"Aww, apakah aku masih hidup?" tanya Anisa kepada dirinya sendiri sembari memegang kepalanya yang terasa sakit.
"Tetapi mengapa aku berada di hutan? Aku rasa tadi aku mengalami kecelakaan mobil dan banyak orang yang berkerumun menghampiriku dan.., ahhh sakit sekali kepalaku,"
Anisa tidak dapat mengingatnya lagi, kepalanya terasa berat dan sakit. Ia belum tahu kalau dirinya sudah bereinkarnasi ke tubuh gadis lemah yang bernama Kurnia.
Gadis ini sangat lemah dan sangat mudah untuk di bully. Penyebab kematiannya adalah ia diberi racun oleh saudara tirinya dan Ibu tirinya.
"Lebih baik aku keluar dari hutan ini dulu dan meminta pertolongan," Anisa bergumam sendirian.
Dengan suasana yang sunyi dan gelap gulita, Anisa berjalan sempoyongan untuk mencari jalan keluar. Ia berharap menemukan sebuah rumah atau gubuk untuk tempat berlindung karena hari sudah malam.
Setelah setengah jam berjalan, Anisa tak kuat lagi untuk berjalan. Ia lapar dan haus, tubuhnya sangat lemah sudah tak mampu berjalan lagi.
"Tubuhku mengapa selemah ini? Tidak bisa di ajak bekerjasama saat situasi genting. Sudah malam begini siapa yang mau datang ke hutan gelap ini," geramnya.
Anisa beristirahat di bawah pohon besar yang ada di hutan itu dan kemudian tertidur di sana.
...****************...
Keesokan paginya Anisa terbangun dari tidurnya. Badannya masih terbaring dibawah pohon besar ditengah hutan.
Cacing diperutnya sudah meronta-ronta ingin jatah makan, sedangkan kerongkongannya sudah kering ingin di bilas dengan air. Ia tak mampu berjalan bahkan ia tak mampu berdiri, ia ingin segera keluar dari hutan tersebut.
"Kresek...kresek...kresek," suara di balik semak-semak.
Anisa terkejut sekaligus bahagia karena ada harapan muncul seseorang di sekitar sini, dan ia berharap orang itu dapat membantunya keluar dari hutan.
"Siapa di sana?" tanya Anisa dengan suara yang lemah.
Tetapi tak ada jawaban di balik semak-semak tersebut.
Beberapa detiknya keluarlah seekor singa dari balik semak-semak tersebut.
"Ohhh cuma Singa rupanya," kata Anisa jengkel
"Ahhh Singa?!" Kata Anisa setelah sadar dari ucapannya.
Ia kemudian mencoba merangkak menjauh dari Singa itu. Siapa sangka Singa itu malah semakin mendekatinya.
"Ya Tuhan, kenapa hidupku sangat tragis. Tidak mati dalam kecelakaan mobil malah di makan Singa. Apa tidak ada cara lain untuk mengambil nyawaku misalnya jatuh di bawa terbang pangeran," kata Anisa dengan badan yang gemeteran tidak lupa dengan hayalannya.
Singa itu semakin mendekati Anisa tetapi Singa itu hanya mengendus-endus badan Anisa. Ia tidak tampak menyeramkan seperti singa-singa pada umumnya.
"Ehh, kok Singanya mengendus-ngendus tubuhku? Apa tubuhku sebau itu? Dasar Singa sialan," ucap Anisa.
Singa tersebut kemudian menjilati tubuh Anisa, ia tampak akrab dengan pemilik tubuh tersebut. Terlihat dari wajah singa tersebut, sepertinya ia sangat senang bertemu dengan Anisa.
Anisa tak tahu tujuan dari Singa itu apa, karena baru kali ini ia melihat Singa yang jinak dan bahkan tampak akrab dengan dirinya.
Singa itupun kemudian pergi meninggalkan Anisa. Anisa semakin jengkel dibuatnya. Harapan Anisa selalu mengecewakannya, perutnya sudah berbunyi sedari tadi.
Tetapi beberapa menit kemudian, Singa itu membawa seorang pria yang tak Anisa kenal.
"Kurnia," seru seorang pria yang nampaknya sudah berumur 40 tahun-an.
Anisa menoleh sekelilingnya, tidak ada orang lain lagi selain dirinya. Ia bertanya-tanya dalam pikirannya mengapa pria tersebut memandang dirinya dan memanggilnya Kurnia.
Pria tersebut menghampiri Anisa yang masih duduk di bawah pohon besar itu di iringi dengan Singa-nya. Rupanya Singa tersebut merupakan peliharaan kesayangan si pemilik tubuh.
Singa itu sangat dekat dengan si pemilik tubuh karena setiap hari ia yang memberinya makan dan mengajaknya bermain.
Di posisi lain Anisa masih tampak bingung tentang dirinya mengapa dipanggil Kurnia oleh pria tua itu.
"Kurnia kamu tidak apa-apa," kata pria itu.
"Ayah dan keluarga dirumah sangat khawatir dan terus mencarimu sejak kamu menghilang," imbuh pria tersebut yang merupakan ayah dari pemilik tubuh itu.
"I-iya aku gak apa-apa kok Yah," kata Anisa gugup dan bingung.
"Sekarang kita pulang dulu ya Nia," kata Ayahnya yang bernama Anto.
"Iya Ayah,"
Kemudian Anisa dan Anto pulang menuju rumahnya. Tapi sebelum pulang mereka singgah ke tempat makan karena Kurnia memintanya, ia sudah sangat lapar dan haus. Melihat tubuh Anisa lemah, Anto segera memapahnya untuk menuju ke mobilnya.
...****************...
Sesampainya dirumah, Anto memapah anaknya keluar dari mobil dan masuk ke rumah. Sontak ibu tiri dan saudara tiri si pemilik tubuh ini terkejut melihat kepulangannya. Seingatnya ibu dan anak itu sudah memberinya makanan yang berisi racun dan membuangnya ke hutan.
"Karina, antar kakakmu masuk ke kamarnya," perintah Anto kepada anak perempuannya yang merupakan saudara tiri si pemilik tubuh.
"Iya Ayah," sahut Karina.
Ia memapah kakaknya dengan wajah yang kesal dan marah. Tetapi ia juga sedikit takut jikalau kakaknya mengadu kepada ayahnya bahwa ia dan ibunya memberikannya makanan beracun dan membuangnya ke hutan.
Karena pada saat membuang kakaknya ke hutan, kakaknya masih setengah sadar.
Sedangkan Anisa yang masuk kedalam tubuhnya Kurnia masih bingung.
Mengapa ia memiliki seorang saudara, seingatnya ia hanya anak tunggal dari seorang CEO. Dan bahkan ia adalah seorang anak yang meneruskan perusahaan ayahnya, menggantikan ayahnya sebagai CEO di perusahaannya.
"Ini kamar Kakak, aku tinggal ya," kata Karina dengan wajah masamnya.
"Oke," sahut Anisa.
Anisa kemudian duduk di atas kursi dan bercermin.
"Ahhhhhhh!," tanpa di sadari Anisa berteriak kencang sehingga Ayah, Ibu dan saudara tirinya menghampirinya.
"Ada apa Kurnia?" tanya Anto.
"Ti-tidak apa-apa Ayah, tadi hanya ada kecoa aja," kata Anisa membuat alasan.
"Bikin masalah saja, bilang aja ingin perhatian dari ayah," kata Karina dengan suara pelan.
"Shtt... jangan banyak bicara nanti ayahmu dengar," bisik ibunya.
"Oh ya sudah, kalau begitu kamu istirahat terlebih dahulu," kata Ayahnya.
Mereka bertiga pun meninggalkan Anisa di kamarnya.
Anisa menutup pintu kamarnya dan dengan cepat kembali bercermin melihat wajahnya.
"Apa aku bereinkarnasi ke tubuh wanita ini?," tanyanya pada dirinya sendiri.
"Lalu apa aku bukan Anisa? Dan aku Kurnia? Dan siapa gadis ini? Mengapa aku bisa masuk ke tubuhnya?"
Pertanyaan yang bertubi-tubi terus melintas di otaknya Anisa. Tapi ia tak sengaja melihat Diary si pemilik tubuh ini. Ia lalu membuka dan membacanya.
...Tanggal 28 Agustus 2019...
...Dear Diary......
...Hari ini aku di bully lagi oleh Karina di depan teman-temanku....
...Pada saat itu, aku baru putus dari pacarku yanh bernama Alex. Ia memerkan kemesraannya di depanku dan teman-teman kuliahku yang lainnya....
...Aku tak tahu sejak kapan ia berhubungan dengan pacarku, tapi yang aku tahu tiba-tiba Alex minta putus denganku tanpa alasan yang jelas....
Anisa kemudian membalikkan ke lembaran yang berikutnya dan yang berikutnya. Sampai ia menemukan tulisan yang menarik perhatiannya.
...Tanggal 1 Oktober 2019...
...Dear Diary...
...*Hari ini Ibu dan saudara tiriku memasak sayur sop untukku. Itu adalah makanan favorit aku....
...Aku tahu kalau mereka melakukannya dengan niat jahat, karena sebelum mereka memanggilku aku melihat kalau mereka menuangkan sedikit bubuk yang tak aku kenal*....
...Aku tak berani menolaknya jadi aku memakannya sedikit....
...Aku berharap suatu saat nanti ada yang membalaskan dendamku....
...SELAMAT TINGGAL DUNIA....
...****************...
Setelah membaca begitu banyak halaman buku diary dari pemilik tubuh ini Anisa tahu sedikit informasi tentang pemilik tubuh aslinya.
Ia merasa sangat jengkel dengan pemilik tubuh aslinya, mengapa dia sangat lemah dan mudah di tindas. Bahkan Ayahnya pun tak mempedulikannya lagi.
Si pemilik tubuh ini mempunyai perusahaan yang di wariskan oleh ibunya yang sudah meninggal, tetapi karena ia lugu pemilik tubuh ini sudah di bodohi oleh ayah nya. Rumah dan perusahaan masih atas nama ayahnya, apabila ia sudah berumur 18 tahun nama pewarisnya akan di ubah.
Tetapi karena keluguan pemilik tubuh ini, ia di olok-olok dengan ayahnya. Dan bisa di bilang rumah dan perusahaannya masih atas nama ayahnya.
"Mungkin ini takdir. Saat ini aku yang akan bertanggung jawab untuk membalaskan dendammu Kurnia. Kamu tenang saja di alam sana," kata Anisa lagi.
"Oke, saat ini aku akan menyebut diriku sebagai Kurnia, dan tidak ada lagi Anisa didalam dunia ini".
...****************...
Jam sudah menunjukkan 8 pagi, Kurnia di panggil oleh ayahnya untuk sarapan. Sebelumnya Kurnia di suruh bersiap-siap oleh Ayahnya untuk berangkat ke kampus.
Terlihat sebuah pemandangan yang indah ketika satu keluarga berkumpul di meja makan untuk sarapan. Sayangnya ini hanyalah sandiwara mereka saja, nyatanya tidak seperti yang di lihat.
"Kurnia ayah sudah menjual Clay," kata Anto membuka pembicaraan.
"Clay siapa Ayah?" Tanya Anisa.
"Apa kamu lupa ingatan Kurnia? Clay itu Singa kesayanganmu yang tak berguna itu," sahut ibu tirinya ketus.
"Ohhh ya udah jual aja," sahut Kurnia singkat.
Sontak mereka kaget mendengar jawaban Kurnia. Bagaimana tidak, selama ini ayahnya selalu membujuk anaknya untuk menjual singa tersebut tetapi tak kunjung berhasil.
Kurnia yang dulu sangat menyayangi Clay, bahkan ada yang ingin membeli dengan harga 1M tetapi Kurnia tetap kekeh dengan pendiriannya.
Tetapi berbeda dengan Kurnia yang sekarang, ia sama sekali tak menyukai Singa. Singa terlalu berbahaya untuk di jadikan peliharaan olehnya.
"Apa kamu yakin dengan jawabanmu?" tanya Anto untuk memastikan.
"Tentu saja yakin. Toh hanya seekor Singa," sahut Kurnia.
Lagi-lagi jawaban Kurnia membuat sang Ayah terkejut dan kegirangan.
"Tapi uangnya mana?," imbuh Kurnia sambil mengulurkan tangan
"Uang hasil penjualannya serahkan ke Aku semuanya tidak kurang sepeserpun," tegas Kurnia.
'Sejak kapan anak ini begitu pelit dan mata duitan' pikir Anto.
Biasanya Kurnia sangat mudah untuk di olok-olok oleh Anto tapi sekarang nampaknya akan susah.
"Aku dengar teman ayah membelinya seharga 1M kan?" tanya Kurnia memastikan.
"E-eh iya Kurnia. Tetapi untuk keperluan apa kamu kok tumben sekali kamu menginginkan uangnya?" tanya Anto.
"Itu kan peliharaan Aku, dari kecil sampai besar aku yang merawatnya sendirian. Ayah tahu bukan? menjinakkan Clay tidak semudah yang di bayangkan," jawab Kurnia tegas.
"Lagipula aku ada keperluan apa juga tidak ada urusannya sama Ayah kan?" Imbuhnya.
"Lancang kamu! Bicara sama Ayah harus punya sopan santun. Untuk apa aku menyekolahkanmu tinggi-tinggi tapi atitude kamu seperti ini," Anto berdiri dan membentak Kurnia.
"Ayah menyekolahkan Aku itu kewajiban Ayah dan Aku berhak untuk sekolah. Kenapa? Apa ayah masih mengira aku akan sangat mudah untuk di olok-olok seperti sebelum-sebelumnya?" sahut Kurnia yang ikut berdiri.
"Kurnia tutup mulut busukmu itu. Kamu tidak berhak untuk bertengkar dengan Ayahmu," sahut Sarah yang merupakan ibu tiri Kurnia.
"Kamu juga tidak berhak menyela di tengah-tengah pembicaraan ayah dan anak. Dasar pelakor," sahut Kurnia.
"Jaga ucapanmu Kurnia!. Benar yang di katakan ibumu, kamu tidak boleh seperti itu. Apa gunanya Ayah memberimu pendidikan tinggi-tinggi," sahur Anto.
'Huh, 2 lawan 1 ya. Tidak apa akan aku ladeni' kata Kurnia dalam hati.
"Sejak kapan aku mempunyai Ibu seperti dia? Selama aku hidup aku tak akan menganggapnya sebagai seorang ibu. Di dunia ini hanya ada satu ibu yaitu Ibu Shinta,"
"PLAKK!" Sarah menampar wajah Kurnia, kebetulan posisinya sangat dekat dengannya.
"Kamu jangan sebut-sebut nama wanita murahan itu di dalam rumah ini lagi," imbuh Sarah.
"Apa aku tidak salah dengar? Ibuku wanita murahan?. Bukankah kamu yang masuk ke keluarga ini dan menghancurkan semuanya. Kamu itu pelakor jadi tidak usah berlagak sok suci di rumah ini," balas Kurnia pedas.
"KAMU..,"
"Apa lagi? Bukankah sudah cukup statusmu sebagai pelakor di rumah ini. Masih ingin berlagak?" Kurnia memotong pembicaraan Sarah.
"Dan satu lagi, Aku tidak perlu lagi tinggal di rumah ini dan kita tidak ada hubungan apapun lagi," imbuh Kurnia dan bergegas pergi meninggalkan rumah.
Kini Kurnia sudah memutuskan hubungan dengan keluarganya, saat ini ia tidak punya siapa-siapa lagi. Dia benar-benar sendirian, tak ada keluarga yang indah seperti kehidupan yang lalu. Tetapi ia tak akan menyerah untuk merebut rumah itu kembali dan perusahaan ibunya.
"Untung Aku sudah dapat membaca Diary pemilik tubuh ini, kalau tidak bisa-bisa aku di tindas lagi sama mereka," kata Kurnia.
"Nia!" seru seorang Gadis dengan rambut panjang yang dikepang dua.
Kurnia menoleh ke arah gadis tersebut, terlihat sangat cupu dimata Kurnia yang sekarang. Tampaknya gadis yang bernama Fina itu menghampiri Kurnia.
"Nia mengapa penampilanmu sedikit berbeda hari ini?" tanya Fina.
"Apanya yang berbeda?" tanya Kurnia sedikit heran.
"Yaa.. biasanya penampilanmu seperti aku. Tapi hari ini beda, kamu lebih cantik dengan berpenampilan seperti ini," kata Fina.
Dalam hati Kurnia tak bisa membayangkan dirinya yang dulu berpenampilan cupu seperti Fina. Dan setelah di telusuri ternyata Fina ini adalah sahabat Kurnia yang dulu.
Mereka sama-sama di bully oleh mahasiswa lainnya lantaran penampilan mereka yang cupu. Tetapi sejak Fina berani melawan, mereka jarang membuly Fina dan Kurnia.
Bahkan jika mereka ingin membuly Kurnia, mereka harus melihat dengan teliti apakah Kurnia bersama dengan Fina atau tidak. Karena jika ada Fina, mereka tak berani membuly-nya.
...****************...
Sepulang dari kampus Kurnia bali ke rumahnya dan mengambil pakaiannya beserta uang hasil penjualan Singa peliharaannya itu.
"Berani sekali kamu menginjakkan kaki di rumah ini," kata Anto ketika Kurnia sudah masuk ke rumah.
"Kenapa tidak berani? Ini adalah rumah Ibuku harusnya saat ini kalian yang pergi. Tetapi aku sadar diri rumah ini belum atas nama aku, jadi aku biarkan kalian bersenang-senang dulu," ucap Kurnia.
"Rumah ini tidak akan berpindah tangan lagi. Ini akan selamanya menjadi milik Ayah, dan kamu bersiaplah menjadi gelandangan," sahut Anto.
"Gelandangan? Apa Ayah lupa dengan uang penjualan Clay? Singa peliharaanku?"
"Uang itu tak akan Ayah berikan padamu. Jadi jangan harap kamu menikmati hidupmu setelah keluar dari keluarga ini,"
"Dasar Ayah yang kejam, pintar bersandiwara. Memang cocok kalian satu keluarga," sahut Kurnia sambil menunjuk Sarah dan Karina yang ada di ruangan itu juga.
"Ibuku pasti sudah menyesal menikahi pria baj*ngan seperti kamu," imbuhnya.
Kemudian tanpa basa basi lagi Kurnia pergi ke kamarnya dan menyiapkan barang miliknya. Ia membongkar seluruh lemarinya, tetapi tiba-tiba ada sebuah kotak yang didalamnya berisi beberapa perhiasan emas.
Tanpa pikir panjang ia mengambilnya dan memasukkannya ke dalam koper.
Setelah selesai mengemas barangnya, ia pun keluar dari kamarnya dan ke ruang tamu. Ia bertemu lagi dengan Anto, Sarah dan Karina. Tanpa basa basi lagi Kurnia langsung pergi meninggalkan rumah neraka itu.
"Pergi saja yang jauh, dan jangan pernah kembali lagi," teriak Sarah.
Tetapi Kurnia tak menghiraukannya, ia tetap melangkahkan kakinya keluar rumah.
Setelah keluar dari rumah dan memutuskan hubungan dengan keluarganya, Kurnia masih harus mencari tempat tinggal untuk dirinya sendiri.
Ia teringat tadi menemukan kotak berisi perhiasan di dalam lemari bajunya dan menyimpannya di dalam koper, lalu Kurnia terburu-buru membuka kopernya. Kurnia mencari kotak perhiasan tersebut, dan membukanya lalu mengambil beberapa perhiasan emas tersebut.
"Satu-satunya jalan agar bisa mendapat tempat tinggal adalah menjual perhiasan ini. Tetapi ini pasti peninggalan ibu kandung dari pemilik tubuh ini, Aku gak rela menjualnya. Aku takut pemilik tubuh ini akan merasa sedih kalau aku menjualnya," kata Kurnia berbicara sendiri.
"Apa aku tinggal dirumah Fina ya? Mungkin bisa tinggal beberapa hari di sana sambil mencari pekerjaan," pikirnya.
Kemudian ia merogoh tas selempangnya yang berwarna merah dan mengambil handphonenya.
"Tak..Tik.. Tak ..Tik,"
"Tuuut...tuuut..tuuut," bunyi dari handphone Kurnia.
Beberapa saat kemudian...
"Hallo Fina, aku boleh tinggal dirumah kamu gak?," Kurnia pun menjelaskan semuanya kepada Fina tentang apa yang terjadi pada dirinya.
Setelah menjelaskan semuanya, akhirnya Kurnia di ijinkan untuk tinggal dirumah Fina.
"Makasi ya Fina,"
"Iya sama-sama Nia, sebentar lagi aku kirim alamatku ya," kata Fina.
Telepon pun ditutup.
...****************...
"Fina, Aku di depan rumahmu nih," kata Kurnia ditelepon setelah sampai di rumah Fina.
"Oh iya Kurnia, sebentar aku kedepan dulu," sahut Fina.
Kemudian telepon ditutup lagi.
Tak lama kemudian, seorang gadis keluar dari rumah tersebut yang tak lain adalah Fina.
"Kurnia sini," seru Fina sambil melambaikan tangannya.
Kurnia pun langsung menghampiri Fina.
"Yuk masuk," ajak Fina.
Kurnia mengikuti Fina dari belakang, ia tak menyangka rumah Fina sangat besar
"Duduk dulu Kurnia, aku buatin kamu minum dulu," kata Fina.
"Tidak perlu repot-repot Fin. Kamu di sini aja," sahut Kurnia.
"Iya. Btw aku tinggal sama kakakku, jadi kamu jangan terlalu kaget kalau ada seorang pria masuk ke rumah ini," kata Fina menjelaskan.
Mereka memang sahabatan tetapi mereka tidak pernah saling mengunjungi.
"Emangnya kakak kamu gak marah kalau kamu mengajakku tinggal disini?" tanya Kurnia yang merasa tak enak.
"Tentu tidak. Dia jarang pulang ke rumah, ia sibuk di perusahaannya. Lagipula malahan bagus kalau kamu tinggal di sini setidaknya aku tidak kesepian karena tinggal sendiri," sahut Fina.
"Orang tuamu kemana emang?"
"Orang tuaku meninggal 2th yang lalu karena kecelakaan mobil," sahut Fina sedih.
"Ohh,,ma-maaf Fina, aku gak tahu,"
"Iya tidak apa-apa," kata Fina.
"Aku antar kamu ke kamar ya," ajak Fina.
"Boleh Fina," sahut Kurnia.
Didalam kamar Fina bercerita tentang kakaknya yang bernama Arga. Ternyata Arga mulai menjalankan perusahaan ayahnya semenjak ia berusia 18 tahun. Di usia yang sangat muda Arga sudah berperang dengan banyak perusahaan.
Tetapi karena Arga sedari kecil memiliki minat dalam bidang bisnis, jadi ia selalu belajar tentang bisnis saat dirinya berusia 8 tahun.
Ia bekerja sangat keras untuk perusahaannya, hingga saat ini ia menjadi CEO yang paling terkenal diseluruh kota. Arga menjadi CEO yang paling muda, dan ia berhati dingin. Siapapun yang mengganggu dirinya, ia tak akan pernah melepaskannya sampai dia mendapatkan apa yang ia inginkan.
Tetapi banyak orang tidak tahu kalau ia mempunyai seorang adik yang bernama Fina. Ia tak ingin jika adiknya menjadi sasaran kejahatan dari musuh-musuh bisnisnya.
Dan sebaliknya Fina juga tidak pernah menyombongkan status kakaknya kepada teman-temannya. Ia berpenampilan sederhana karena ia tak ingin menjadi pusat perhatian. Oleh karena itulah ia sempat di bully oleh teman-temannya.
"Kalau kamu perlu pekerjaan, kamu bisa bekerja di perusahaan kakak ku Nia," kata Fina.
"Terlaku merepotkan gak sih? Aku sudah numpang disini masih di beri pekerjaan. Di ijinin tinggal disini aja aku udah bersyukur banget," kata Kurnia.
"Tidak apa-apa. Kakakku walaupun cuek dan dingin, tapi dia baik kok. Apapun yang aku katakan dia pasti nurut," kata Fina.
Kurnia masih bengong memikirkan kata-kata Fina. Ada bagusnya juga jika dia langsung dapat pekerjaan, tetapi ia sangat tak enak hati.
"Udah jangan dipikirin lagi. Tidur aja ya," kata Fina.
Mereka berdua pun tertidur setelah berbasa basi beberapa menit.
"Krietttt," suara pintu terbuka.
Kurnia terbangun oleh suara pintu itu dan keluar dari kamarnya untuk mengecek tanpa membangunkan Fina.
Terdapat seorang pria yang sedang duduk di sofa yang sedang menonton televisi di ruang tamu. Kurnia mencoba mendekatinya dengan perlahan melangkahkan kakinya, ia tahu kalau itu Arga yang merupakan kakaknya Fina.
Tapi tiba-tiba saja Arga menoleh kearah Kurnia yang membuat Kurnia terkejut.
"Kamu temannya Fina ya?" tanya Arga sembari mengisap rokoknya.
"Iya Kak," kata Kurnia yang tersipu malu dan canggung.
Kurnia tak mengira Fina punya kakak yang sangat tampan dan masih muda. Ia pun baru pertama kali bertemu seorang pria yang sangat tampan.
"Owh, kenapa kamu gak tidur?" tanya Arga lagi dengan nada yang datar.
"Iya tadi saya dengar suara pintu terbuka makanya saya terbangun," jawab Kurnia.
"Jadi Aku yang telah membangunkanmu?" tanya Arga kemudian masih dengan suara datarnya sembari menghisap rokoknya.
"Bisa dibilang seperti itu," kata Kurnia.
"Kalau tidak bisa tidur kamu bisa duduk disamping saya, kita nonton tv bareng," ajaknya.
"Tidak perlu, saya kembali kekamar Fina saja," kata Kurnia.
Kemudian Kurnia pergi meninggalkan Arga dengan langkah kaki yang tergesa-gesa. Jantungnya berdetak dengan sangat kencang, ia telah jatuh cinta pada pandangan pertama dengan Arga.
Sesampainya Kurnia dikamar Fina, pikiran Kurnia terbayang-bayang dengan wajah tampan Arga.
'Gak boleh Kurnia, saat ini kamu gak boleh jatuh cinta dulu. Kamu masih punya banyak tanggung jawab dan harus membalaskan dendam si pemilik tubuh ini dan juga merampas perusahaan ibu kandungmu,' pikirnya mengingatkan diri sendiri.
Tetapi semakin di lupakan oleh Kurnia, wajah tampan Arga semakin terbayang-terbayang dalam pikiran Kurnia. Sampai akhirnya Kurnia pun ketiduran.
...***************...
Keesokan paginya, Kurnia dibangunkan oleh Fina dan mengajaknya sarapan di ruang makan. Mereka berdua pun keluar dari kamar, terlihat Arga yang sedang menghidangkan makanan di meja makan.
Jantung Kurnia berdetak kencang lagi setelah kejadian kemarin malam.
"Kamu beruntung sekali Nia, bisa melihat seorang CEO yang sangat dingin menyiapkan sarapan pagi," kata Fina mengejek kakaknya.
"Gak usah ngelawak Fin, emang kamu mau makan di luar?" balas Arga.
"Iya-iya Kak, jangan cuek gitu napa," sahut Fina.
"Oh ya, kenalin nih sahabat Aku namanya Kurnia dan Kurnia ini kakakku namanya Kak Arga," imbuh Fina memperkenalkan Kurnia dengan Arga.
"Oh," jawab Arga singkat seperti tidak peduli.
Sedangkan Kurnia hanya mengangguk.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!