NovelToon NovelToon

Psikopat VS Masocist

Prolog

"Bagaimana Biu, apakah misi kali ini kita akan berhasil?" Tanya Gun yang berada tepat dibelakang perempuan cantik, yang kini tengah mengawasi gerak-gerik dari seseorang yang tak jauh dari tempatnya dan Gun sembunyi.

"Bisakah kau diam Gun?"

Gun memutar bola matanya malas, jengah dengan ketuanya yang sangat bisu jika sedang bertugas. "Aku bosan Biu, jika kau tidak mau berbicara denganku,maka aku akan mencuri semua senjata kesayanganmu!"

Biu dibuat jengah dengan temannya sekaligus bawahannya satu ini, tidak bisakan Gun diam! Mereka sedang menjalankan misi,bukan sedang liburan, oh ayolah mengapa Gun sangat cerewet melebihi Biu yang perempuan.

"Biu, Gun semuanya bersiap, karena sebentar lagi ketua mereka akan datang, jadi kalian jangan membuat keributan, terutama kau Gun." Suara itu berasal dari Arm melalui cips yang terpasang ditelinga Biu dan Gun, Arm merupakan ahli dalam bidang IT, yang saat ini tengah mematau situasi melalui layar komputernya.

"Dasar crewet!" gumam Gun pelan, namun masih bisa didengar oleh Biu dan Arm. Mereka berdua terlalu malas menanggapi sibodoh yang tak pernah bercermin.

Setelah menunggu beberapa menit, akhirnya orang yang mereka berdua tunggu datang ketempat lokasi yang akan menjadi transaksi ilegal dari dua anggota mafia. Yaitu mafia Moon Whait dan Black Rosse.

Biu dan Gun, merupakan anggota mafia dari mafia Black Star yang merupakan salah satu mafia paling berkuasa di Rusia. Keduanya saat ini tengah mengintai kedua anggota mafia yang sedang melakukan teransaksi, karena barang yang menjadi transaksi jual beli mereka sebenarnya adalah barang milik anggota mafia Black Star. Maka dari itu Biu dan Gun ditugaskan untuk mengambil kembali barang tersebut.

"Bagaimana Namtam, apakah barang itu sesuai dengan keinginanmu?" Tanya seorang lelaki yang merupakan ketua anggota dari mafia Moon Whait.

Sedangkan wanita yang bernama Namtan, ia sedang membolak-balikkan sebuat botol kecil dengan cairan yang berwarna hijau pekat,dengan bertutupkan kayu kecil diatasnya.

Namtan terus mencermati botol itu dengan mata jelinya, taku jika botol itu bukanlah barang yang ia inginkan selama ini, apalagi barang itu didapat dari anggota mafia Moon Whait yang merupakan anggota mafia yang terkenal akan kelicikannya.

"Apa kau yakin ini asli Garen?"

Garen adalah nama dari ketua mafia Moon White, namanya sangat bagus, namun tidak dengan orangnya. Wajah tampang Garen memiliki sayatan diantara kelopak matanya, membuatnya sedikit agak menyeramkan.

"Hais, kenapa mereka lama sekali!" Gun sudah jengah melihat interaksi kedua mafia bodoh didepannya, apakah harus selama itu melakukan jual beli, kenapa mereka sangat membuang-buang waktu seperti ibu-ibu hutang dipasaran, sangat menjengkelkan.

"Tutup mulut-"

Belum sempat Biu memaki Gun,Gun dengan bodohnya menembak salah satu anggota mafia dari Black Rosse sampai mati. Membuat kedua anggota mafia itu bersi tegang dan langsung siaga dengan pistol ditangan mereka untuk berjaga-jaga.

Sumpah demi apapun, Biu ingin sekali memaki Gun sekarang juga, kenapa dia harus selalu dihadapkan dengan kebodohan temannya satu itu. Akhrg, ingin Biu menembak Gun sekarang juga!.

"Siapa disana!" Teriak Garen dengan pistol ditangnya yang siap nenembus kulit siapapun yang berani bermacam-macam dengannya.

Biu tanpa aba-aba, menendang tubuh Gun kearah mereka, sedangkan Gun yang belum siap, langsung tersungkur dilantai tepat dihadapan kedua belah pihak mafia tersebut.

"Siapa kau? Apakah kau anak buah Garen,yang ditugaskan untuk membunuhku," tanya Namtan dengan menodongkan pistol tepat dikepala Gun.

Gun yang menyadari keadaanya sekarang, hanya bisa menyumpah serampahi Biu yang dengan tega menendangnya kedalam kadang singa tanpa belas kasian. Tamatlah riwayat Gun saat ini pikirnya.

Perlahan Gun mengangkat kedua tangannya keatas dan berusaha untuk berdiri, Gun tersenyum cengengesan kearah Namtan,membuat namtan menatapnya heran.

"Jawab bodoh! Kenapa kau malah tersenyum."

"Maafkan aku Laddy, aku adalah bawahan dari King Garen, dan aku ditugaskan untuk membunuhmu, agar uang yang kau miliki jatuh ketangannya tanpa harus memberikan barangnya padamu." Jelas Gun penuh dusta.

Sedangkan Garen yang dikambing hitamkan nenatap tak percaya pada lelaki pendek didepannya, sejak kapan dia merencanakan hal itu, yah walaupun Garen terkenal akan kelicikannya, namun semua ini bukan rencanannya.

Biu yang masih berada dipersembunyiannya tersenyum puas akan kepintaran Gun membalikkan situasi. Tak sia-sia Biu menendangnya tadi, ternyata sangat berguna. Yah walaupun temannya sendiri yang ia tumbalkan.

"Arm, cepat kau kirim sniper andalan kita untuk menembaki para mafia bodoh itu, karena sekarang mereka sedang dalam keadaan lengah," ucap Biu pada Arm melalui cipsnya. Dan segera dilaksanakan oleh Arm.

Dor...Dor... Dor... Suara tenbakan secara beruntun dari jarak jauh, meluluh lantahkan para anggota Moon Whait dan Black Rosse. Sedangkan Gun yang sudah diberi aba-aba sebelumnya oleh Arm untuk tiarap, agar tidak terkena tembakan itu.

"Akrghh, sialah kau Garen!" Teriak Namtan penuh frustasi, saat menyadari anak buahnya telah banyak mati. Sedangkan barang transaksi yang tadi ada padanya sudah jatuh entah kemana. Dan ternyata barang itu terjatuh tak jauh dari Biu, dan segera Biu keluar dari persembunyiannya dan segera mengambilnya.

Saat Biu mengambilnya, Biu harus melakukan baku tembak dengan anak buah dari anggota kedua mafia itu. Namun karena sedikit lengah,sialnya tangannya terkena tembambakan, membuatnya meringis pelan.

Gun yang melihat Biu terluka, segera melesatkan tembakan secara membabi buta pada para anggota mafia bodoh itu. Gun tidak terima jika ketuanya terluka karena para bajingan tengik itu.

Tembakan Gun bukan tembakan main-main, semua tembakan melesat tepat pada jantung mereka yang menjadi bidikan pistolnya. Demi apapun Gun benar-benar marah saat ini.

Gun memang lelaki super aneh dengan segala kekonyolan dan sifat humosrisnya, walaupun Gun sangat cerewet pada Biu dan selalu menjahilinya, namun Gun akan menunjukan sifat aslinya yang lain jika ada yang menyakiti Biu temanya.

Saat mereka sudah hampir membunuh semua anggota mafia tanpa ampun. Tiba-tiba dari balik pintu, datanglah para anggota mafia lainnya, yang saat ini tengah mengepung Gun dan Biu.

"Sialan, kenapa mereka datang lagi, kau bodoh Arm! Cepat tembaki mereka lagi," ucap Gun frutasi.

"Maafkan aku Gun, Biu, gedung itu sudah tertutup total atapnya, para sniper tidak bisa melihat mereka atau bahkan menembidik mereka." Arm terdengar mengeram frustasi dari cips. Karena nyatanya. Memang tiba-tiba gedung itu tertutup rapat membuat para sniper tidak bisa melesatkan tembakan mereka.

"Menyerahlah kau wanita sialan, dan kembalikan botol itu padaku! Maka aku akan melepaskanmu," ucap Namtan mengimidasi.

"Atau jadilah jalangku, maka kau akan selamat," timpal Garen.

"Apa kau pikir aku wanita bodoh?" Biu menatap Namtan dan Garen sinis. Membuat Namtan memandangnya tak kalah sinis.

Biu yang berdiri disamping Gun, tiba-tiba menarik tubuh Gun, dan langsung berlari terjun dari atap gedung, melalu sebuah jendela yang ada disana. Membuat Namtan dan Garen menatapnya tak percaya.

Rumah sakit

Diruangan serba putih dengan bau khas obat-obatan memenuhi seluruh ruangan itu. Didalamnya terdapat dua brangkar yang diisi oleh seorang laki-laki dan perempuan. Lelaki yang tak lain adalah Gun wanita itu adalah Biu.

Gun sudah lebih dulu sadar sekarang, sedangkan Biu belum sadar sama sekali, karena memang luka Biu lebih parah dari pada Gun. Ditambah lagi lengan Biu yang mendapatkan tembakan waktu itu, membuatnya banyak kehilangan darah.

"Kenapa wanita sialan itu belum bangun Arm?" Tanya Gun pada Arm yang memang berada disitu bersama Pol yang merupakan pengawal juga, keduanya ditugaskan untuk menemani Gun dan juga Biu yang sedang dirawat dirumah sakit khusus milik mafia Black Star.

"Kalau kau bertanya padaku, terus aku harus bertanya pada siapa bodoh?" balas Arm.

"Kaukan pintar, harusnya kau tau kapan Biu akan bangun."

"Apakah kau mau mati sekarang Gun, aku siap membunuhmu sekarang juga!" Sumpah demi apapun Arm kesal setengah mati dengan Gun. Ingat Arm itu pintar dalam bidang IT bukan kedokteran. Bahkan dokter saja tidak tau kapan Biu akan sadar, apalagi Arm yang bukan dokter. Dasar pertanyaan sialan.

"Eugh," Biu melenguh pelan, dan membuka matanya pelan, lalu mengerjapkanya perlahan untuk menyesuaikan cahaya yang masuk kedalam netra matanya.

"Biu kau sudah sadar?" Pol langsung bergegas untuk menghampiri ranjang Biu. Disusul Arm yang langsung duduk dipinggiran brangkar Biu.

"A-air," Biu berucap pelan, karena memang saat ini Biu belum memiliki cukup tenaga untuk berbicara, sedangkan Pol yang mendengar Biu, langsung tanggap dan mengambil segelas air dan pipet untuk Biu.

"Terimakasi Pol," ucap Biu lirih.

"Syukurlah kau sudah sadar." Arm tersenyum hangat kearah Biu, dan dibalas anggukan pelan oleh Biu.

Sebelumnya Arm sudah memanggil dokter melalui alat otomatis didalam ruangan itu, dan taklama dokter datang dan segera memeriksa keadaan Biu.

Dokter itu membuka sedikit kancing baju rumah sakit milik Biu dan memeriksanya. "Keadaanya sudah cukup setabil, hanya perlu istirahat saja, dan jangan mandi terlebih dahulu, agar luka tembak yang ada ditanganmu cepat sembuh." Jelas dokter itu, setelahnya langsung pergi.

Sedangkan Arm dan Pol, mereka berdua sudah pergi, agar Gun dan juga Biu beristirahat. Ada alasan lain sebenarnya mereka pergi, yaitu panggilan dari atasan mereka yang bernama tuan Kinn.

"Iya Tuan Kinn." Sapa Arm dan Pol saat sudah masuk kedalam ruangan Tuan mereka,dengan menunduk hormat.

"Apa yang sebenarnya terjadi pada Biu dan Gun kemarin Arm?" Tanya Kinn tanpa basa-basi, karena Kinn memanglah orang yang selalu tegas dan thu the point.

Arm menatap tuannya yang sedang duduk dikursi kebesarannya dengan kekasih hatinya yang bergelanyut manja pada tuannya. "Kemarin mereka menjalankan misi dari tuan Thakun Tuan, dan karena misi tidak berjalan sesuai rencana,akhirnya mereka memutuskan untuk loncat dari atas gedung." Jelas Arm.

"Kenapa bisa masuk rumah sakit? Setiap pengawal pasti mempunyai alat terjun,apakah mereka pikun, sampai tidak menggunakannya, aish dasar bodoh" Kali ini yang berbicara bukan Kinn,melainkan istrinya Jane.

Setiap melakukan misi,semua pengawal pasti memiliki alat terjun bebas yang mereka gunakan sewaktu-waktu dalam kondisi darurat. Alat itu sejenis alat seperti payung yang dapat menyeimbangkan tubuh pemakainya ketika terjun bebas.

Jane adalah istri dari Kinn, dan saat ini tengah mengandung anak Kinn, Jane bukan wanita lemah pada umumnya. Jane tidak berbeda jauh dari Biu. Dua-duanya sama-sama ahli dalam bidang tembak menembak dan baku hantam. Jane dan Biu juga merupakan sahabat.

"Mereka menggunakannya nyonya, namun saat akan tiba dibawah, alat mereka hancur ditembaki oleh kedua anggota mafia itu."

"Lalu bagaimana keadaan Biu saat ini?" Tanya Jane yang terlihat sedikit khawatir, karena bagaimanapun bodohnya Biu,Biu tetaplah sahabatnya.

"Biu sudah siuman Nyonya,sekarang sudah baik-baik saja, hanya butuh banyak istirahat," jawab Arm.

Kinn mengeratkan pelukannya pada istrinya itu, dan menatap Pol yang sejak tadi diam.

"Pol,"

Pol mendongak menatap tuannya. "Iya Tuan."

"Aku punya tugas untukmu, tiga hari lagi bantu kawal ketua mafia yang bernama Vegas Victur, yang berasal dari Thailand. Dan aku tidak mau sampai terjadi kesalahan sedikitpun, karena dia mafia terkuat yang pernah ada, aku tidak mau mmbuat masalah dengannya.Cukup kau kawal bersama Kent menuju gedung perkumpulan anggota dewan mafia,dan pastikan tidak ada kesalahan!" Kinn mengingatkan Pol karena memang mafia itu bukan sembarang mafia biasa.

Pada awalnya itu adalah tugas Biu dan Gun, namun mengingat kondisi keduanya, membuan Kinn mau tak mau mengalihkanya pada Pol dan Kent.

Setelah satu harifull Biu istirahat, saat ini kondisinya memang sudah sangatlah membaik. Dan pagi ini Biu dan Gun kembali dijenguk oleh Pol dan Arm.

"Apakah kau sudah gila seperti Gun,Biu?" tanya Pol pada Biu.Membuat Biu menatapnya tajam, namun hanya dibalas tawa oleh Pol.

"Aku setuju padamu Pol, sepertinya Biu sudah mulai tertular gila seperti Gun." Timpal Arm.

"Kenapa kalian membawa diriku, ingat ya! Biu bodoh itu yang menarikku terjun bebas, bukan aku,dia itu gila sendiri bukan karenaku." Gun tak terima sendari tadi dikatakan gila, yang benar saja, disini Biu yang gila karena menariknya terjun bebas tanpa persiapan. Kenapa jadi Gun yang seperti tersangka.

Biu tiba-tiba teringat dengan misi yang ia lakukan waktu itu, seingatnya waktu itu, Biu sudah membawa botol kecil sialan yang membuatnya terkapar dirumah sakit,tapi sekarang entah kemana. "Arm, dimana botol kecil itu sekarang?"

"Bersama tuan Thakun," jawab Arm.

Jawaban yang Arm berikan membuat Biu dan juga Gun menatapnya penuh tanya, bukankan itu milik tuan Korn kenapa bisa pada tuan Thakun gila itu pikir keduanya.

"Bukankah itu punya tuan Korn?" tanya Gun menelisik.

"Itu memang benar punya tuan Thakun," sahut Pol.

"Kenapa kau berikan padanya bodoh, obat itu bisa musnah dari muka bumi, jika kau berikan pada Thakun sialan itu!" Sulut Gun emosi.

"Tunggu sebentar, jadi obat itu punya tuan Thakun bukan tuan Korn. Sialan aku mempertaruhkanya setengah mati!" sulut Biu penuh emosi, Biu tau persis, jika itu punya tuan Thakun, pastilah obat itu sama tak bergunya dengan tuannya itu.

"Dan lebih sialnya, itu obat untuk memperlancar buang pupnya tuan Thakun, kau tau itu?" jelas Arm, membuat Biu dan Gun menyumpah serampahi tuannya habis-habisa.

"Sialat bajingan itu, aku bahkan sudah ditumbalkan oleh Biu, dan bahkan mempertaruhkan nyawaku dengan Biu, dan apa tadi, itu untuk pupnya. Aku sumpahi kau tidak bisa buang berak selamanya!" Teriak Gun emosi. Gun tidak peduli jika sumpahnya menjadi nyata, sial sekali hidupnya pikirnya.

Psikopat

Dua hari sudah Biu berada dirumah sakit bersama dengan Gun, membuat Biu mati kebosanan disana, Biu bukan tipekal wanita yang lemah, yang harus dirawat sampai berminggu-minggu hanya karena luka tertembak.

Biu yang sendari tadi belum tertidur, menatap jam didinding yang tak jauh darinya, yang menunjukkan pukul sepuluh malam. Dan terlihat Gun sudah tidur dengan nyenyaknya, membuat Biu menatapnya jengah.

"Si sialan itu, bahkan dia tidur seperti babi!" Biu berucap sambil melepaskan infus ditangannya secara paksa. Membuat darahnya sedikit demi sedikit mengalir membasahi tangannya sendiri.

"Yak! Sakit juga ternyata,tapi nikmat." Ringis Biu pelan dan langsung menyibak selimut tebalnya. Biu mengambil benda pipih miliknya di atas nakas, dan tak lupa pistol kesayangannya yang berada dilaci meja sebelah brangkarnya.

Biu tidak peduli dengan Gun dan Arm yang nantinya akan mengocehinya karena kabur dari rumah sakit, karena demi tuhan Biu sudah mati kebosanan diruangan berbau obat itu. Belum lagi jika pagi tiba, Biu selalu dipaksa memakan makanan mejijikan bewarna putih yang sangatlah hambar, makanan rumah sakit itu tak lebih menjijikan daripada makanan babi.

Biu saat ini sudah berjalan dipinggirkan jalan yang sangat sepi, dengan menendang-nedang kecil bebatuan yang ada dijalan. Biu tadi kabur melalu jendela dan mengendap-endap melalui balkon rumah sakit. Jika ditanya kenapa tidak langsung lewat pintu, Biu tidak mau melakukannya, karena sudah pasti didepan kamar rawatnya ada seorang pengawal yang menjaga dan itu sangat merepotkan. Membuatnya lebih memilih kabur layaknya pencuri.

"Thakun sialan, gara-gara dia, aku harus berada dirumah sakit." Biu masih saja kesal dengan tuanya itu, dasar gila pikirnya.

Kemarin Arm menjelaskan padanya jika Thakun tidak sengaja melakukannya. Botol obat Thakun dan milik tuan Korn itu sama, dan sebelum waktu botol itu dicuri, Thakun sebelumnya tidak sengaja menukar kedua botol itu karena kecerobohonya sendiri.

Dan karena botol itu sangat penting bagi tuan Korn akhirnya Thakun menyurup Biu dan juga Gun untuk mengambilnya. Dan betapa bodonya Thakun, setelah misi selesai, ia baru menyadari jika botol miliknya ternyata tertukar dengan milik ayahnya.

"Dasar Thakun bo-" belum selesai Biu memaki tuany kembali, tiba-tiba Biu mendengar suara orang yang tertawa nyaring dengan diiringi suara pukulan-pukulan serta jeritan kesakitan dari balik semak-semak.

Biu segera berjalan kerah suara itu dengan hati-hati lalu bersembunyi dibalik semak-semak yang ada disana. Biu melihat ada sekitar empat orang laki-laki yang dengan asik memukul satu orang lainya tanpa ampun.

"Apakah aku harus membantunya?" Biu masih dengan cermat melihat adegan didepanya, disisi lain Biu ingin menolong orang itu, namun ada sisi lain dalam dirinya yang membuatnya enggan untuk segera menolongnya.

"Argh, apakah itu nikmat?" gumam Biu pelan, saat melihat teriakan kesakitan dari orang itu.

Lelaki dengan wajah tampan, hidung mancung dan juga badan idealnya tengah menatap lelaki yang sudah babak belur didepannya dengan raut wajah penuh kepuasan,melihat seseorang yang terus dipukuli tanpa ampun.

Lelaki itu awalnya hanya diam dan hanya memerintahkan anak buahnya untuk menghajar penghianat didepnnya itu. Namun lama-kelamaan rasa haus akan darah dan penderitaan serta jeritan kesakitan dari penghianat itu semakin menggema indah ditelingannya. Membuat lelaki itu ingin menyiksanya dengan tangannya sendir.

"Hentika! Aku ingin menikmatinya juga," ucap lelaki itu, lalu maju kedepan, dan mengeluarkan pisaul lipat berwarna silver dari saku celananya.

Sedangkan orang yang berada didepannya semakin bergetar ketakutan, karena ia tahu jelas, jika orang biadab didepannya ini memiliki penyakin mental lain yang tak lain adalah psikopat, yang selalu haus akan darah dan jeritan kesakitan orang lain. Namun bagaimanapun ia akan memberontak,ia juga tak akan lepas begitu saja dengan mudah, mengingat kondisinya yang sekarang juga sudah sangat memprihatinkan, dengan sekujur tubuhnya yang sudah penuh luka.

"Kau tadi berbohong bukan Arlan?" tanya lelaki itu pada penghianat didepannya.

"Maafkan aku Tuan Vegas, aku berjanji tidak akan pernah menghianatimu lagi."

Yah lelaki itu adalah Vegas,seorang ketua mafia Blue Red mafia yang paling ditakuti diberbagai negara, para mafia lain tidak ada yang mau berurusan dengan mafia Vegas, karena membuat masalah dengan Vegas, sama saja dengan menghantarkan kehancuran untuk dirinya sendiri.

Vegas yang mendengar permohonan Arlan didepannya, hanya menggangapnya angin lalu, dan berjalan semakin mendekat kearah Arlan, Vegas berjongkok mensejajarkan tubuhnya dengan Arlan. Tiba-tiba Vegas tersenyum kearah Arlan, membuat bulu kuduk Arlan meremang seketika.

Vegas mencekram kuat rahang Arlan yang penuh dengan luka, membuat Arlan meringis menahan sakit. Vegas menyayat pelan pipi Arlan, sangat pelan namun ditekan kuat, membuat sayatan itu sangatlah dalam bahkan sampai menembus keronggang mulut Arlan. Arlan sudah menjerit sakit, namun sama sekali tak menghentikan aksi Vegas, bukanya melunak, Vegas malah semakin menjadi.

"Keluarkan lidahmu!" perintah Vegas penuh penekanan.

Arlan yang sudah tau apa yang akan dilakukan Vegas berusaha menutup mulutnya rapat-rapat. Membuat Vegas menggeram marah, dengan tidak berperikemanusiaannya, Vegas merobek paksa mulut Arlan dengan pisau lipatnya, membuat Arlan memberontak kesakitan. Dan biadapnya Vegas, Vegas menarik daging kenyal berwana pink itu dan memotongnya secara perlahan tanpa rasa jijik sedikitpun, bahkan tangan Vegas saat ini sudah dipenuhi dengan darah.

Biu yang masih bersembunyi disemak-semak, berusaha menetralkan detak jantungnya yang sendari tadi berdetak kencang dan tidak beraturan,bahkan nafasnya terasa tercekat ditengorokannya sendiri. Tatkala Biu tau siapa lelaki yang sendari tadi Biu intai itu.

Biu ingin segera pergi dari sana, mamun kaki Biu masih lemas dan bahkan bergetar hebat, membuat Biu tak bisa segera pergi, dan mau tidak mau harus bertahan disemak-semak itu.

"Kenapa? Kenapa kau ada disini," gumam Biu pelan, air matanya sudah menetes deras membasahi pipi indah mulusnya.

"Kenapa aku harus melihatnya kembali." Lanjut Biu, dengan suara yang bergetar, Biu berusaha sebisa mungkin menutup mulutnya sendiri dengan kedua tangannya,agar tidak menimbulkan suara.

Sedangkan Vegas sudah selesai dengan aktivitasnya tadi, Vegas akan segera pergi dari tempat itu, namun langkahnya terhenti karean mata tajam Vegas melihat semak-semak yang bergoyang,padadal tidak ada angin kencang saat itu.

Vegas yang penasaran berjalan mendekat kearah semak-semak itu, membuat Biu yang ada dibaliknya, berusaha sekuat tenaga menahan tubuhnya agar tidak bergetar, Biu benar-benar takut sekarang, Biu takut jika harus bertemu dengan orang itu saat ini. Orang yang dengan mati-matian Biu hindari. Saat ini tengah berada didepannya dan sebentar lagi memergokinya tengah bersembunyi.

Biu bersumpah jika ia tidak ketahuan, Biu akan memberikan apapun yang Gun mau selama satu hari penuh. Walaupun itu berarti Biu harus melakukan hal gila sekalipun.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!