NovelToon NovelToon

Menikahi Ketua OSIS

Menikahi Ketua Osis | 01

Wajib Tekan Bintang Lima ⭐⭐⭐⭐⭐

...SEMOGA KALIAN SUKA DENGAN CERITA RECEH INI 💞...

...Selamat Membaca....

Siapa yang tidak mengenal sosok Hazel Shane Word, anak dari pemilik sekolah. Namanya akan selalu disebutkan oleh para murid. Selain tampan, Hazel adalah seorang ketua osis yang sangat disiplin. Tidak pandang bulu, bagi siapa yang melanggar aturan sekolah maka dia harus mendapatkan hukuman.

Setiap pagi Hazel bagaikan seorang satpam yang harus berdiri disamping gerbang demi menangkap tikus nakal yang selalu telat.

"Rin, bangun! Bukankah kamu harus berangkat ke sekolah. Ini sudah hampir pukul 7 pagi." Suara Vie, sang bunda sudah berulang kali membangunkan anak bungsunya. Anak yang selalu dimanja oleh ayahnya, sehingga tumbuh menjadi gadis yang manja.

Rinjani langsung menyingkapkan selimut yang membungkus tubuhnya. "Pukul 7." Rinjani membeo. "Mati gue! Mana hari senin lagi. Aaaaa ...." Teriakan Rinjani seakan menggoncang rumahnya.

"Awas minggir, Kak." Rinjani menyenggol tubuh kakaknya yang sedang menapaki anak tangga.

Tidak ada lagi waktu Rinjani untuk sarapan bersama dengan keluarganya. Dia hanya menyomot roti yang sudah ada di piringnya beserta menyeruput susu yang telah disiapkan untuknya.

Dirga dan Vie hanya menggelengkan kepala ketika melihat kelakuan sang anak yang selalu saja terburu-buru setiap paginya.

"Pelan-pelan, Nak."

"Gak bisa, Yah. Rinjani udah telat. Kak Arga, ayo!"

Arga yang masih menyantap sarapannya bergeming saat sang adik sudah sangat panik. Bahkan saat memakai sepatunya pun juga sambil berlarian.

"Kak Arga, ayo!" ulang Rinjani lagi.

"Kakak lagi sarapan, Rin. Suruh minta pak Sam buat antar kamu!"

"Gak mau! Aku maunya dianterin sama kak Arga. Si ketos killer itu pasti udah nungguin aku di depan pintu, kak." Tangan Rinjani menarik paksa lengan Arga agar segera bangkit.

"Astaga Rinjani .... !" gerutu Arga yang seolah pasrah ketika sang adik telah menariknya untuk segera berangkat.

"Ayah, Bunda, Rinjani berangkat dulu ya!" teriak Rinjani yang sudah berada diujung pintu.

Sepeninggal kedua anaknya Vie langsung menatap suaminya yang sedang menyesap kopi. Sadar akan tatapan sang istri, Dirga pun bertanya, "Ada apa? kurang jatahnya?"

"Lihat itu anak kamu, Mas! Itu akibat dari cara didikan mu yang berlebihan!" Vie masih menatap Dirga dengan tatapan maut.

"Berlebihan apanya? Rinjani itu masih dalam proses pengembangan diri. Wajar saja jika dia seperti itu. Coba ingat-ingat, dulu kamu gimana?"

"Terus saja kamu belain anak kamu biar tambah manja!" Vie yang merasa kesal memilih meninggalkan suaminya.

"Salah lagi, salah lagi," gerutu Dirga sambil menyeruput kopinya hingga menyisakan ampasnya.

Arga yang mengemudikan mobilnya terus dipaksa untuk menambah lebih cepat lagi. Sisa waktunya hanya tinggal 5 menit lagi, belum lagi dia harus membuat barisan sebelum upacara.

"Lebih cepat lagi, kak. Bisa-bisa aku beneran di jemur sama ketos killer itu," rengek Rinjani.

Arga hanya bisa menggelengkan kepalanya. Setiap hari sang adik harus terlambat akibat malas bangun pagi. "Ya, tinggal kasih kiss aja, pasti selesai."

Bola mata Rinjani memutar saat mendengarkan saran dari kakaknya. Menurutnya itu bukan saran, tapi salah satu proses menuju neraka. "Kakak gila! Yang ada setelah memberikan kiss, aku langsung dibawa ke neraka! Heran deh, si ketos killer itu bawaan sensi mulu sama aku, Kak."

"Menurut kakak itu hal yang wajar, kalian kan udah tunangan. Jadi sah-sah aja kalau kamu sosor dia."

"Stop, Kak! Adik kakak itu aku atau si ketos killer itu!"

Tak ada lagi percakapan diantara keduanya hingga mobil sampai depan sebuah gerbang sekolah yang sudah hendak di tutup. "Kak, ayo bantuin aku biar gak kena tilang sama ketos killer itu, Kak."

Arga membuang napas beratnya. Setelah melepaskan safety belt, Arga malah menyuruh Rinjani untuk segera turun dari mobilnya. "Untuk kali ini, kakak minta maaf gak bisa anterin kamu sampai sana karena kakak ada rapat penting. Dah sana turun ... selamat berjuang adikku sayang."

Rinjani mengerucut bibirnya dengan rasa kesalnya. Percuma saja dia membawa kakaknya jika tidak bisa berbuat apa-apa. Biasanya jika Rinjani diantar oleh Arga, maka Rinjani bisa mendapatkan kortingan hukuman. Tapi pagi ini ....

"Awas kamu, Kak!" Rinjani menutup kasar pintu mobil dan menendang ban mobilnya.

"Selamat berjuang. Cepatlah, lihat itu pintunya hampir tertutup!" teriak Arga dari dalam mobil.

"Sial!" Rinjani segera berlari agar mendapatkan kesempatan untuk masuk.

Husss .... bagaikan angin yang sedang melintas, Rinjani berhasil melewati celah yang masih tersisa dengan napas naik turun. "Aman," ujarnya.

"Apanya yang aman?" Bagaikan suara malaikat Izrail yang hendak menyabut nyawa, suara Hazel mampu membuat Rinjani bergidik merinding.

"6.59." ujarnya.

Rinjani mendongak sambil tersenyum kecil. "Belum telat 'kan?"

"Segera masuk ke barisan! Jangan lupa abis upacara langsung ke ruangan osis!"

"Tapi 'kan gue gak telat, Zel!" protes Rinjani tidak terima. Namun, percuma karena Hazel sudah berlalu meninggalkan Rinjani begitu saja.

"Dih, nyebelin banget sih! Dasar ketos killer!" Rinjani menghentak kakinya dengan kesal.

***

Benar saja, setelah upacara Rinjani segera menuju ke ruangan osis. Ruangan yang wajib didatangi oleh Rinjani setiap paginya untuk mendapatkan jenis hukuman apa yang harus didapatkan. Meskipun setiap hari keluar masuk ruangan itu, tetap saja tak membuatnya jera.

"Kamu lagi, kamu lagi," keluh Bima saat melihat Rinjani telah masuk ke ruang osis.

"Pasti telat lagi 'kan? Berapa menit?" timpal Aura.

"Gue gak telat. Tapi ketua kalian nyuruh gue kesini. Gue gak tahu disuruh ngapain."

"Bohong Lu. Mana ada gak telat tapi di suruh masuk ke sini!"

Tak berapa lama suara pintu dibuka dan menampilkan sosok Hazel dengan langkah kaki yang santai. Kedua tangannya pun masuk kedalam saku celana.

"Siapa bilang kamu gak telat. Kamu tahu kan pukul 6.55 adalah batas akhir semua siswa masuk. Dan kamu ... 6.59 baru masuk ke dalam gerbang. Itu artinya kamu sudah telat 4 menit dari batas yang telah ditentukan," jelas Hazel.

"Enak aja! Sejak kapan peraturan sekolah ini berubah. Mentang-mentang Lu anak pemilik sekolahan terus se-enak jidatnya bikin peraturan baru," protes Rinjani tak terima.

"Menurut undang-undang yang tertulis, hukuman yang kamu dapatkan adalah membersihkan 2 toilet milik guru," kata Aura sambil membaca sebuah buku undang-undang hukum untuk siswa yang telat.

"Ogah! Masa hukuman gue tiap hari nyikat wc terus! Sekali-kali nyikat gigi kalian kenapa? Biar kinclong gitu."

"Rinjani!" sentak Aura. "Lu Mau nyikat wc sekarang atau lu gak ikut pelajaran!"

Rinjani pun langsung melenggang pergi dengan rasa dongkol yang bersarang di dalam hatinya. Bisa-bisanya dia ditunangkan dengan ketos killer yang tak punya hati. Seharusnya Hazel bisa membela dirinya agar tidak mendapatkan hukuman. Namun, nyatanya malah setiap hari harus memberikan hukuman untuk menyikat wc.

"Dasar Hazel nyebelin! Awas aja, gue bakal laporin sama om Excel biar tau rasa!"

...~Bersambung~...

Novel ini menceritakan anak dari Dirga dalam novel Hidden Baby dan Excel dalam novel Jerat Hasrat Sang CEO. Sebelum itu mohon dukungannya dengan cara Favoritkan novel ini dan beri Like di setiap babnya tapi jangan di boom like ya 🙏 Dan jika berkenan silahkan tabur vote dan hadiah. Satu lagi, wajib beri bintang 5! hehe ☺️ Terimakasih 🙏

Menikahi Ketua Osis | 02

Dengan perasaan kesal Rinjani langsung menuju toilet milik guru. Namun, karena dia tidak membaca papan peringatan, dia langsung masuk begitu saja tanpa memperhatikan kanan kiri. Padahal dengan jelas terdapat papan peringatan jika toilet sedang rusak.

Benar saja setelah Rinjani membuka pintunya tiba-tiba pintu tertutup begitu saja. Keadaan di dalam sangat gelap karena bola lampu yang tidak berfungsi. Rinjani berusaha untuk mencari sakral menggunakan penerangan dari lampu ponselnya.

"Sial! Gue lupa kalau sakralnya ada diluar!" gerutu Rinjani saat tak menemukan tombol sakral lampu. Tangannya pun terulur untuk membuka pintu, tetapi sialnya lagi pintu tidak bisa dibuka.

"Lho, kenapa ini?" Rinjani mulai panik saat usahanya sia-sia untuk membuka pintu.

"Sial gue terkurung disini! Perasaan tadi pagi gue udah mandi, tapi kenapa gue masih ketiban sial, sih? Woii siapapun yang ada di luar, tolongin gue dong!" teriak Rinjani sambil menggedor pintunya dengan keras. Namun, percuma saja jika dia terus berteriak karena memang tak akan ada satu orang pun yang akan datang karena itu adalah toilet milik guru.

"Woi ... tolongin gue!" Lagi-lagi Rinjani terus menggedor pintu, berharap ada seseorang yang mendengarkan dirinya.

Dada Rinjani sudah terasa sesak, tetapi dia harus tetap kuat berharap bisa segera keluar, jika tidak, entah apa yang akan terjadi padanya nanti.

"Gue harus telepon Hazel." Tangannya pun sudah mulai bergemetar ketika mencari nama Hazel di ponselnya. "Hazel please, angkat!"

Rinjani terus menelepon nomor Hazel, meskipun tak ada jawaban. Dia berharap Hazel mendengar lalu mengangkat panggilan teleponnya.

Tubuh Rinjani sudah ambruk ke lantai dan bersandar di dinding dengan sesak rasa di dadanya. Satu tangan meremas rok dengan kuat. Napasnya naik turun karena semakin lama dadanya terasa sesak. "Tolo ... ng."

Saat ini Rinjani sudah tak tahan lagi. Bahkan ponselnya juga telah terlepas dari tangannya. Sesak itu kian membuatnya kesulitan untuk bernapas. "Bunda ... Rinjani belum siap untuk mati. Rinjani masih ingin hidup." Dengan sisa tenaga yang dimiliki Rinjani berusaha untuk mengambil ponselnya yang jatuh.

Di dalam kelas, Hazel menggerutu dengan kesal karena ponselnya yang terus bergetar. Karena merasa penasaran dia pun melihat siapa yang sudah berani menelepon saat jam pelajaran berlangsung. Alisnya menaut saat melihat nama tikus nakal di layar ponselnya. Matanya pun mengedar, ke segala penjuru ruangan. Terlihat tempat duduk Rinjani masih kosong. Itu tandanya Rinjani belum selesai mengerjakan tugasnya. Padahal hanya 2 toilet, tetapi mengapa begitu lama, pikir Hazel.

Semua orang merasa terkejut saat Hazel berlari keluar tanpa permisi, padahal saat itu ada guru yang sedang mengajar.

"Hazel," panggil gurunya yang sudah tak mendapatkan respon sama sekali dari Hazel.

Seketika satu kelas riuh dengan tindakan Hazel. Karena penasaran, guru kelasnya pun langsung mengejar langkah Hazel dan diikuti oleh para muridnya.

"Hazel kenapa?" tanya Bima pada Aura.

"Mana gue tau. Kan elu yang duduk satu meja Gimana, sih!" balas Aura.

"Dah ah, ayo kejar. Jangan sampai dia kesambet penunggu sekolah ini."

Hazel segera mencari keberadaan Rinjani di toilet guru sambil memanggil namanya.

"Rinjani." Hazel menggedor satu persatu pintu toilet berharap bisa menemukan tikus kecilnya.

Rinjani yang samar-samar mendengar namanya dipanggil ingin menyahut, tetapi karena dia sudah tidak memiliki tenaga, dia hanya menatap pintu dengan nanar, berharap keberadaannya bisa ditemukan oleh Hazel.

"Hazel ... gue disini. Gue disini." batin Rinjani dalam hati. Air matanya sudah mulai merembes, dia takut jika tak akan ada lagi hari esok untuknya.

Tangan Rinjani terasa sangat berat saat ingin mengambil ponselnya yang berdering. Namun, saat itu juga pintu langsung didobrak dari luar. Sosok Hazel segera memeluk tubuh Rinjani yang sudah tak berdaya dengan sisa napas yang dimilikinya. "Rin, Lu gak papa, kan?" tanya Hazel dengan panik.

Hazel sengaja menelpon nomer Rinjani agar mengetahui dimana Rinjani berada. Dan ternyata ponsel Rinjani berasal dari sebuah toilet yang sedang rusak. Padahal sudah jelas terdapat palang peringatan, tapi bisa-bisa tikus nakal itu masih nekat masuk juga.

Semua mata terkejut ketika melihat Hazel tengah memeluk Rinjani di dalam toilet. Ada yang merasa takjub ada pula yang merasa heran karena selama ini hubungan mereka yang tidak pernah akur. Namun tiba-tiba dengan kekhawatirannya Hazel mencoba untuk menenangkan Rinjani.

"Ada apa ini?" tanya gurunya.

Hazel yang tersadar langsung membopong tubuh Rinjani untuk menuju ke UKS. Dia mengabaikan pertanyaan guru, karena saat ini nyawa Rinjani lebih penting daripada menjawab sebuah pertanyaan. Sang guru merasa sangat heran dengan sikap Hazel hanya bisa menelan kasar salivanya.

Sadar akan kerumunan yang ada sang guru pun langsung membubarkan kerumunan yang ada. "Kalian kenapa ada di sini? Bubar sana!"

Seketika segerombolan anak-anak langsung membubarkan diri dan saling bisik membisik. Mereka tak percaya dengan apa yang baru saja mereka lihat.

"Gue jadi yakin kalau Hazel lagi kesurupan penghuni sekolahan ini, deh! Seumur gue temenan sama Hazel, gue nggak pernah lihat dia sangat khawatir seperti itu sama cewek, terlebih ceweknya si tukang onar itu!" celetuk Bima masih terheran.

Bukan hanya Bima saja yang merasa heran tetapi teman satu kelasnya pun merasakan hal sama. Sepanjang perjalanan menuju ke kelas, Aura terus memikirkan sikap Hazel yang berbeda.

Apakah selama ini Hazel memang diam-diam memiliki perasaan kepada Rinjani? Jika tidak mempunyai perasaan tidak mungkin seorang Hazel akan sangat khawatir kepada musuh bebuyutannya. Aura hanya membatin.

Setelah mendapatkan penanganan, keadaan Rinjani sudah mulai membaik dan sudah bisa berbicara. Alisnya menaut saat dia melihat sosok Hazel yang berada di sampingnya.

"Kenapa Lu lihatin gue kayak gitu?" Sekilas Rinjani melirik Hazel.

"Heran gue! Lu ceroboh apa memang bego, sih? Bisa-bisanya lu masuk ke toilet yang udah jelas-jelas kalau toilet itu rusak. Untung aja lu nggak mati di dalam sana. Kalau lu mati, bisa-bisa adik gue yang dikawinkan sama kakak Lu. Gue gak ridho adik gue nikah sama om-om."

"Sembarang Lu ya ngatain kakak gue om-om! Bilang aja Lu gak ridho kalau gue mati sekarang, karena sebenarnya Lu itu cinta sama gue, iya kan!"

"Gue cinta sama lu? Mimpi!" Seketika Hazel berdiri dan langsung meninggalkan Rinjani. Namun, saat Hazel sudah hampir keluar dari pintu UKS, langkahnya bertahan sejenak karena panggilan Rinjani.

"Hazel, tunggu!" Rinjani menatap lekat punggung Hazel. Pria yang dia anggap sebagai malaikat maut. "Makasih udah nolongin gue."

Tak ada ucapan iya, Hazel pun memilih berlalu. Rinjani hanya bisa meremas roknya. "Tuh kan ... nyebelin! Bilang iya aja apa susahnya sih? Kalau gitu gue tarik lagi kata-kata gue. Hazel, gue gak terimakasih!"

Hazel yang sengaja belum pergi hanya tersenyum tipis sambil menggelengkan kepalanya. "Dasar tikus nakal."

***

Menikahi Ketua Osis | 03

Sebuah foto telah beredar luas di media sosial, khusus di Instagram. Tak terlihat dengan jelas, hanya punggung belakang seorang siswa laki-laki sedang mendekap seorang siswa perempuan. Meskipun begitu, sebagai orang tua Excel tau foto siapa yang sedang berkeliaran di media sosial. Jelas itu adalah foto Hazel dengan Rinjani yang sedang berada di toilet. Foto dengan caption so sweet itu menuai beranekaragam jenis komentar, bahkan ada yang membully foto tersebut.

Disebuah ruang keluarga, Excel mengumpulkan anggota keluarganya, termasuk juga Hazel yang akan di sidang malam ini.

"Jadi bagaimana ini bisa terjadi?" tanya Excel sambil menunjukkan sebuah foto di ponselnya.

Mata Hazel membulat lebar karena terkejut. Dia tidak tahu siapa yang sudah berani mengambil foto tanpa seizin darinya dan bahkan berani mempublish ke media sosial. Padahal selama ini tidak ada yang berani untuk menyenggol dirinya.

"Ini kan ...." Hazel menjeda ucapannya.

"Iya. Ini kamu dan Rinjani kan? Apa yang sedang kalian lakukan di dalam toilet? Atau jangan-jangan kamu udah nggak sabar untuk memiliki Rinjani seutuhnya? Kalau seperti ini Daddy tidak yakin jika kamu bisa menjaga keutuhan Rinjani dengan baik," kata Excel dengan napas beratnya.

"Ini tak seperti yang Daddy pikirkan. Aku hanya menolong Rinjani saja Dad, dia terkunci di dalam toilet." Hazel membela diri, sebab apa yang dikatakan oleh Daddy tidak sesuai dengan apa yang terjadi.

"Daddy tidak mau dengar alasan apapun lagi. Daddy ingin kamu dan Rinjani segera melangsungkan pernikahan, dengan begitu kamu bisa bebas untuk menyentuh Rinjani. Terlebih itu tidak akan membuat aib keluarga, mengerti!"

Daisy sang Mommy tidak bisa berbuat apa-apa setelah dia melihat sebuah foto yang menampilkan Hazel dan Rinjani di dalam toilet. Bahkan meskipun wajah mereka tak terlihat, tetapi komentar-komentar para deterjen sangat menusuk hatinya.

"Kok Shereena gak tau kejadian ini? Ini kapan, Jak? Jangan-jangan kalian mengerjai Rinjani lagi ya, sampai dia harus terkurung di toilet?" celetuk Shereena, adik yang berbeda tiga menit dari Hazel.

"Apa?!" Excel dan Daisy sama-sama terlonjak dengan pengakuan Shereena. Kedua orang tua itu tidak pernah mengetahui bagaimana perkembangan Hazel dan Rinjani di sekolahan. Yang mereka tahu hubungan Hazel dan Rinjani selama ini baik-baik saja.

Mata Excel membulat lebar menatap Hazel yang tak berani untuk menegakkan kepalanya.

"Apa yang sudah kamu lakukan di sekolah sana, Zel? Apakah kamu sering membully Rinjani? Dasar, kamu sangat keterlaluan Hazel! Dia itu adalah calon istrimu kelak. Seharusnya kamu bisa melindungi dia bukan malah membully-nya!”

"Dad, bukan seperti itu! Hazel hanya menjalankan tugas. Dan kalaupun Rinjani mendapatkan hukuman itu sudah wajar! Karena dia memang anak pemalas yang selalu saja telat, telat dan telat!".

"Cukup Hazel, Daddy tidak ingin tahu." Excel membuang kasar napasnya. Sejenak kemudian dia menetap kembali ke arah sang istri. "Aku ingin mempercepat pernikahan mereka" Setelah itu Excel berdiri untuk meninggalkan anak dan istrinya yang masih ternganga mendengar ucapannya.

Begitu juga dengan Hazel yang tak kalah terkejutnya. "Dad, aku masih sekolah. Aku tidak mau menikah sekarang!" teriak Hazel yang sudah tak dihiraukan lagi oleh Daddy-nya.

"Semua ini gara-gara kamu, Shereena!" Hazel bangkit dari sofa dan meninggalkan dua orang yang masih ikut shock dengan keputusan Daddy-nya.

"Lho, kok jadi Shereena yang salah sih, Kak? Kan emang bener kalian sering ngasih hukuman yang enggak wajar sama Rinjani. Kalian itu para OSIS sangat keterlaluan tahu!"

Hazel sudah tak mendengarkan ocehan Shereena. Dia melihat Mommy-nya dan Shereena saling memeluk untuk saling menenangkan.

"Mom, ini bukan salah Shereena, kan Mom?"

Daisy hanya bisa mengelus rambut Shereena tanpa kata. Selama ini Daisy tak pernah tahu sampai mana perkembangan hubungan Hazel dengan Rinjani yang telah mereka jodohkan sejak mereka masih bayi. Karena selama ini keduanya terlihat baik-baik saja seperti tidak ada masalah. Namun, kenyataan Rinjani sering di hukum oleh Hazel.

***

Tak jauh berbeda dengan Excel, Dirga yang sudah melihat foto Hazel bersama dengan anaknya merasa sangat shock. Bisa-bisanya anak yang dia didik dengan baik mampu melakukan perbuatan tidak terpuji. Dirga tidak ingin apa yang telah menimpanya dulu juga menimpa kepada anaknya.

Dirga sangat takut jika anaknya sampai hamil diluar nikah seperti apa yang dirasakan oleh Vie, istrinya. Karena cinta mereka buta, karena cinta mereka lupa segalanya, karena cinta hanya akan membuat mereka gila.

"Kamu kenapa, Mas?" tanya Vie yang menghampiri Dirga di ruang kerjanya.

Dirga menatap sang istri kemudian menyerahkan ponselnya. "Astaga, ini apa, Mas?" pekik Vie sambil menutup mulut dengan kedua tangannya.

"Apakah ini Hazel dan Rinjani? Mereka tertangkap basah di kamar mandi?" celetuk Vie dengan rasa shock.

Dengan mata yang membulat, Vie membaca setiap komentar-komentar dari para deterjen. Beruntung saja wajah kedua anak itu tidak terlihat. Jika sampai terlihat maka hancurlah dunia, hancurlah nama baik keluarga.

"Jadi mereka ...."

Drrrrr .... drrrt ....

Ponsel yang berada di tangan Vie bergetar. Sebuah nama Excel mengambang di layar ponselnya. "Mas, tuan Excel," kata Vie sambil menyerahkan ponsel ke tangan Dirga. Saat ini Vie tengah gugup. Dia tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Vie juga takut jika Excel akan murka dan akan menarik semua saham yang telah tertanam di perusahaan Dirga.

Mata Dirga membulat lebar ketika mendengar apa yang disampaikan oleh Excel dari seberang telepon. Dengan lesu, Dirga duduk lagi di kursinya

"Ada apa, Mas?" tanya Vie penasaran.

Mata Dirga menatap lekat ke arah istrinya. Dengan napas berat Dirga berkata, "Tuan Excel ingin mempercepat pernikahannya. Beliau takut jika kedua anak ini khilaf dalam lautan cinta. Jika itu terjadi maka hanya akan membuat aib keluarga."

Malam ini Dirga memanggil kedua anaknya untuk ke ruangan kerja. Malam yang sudah menunjukkan hampir pukul sepuluh malam, membuat kedua anaknya merasa heran saat sang ayah memanggilnya. Keduanya yakin jika ayahnya akan menyampaikan sesuatu yang sangat penting.

Setelah keduanya masuk ke dalam ruang kerja ayahnya, Dirga menatap wajah satu persatu kedua anaknya.

"Apakah ada masalah yang serius, Ayah?" tanya Arga penasaran.

"Jika tidak serius Ayah tidak akan memanggil kalian untuk ke sini," ucap ayahnya datar.

"Jadi ada masalah apa, Yah? Kalau masalah perusahaan 'kan Rinjani nggak tahu apa-apa. ngapain juga ikut dipanggil?" protes Rinjani.

Dirga segera menunjukkan sebuah foto yang ada di ponselnya kepada Rinjani. Mata Rinjani pun hampir terlepas karena saking terkejut melihat foto yang ada di ponsel ayahnya.

"Ini apa, Yah?" tanya Rinjani kaget.

"Kok malah tanya sama ayah? Itu kan sudah jelas Hazel dan kamu sedang .... " Dirga tidak melanjutkan ucapannya.

"Sedang apa?" timpal Arga.

Arga pun segera merampas ponsel yang sedang berada di tangan Rinjani. Sebuah helaan napas panjang keluar dari mulut Arga. Dia mencoba untuk tenang meskipun sebenarnya dia sangat terkejut saat melihat foto tersebut. Adiknya yang dianggap sangat polos ternyata adalah suhu.

"Ayah, Kak Arga, Bunda .... Kejadiannya tidak seperti itu. Tadi pagi Rinjani kena hukuman dan harus menyikat wc-nya guru. Rinjani nggak tahu kalau wc itu ternyata rusak. Kalian tahu sendiri kan kalau Rinjani punya penyakit sesak napas. Hazel hanya datang untuk menyelamatkan Rinjani." terang Rinjani dengan keras.

"Percuma kamu jelaskan, karena tuan Excel akan mempercepat pernikahan kalian," uj8 ayahnya menyela.

"Apa?" pekik Rinjani kuat.

...~BERSAMBUNG~...

Halo-halo sambil menunggu novel ini up lagi, mampir dulu ya ke novel FAKE LOVE punya Author Mayya_Zha

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!