"Huh, oke, oke."
Seorang pria berambut hitam pendek dengan poni sedikit berantakan menghela nafas dengan kasar setelah mendengarkan ocehan dari handphone, maksudnya dari seseorang yang baru saja menghubunginya.
"Ya, aku akan mengusahakannya. Sudah, ya, Bu .... tunggu saja kabar selanjutnya! Oh, ya ... sehat-sehat di kampung, aku akan segera mengirimkan uangnya saat aku sudah gajian." Pria itu kemudian memutuskan sambungan telepon, melempar secara acuh tak acuh ponsel pintarnya ke kasur.
"Menikah, ya?" gumam pria yang bernama Yayan itu, budak korporat yang berusia 25 tahun.
Dia kemudian bangkit dari duduknya di atas kasur, mendekat ke arah nakas lalu membuka laci. Yayan mengambil sebuah kotak kecil yang saat dibuka ternyata berisikan cincin.
Pria itu berniat melamar pacarnya yang bernama Yani, mereka telah pacaran lebih dekat tiga tahun. Yani adalah pacar Yayan untuk yang kali pertama, bisa jadi untuk kali terakhir.
Ya, Yayan baru pertama kali menjalin hubungan. Bukannya tidak ingin, namun dia selalu mendapat penolakan.
Untuk kasusnya Yani, ia yang mengutarakan perasaannya lebih dulu. Tentu Yayan reflek menerimanya walaupun belum memiliki perasaan pada saat itu. Tetapi, kini Yayan sudah sangat mencintai Yani. Dia rela melakukan apa pun demi pujaan hatinya.
"Huh, saatnya menjadi pria sejati." Yayan menggenggam kuat kotak berisi cincin itu, matanya kentara berkobar-kobar akan semangat.
Dia mengambil jaket yang tersampir di gantungan baju terus memakainya. Handphone yang tergeletak di kasur juga dipungut lagi, bermaksud untuk menghubungi Yani.
Yayan mengirimkan pesan singkat untuk meminta bertemu.
"Di tempat biasa?" balas wanita itu.
"Ya. Mau kujemput atau berangkat sendiri?"
"Sendiri."
Bibir Yayan merekah lebar, dia memasukkan handphone-nya ke saku lalu berangkat menuju lokasi, berbekal dengan motor matic yang sudah agak tua.
Yayan menghabiskan waktu 20 menit untuk sampai di kafe yang menjadi tongkrongannya bersama Yani.
Tidak susah untuk mencari wanita itu, ia terlihat duduk di meja yang lumayan dekat dengan pintu masuk.
Yayan melambai, "Wah, kau duluan? Tumben!" dia sedikit bergurau. Yayan memang selalu datang lebih dulu.
Yayan duduk berseberangan dengan Yani. Wanita itu tampak berseri-seri.
"Kau nampak sangat bahagia? Apa ada sesuatu yang bagus?" tanya Yayan. "Eh? Apa sudah pesan makanan?"
Wanita berambut hitam agak panjang dan bergelombang itu terus tersenyum. "Aku udah pesan, kok. Lagian, aku hari ini memang lagi senang, sih."
"Hmph ... main rahasia-rahasian."
Yayan dan Yani menunggu cukup lama untuk pesanan mereka, hampir setengah jam.
"Bukannya terlalu lama?" celoteh Yayan.
"Umm ... mungkin ada sedikit kendala, tapi santai saja, sih," respon Yani yang sebetulnya terlalu fokus pada layar handphone-nya.
"Benar juga."
Yayan mendadak kepikiran untuk melamar Yani sekarang.
'Mungkin ini saatnya?' batin pria itu, dia mengeluarkan cincin dari saku jaket hitamnya.
"Umm, Yan?" panggil Yayan, memecah fokus Yani.
"Iya, apa ada sesuatu yang kau ingin kau bicarakan?" Wanita itu nampak penasaran.
"Aku sudah mempertimbangkannya. Yah, tiga tahun hubungan kita berjalan dengan mulus, meski sedikit terjadi percikan-percikan kecil. Namun, aku yakin kita sudah siap untuk mengikat komitmen yang lebih tinggi." Yayan menunjukkan cincinnya pada Yani.
"Oh, sungguh?" Yani sedikit terkejut, ia melihat Yayan yang sangat-sangat serius.
Namun ....
"Pesanan!?"
Seseorang membawa nampan berisi makanan dan minuman, pelayan pria itu menyajikannya kepada Yayan dan Yani.
"Tunggu, tiga porsi? Kami hanya berdu——"
"Untukku!" sela pegawai kafe itu.
Yayan menjadi bingung, dia melihat Yani dan pegawai kafe secara bergantian. Terlebih lagi, pendatang baru itu menyeret kursi ke samping Yani, melingkarkan tangannya ke pinggang Yani.
"Sayang, apa kau belum memberitahunya?" ucap pelayan kafe itu, menatap Yayan seraya menyeringai tipis.
Yani sedikit cekikikan, ia mengambil nafas sebelum bicara. "Kita sudahi saja, Yan."
"A-apa? Apa yang kau katakan? Hei, kau tidak sedang meng-prank-ku, 'kan? Ini sangat tak lucu!" kekeh Yayan, pikirannya mencoba tetap positif pada Yani.
"Terserah kau mau menganggapnya apa." Wanita itu berdiri bersama si pegawai kafe. Mereka berdua melewati Yayan begitu saja.
"Terima kasih untuk tiga tahunnnya. Kau dompet yang berguna, aku sudah mendapat penggantimu," ucap Yani pelan saat tepat di samping Yayan. "Jangan lupa bayar pesanannya! Dah ...."
Yayan ditinggalkan sendiri di sana, terbengong. Dia tidak bisa mempercayai apa yang barusan terjadi. Cincin yang hendak diserahkan pun terlucut dari genggaman.
"Ini bohong, 'kan? Ini pasti mimpi!"
Tanpa sadar, Yayan sudah menjadi pusat perhatian dari semua pengunjung kafe.
"Mas? Mas baik-baik saja, 'kan?"
Pyarr ....
"Mas, mas, hentikan! Jangan bodoh!"
Yayan reflek memecahkan gelas minuman lalu mengambil serpihannya untuk ... ya, dia terlalu pengecut dan pecundang. Namun, itu ada sebabnya ... Yayan tergila-gila pada Yani karena sesuatu yang tidak normal.
Jawabannya adalah disantet!
[System telah menemukan kandidat yang cocok]
[Melakukan penyatuan]
[0%]
[5%]
[26%]
[47]
[88%]
[Selesai]
[Memindahkan host ke alam semesta nomor 222]
[Melakukan modifikasi ingatan]
[Selesai]
Yayan adalah seorang pekerja kantoran biasa, tidak ada yang menarik dari hidupnya. Terlebih lagi dia adalah orang kampung yang merantau ke kota. Yah, dia bisa sedikit membuat keluarganya bangga.
Namun, itu tidak cukup. Mereka menuntut lebih.
"Yan, kami tak mau tau. Kau harus memiliki calon istri untuk tahun ini! Ingat usia orang tuamu, kami ingin menggendong cucu."
Begitulah, Yayan dipaksa untuk segera menikah oleh orang tuanya. Mengingat mereka sudah berkepala lima, dan mungkin tinggal dua dekade lagi sisa umurnya.
Yayan yang merupakan pria berumur 25 tahun, sulit untuk mendapatkan pacar, apalagi calon istri. Dia selalu mendapat penolakan, namun tiga tahun belakangan dia berhasil memiliki pacar.
Masalahnya, dia baru saja putus dengan pacarnya. Apalagi dengan cara yang menyakitkan.
"Yan, kita putus. Terima kasih untuk empat tahun yang menyenangkan. Kamu pacar yang baik, tapi aku sudah menemukan laki-laki yang lebih baik darimu," ucap pacarnya tanpa rasa bersalah, malah disertai senyuman lembut. Yah, sambil menggandeng lengan pacar barunya.
Tentu saja hati Yayan seketika remuk.
Dia mendapat panggilan mendadak dari pacarnya, dan dia juga kebetulan mau melamarnya.
Namun, begitu sampai di pertemuan mereka ... hatinya langsung hancur berkeping-keping.
Yani, nama pacarnya ... tanpa basa-basi mengutarakan maksud dan kemudian pergi.
Jadi, Yayan selalu berpikir. "Hubungan selama tiga tahun itu dianggap apa? Aku hanya dianggap sebagai ATM berjalan?"
Nyatanya memang sudah banyak hal yang diberikan oleh Yayan pada Yani, walau gajinya hanya sebatas UMR ibukota.
"Yani, apakah kau mau ...."
Tuttttt ....
Sambungan telepon diputus.
Seriusan, semangatnya belum hilang. Walaupun puluhan kali mendapat penolakan dari pacar——mantan pacarnya itu.
Dia masih kekeh untuk berbalikan. Yah, walau mustahil. Pacar baru Yani bisa dilihat bahwa dia lebih segala-segalanya dari Yayan.
"Akhhh ... kenapa? I-itu sangat kejam. Mereka hanya mau dengan good looking dan good rekening. Apakah orang biasa sepertiku tak ada harapan? Aku cuma dianggap dompet, sebuah barang yang bebas digunakan lalu dibuang begitu saja." Yayan frustasi, mengacak-acak rambutnya, guling-guling tidak jelas di kasur.
"Gajiku pas-pasan, sialan!" Dia mulai melemparkan barang-barang saking frustasinya.
Namun, dia segera sadar bahwa tindakan anarkisnya hanya membawa kerugian. Jadi, dia segera berhenti dan memungutinya kembali. Untung belum ada yang rusak.
Gaji bulan ini baru saja tiba, dan dia baru saja membeli cincin untuk melamar Yani. Yah, benda itu tergeletak tidak berguna di atas tempat tidur.
Masalah besarnya dia dituntut untuk segera menikah bulan ini, dan Yani adalah kesempatan terakhirnya.
"Huh, semoga keluarga dikampung bisa mengerti dengan keadaan ini dan mau menungguku mendapatkan calon yang benar-benar tulus mencintaiku," ucap Yayan menghela nafas berat.
Dia kembali mengambil ponselnya yang sempat dilemparkan, layarnya pun terlihat retak. Yah, setidaknya masih berfungsi.
Yayan membuka aplikasi chating dan mulai mengetikkan pesan klarifikasinya. Dalam hitungan detik langsung terbaca dan sambungan telepon masuk.
Yayan dengan cemas mengangkatnya.
"HARUS BULAN INI! Kamu tak mau jadi bahan omongan orang di kampung? Hampir semua teman seangkatanmu sudah menikah, tinggal kau sendiri. Liburlah bekerja sebulan dan fokus cari istri!" Pesan dari ibunya.
Setelah mengatakannya, sambungan teleponnya terputus.
"Andai semudah itu .. aku hanya karyawan biasa. Izin cuti sebulan? Yang ada malah cuti selamanya!" gumamnya dengan senyuman kecut, kembali melemparkan ponselnya secara acak.
Naas, ponsel itu jatuh ke lantai dengan keras dan bagian-bagiannya terlempar kemana-mana.
"Aduh, sepertinya keberuntunganku sudah habis dan kesialan mulai bermunculan. Aku tidak akan terkejut jika beberapa hari ke depan aku akan mendapat masalah."
Yayan meratapi ponsel yang hancur itu, dia mengumpulkan tiap bagiannya.
"Huh, beli ponsel lagi. Orang di kampung pasti sedikit protes karena uang kirimannya berkurang. Yah, tapi aku punya alasan ... dialihkan untuk mencari istri." Yayan tersenyum licik.
Beberapa saat kemudian, dia bergegas tidur. Hari sudah larut, dan besok adalah weekend, harus dimanfaatkan untuk mencari pacar.
Namun, sesuatu yang tidak terduga terjadi.
Yayan mendapat bantuan tak terduga. Hmm, entah jika bisa disebut bantuan?
[Melakukan modifikasi ingatan]
[Melakukan penyatuan dua eksistensi yang sama dari dimensi yang berbeda]
[0%]
[14]
[36]
[67]
[Selesai]
[System telah terpasang]
Yayan hanya mengerutkan kening karena seperti bualan kosong, jika dia sadar pasti sudah berteriak.
[Host: Yayan]
[System pencari jodoh, setiap kali host mengeluarkan uang untuk seorang wanita, maka host akan mendapatkan hadiah cashback lima kali lipat, tanpa batas]
[Aturan System]
[Sumber uang benar-benar aman, dan dapat ditransfer dalam hitungan detik]
[Host dapat melihat tingkat kesukaan setiap wanita yang dekat dengan Anda, ketika tingkat kesukaan mencapai 100, Anda tidak akan mendapatkan hadiah cashback]
[System ini bertujuan untuk menemukan cinta sejati bagi host]
[Misi utama terbuka secara otomatis]
[Ketika host menemukan seseorang yang memiliki kesan baik tentang Anda dan host bersedia menikahinya, System secara otomatis akan menghilang]
[Sekarang, mulailah perjalanan cinta Anda, semoga Anda bahagia]
Sebuah paragraf besar teks muncul pada sebuah panel berwarna biru yang mengambang di hadapan Yayan. Namun, dia tertidur, jadi tidak menyadarinya.
[Host harus segera bangun untuk membaca semua ini]
"Waaaa ... akh, apa sih? Kenapa rasanya seperti disetrum?" ucap Yayan yang bangun dengan segera ketika mendapat setruman kecil di pundaknya.
"Hah? Apa ini?"
Yap, baru bangun sudah disambut kumpulan tulisan. Yayan menaikkan sebelah alisnya dan garuk-garuk kepala. Dia tetap mencoba membacanya.
Sejujurnya, nyawa Yayan belum terkumpul sepenuhnya, jadi tidak sadar dengan panel melayang itu.
Yayan melihat kumpulan panel itu untuk waktu yang lama, dia hanya bergumam, "Hah?" Dan "Hah?"
Sesuatu yang tidak asing. Yayan telah membaca banyak novel di banyak aplikasi.
Dia terus membaca tiap teks yang muncul di hadapannya.
"System pencari jodoh? Hmm ... apa-apaan ini? Apa diriku semenyedihkan itu, sampai-sampai mendapat sebuah System?" ucap Yayan tak terima.
Tampaknya di antara begitu banyak system yang telah dia baca, hampir seluruhnya penerimanya memiliki kehidupan yang menyedihkan. Dan Yayan tidak terima jika hidupnya disindir secara halus … hancur, atau dia adalah seorang pecundang.
Membaca aturan System lagi, Yayan akhirnya mengerti dengan sangat baik.
System pencari jodoh sebenarnya memiliki 2 keuntungan.
Keuntungan pertama adalah cinta. Bisa membantu mencari calon istri yang ideal.
Keuntungan kedua adalah kekayaan. Yayan tidak perlu cemas jika cuma dijadikan ATM berjalan. Toh, dia sendiri untung. Dia akan menerima sejumlah uang yang dikeluarkan pada seorang wanita, bahkan lima kali lipat.
System memiliki dua rute untuk dipilih.
Pertama, pilihan untuk menjadi kaya, terus-menerus memilih kencan dan menghasilkan uang sebagai prioritas pertama.
Kedua, ketika bertemu seseorang yang dianggap berharga dan bersedia menikah, System akan secara otomatis menghilang.
Yayan pun juga bisa memiliki keduanya, jadi kaya raya dan temukan cinta sejati.
Keesokkan paginya, Yayan pergi untuk membeli ponsel baru sebab yang semalam sudah rusak.
Gaji yang baru diterimanya pun segera hilang dalam sekejap. Dia akan mendapat bagian sedikit untuk hidup satu bulan ke depan. Siap-siap saja makan mi instan hampir setiap hari.
Yayan mengeluarkan motor matic-nya dari dalam kos-kosan, mengenakan jaket, serta memakai helm. Dia sudah bersiap pergi.
"Huh, semoga aku mendapat sesuatu yang bagus hari ini," gumamnya sebelum menghidupkan motor.
Tujuan pertamanya adalah konter, selepas itu adalah pasar untuk membeli keperluan bulanan, seperti sabun mandi-cuci dan bahan makanan.
Yayan sampai di tempat tujuan dalam belasan menit. Dia sampai di konter untuk membeli ponsel baru.
"Beli second aja lah. Jika punya uang, nanti beli yang lebih bagus,” ucapnya melepaskan helm dan mulai melihat-lihat daftar ponsel yang ada di etalase.
Namun, System mendadak memberikan notifikasi.
[Fitur System]
[GPS wanita : System bisa mendeteksi setiap wanita yang berada berjarak 200 meter dari Host]
[Pembaca isi hati: Mampu mendengar setiap isi hati seorang wanita yang berjarak lima meter dari Host]
[Parameter kesukaan : Menampilkan tingkat kesukaan wanita pada Host]
Yayan baru membaca kumpulan teks di depannya secara seksama, tapi sudah ada yang membuatnya bad mood.
'Yah ... pelanggan biasa lagi. Apa tak bisa seorang pria yang seperti pangeran datang ke sini? Aku butuh hiburan, aku ingin nomornya pria ganteng.'
Alis Yayan berkedut mendengar isi hati si mbak-mbak penjaga konter. Dia sangat ingin meneriakinya pada saat itu juga.
'Maaf saja jika aku tak sesuai harapanmu. Yah, aku biasa, sangat biasa. Tapi, ngaca dulu ... mana mungkin ada pria dengan spek setinggi itu mau denganmu!?' teriak Yayan dalam hati.
Yayan sekuat tenaga tidak memberikan ekspresi yang aneh.
"Ada yang bisa saya bantu?" ucap penjaga konter dengan ramah, murah senyum.
"Oh, saya mencari ponsel second. Apa ada rekomendasi yang bagus?" balas Yayan.
'Aduh, kere lagi. Tahun segini masih cari barang second.'
Yayan sekuat tenaga menahan diri.
"Umm ... Mas punya budget berapa?"
"D-di bawah 1 juta," balas Yayan dengan ekspresi yang tak karuan.
Si penjaga konter sedikit mengerutkan kening pada Yayan. "Mas nggak papa, 'kan? Wajahmu——"
"Tidak apa-apa. Tapi, ngomong-ngomong ... spesifikasi ponsel yang saya sebutkan, apa ada?" potong Yayan.
Dia mengangguk. "Ada, silahkan dilihat-lihat."
'Huh, ponsel butut ini. Masih ada yang pakai, ya?'
"Hahaha ... modelnya sudah kuno, ya?" Yayan tersenyum kecut.
"H-haha ... i-ya."
"Saya pilih yang ini!" Yayan menunjuk pilihannya setelah mengecek belasan menit. "Ada garansinya, 'kan?"
"Tenang saja. Ada garansi 2 bulan. Hanya ini yang Mas beli? Tak mau aksesorisnya sekalian, kartu provider?" Wanita itu menawarkan.
"Kartu provider saja," pinta Yayan.
Penjaga konter pun mengemas ponsel itu. "Totalnya 815 ribu."
Yayan lantas mengeluarkan dompetnya, memberikan uang senilai 820 ribu dan mendapat kembalian 5 ribu.
"Terima kasih, semoga ponselnya awet."
"Y-ya." Yayan mengangguk.
Hal pertama yang dilakukan Yayan adalah menyimpan nomor orang tuanya dan kenalan-kenalan yang nomornya dia hafal.
"Yan, kenapa uang kirimannya berkurang? Kenapa ganti nomor? Kenapa kamu semalam tak mengangkat telepon——"
"Ini semua untuk calon mantu ibu.“ Ucapan itu langsung menghentikan ibunya untuk terus nyerocos.
"Eh? Benarkah?"
"Ya. Ibu mintanya bulan ini. Yayan pun usahakan tenang saja dan tunggu berita berikutnya."
"Kalau gitu nggak apa-apa."
Yayan langsung mematikan teleponnya.
"Huh, cari calon istri dalam waktu sebulan. Nampak mustahil!?" ucap Yayan memijatnya keningnya sedikit frustasi.
Ada notifikasi baru di ponselnya, itu adalah pesan balasan yang dia kirimkan sebelumnya pada teman kerja.
"Lho? Kamu ganti nomor, Yan?"
Yayan lantas mengetikkan pesan balasan.
"Ponselku rusak dan aku menyimpan informasi kontak bukan di SIM card, tapi di ponselnya. Jadi, terpaksa beli ponsel baru."
Beberapa detik kemudian langsung terbaca.
"Wah, sok punya uang, ya? Mentang-mentang habis gajian. Kan bisa ponselnya dikirim ke tukang servis."
Yayan tersenyum menanggapinya.
"LCD-nya retak. Mending beli yang baru."
"Hmm ... oke, oke.
"Umm, BTW ... Yayan, kamu sekarang di mana?"
"Dekat pasar, mau belanja bulanan."
"Oh, kebetulan aku juga di dekat situ. Mau makan-makan bareng."
"Gas aja ...."
Yayan langsung menghapus pesan yang sempat ingin ia kirim.
"Tapi, kamu yang traktir, ya? Harus ada perayaan dong karena habis putus sama Yani. Hahaha"
Yayan hanya membaca dan tak membalasnya. Dia tiba-tiba teringat dengan System.
'Bukannya System bisa memberikan cashback lima kali lipat jika aku menghabiskan uang untuk seorang wanita? Yah, pantas dicoba.'
Yayan mengetikkan pesan balasan.
"Share loc!"
Teman kerjanya yang bernama Vina itu langsung mengirimkan pesan balasan berupa foto, wanita itu selfie di depan sebuah rumah makan. Yayan tahu tempat itu dan jaraknya tidak jauh dari lokasinya berada.
Yayan langsung tancap gas ke lokasi.
"Aku sudah sampai, apa benar di sini?" Yayan mengetikkan pesan untuk mengonfirmasi.
"Umm .... Yayan, aku juga mengajak Yulia. Jadi, nggak usah traktir! Kita bayar sendiri-sendiri."
"Huh ...?"
Yayan cepat-cepat mengetikkan pesan balasan.
"Sudah, tak apa-apa. Biar aku yang membayarnya."
Yayan bergegas masuk ke rumah makan tersebut. Dia melirik ke segala penjuru ....
"Yan, di sini, di sini?" Vina melambai-lambai semangat untuk menunjukkan dirinya.
'Hehe ... padahal traktir itu cuma bercanda. Tapi, nggak papa lah. Yayan memang baik dari dulu.'
Yayan bisa mendengar suara hati dari Vina.
Mendengar ini, Yayan terkejut, tetapi segera ada senyum di mulutnya. 'Wah, aku dianggap sebagai orang baik.'
Selain suara hati dari Vina, dia juga mendengar suara hati dari wanita lainnya yang ada di tempat itu. Tapi, kebanyakan tidak penting dan fokus pada urusannya masing-masing.
"Sudah menunggu lama?" tanyanya yang duduk berseberangan dengan Vina dan Yulia.
"Ya, sudah lumutan," balas Vina sambil tersenyum.
"Sepertinya, aku salah orang. Yulia, kau sudah pesan sesuatu?"
Vina berada di sebelah kiri, mengenakan rok putih, sepatu kulit hitam kecil, dengan rambut panjang tersampir di belakang kepalanya. Riasan ringan, segar dan sedikit menawan. Vina baru berusia 24 tahun. Dia bekerja di divisi yang sama dengan Yayan.
Sedangkan Yulia berada di sebelah kanan, sedikit gemuk, wajah bulat, kulitnya putih, dan dia selalu menunduk. Perangainya memang sedikit pemalu. Yulia juga berusia 24 tahun.
Yayan tidak terlalu mengenalnya karena dia berada di divisi yang berbeda dengan Yulia.
'Apa penampilanku sudah bagus, ya? Oh, jangan lihat ke sini! Aku malu.'
Yayan berusaha menahan senyumnya setelah mendengar suara hati dari Yulia.
"Vin, pesan makanan! Pesan sesukamu, tak ada batas!" ucap Yayan spontan. Membuat Vina sedikit ragu.
"B-beneran? Banyak uang kau. Sebaiknya tarik ucapanmu tadi, Yan. Jika dengan makanan ... aku bisa brutal, lho? Dompetmu bisa-bisa langsung kosong!" peringat Vina.
"Tak apa-apa," ucap Yayan santai.
Namun, Vina masih curiga padanya.
"Awas kalo tiba-tiba suruh bayar sendiri!" Wanita itu menatap tajam Yayan.
Vina selanjutnya memanggil pelayan. Dan benar saja ... ia memesan banyak sekali makanan, dan kesemuanya menu ayam.
'Huh, semoga System itu tidak menipuku. Jika tidak ... aku bisa-bisa langsung kere!' batin Yayan yang diam-diam mengecek dompetnya.
"Hei, Vin. Kau bisa menghabiskannya?"
"Kamu bertanya pada siapa? Tentu saja bisa. Jika tak kuat, bungkus saja!" balas Vina sedikit acuh. "Aku tadi sudah memperingatkanmu, lho?!"
"Yah, terserah." Yayan memilih bermain ponsel. "Yulia, jangan diam saja! Jika ingin sesuatu, pesan saja. Aku yang akan bayar semuanya."
"I-ya," balas Yulia yang sedikit malu-malu.
"Yul, nggak perlu diet segala! Harusnya bersyukur punya tubuh yang makmur. Aku malah ingin menaikkan berat badan," ucap Vina. "Tubuhku terlalu cungkring."
"Aku nggak diet, kok. Kebetulan aku sudah sarapan." balas Yulia. "Tapi, kamu nggak terlalu kurus kok, Vin. Malah sangat ideal."
Yayan juga melirik Vina. Yah, sesuai yang dikatakan Yulia. Tubuh Vina memang ideal, dia terlihat cantik dan menawan.
'Hmm ... dia cantik, tapi kenapa sampai saat ini masih belum punya pacar? Apakah dia ingin menjadi wanita karir?' batin Yayan.
"Oi, jangan main mata! Aku tau kamu baru putus dengan Yani. Tapi, jangan jadikan aku targetmu juga. Dengan berat hati ...." Vina menggeleng dan menyilangkan tangannya di depan dada.
"Aku menolakmu, Yan. Hehehe."
"Hmm ... sikap narsismu belum juga hilang." balas Yayan sedikit memalingkan muka.
Mereka pun makan makanan yang dipesan oleh Vina. Setengah jam untuk menghabiskan, tak sepenuhnya memakan semuanya, cuma makan bagian masing-masing.
Sisa makanannya sangat banyak, dan semuanya dibungkus oleh Vina.
Yayan menghabiskan Rp.120.000.
"Wah, terima kasih, Yan. Semoga kamu dibalas berkali-kali lipat," ucap wanita itu tersenyum, menenteng beberapa bungkus makanan.
"Ya."
Tidakak lama setelah Yayan berpisah dengan Vina dan Yulia.
[Selamat, Host mendapatkan uang Rp.600.000]
"Wah ... jika begini ... aku bisa kaya!?"
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!