"Andre...mengapa kau tega mengkhianatiku..? setelah apa yang kuberi padamu..?" isak seorang gadis cantik bernama Dina. Ia tampak kalut.
Dina menyusuri jalanan setapak ditepi desa. hatinya saat ini sangat kalut. Ia merasa berputus asa dan kecewa. karena Ia dikhianati oleh seorang pemuda tampan yang datang dari kota.
pemuda itu seorang calon sarjana Pertanian. Ia dan rekannya sedang melakukan KKN didesanya. karena didesa Dina, menjadi satu-satunya desa terpencil dikaki bukit yang tidak tersentuh tangan pemerintah dalam pembangunan.
para pemuda KKN itu sering berinteraksi dengan warga setempat. saat itulah Dina mengenal Andre. salah satu anak KKN yang kebetulan membuat posko didekat rumahnya.
paras cantik dan kepolosan Dina dimanfaatkan oleh Andre sang calon dokter untuk mengelabuinya.
dengan segala bujuk rayunya, Andre berhasil menjebak gadis lugu itu untuk memberikan mahkotanya. bersamaan setelah merenggut kesucian gadis cantik nan lugu, Andre dan Tim-nya juga sudah habis masa KKN-nya.
mereka meninggalkan desa beserta Dina yang kini hancur hatinya. Andre berjanji akan membawa orangtuanya untuk melamarnya. namun semua hanyalah sebuah janji palsu belaka.
***
paras Andre yang tampan, serta Mobil yang digunakannya saat datang kedesa, menggambarkan Ia seorang pemuda yang berasal dari keluarga kaya raya.
Andre selalu mengajak Dina berjalan-jalan keluar desa, membelikan apa saja yang diinginkan oleh Dina.
merasa sangat dicintai, akhirnya Dina percaya, jika Andre pemuda yang benar-benar mencintainya. hingga akhirnya Ia menyerahkan kesuciannya pada sang kekasih dengan sukarela.
***
"Din...apakah kau benar mencintaiku..?" ucap Andre dengan penuh kelembutan, pada suatu hari disiang yang cerah.
mereka berada diatas bebatuan bukit yang terlindung dengan pohon.
"iya..mas..aku mencintaimu.." ucap Dina yang sudah jatuh cinta dan terpedaya oleh sang pemuda.
siapa sih yang gak akan klepek-klepek jika selalu dimanjakan dan diberikan harapan. apalagi oleh pemuda tampan, berpendidikan tinggi, calon sarjana dan berasal dari keluarga kaya.
untuk gadis seperti Dina yang tinggal didesa terpencil, tentulah itu hal yang sangat diimpikan, mendapatkan calon pasangan ideal.
Ia begitu bangga dapat menjadi kekasih seorang calon sarjana. bahkan warga disekitar desa juga mengetahui jika Dina menjalin hubungan khusus dengan Andre sicalon sarjana tampan.
****
tanpa terasa, Dina telah berada di puncak bukit. Ia telah berjalan bermil-mil jauhnya. rumahnya yang berada dikaki bukit juga sudah tidak terlihat.
hari sudah mulai sore. Ia yang sedang patah hati terus saja berjalan, hingga akhirnya Ia berada pada ujung sungai yang mengarah ke air terjun. air terjun itu memiliki ketinggian 317 meter. dibawahnya terdapat sebuah sungai yang mengalir deras, dengan bebatun cadas yang siap menyambut tubuhnya.
rasa malu karena telah kehilangan kesuciannya, membuatnya begitu frustasi. kehilangan sebuah kesucian adalah hal yang tabu dan sangat membuat aib bagi keluarga yang tinggal dipedesaan.
karena menjaga kesucian adalah hal yang paling ditekankan bagi seorang anak gadis. kesucian seorang gadis menjadi tolok ukur dalam sebuah pernikahan warga desa.
tak ingin menanggung aib keluarga.. Dina mencoba mengakhiri hidupnya. Ia melompat dari air terjun setinggi 317 meter. Ia memejamkan matanya, lalu melompat. dan..."aaaghhh.." Ia pingsan.
ketika hari mulai senja, safak menggantung dilangit, warna jingga dilangit menandakan akan tiba waktu maghrib.
Dina mengerjapkan matanya, Ia melihat dirinya sedang tersangkut didahan kayu yang tumbuh dididing bebatuan air terjun.
saat melihat kebawah, tiba-tiba saja Ia merasa ngeri dan takut mati. Ia membayangkan sungai yang mengalir deras dibawah dengan bebatuan cadas, membuatnya gemetar ketakutan.
Ia berteriak meminta tolong. "toloooong...tolong..saya.." Dina terisak meminta tolong. posisi air terjun yang berada di puncak bukit, dengan hari yang mulai senja, tentu tak ada sesiapa disana.
suara jeritan Dina yang meminta tolong, didengar oleh sesosok makhluk bernama Bromo. saat itu Ia sedang melakukan semadi.
makhluk bangsa jin berwujud siluman buaya dengan berkepala manusia tampan. Ia memejamkan matanya, melihat dengan penglihatan mata bathinnya. mencari sumber suara yang meminta tolong. Ia melihat seorang gadis cantik tersangkut di dahan pohon, didinding tebing air terjun.
Ia segera menuju kesana. dengan kesaktiannya, Ia merayap didinding tebing. lalu berdiam sejenak memperhatikan gadis yang sedang berputus asa meminta pertolongan.
sesaat Ia jatuh cinta pada Dina, anak manusia yang memiliki paras cantik rupawan. Ia berniat menolong Dina, namun dengan satu syarat yang harus dipenuhi oleh Dina.
Ia merayap kedahan, tempat dimana Dina tersangkut. Lalu mendekati Dina yang sudah pucat pasi sembari memejamkan matanya, karena takut dengan ketinggian.
"Hai anak manusia...apakah kau membutuhkan pertolongan..?" ucap Bromo yang masih berwujud seekor buaya berkepala manusia tampan.
Dina mengerjapkan matanya, Ia terperanjat melihat makhluk jadi-jadian dihadapannya. Ia semakin pucat ketakutan.
"si..siapa kamu..?!" ucap Dina ketakutan.
"aku penguasa penunggu air terjun ini. kenalkan..aku bernama Bromo.." ucap makhluk itu memperkenalkan dirinya.
melihat makhluk itu berbicara, Dina semakin ketakutan. Ia memperhatikan wujud makhluk itu. Ia memiliki paras yang tampan..namun dengan tubuh setengah buaya siapapun orangnya pasti akan ketakutan.
kira-kira tampannya seperti ini wujud si siluman buaya pemirsa..
hari mulai gelap, rasa dingin begitu menusuk hingga ketulang. "maukah kau menolongku..?" ucap Dina memberanikan diri.
makhluk yang berwujud setengah manusia itu memandang dengan tatapan sarkas. "aku bersedia menolongmu hai anak manusia. tetapi ada syarat yang harus kamu penuhi.." ucapnya memberikan pilihan.
"apa syaratnya..?" ucap Dina..
Bromo yang melihat Dina sudah terpojok akan situasinya mengambil kesempatan dalam kesempitan.."menikahlah denganku..maka aku akan menolongmu..." ucap Bromo dengan senyum manisnya.
Dina membelalakkan matanya.."tidak...tidak..aku tidak mungkin menikah dengan makhluk sepertimu.." ucap Dina menolak..
Bromo lalu tersenyum licik.."jika begitu, maka berusahalah untuk menyelamatkan dirimu sendiri.." ucap Bromo. sembari bergerak memutar tubuhnya, ingin meninggalkan Dina.
Dina bagaikan buah simalakama dengan pilihan yang harus Ia ambil. disatu sisi Ia belum bersiap untuk mati, sedangkan disisi lain, Ia tak sudi jika harus menikah dengan makhluk jadi-jadian itu.
"apakah tidak ada syarat yang lainnya...? aku berjanji akan membalas kebaikanmu, tapi bukan dengan menikah dengamu.." ucap Dina memohon, agar Bromo memberikan pilihan yang lain.
Bromo masih tetap pada posisinya.. "persyaratanku tidak bisa diubah dan tidak ada tawar menawar..silahkan tentukan pilihannmu." ucap Bromo, sembari merayap didahan meninggalkan Dina yang bimbang dengan keputusasaan.
"tunggu...! aku bersedia menikah denganmu..tapi aku juga memiliki syarat untukmu.." ucap Dina memberikan syarat.
Bromo menghentikan langkahnya, lalu berbalik menghadap Dina.
"baiklah..apa syaratnya..?" ucap Bromo..
"kamu jangan pernah menyentuhku meskipun kita sudah menikah.. jika kamu setuju aku bersedia menikah denganmu, jika tidak..aku akan lebih memilih mati..ucap Dina balik mengancam.
Bromo yang sudah jatuh cinta pada pandangan pertamanya, merasa gentar. Ia tak menyangka jika gadis itu ternyata keras kepala juga.
"baiklah..aku akan memenuhi keinginanmu.." ucap Bromo.
Lalu dengan kekuatannya, Ia membopong tubuh Dina dan membawanya kedalam gua yang ada didinding dasar air terjun.
Bromo membawa tubuh Dina kedalam sebuah gua. Ia meletakkan tubuh Dina diatas dipan yang terbuat dari Batu pahatan alam.
dinding batu goa yang terlihat lembab. disana sini banyak terdapat penerangan yang terbuat dari obor.
Dina menselunjurkan kakinya, terdapat luka goresan dibagian betis dan pinggangnya, luka itu didapat karena tersangkut didahan pohon saat ingin berniat bunuh diri.
Dina meringis menahan sakit, dan perih. Bromo mendekati Dina untuk memberikan pertolongan. saat Bromo akan mendekatinya, Dina langsung beringsut dari tempatnya. "tidak..jangan mendekatiku" ucap Dina dengan nada jutek.
Bromo mengundurkan niatnya, Ia memilih untuk duduk disisi dipan pahatan batu, dan tanpa sengaja, ujung ekornya menyentuh Dina yang masih kesal.
"aaww..sakit tau.." ucap Dina semakin kesal. Ia merasa takut juga benci dengan makhluk dihadapannya.
Bromo hanya tersenyum saat mendengar omelan dari Dina.
"maaf..saya tidak sengaja.." ucap Bromo lembut.
"mengapa nasibku sangat sial sih..? bertemu dengan makhluk mengerikan ini. "
"bahkan sampai melakikan perjanjian pernikahan dengannya."
"tapi mau gimana lagi, aku juga takut mati." Dina berguman dalam hatinya.
Bromo yang mampu membaca isi hati Dina, hanya tersenyum, memandangi wajah jutek dari gadis nan ayu rupawan.
seketika, seorang dayang berbaju kemben datang menghampiri Bromo dan Dina yang masih berdiaman.
"permisi, Baginda Raja.. calon permaisuri akan segera dirias sesuai dengan permintaan Baginda."
" karena pernikahan akan segera digelar.."
"malam ini tepat Jum'at Pahing, malam yang cocok untuk melangsungkan pernikahan.." ucap Sang dayang menuturkan.
Bromo tersenyum sarkas kepada sang dayang.
"silahkan, rias calon pengantinku dengan secantik mungkin."
"dan perlakukan Ia dengan baik.." titah Bromo keoada sang dayang.
"Baik, Baginda. kami akan melaksanakan titah Baginda Raja dengan baik." ucap sang dayang kepada Bromo dengan hormat.
Dina yang mendengar percakapan dua makhluk ghaib itu hanya terperangah.."a..apaa..? menikah sekarang..?"
"apa gak bisa besok saja..? atau lusa..?" ucap Dina meminta penangguhan waktu.Ia merasa belum siap untuk menjadi Istri siluman buaya tersebut.
meskipun Ia telah melakukan perjanjian dengannya, namun bukan berarti secepat itu pernikahannya.
"pernikahan ini tidak bisa ditunda lagi tuan putri.." ucap Sang dayang dengan sopan dan lembut.
Dina yang tidak memiliki pilihan akhirnya menuruti perintah dari sang dayang.
Ia turun dari dipan batu dengan wajah masam. Ia begitu sangat kesal. "andai saja aku tidak berniat bunuh diri saat tadi, mungkin nasibku tidak akan sesial ini..!!"gerutu Dina dalam hatinya.
Ia melewati Bromo dengan tatapan sinis. namun Bromo menanggapinya dengan tenang dan tersenyum sarkas.
Dayang membawa Dina kesebuah lorong yang menghubungkan dengan sebuah ruangan. Mata dina memandang takjub akan ruangan yang didalamnya bak istana megah kerjaan.
ada sebuah singgasana yang terukir dari pahatan emas murni, dengan bertahtan berlian dan bebatuan mirah delima.
gemerlap didalam istana tersebut tak mampu dilukiskan sengan kata-kata.
ada ribuan mata yang menatapnya. Dina merasa kikuk dipandangi seperti itu.
ada deretan prajurit yang semuanya membawa perisai berbentuk bundar ditangan kirinya, perisai itu terbuat dari besi. di tangan kanannya, para penjaga membawa sebuah tombak yang terbuat dari besi, dengan ujung runcing dan berbentuk pipih.
Dayang membawa Dina ke sebuah ruangan, yang dipastikan adalah kamar. didalam kamar itu, terdapat ranjang tidur yang terbuat dari kayu jati, dengan ukiran yang sangat indah. disandaran ranjang terdapat beberapa batu permata yang menghiasinya.
ranjang dengan kasur empuk yang berasal dari kapas, bersperaikan kain sutera berwarna emas. semuanya menandakan jika pernikahan ini benar-benar sangat megah.
Dina dibawa ke sebuah kursi kecil yang terbuat dari kayu, didepannya ada sebuah cermin berbentuk bundar, dengan bingkai yang berukiran indah. bingkai itu terbuat dari emas murni.
Dina duduk dikursi, sang dayang memintanya untuk menghadap ke cermin, lalundiperjntahkan untuk memejamkan matanya.
dalam hitungan detik, Dina yelah berubah memjadi pengantin wanita, dengan pakaian adat jawa.
Ilustrasi Dina, gadis desa yang tinggal dikaki bukit, yang mengikat perjanjian dengan siluman buaya.
Dina membuka matanya, Ia sangat terkejut saat melihat dirinya dicermin. Ia memandangi wajahnya, memegangi kedua pipinya dengan merapatkan jari telunjuk, jari tengah dan jari manisnya.
"haah..masa iya aku secantik ini..?" Dina berguman dalam hatinya.
para dayang yang memandanginya tersenyum melihat tingkah Dina yang seperti tak percaya, jika yang dilihatnya dikaca adalah dirinya.
"Mari Tuan putri.. kita harus segera ke singgasana. Baginda Raja telah menunggu." ucap Dayang itu dengan lembut.
seketika wajah ceria Dina berubah jadi mendung. Ia belum siap untuk menikah dengan siluman buaya putih tersebut. Ia berniat melarikan diri.
sembari berjalan keruang utama singgasana sang Baginda Raja Bromo Sadewo, Dina mencoba berfikir bagaimana caranya Ia bisa lari dari pernikahan ini.
****
Dina sampai diruangan utama. suasana yang sangat ramai, dihadiri oleh berbagai lelembut, dan makhluk halus lainnya sebagai tamu undangan.
Bromo yang melihat Dina berjalan dengan menggunakan baju pengantin, begitu terpana akan kecantikan yang dimiliki anak manusia tersebut.
Mata Bromo, tak hentinya memandang calon pengantinnya, berjalan kearahnya.
Dina berjalan dengan anggunnya, semua mata terpana menuju padanya. Dina duduk disebuah altar pernikahan yang beralaskan permadani bewarna merah. dinding-dinding berhiaskan bunga berwarna putih, yang menambah kesan kemegahannya pernikahan ini.
Dina duduk bersimpuh duduk bersanding dengan Bromo Sadewo, yang menjadi Raja bagi seluruh lelembut dan siluman yang berada diaderah kekuasaannya.
Acara janji suci pernikahan akan segera dimulai. namun, tiba-tiba saja, terjadi sebuah keributan dipintu gerbang istana. para pengawal merapatkan barisan. sesosok makhluk berjenis ular siluman betina, memaksa masuk untuk bertemu Bromo.
siluman itu bernama Ristih.. Ia tidak terima dengan pernikahan ini. karena Ia mencintai Bromo. Ia ingin menggagalkan pernikahan ini.
Ristih membunuh para penjaga yang mencoba menghalanginya.
Bromo yang melihat kondisi sudah tidak lagi memungkinkan, terpaksa ikut tirun tangan mengatasi Ristih.
kelengahan itu, dimanfaatkan Dina untuk mengambil kesempatan dalam kesempitan.
Dina menyelinap diantara kegadujan yang terjadi. Dina mengendap-ngendap dilorong goa. saat melihat seorang pelayan yang sedang ingin melintas kearahnya, Ia bersembunyi dibalik celah dinding. saat pelayan itu sudaj sejajar dengan posisinya, Ia memukul sanga dayang dengan tangannya.
dayang itu seketika pingsan. Dina menyeret sang dayang, melucuti pakaiannya, lalu mengganti dengan pakaian sang dayang. setelah menukar pakaiannya, Dina mencopoti semua aksesoris dirambutnya, memakai penutup kepala yang berasal dari selendang milik dayang tersebut.
Dina melakukan penyamarannya. Ia berhasi keluar dari Istana. Ia mencari jalan untuk dapat segera pergi. namun naas, Ia memilih jalan yang salah. dimana jalan yang Ia pilih, mengarah pada sebuah lorong tebing yang curam, setinggi 300 meter dari permukaan air.
dibawah lorong tebing terdapat sungai dengan batuan tajam yang siap menjambutnya.
Dina merasa gemetar, Ia sangat ketakutan. hidupnya bagaikan diujung tanduk.
Dina terduduk lemas, hilang sudah harapannya. Ia teringatnakan ayah dan ibunya. Ia merasa bersalah kepada keduanya.
"ayah..ibu..maafin Dina.. Dina mau pulang bu, pak.." ucap Dina lirih.
"tolong Dina Pak..Bu.." Dina terisak menyesali perbuatannya.
Dina menyeka air matanya, Ia memperhatikan kesetiap dinding tebing, ada jalanan setapak yang terbuat dari pahatan batu disetiap dinding tebing.
Dina dengan tekad yang bulat, berniat untuk menapaki jalanan tersebut. meski nyawa menjadi taruhannya. tekadnya sudah bulat, Ia tak ingin menikah dengan siluman buaya putih tersebut.
Dina nekad menapakinya, namun, baru saja Ia melangkah dua langkah, Ia terpeleset karena batuan yang lincin.. dan.. "aaaaaaaaggghhh.."
[byuuuuuuuur..] suara lengkingan Dina terdengar sampai kealam dimensi lain.
Dina mengerjapkan matanya. Ia memandang kesekeliling ruangan. Ia terperanjat mendapati dirinya didalam ruangan kamar megah bertahta intan berlian.
"i...ini..kan kamarnya Baginda Raja Bromo..," ucap Dina lirih. Ia memperhatikan setiap detailnya.
saat Ia menoleh kesisi kananya, Ia sedang mendapati Bromo sedang tertidur dengan wujud utuh buaya putih. sontak Dina berteriak ketakutan.
teriakan dina yang kencang membangunkan Bromo yang masih tertidur pulas. Ia mengerjapkan matanya memandang Dina.
Dina beringsut dari tempatnya. Ia ketakutan. tubuhnya mengigil melihat wujud Bromo yang asli. moncong buaya siluman itu menguap. menambah kengerian pada Dina.
Bromo yang tak menyadari wujudnya seluruh buaya, mendekati Dina yang ketakutan. Dina semakin menggigil "tidak..jangan mendekatiku.." hardik Dina sembari menutup wajahnya.
Bromo melihat bayangannya dilantai, Ia melihat dirinya sedang berwujud Buaya sepenuhnya. lalu Ia merubah wujudnya menjadi pangeran tampan setengah buaya.
setelah mengubah wujudnya berwajah tampan, Ia mendekati Dina yang ketakutan. Ia duduk ditepian ranjang. membelai rambut Dina yang masih basah, karena tercebur kedalam sungai, saat Ia berniat hendak melarikan diri dari pernikahannya.
Dina dengan cepat menepis tangan Bromo, dengan tatapan jutek Ia memandang Bromo dengan tajam "jangan sentuh aku..!" hardiknya.
Bromo tersenyum manis dan sangat tenang menghadapi sikap Dina yang sangat jutek padanya.
Dina melirik pakaiannya, Ia melihat pakaiannya sudah berganti dengan pakaian tidur bewarna putih yang terbuat dari bahan satin.
"haaah..?" Ia lalu melirik kearah Bromo.
"kauuu...! apa yang sudah kau lakukan padaku..?!" ucap Dina dengan sengit.
Dengan refleks Ia memukuli lengan Bromo yang berada disisi kanannya "jawab..kau sudah berbuat apa padaku.?!" cecar Dina dengan sengit.
Bromo hanya diam dan berusaha tenang dengan segala pukulan dari Dina. Ia merasakan pukulan itu terasa sama sekali, meskipun Dina sudah mengeluarkan tenaga sepenuhnya.
setelah puas memukuli Bromo, Ia mengatur nafasnya yang tersengal.
"sudah puas..?" ucap Bromo lembut.
"Aku menemukanmu tersangkut disungai..tubuhmu basah."
"aku hanya mengganti pakaianmu.." ucap Bromo setenang mungkin.
Dina menoleh kearahnya.."hanya mengganti..?"ucap Dina mencibir.
Bromo hanya mengangguk. "ya.. hanya menggantinya saja..dan.."
Dina membulatkan matanya "dan ..apa..?!" cecar Dina sengit.
"dan hanya melihatnya.." ucap Bromo sembari beranjak dari duduknya.
"haaah...!!..kaaauu..?!" ucap Dina penuh kekesalan.
Bromo tak menghiraukan omelan Dina, sepertinya Ia mulai terbiasa dengan sikap jutek anak manusia itu.
Ia berjalan dengan ekornya yang meliuk-meliuk. meninggalkan Dina seorang diri.
Dina meremas kain sprei dengan sangat kesal. "kenapa sih aku bernasib sial.? ini semua karena Andre.. Dialah penyebabnya sehingga aku terjebak dalam semua kesialan ini..!" Dina menggerutu sendiri.
"aku rindu ayah dan ibu.."
"mungkin saja mereka khawatir akan keadaanku.." Dina berguman lirih.
***
Dina merasa bosan didalam kamar itu sendirian. Ia mengganti pakaiannya dengan sebuah gaun berwarna hijau , yang tersedia di dalam lemari kamarnya.
Dina membiarkan rambutnya tergerai indah.
Ia berjalan keluar kamar. tampak para pengawal yang berbaris tanpa lelah sedikitpun, sedang melakukan tugasnya, selalu siaga terhadap bahaya apapun serangan yang datang.
Dina berjalan melintasi para pengawal kerajaan, namun sepertinya mereka tidak menghalanginya. Dina terus berjalan menyusuri lorong dikerajaan itu.
kali ini Ia tersesat disebuah hutan. disana terdapat sungai kecil yang mengalir dengan airnya yang jernih.
disekitar sungai kecil, terdapat sebuah pohon berukuran raksasa, dengan daunnya rindang.
disisi sungai, ada sebuah kolam renang mini, yang terbuat dari dinding batuan cadas, diatasnya terdapat air yang mengalir dari sebatang bambu.
bunga-bunga beraneka warna bertebaran menghiasi taman itu. binatang-binatang lucu seperti kupu-kupu dan kelinci bermain dengan bebas.
sebuah pemandangan yang menakjubkan dan memukau mata.
ilustrasi sungai dan tamannya.
Dina menyusuri sungai kecil tersebut, Ia duduk dibebatuan yang ada didekat sungai. Ia menceburkan kedua kakinya, bermain dengan riak air yang mengalir dengan lembut.
seekor kelinci nan lucu, menghampirinya, Ia ingin meminum air sungai tersebut. Dina membantu kelinci itu, dengan mengambilkan air melalui telapak tangannya, dan memberikannya kepada kelinci tersebut. si kelinci meminumnya.
setelah hausnya hilang, kelinci itu tak jua pergi. Ia bermain disekitar Dina.
Dina yang gemas, lalu menangkapnya, dan kelinci itu terlihat jinak. Dina bermain dengannya, sehingga tanpa sadar, seekor ular Sanca raksasa sepanjang 15 meter dengan tubuh sebesar pohon kelapa, telah lama mengintai sedari tadi. Ular itu menatap Dina dengan tatapan siap menyerang.
Ular itu berada didahan pohon raksasa yang berdiri kokoh. mata ular berwarna merah dengan kuning kecoklatan berbintik hitam, merambat dan menjulurkan lidahnya.
ular itu merayap dengan sangat ringan, hingga tanpa suara sedikitpun.
saat telah berada didekat Dina Ular itu mendesis..
"ssssstt...] desisannya mengejutkan Dina yang sedang asyik bermain air.
Dina menoleh kebelakang, dan dengan terbelalak, Ia berteriak.."aaaaaagggghh.." suaranya terdengar sampai keseluruh hutan.
saat itu Bromo sedang berada dihutan, Ia sedang melakukan perburuan binatang rusa.
mendengar suara teriakan Dina, Ia segera memutar arah mencari sumber suara dari teriakan Dina.
****
Ular itu siap menyerang, Dina mencoba menyelamatkan dirinya. Ia berlari sekencangnya, diikuti oleh kelinci yang sedari tadi mengikutinya.
Ular tersebut ikut mengejarnya dengan meliuk-liukkan tubuhnya yang sangat besar dan panjang.
Dina terengah-engah, mengeluarkan segala tenaganya, lalu sebuah akar pohon yang melintang menghambat larinya.
kaki Dina tersangkut diakar pohon, lalu Ia terjatuh terjerembab. Ia sekuat tenaga untuk melepaskan kakinya yang tersangkut. Luka dibagian lutut dan pergelangan kakinya mengalirkan darah.
Ular itu mendekat denga perlahan. lidahnya menjulur ke wajah Dina.
Dina yang sudah ketakutan mencoba memejamkan matanya sembari merapatkan bibirnya, dan menggigil menahan rasa takut yang teramat sangat.
Ular itu menjalar ditubuh Dina, lalu membelit tubuhnya, Dina merasakan nafasnya sesak.
ular itu semakin kuat membelitakan tubuhnya, lalu kepalanya siap melahap tubuh Dina yang masih sadar.
dan dengan tiba-tiba, sebuah sabetan pedang yang panjang dan tajam, memenggal kepala ular tersebut.
ular itu mati seketika, darah mengucur deras dan melepaskan lilitannya.
Dina merasa lemas karena hampir kehabisan nafas.
Ia membuka matanya, Ia terperangah, melihat Bromo didepannya dengan membawa sebilah pedang yang sangat tajam dan panjang. Brormo melepaskan tali akar yang membuat kaki Dina tersangkut dengan sabetan pedangnya.
dengan rasa takut yang barus saja dialaminya, Tanpa sadar, Dina menghamburkan dirinya kedalam pekukan Bromo yang berwujud setengah buaya.
Dina menangis terisak dan sembari membenamkan wajahnya didada kekar milik Bromo.
Bromo dengan tenang membelai rambut Dina, lalu membopongnya kembali kedalam kerajaan.
***
Dina tertidur karena kelelahan. tubuhnya penuh memar dan luka dibagian lutut dan pergelangan kakinya.
dengan penuh kesabaran, Bromo menyembuhkan luka yang ada ditubuh belahan jiwanya.
Ia memandangi wajah ayu anak manusia tersebut. Ia begitu tergila-gila dengan dengan kecantikan Dina.
Ia membelai lembut wajah gadis yang menjadi pilihannya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!