisi tidak normal. Skill mengambil alih.]

[Tubuh pemilik tidak memiliki ‘Penyembuhan Alternatif’. Skill mulai membuat alternatif.]

[Skill ‘Regeneration Full Body (L)’ berhasil di dapatkan!]

[Skill ‘Resistance All Element (L)’ berhasil di dapatkan!]

[Di dunia ini barang siapa seseorang memasuki tahapan penguasaan All Element dalam tubuhnya. Blessing di dapatkan.]

[Skill ‘Holy Blessing Apostle (L)’ berhasil di dapatkan!]

Setelah ledakan berkah dan pembaruan Skill yang telah di dapatkan. Cukup biarkan Skill mengambil alih dan itu semua akan selesai dengan sendirinya seperti memiliki pikiran sendiri dia mengetahui dan bekerja menyelesaikan masalah ini sendiri.

[Tubuh pemilik dalam keadaan sangat lemah. Penyakit ganas di temukan pada seluruh tubuh dan terbaring dalam keadaan sekarat. Skill ‘Regeneration Full Body (L)’ tidak cukup. Skill mulai merombak tubuh pemilik.]

[Penyakit di ketahui. Virus Azmontez, Wabah Racun Udara Croctales, dan penyakit Jantung Kotor yang tercemar oleh berbagai bakteri ganas. Pemilik akan segera mati.]

Itu adalah racun dan wabah di dunia ini. Tidak ada yang bisa selamat setelah menerima penyakit ini layaknya telah dikutuk langsung oleh dunia ini sendiri. Segala rasa sakit di derita dalam tubuh kecil yang tidak sadar diri terbaring dengan keadaan sangat lemah.

[Skill merombak Skill lain dan memulai pengevolusian.]

[Skill ‘Regeneration Full Body (L)’ telah berhasil berevolusi. Skill ‘Recovery Body Sculpture (L)’ berhasil di dapatkan.]

[Skill ‘Recovery Body Sculpture (L)’ telah diaktifkan!]

[Skill mulai bekerja dan menyembuhkan tubuh pemilik. Segala penyakit telah berhasil di hilangkan. Pemilik keluar dari kondisi kritis. Memulai keadaan penyadaran...]

Kemudian itu mematikan fungsinya ketika tubuh mulai bereaksi dan memproses sistem tubuh untuk terbangun dari kondisi kritis.

Setelah itu seseorang berkali-kali memohon dan berdo'a agar putranya kembali dengannya. Pria ini menangis setiap hari entah itu pagi, siang dan malam dan berdo'a dan pergi ke tempat gereja terdekat memohon pada Dewi penyembuh untuk menyembuhkan anaknya.

Pada tangan yang dia genggam yang terlihat lebih kecil dan kurus dari tangannya. Dia adalah seorang ayah yang tidak akan lelah selama itu demi anak-anaknya.

“Bangunlah putraku! Jangan tinggalkan ayah dan saudaramu sendirian! Hiks. Ya dewa tolong jangan bawa putraku.” dia menangis dan air mata jatuh membasahi wajahnya.

Saya tidak tahu siapa yang menangis ketika saya tertidur. Itu menjengkelkan dan berisik. Bisakah hentikan.

Dan tubuh kecil itu seperti bereaksi terhadap suara isakan ayahnya dan jari-jarinya mulai bergerak.

“Alvius...? Alvius!”

Dia bangun. Seorang anak kecil berusia sekitar 8 tahun mulai membuka matanya untuk melihat dunianya. Dia adalah keberadaan yang seharusnya memiliki hidup yang kedua, kesempatan dimana dia bisa memilih untuk hidup lebih baik dan tidak menderita.

Tapi, siapa Alvius?

Dia bangkit dari kasurnya yang lusuh kemudian pria yang tidak dia kenal tiba-tiba memeluknya dengan penuh perhatian dan kasih sayang.

“Alvius nak... Syukurlah... Syukurlah kamu bangun.”

Alvius. Mendengar nama itu respon otak dan ingatannya seketika bocor dengan segala macam informasi yang tidak dia ketahui. Itu asing, itu menyakitkan, dan penuh dengan kesedihan. Dan akhirnya dia mengingat semuanya.

Benar. Dikehidupan ini, dia adalah Alvius Raven putra kedua dari ayahnya yang bernama Felix Raven. Seorang ayah tunggal tanpa istri yang sudah lama meninggalkannya di usianya yang masih sangat muda, dia memiliki dua putra yang masih dalam pendewasaan. Dan pekerjaannya adalah seorang Priest kelas bawah dan bekerja secara sukarela entah itu di bayar atau tidak oleh pihak gereja atau pasiennya. Dia hanya bisa melakukan Skill berupa sihir suci.

Dan dengan kekuatan itu sepanjang waktu dia menyembuhkan putranya Alvius yang terjangkit penyakit dan wabah hingga akibatnya dia sekarat dan tidak bisa beranjak dari tempat tidur bahkan sekali. Tubuhnya lemah sejak dia masih kecil. Seharusnya dia sudah mati karena menanggung beban kesakitan itu sepanjang hari hanya untuk ayahnya yang sabar dalam mengurusnya.

Sekarang dia sudah terbangun sepenuhnya.

Saya sudah terbangun dan visi saya semakin jelas. Ingatan yang tadinya asing sekarang terasa seperti baru dan melekat pada saya. Itu adalah Alvius asli sementara saya menggantikannya. Alvius sudah tidak ada dan sekarang saya harus menjadi dirinya. Ironis kenyataan bahwa kehidupan kedua saya adalah hasil dari merenggut nyawa orang lain.

Saya menangis tanpa sadar. Air mata turun dengan sendiri dari kelopak mata saya dan saya memeluk sosok yang harus dan akan saya panggil ayah mulai sekarang.

“Ayah...!” Saya memeluk erat punggung lebar ayah saya dan menangis dengan keras. Sangat hangat, pelukannya sangat hangat dan itu membuat saya sadar bahwa sekarang saya hidup.

“Ya, ayah juga merindukanmu nak.” Ayah memeluk saya dengan lembut dan mengelus rambut saya dengan suara yang akan menangis sebentar lagi.

Dia melepas pelukannya kemudian. Dan selanjutnya pria yang dari tadi berdiri di samping ayah saya maju. Dia memanggil nama saya sekali “Al...” Saya tahu itu panggilan untuk saya dan saya tahu penggambaran yang terletak di wajahnya.

Yang akan saya panggil kakak berjalan dan langsung melompat memeluk saya. Dia menangis dengan isakkan kuat dan tubuhnya gemetar hebat. Saya bisa tahu apa yang dia rasakan selama ini hanya dari memeluk tubuhnya yang bergetar sedih.

“Kakak. Terima kasih karena terus menjagaku.” Itu seharusnya dikatakan oleh yang asli. Namun, bibir saya seperti bukan milik saya dan mengatakan itu dengan hasrat yang begitu lama terpendam.

Sekarang aku tahu. Di kehidupan ini saya adalah Alvius, ayah saya Felix Raven, dan kakak yang lebih tua dua tahun dari saya bernama Yohan Raven. Mulai hari ini saya sudah benar-benar bisa menerima kenyataan bahwa hidup saya kali ini harus lebih baik. Dan keluarga ini adalah keluarga yang diberikan oleh dewa yang kabur itu kepada saya di kehidupan ini.

Jadi, saya akan menjaga mereka dan hidup dengan layak. Meskipun tingkat dunia ini SSS atau akan kiamat sekalipun saya tidak berniat untuk mati lagi kali ini.

***

Beberapa hari berlalu begitu saja. Setelah tangisan penuh kesedihan itu berlalu saya mengalami banyak kesulitan sendiri.

“Alvius, sebaiknya kamu dirumah saja dan jangan keluar demi kesehatan kamu, mengerti?”

Dan lagi.

“Al. Kakak akan mencarikan buruan yang besar daripada seekor kelinci di hutan jadi jangan keluar dari rumah dan istirahatlah.”

Dengan percaya dirinya dia mengatakan itu tapi tidak pernah sekalipun membawa buruan yang lebih besar dari kelinci hutan. Dasar.

Dan itu berlangsung selama berhari-hari dan itu sudah sangat membuatku kesakitan karena terus berdiam diri dirumah dan memandang keluar jendela untuk melihat pemandangan sekitar.

Desa yang sekarang saya tinggali bernama Avlon dan penduduknya sangat baik dan ramah. Selain reinkarnasi saya juga menjadi rakyat biasa. Terima kasih dewa kabur. Saya mengeluh dan menghela napas.

Saya tahu jika saya masih kecil dan dilarang keluar karena sedang masa penyembuhan. Dan ayah selalu mengatakan kepada tetangga jika ini berkat dewa ini dan dewi itu karena saya bisa sembuh sekarang. Ah, itu membuatku kesal. Dan karena dewa itu juga dia membuangku di dunia tingkat SSS atau apalah itu dan menjadi rakyat biasa.

Bagaimana saya bisa merubah nasib jika begini. Dilarang keluar dan tidak bisa melakukan kegiatan selain berdiam diri.

Desa ini memang terpencil dan hidup apa adanya. Namun, keluarga Alvius kekurangan ekonomi dan hidup apa adanya ini bisa bertahan sampai kapan, itu tidak ada yang bisa memprediksinya.

Untung saya memiliki Skill yang berguna dan berkat Skill itu beberapa hari ini tidak membosankan.

“Monitor, apa ada Skill tentang berburu yang bisa aku dapatkan?”

Monitor adalah nama yang aku berikan pada Skill ini. Kenapa? Karena dia berisik dan selalu bertindak layaknya seseorang yang mengamati dari dalam tubuh saya sendiri. Itu menjijikan jika dipikirkan secara biologi namun secara ilmiah dia membantu.

Kemudian biarkan dia menjawab dan mengerjakan tugasnya.

[Jika anda ingin memiliki Skill berburu setidaknya anda harus melihat secara langsung pengalaman seorang petarung secara langsung. Skill tidak bisa melakukannya jika tidak merekam kejadian secara nyata.]

Itu adalah kemampuannya dia bisa merekam segala kejadian dan membantu saya mendapatkan Skill yang bisa membantu saya. Jika Skill petarung yang dia maksud maka satu-satunya orang yang terlintas di pikiranku adalah...

“Apa?! Kamu ingin ikut kakakmu pergi berburu?! Tidak, ayah tidak mengizinkannya.”

Saya menyesal karena sudah bertanya kepada ayah. Dalam meja makan ini dia selalu akan menolak apa yang menjadi keinginan saya dengan alasan kesehatan. Itu tidak bisa di biarkan.

“Tapi, ayah aku sudah sehat. Aku ingin ikut kakak sekali saja. Boleh yah?”

“Tidak. Sekali tidak tetap tidak itu berbahaya.” dia menjawab sembari menutup matanya seperti tidak ingin memberikan pengecualian.

Kemudian saya berpaling dan menemukan Yohan di sebelah saya dan memasang raut wajah memelas seperti anak anjing kecil dengan mata berkaca-kaca. “...Kak.”

“Tidak, Al. Itu berbahaya. Kakak tidak bisa yakin disana apakah bisa melindungimu atau tidak. Jadi percuma memasang wajah seperti itu, itu tidak akan mempan.” namun, sepertinya itu memang mempan padanya ketika telinganya memerah, itu reaksi ketika melihat saya yang menggemaskan mengeluh kepadanya.

Itu jawaban yang tidak terduga sebenarnya karena itu jurus terakhir saya. Saya mengeluh dan menyandarkan kepala di atas meja.

“Lalu, apakah aku bisa ikut ayah?” perlahan saya mengangkat kepala saya sedikit dan mengintip ayah saya yang masih terlihat muda meskipun sudah memiliki dua putra.

“Kemana?” tanyanya dengan wajah penasaran.

“Ke gereja. Aku bisa membantu ayah dalam pekerjaannya.”

Ayah saya berkedip beberapa kali dan membuatnya menjawab dengan ragu-ragu. “Alvius. Apa kamu tahu pekerjaan ayah?”

“Mhm, seorang Priest.”

“Apa tugas seorang Priest?”

“Menyembuhkan dan mendoakan kesembuhan bagi masyarakat yang membutuhkan.”

Ayah mengangguk dan menjawab. “Benar, itulah pekerjaan ayah dan karena ayah memiliki sihir suci untuk itu meski tidak terlalu kuat. Tapi, kamu tidak bisa nak.”

Ada raut kesedihan yang mendalam ketika dia mencoba mengalihkan pandangannya ketika mengatakan itu untuk tidak melihat ke arah saya. Saya tahu itu. Dia mungkin berpikir bahwa saya telah kehilangan kesucian saya akibat kesembuhan saya sebagai bayarannya.

Tapi, itu tidak bisa dihentikan sekarang. Saya tersenyum dan tatapan saya melebar.

“Ayah jangan khawatir. Karena aku...”

[Skill ‘Holy Blessing Apostle (L)’ telah diaktifkan!]

Dari dalam diri saya dan keluar di telapak tangan yang saya rentangkan kepadanya sebuah cahaya bersilau dengan murni dengan tekanan yang lebih besar.

“...Aku lebih kuat sekarang.”

BAB 2: BERKAH KEKUATAN SUCI

Melihat saya mengeluarkan kekuatan suci yang begitu deras jumlahnya membuat ayah saya Felix dan kakak saya Yohan menatap tidak percaya dan bibir mereka ternganga ke bawah.

“Itu sihir suci! Bagaimana bisa Alvius...!”

“Seharusnya sihirmu lenyap karena telah di telan oleh penyakit mematikan itu dan sebagai gantinya adalah kesembuhanmu. Lalu bagaimana...?”

Sebagai anak berusia 8 tahun entah kenapa dengan mereka yang terkejut saya merasa bangga dan percaya diri. Tapi itu sementara karena saya juga orang dewasa. Kemudian saya memadamkan Skill saya dan mengembalikan kekuatan suci ke dalam tubuh saya.

Saya tahu apa yang membuat mereka terkejut seperti itu. Bukan niat saya untuk mengejutkan mereka atau memberitahu mereka tentang teknik ini. Tapi, jika saya harus keluar maka saya harus memperlihatkan kartu as saya jika memungkinkan.

“Ayah, aku juga ingin menghasilkan uang. Jadi biarkan aku keluar dari rumah ini. Aku sekarang sangat sehat berkat kemampuan saya.”

Ayah melihat saya dengan tatapan tidak percaya. Kemudian dia saling menatap dengan Yohan untuk berpikir beberapa kali. Dia dalam pikirannya yang termenung.

‘Ini tidak mungkin. Bagaimana bisa anak kecil memiliki kekuatan sebesar itu. Jika pihak luar tahu...’

“Alvius—”

“Ayah.” sebelum bisa melanjutkan kalimatnya, Yohan menghentikannya dan menggelengkan kepalanya. Dia kemudian mengelus kepala saya dengan lembut dan tersenyum.

“Lihatlah anak ini. Dia begitu berbakat bahkan di usianya yang muda.” itu benar-benar perhatian yang lembut. Setelah itu pupilnya bergerak melihat ayah dengan tatapan serius.

“Apa ayah berniat untuk menyembunyikannya dari dunia selamanya?!” dia tahu bagaimana harus bertindak sebagai seorang kakak. Selama ini dialah yang paling tahu. “Dia adalah adikku yang selama ini aku jaga dan awasi. Sekarang lihatlah, dia sudah sembuh total dari penyakitnya. Dia sudah terkurung di rumah ini bahkan sejak masih kecil, sekarang dia bisa membuat keputusannya sendiri.”

Ayah tahu itu dan dia mengangkat bibirnya dengan ragu-ragu. “Ayah tahu itu. Tapi—”

“Ayah!” sentak Yohan. Dia tidak peduli apakah dia kasar dan tidak sopan terhadap ayahnya. Yang dia inginkan adalah jawaban kepastian bukan penuh keraguan dan kecemasan. Dia lelah dengan sikapnya yang overprotektif terhadap putra keduanya.

Ayah tidak punya pilihan. Mendengar Yohan bersikeras itu memang benar adanya bahwa dia selama ini mencoba mengurung Alvius putranya demi menjaganya dan demi kesehatan putranya. Dia hanya takut. Bagaimana jika dia kehilangan putranya ketika dia lengah nanti. Waktu itu bahkan hampir tidak ada harapan baginya untuk memprediksi Alvius akan sehat atau tidak.

Tetapi sekarang anak itu, putra keduanya ada di depan matanya dengan keadaan sangat sehat dan tersenyum dengan cerag ceria. Rambut putih perak itulah yang menjadi peninggalan istrinya kepadanya. Dua putra berambut perak dan bermata hijau sepertinya sudah menjadi anugerah dihadapannya.

“Kamu benar. Ayah... Terlalu serakah dan egois demi melindungi kalian berdua. Ayah bahkan tidak memberi kalian kesempatan untuk memilih.” dia merenung dan menatap ke bawah meja dengan sedih. “Ayah sepertinya gagal menjadi sosok yang bisa menjadi contoh bagi kalian.”

Mendengar kalimat itu saya dan Yohan segera bangkit dan tempat duduk dan menuju pada ayah kemudian saling memeluknya dari kedua sisi.

Karena saya ayah seperti ini dan menderita penuh kesabaran dalam menjaga saya. Saya berbicara dengan nada sedih.

“Ayah... Ayah adalah pahlawan bagiku. Setiap malam aku selalu mendengar ayah selalu menceritakan hari-hari ayah sepertu menceritakan buku dongeng padaku.”

itu bukan kebohongan. Selama Alvius sekarat dan tidak sadarkan diri di atas ranjang dia memang tidak bisa bangun. Namun, dia mendengar suara ayahnya sedang bercerita setiap malamnya ketika dia berada di dekat putranya. Bahkan setiap hari.

Dari cerita tentang tetangganya, pekerjaan yang melelahkan, dan pemandangan sekitar yang dia rasakan. Semuanya tanpa ada yang tertinggal, kecuali isi hatinya yang sebenarnya.

Saya tahu itu karena dulu saya juga seperti ini. Betapa melelahkannya, bukan.

Saya memeluk ayah saya dan menepuk punggungnya dengan belaian lembut.

“Pasti berat bagi ayah.”

Dengan kata-kata saya, saya bisa mendengar isakan ingus dan air mata dari tubuhnya yang gemetar.

Yohan melihat itu merasa tidak tega dan tidak enak karena telah bersikap kasar tadi mulai memeluk ayah dengan erat dan meminta maaf. “Maafkan aku ayah.”

“Tidak nak. Kalian berdua tidak salah. Kalian berdua benar.” ayah merangkul leher kami berdua dan mendekatkan kepala kami bertiga untuk saling berpelukan. “Terima kasih sudah bertahan.”

Hanya dengan kalimat itu saya merasakan sakit di dalam hati saya. Penderitaan kami begitu panjang hingga tidak tahu bahwa kita semua memiliki luka masing-masing yang tidak pernah ingin bisa diceritakan kepada yang lain, karena takut akan menambah beban hidupnya.

Tapi, sepertinya sekarang kamu tidak perlu begitu. Karena kami bertiga kuat jika kami bersama.

Ayah mulai mengusap air matanya dan menenangkan dirinya. Kami berdua duduk di kursi panjang di sebelahnya dan dia menepuk pundak kami berdua.

“Sepertinya saatnya bagi kita berdua pergi ke ibu kota.” kami berdua terkejut dengan apa yang dikatakan beliau dan kemudian dia melanjutkannya dengan serius. “Kita akan tinggal di ibu kota Kerajaan Suci Harvellion dan kalian bisa ikut ujian di gereja besar, Lindon.”

“Apa...? Bukankah itu terlalu terburu-buru. Ayah, aku hanya ingin ikut bekerja dengan ayah namun tingkat skalanya mengapa jadi begitu besar.” saya jelas belum siap untuk di garis depan. Padahal saya berpikir untuk bekerja bersama dengannya dengan menyembuhkan orang dan mengumpulkan uang sebanyak yang saya bisa.

Itu terlalu terburu-buru dan bisa menjadi senjata makan tuan. Saya segera memutar retina saya dan melihat kakak saya. ‘Kakak, cepat hentikan ayah!’ Namun, sepertinya dia disana sudah dipenuhi dengan tekad baja. Ah, jika dia sudah memasang ekspresi seperti itu maka....

“Aku setuju.”

Lihat! Sudah kuduga dia akan menjawabnya begitu saja.

“Al. Tidak perlu khawatir.” di sela putus asanya saya, saya melihat bagaimana raut wajah Yohan. Saat itu dialah orang yang telah menjadi perisai bagi saya. Tunggu, tidak mungkin....

“Jika Al, menjadi seorang Grand Saint maka akan menjadi tugasku untuk menjaganya. Aku akan mengambil ujian untuk menjadi seorang Paladin.”

Yohan sudah terlihat begitu percaya diri. Dibalik mata emeraldnya yang sama kita milikki namun di matanya itu ada kilauan yang berbeda dengan milik saya. Dia benar-benar sudah membulatkan tekad.

“Aku tahu itu akan sangat sulit ketika benua kita sudah akan di kuasai oleh iblis. Dan aku tidak yakin akankah bisa lulus atau tidak dengan kemampuanku yang setengah ini.” dia merubah ekspresinya begitu cepat ketika dia pesimis.

Tidak, aku yang paling tahu bagaimana kakak saya selama ini dan jelas tidak ada orang yang tahu tentang bakatnya yang seperti terpendam. Bagi saya Yohan adalah permata yang belum di poles dengan baik.

Jadi itu tidak benar ketika dia berkata bahwa dia tidak yakin bisa atau tidak. Melainkan dia jelas sangat bisa.

‘Monitor aktifkan, «Appraisal».’

Mata seperti sebuah teropong bulan yang menganalisis langsung ke dalam tubuh spirit makhluk hidup. Dengan penilaian yang bisa saya dapatkan dari Monitor saya bisa melihat Skill yang ada di dalam tubuh Yohan dan orang lain.

[Skill ‘Master of Sword (L)’ akan segera terbit ketika pemilik di berkahi dengan sihir suci yang besar.]

[Skill ‘Holy of Moonlight (L)’ akan tumbuh ketika Skill ‘Master of Sword (L)’ terbit.]

Saya kemudian puas ketika hanya melihat kedua visual layar itu dan segera mematikan Penilaian karena tidak bisa terlalu lama. Saya terpukau melihat kakak saya dan betapa berbakatnya dia. Hanya dia sendiri yang belum mengetahui itu.

Di pelukan ini sepertinya saya juga tidak bisa terus menekan seperti ini. Saya tersenyum dan melihat kedua orang ini yang menyayangi saya.

“Baiklah, mari kita pergi.” saya mendekatkan kepala saya semakin dekat dengan mereka dan melanjutkan. “Kita akan menjadi kuat bersama-sama.”

Kemudian pelukan penuh kasih sayang ini berakhir.

Malam pun tiba. Dan ketika saya tidak bisa tertidur saya bisa mendengar suara seseorang menebas dan mengayunkan pedangnya. Dimalam hari ini, siapa?

Saya kira-kira bisa menebaknya dan keluar dari rumah untuk melihat Yohan berlatih dengan pedangnya.

“Kak...”

Yohan yang kaget menyadari saya langsung melihat ke arah saya dan menurunkan pedangnya. Pedang yang sudah usang dan seharusnya sudah tidak digunakan lagi. Apakah dia menggunakan pedang itu untuk berburu selama ini? Saya tidak bisa untuk tidak kasihan.

“Kakak sedang apa? Tidak tidur?” saya berbicara seperti anak kecil polos yang tidak tahu apa-apa. Yohan menyeka keringatnya dan mendekati saya. Dan lagi, dia akan menepuk kepala saya.

“Kamu sendiri kenapa tidak tidur, hm?”

“Hehe, aku juga tidak bisa tidur memikirkan kita besok akan segera berangkat” benar-benar cepat. Ayah bahkan tidak menunda sehari pun untuk itu dan dengan semangat berapi-api dia menyiapkan segalanya dalam kurun waktu satu jam.

“Kakak, apakah sedang berlatih?”

“Benar. Bagaimanapun aku harus kuat untuk melindungimu dan ayah nanti.”

Saya tidak menutup mata untuk itu dan berkedip sekali. Saya masih merasakan tangannya yang tak jauh lebih besar dari milik saya dan hanya berbeda 2 tahun, itu terasa hangat.

“Kak, menunduklah.”

Itu terdengar absurd namun Yohan masih melakukannya. “Begini.”

“Iya.”

‘Monitor lakukan.’

[Apa anda akan menggunakan Skill ‘Holy Blessing Apostle (L)’ untuk membangkitkan kekuatannya?]

‘Yup.’

[Skill ‘Holy Blessing Apostle (L)’ diaktifkan!]

Yohan menunduk sedikit dan memperlihatkan mahkota kepalanya kepada saya. Saya mengangkat wajahnya yang menutup mata dan perlahan saya mengusap poninya untuk membuka dahinya dan mencium keningnya.

Kemudian Blessing telah dilakukan.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!