NovelToon NovelToon

Lelakiku

Pertemuan

Awan terlihat mulai mendung, sekitar pukul tiga sore waktu itu.

Hujan pun mulai turun rintik-rintik. Terlihat Annara tengah duduk di sebuah bangku hitam kecil, tepat di sebelah penjual bakso kesukaannya.

Sambil memutar mutar ponsel miliknya, sesekali Annara memandangi layar ponselnya.

"Belum pulang Neng?." Tanya Pak Anto penjual bakso yang sering lewat di depan rumahnya.

“Belum dateng yang jemput nih Pak." Sahut Annara lirih.

Tiba-tiba ponsel dalam genggamannya bergetar.

drt ... drt ... drt ...

Pesan singkat dari Tommy masuk ke ponselnya.

"sayang, maaf aku telat jemputnya."

"ok."

Annara memebalas dengan singkat sambil menghela nafas panjang.

Cukup lama Annara menunggu Tomy di tempat itu, sampai hujan pun terhenti. Ia melirik jam yang melingkar ditangannya. Jarumnya sudah menunjukkan pukul lima sore.

“Hai Ara." Lukman tiba-tiba muncul di sebelahnya dan menyapanya dengan lembut.

“Apa kabar?, sejak kapan kamu di situ? kok aku ga lihat tadi." Sambut Annara.

“Iya ni, baru pulang dari kantor ga sengaja lewat depan kampus, ternyata lihat kamu." Jawab Lukman sambil tersenyum.

"Jeli banget ya matanya." Annara mengerling menggoda Lukman.

“Kamu nungguin siapa sih?, sudah tahu hujan gini, masih aja nggak cepet pulang. Ntar sakit loe." Ucap Lukman dengan ketus.

“Seperti biasa, aku nungguin Tomy jemput aku. Kamu tahu kan, motor aku selalu dia bawa kemana-mana. Jadi aku cuman bisa nunggu aja." pungkas Annara.

"Buruan naik sini." Seru Lukman memaksa Annara naik ke atas motornya.

“Eh?, mau anter aku?." Annara menyipitkan matanya saat memandang Lukman.

“Iyah, buruan gih nanti keburu hujan lagi. Kamu mau basah-basahan gitu?." Lukman tidak menyangka bahwa rayuannya kali ini, berhasil membuat Annara naik ke atas motornya.

“Jangan seneng dulu ya, cuman kepaksa aja nih." Annara menjawab dengan ketus.

Langit terlihat cerah kala itu. Dengan motor bututnya, Lukman dengan bangga dapat membonceng gadis yang sangat ia sukai.

tok ... tok ...

“Assalamu'alaikum, Bu."

“Wa'alaikumsalam, sudah pulang Nak? kamu sama siapa kok nggak disuruh masuk?." Ibu Annara melihat ke arah luar rumah.

“Bu, maaf saya ijin antarkan Annara pulang tadi." Lukman tersenyum dan sedikit menundukan tubuhnya dengan sopan.

“Oh, Nak Lukman, mari duduk dulu. Basah nggak bajunya itu? kalau basah biar diambilkan baju ganti sama annara nanti." Ibu Annara menepuk-nepuk punggung lukman.

“Ar ... araaa .... Tolong sekalian bawakan baju ganti buat lukman." Seru Ibu memanggil Annara yang sudah masuk ke dalam rumah lebih dulu.

“Iya Bu."

Tak berapa lama, ponsel Annara berdenting. Pesan singkat dari Tommy nampak di layar ponselnya.

"Sayang kamu di mana, kok nggak ada sih?."

"Aku sudah pulang, lagian ini sudah jam berapa kamu baru jemput?."

Annara yang kesal melempar ponselnya ke atas ranjang begitu saja. Ia lalu berjalan ke arah ruang tamu menghampiri Lukman.

“Nih handuk sama baju." Annara melempar handuk kering dan baju ganti ke pangkuan Lukman dengan wajah masam.

“Iya." Sahut Lukman sembari tersenyum manis ke Annara.

“Kamu nggak dicariin Tomy tadi?."

"Hmm". Jawab Annara singkat.

Tepat di saat itu, Tomy tiba di depan rumah Annara. Tanpa mengetuk pintu, Tomy langsung melepas sepatunya dan masuk menghampiri Annara begitu saja.

“Ngapain kamu di sini?." Tommy menatap Lukman dengan tatapan tak suka.

“Duduk dulu, baru dateng sudah nyolotin orang aja." Cetus Annara kesal, namun matanya masih terarah ke ponselnya. Sekilas ia melirik Tommy yang masih berdiri di sampingnya.

“Ara, pinjem toiletnya ya aku mau numpang ganti baju bentar." Ujar Lukman sambil berjalan ke arah kamar mandi, meninggalkan Annara dan Tomy di ruang tamu.

“Kamu ngapain sih, pulang dianter sama dia? Kenapa ga tunggu aku sebentar aja?."

Sembur Tomy.

“Kamu janji jam berapa jemput aku?." Jawab Annara lirih. Ia tidak mau Ibunya mendengar perdebatannya dengan Tomy.

“Masih untung ada Lukman, aku nggak kehujanan dan kering lagi di sana tadi." Ucap annara ketus.

Dibalik pintu, Lukman berdiri tegap menghadap mereka berdua. Ia seakan ingin mendengar apa yang mereka bicarakan. Lukman begitu menyayangi Annara, bahkan dia tidak mau melihat air mata menetes sedikitpun di pipi gadis itu.

"Woy, ada pasar malem di sini." Teriak Lukman memecahkan kecanggungan mereka sambil tertawa.

“Kamu sudah cukup lama kan di sini? terus masih mau ngapain lagi? Pulang gih." Usir Tomy.

“Aku nyantai aja sih di sini, barangkali bisa nemenin kalian berdua. Lagi pula, di luar juga masih hujan deras. Kamu ga mau berterimakasih sama aku, sudah anterin tuan putrimu pulang, Tom?." Ujar lukman sembari merebahkan diri di sofa ruang tamu.

"Eehh, sudah rame aja di sini, kapan dateng Nak Tomy." Celetuk Ibu Annara hangat.

“Malam Tante, maaf ya gangguin istirahat Tante." Ucap Tommy sopan sambil meci*m tangan Ibu Annara.

"Ga apa-apa kok, santai aja Tante senang kalau rumah terlihat ramai begini. Biasanya kami hanya berdua saja senyap." Sahut Ibu Annara.

Tak terasa hari sudah mulai malam. Ibu Annara mengajak ke dua teman pria putrinya itu, untuk makan malam bersama.

tkk tkk ... tkkk ...

Hanya terdengar bunyi sendok dan garpu, yang saling bertaut di atas piring makan mereka. Tak menunggu waktu lebih lama lagi, Tomy berpamitan dengan Annara dan ibunya. Ia segera mengambil tas dan jaketnya di ruang tamu.

“Tante, saya ijin pulang dulu ya. Mama sudah nungguin di rumah."

“Oh, iya iya, hati-hati di jalan." Sahut Ibu Annara sembari tersenyum.

“Ra, antarkan Tomy sampai depan pintu, dia mau pulang." Titah ibu Annara mengangguk patuh.

“Nak Lukman, kenapa diem aja. Apa mau bermalam di sini?." Sindir ibu Annara.

“Hmm sebentar lagi ya, Tante." Sahut Lukman tersipu malu.

drrt ... drtt ... drtt ...

Ponsel milik Lukman bergetar. Ternyata telepon dari seseorang yang tidak ia kenal.

“Angkat aja kali, aku nggak bakal cemburu." Ejek Annara sembar berjalan melewatinya.

“Ra, kamu kenapa sih sama Tomy masih mau terus bertahan?." Dengan cepat Lukman memalingkan wajahnya ke arah Annara yang tengah berlalu melewati dirinya.

“Emang kenapa? ada apa?." Desak Annara cemas.

Mereka berdua menjadi sahabat sejak masih duduk di bangku sekolah menengah atas. Lukman sangat sayang pada sahabatnya itu. Ia selalu memastikan, siapapun yang mendekati Annara, dia harus laki-laki yang baik.

Annara mendekat ke arah Lukman, seraya menatap pemuda itu penuh dengan harap.

"Iiiihh, ngapain sih kamu, Ra?." Ejek Lukman sambil tertawa.

“Aku tuh nungguin jawaban dari kamu, sial*n!." Umpat Annara.

Lukman tertawa terbahak-bahak melihat wajah Annara yang memerah karena menahan marah. Jujur saja, Lukman tidak mau kalau Annara sampai tahu yang sebenarnya. Baginya, senyum Annara adalah yang paling utama untuknya.

“Uda dong, jangan ngambek. Nanti cantiknya hilang loh." Rayu Lukman dengan manis.

“Bod*h amat! Sudah malem nih, pulang sana. Lagian, cewek kamu nggak nyariin apa?!." Sewot Annara sambil mengernyitkan kedua alisnya.

“Ok, aku pulang dulu ya. Yakin kamu nggak mau cerita sama aku? yakin bisa tidur nyenyak tanpa mandangin aku dulu gitu?". Sambil mengenakan jaketnya, Lukman berkemas dan berjalan menuju Annara.

“Sampaikan salamku ke Ibu ya. Aku pulang."

“Hmmm." Gerutu Annara.

❤️❤️❤️

Hari yang panjang

Terlihat Annara tangah sibuk merapikan baju, sambil mengenakan sepatu miliknya.

"Ra.. tolong bawakan ini sekalian untuk Lukman," titah ibu. Annara mengangguk patuh.

Hari sudah semakin siang, tapi dia bingung harus berangkat naik apa. Sementara motor miliknya, tak kunjung dikembalikan oleh Tomy.

Dengan berlari kecil, Annara berharap masih ada angkutan umum yang bisa ia tumpangi didepan.

"Pp Pak .. tunggu," sambil terbata-bata Annara menghentikan angkutan umum yang hendak meninggalkan tempat ngetemnya.

"Duduk sebelah sini aja mba gak papa," ucap seorang ibu paruh baya yang tengah duduk dibangku belakang.

"Terimakasih bu," ucap Annara sambil tersenyum dan menundukkan kepala dengan sopan.

Sambil membawa kotak makanan ditangan kirinya, ia lupa bahwa itu adalah titipan ibunnya untuk Lukman. Lalu, Annara bergegas masuk ke kantor Lukman yang tak jauh dari kantornya. Mata Annara pun, mencari cari keberadaan Lukman saat itu.

"oh ok.. dia belum datang mungkin," gerutu Annara lirih dalam hati.

"Pagi Ra... kamu ngapain disini, pasti mau ketemu Lukman ya." sapa Abi teman sekantor Lukman.

"Hai Bi, iya nih mau anter makanan dari ibu." sahut Annara sambil tergesa-gesa.

Sambil berlalu, ia meninggalkan tempat kerja Lukman. Dengan wajah penuh keringat, ia duduk dengan lemas di atas kursi tempat kerjanya. Lalu bergegas menyalakan komputer yang ada dihadapannya.

Srrk ... Srrk ...

Suara kertas Pak Baruna yang ada disebelah ruangan terdengar sampai meja Annara. Terlihat dengan serius Baruna membolak-balikan setumpuk kertas putih di atas meja kerjanya. Dengan wajah serius, Baruna tidak melepaskan pandangan matanya sedikitpun pada kertas kertas itu.

Ia adalah pemilik perusahaan tempat Annara bekerja. dengan parasnya yang tampan, tinggi semampai serta berkulit putih. Membuat semua perempuan dikantor mengidolakannya dan berdecak kagum. Tapi tidak dengan Annara.

"Hei ,sini kamu," perintah Pak Baruna memanggil Annara.

"Saya pak ?," ucap Annara dengan lirih menjawab Baruna.

"iya siapa lagi , coba kamu perhatikan ini. bukanya saya sudah pernah bilang ke kamu agar merapikan semua ini?, tapi kenapa semua ini belum beres sih."

ketus Baruna dengan kesal

"Baik pak, akan saya perbaiki lagi." jawab Annara dengan sopan sambil menunduk.

"Sudah berkali-kali kertas ini ku revisi, tetap saja kurang." gumam Annara sambil menyusun setumpuk kertas putih yang ada di tangannya.

"Kita akan meeting setelah jam istirahat. Untuk laporan yang belum selesai, saya harap nanti pada saat meeting sudah bisa terselesaikan dengan baik. jangan ada yang sampai tidak datang, apalagi datang terlambat. Saya sangat tidak suka, kalian semua tau itu kan?." perintah Baruna pada semua karyawannya.

Semua karyawan bergegas memasuki ruang meeting dengan tergesa-gesa. Nampak sibuk menyiapkan semua berkas yang dibutuhkan saat meeting. Semua duduk dengan rapi diruangan, sambil memegang kertas putih diatas meja.

Suasana ruangan seketika menjadi hening, saat Baruna menjelaskan didepan.

Semua matapun tertuju pada Pak Baruna. Dengan nada yang tegas, ia menyampaikan setiap laporan yang ia terima dari masing masing karyawanya.

"Baik, saya akan tutup rapat ini, saya harap semua mampu berkontribusi dengan baik." pungkas Baruna.

......................

"Kamu lagi ngapain disini, musam gitu wajahnya." ucap Lukman, sambil duduk tepat disamping Annara.

"Nggak tau ni ... lagi bingung aja. dikantor mau ada pengurangan karyawan, mau karyawan lama ataupun baru juga bakal kena imbasnya. aku bingung, nggak tau harus apa. kalau sampai namaku jadi salah satu nama didaftar pengurangan karyawan." jawab Annara .

Dengan menatap langit yang sama, sayup lirih terdengar suara angin. Mereka sama-sama terdiam memandang indahnya awan sore hari itu. Memikirkan hari yang begitu panjang, dan sangat pelik yang harus mereka lalui.

Lukman adalah anak dari dua bersaudara, ia tinggal bersama ibu dan adiknya. karena ayahnya sudah terlebih dulu berpulang meninggalkan mereka.

Tidak jauh beda dengan Annara, ia juga hanya tinggal berdua saja dengan ibunya. Selepas kepergian ayahnya, dirumah itu ... Annara adalah anak tunggal. Ia harus mampu menggantikan posisi sang ayah untuk menjadi tulang punggung keluarga. Karena sang ibu tak lagi bekerja.

"kita jalan-jalan aja yuk," ucap Lukman sambil menggandeng tangan Annara.

Dengan wajah yang musam, Annara mengiyakan ajakan itu. Cukup lama mereka mengitari sepanjang jalan, Lukman sesekali melihat dari kaca spion motor miliknya ... untuk memastikan bahwa sahabatnya itu baik baik saja. Tak satu katapun keluar dari mulut Annara, ia hanya terdiam memandangi sepanjang jalan.

Ayah ... maafkan Annara, yang belum bisa bahagiakan ibu sepenuhnya. Annara rindu Ayah ...

Annara nggak bisa berjalan lurus tanpa Ayah.

Cukup lama terdiam, tiba-tiba mata Annara terbelalak dengan apa yang baru saja ia lihat. Seolah tak percaya dengan apa yang ia lihat, Annara segera menepuk punggung sahabatnya itu untuk memberhentikan laju motornya.

Ternyata benar saja, yang ia lihat adalah Tomy pacarnya. Mereka tengah berduaan di salah satu taman kota, duduk berhadapan dan saling melempar tawa. Dengan wajah yang sedih ia pandangi pacarnya itu dari kejauhan. Bagaikan langit runtuh saat memandangi pemandangan tersebut. Bagaimana tidak, selama ini dia menaruh rasa percaya yang sangat besar kepada Tomy.

"Ra ... kamu gak papa kan?," tanya Lukman lirih. disamping Annara.

"Aku mau pulang," sahut Annara lemas. Sembari mengusap air mata di pipinya.

Lukman dengan sigap berlari ke arah Tomy, kala melihat Annara menangis dihadapannya. Sontak Annara berteriak, Lukman ... jangan.

Lalu, Lukmanpun menarik kemeja Tomy dengan cepat.

bugh bugh bugh

Cukup keras ia layangkan pukulan ke arah wajah Tomy, sampai ia mengerang kesakitan. Annara datang untuk melerai mereka berdua.

"Cukup!!!" teriak Annara di depan dua lelaki itu.

Tidak perduli apa yang tengah dirasakan Tomy saat itu, Annara menarik tangan Lukman untuk segera pergi dari tempat itu.

"Sayang ... maafin aku!," seru Tomy sambil mengerang menahan sakit diwajahnya.

"Ayo aku bantu berdiri," sambut Anya sambil meraih tangan Tomy.

Ia adalah teman sekampus Annara dan Tomy.

"Aaaakkhhhh sakit," rintih Tomy menahan sakitnya.

Sambil berlari Annara membuka pintu kamarnya, dan menutupnya dengan keras.

Blakkkkk

Lukman hanya bisa tertunduk lemas melihat Annara, dia sangat kecewa dengan dirinya. Merasa tak mampu menjaga wanita yang ia sayangi. Hal yang selama ini ia tutup rapi dan di sembunyikan begitu baik pada Annara, terbongkar sudah.

"Ra ... sudah pulang kamu?," tanya Ibu pada Annara sembari mencari-cari dimana anaknya tersebut.

"Tante ... Lukman mau ijin pulang dulu ya," ucap lirih Lukman penuh sopan sambil mencium tangan ibu Annara.

Seakan tahu apa yang terjadi, ibu Annara hanya diam dan mengiyakan Lukman untuk pergi. Dan hanya bergumam dalam hati.

Ada apa dengan mereka, sepertinya ada sesuatu di antara mereka.

Ini adalah karya pertamaku,

terimakasih buat kalian yg udah mau mampir membaca ini ya.

jangan lupa like dan komen yah, biar tambah semangat bikin kelanjutan ceritanya ❤️❤️

Lelah

Dengan isak tangis yang tertahan dibibirnya, disudut kamar yang gelap Annara tak dapat lagi membendung kesedihannya.

Tatapan kosong Annara, membuatnya semakin larut dalam kesedihan. Semua kenangan itu menyusup ke dalam ingatannya, membuat dada Annara semakin terasa sesak dan penuh.

Saat ini, rasanya sulit bagi Annara untuk bernafas lega. Seakan dunia berhenti dalam sekejap.

"Nak ... kamu gak papa kan didalam?." Tanya ibu Annara penuh dengan cemas dan suara bergetar.

Cukup lama ibunya berdiam diri didepan pintu kamar Annara, seraya menunggu anaknya keluar dan memeluk dirinya. Tetapi Annara tak bergeming sedikitpun. Tubuhnya yang mematung di atas tempat tidur, dan tatapan matanya yang kosong seakan mengisyaratkan dirinya tengah mengalami guncangan yang begitu hebat hari ini.

Ibunya memutuskan untuk meninggalkannya sendiri dikamar, berharap anaknya bisa melewati semua ini dengan baik.

"Ibu tinggal dulu ya Ra ..." ucap ibunya sambil menahan tangis.

❤️

Dalam kesendirinya, Lukman bergumam dalam hati. Sambil memejamkan mata dan menarik nafas sedalam-dalamnya.

Entah sebodoh apa diriku ini ... se tol*L apa aku ini ... aku bahkan tak bisa menahan air mata Annara, bahkan aku nggak mampu untuk menghentikan rasa sakit yang ia trima.

Mungkin, ini adalah hari yang sangat panjang dan melelahkan untuk dirinya.

Maafin aku ya Ra ... yang nggak becus buat ngelindungi kamu.

Drt ... Drt ... Drt ...

Ponsel Lukman bergetar, sebuah panggilan tak terjawab dari Abi sebanyak tiga kali. Ia tak menghiraukan panggilan telepon itu, hanya mampu duduk termenung menatap langit gelap.

"Man, sudah malam cepat tidur nanti kena angin malam nggak baik." Titah ibu Lukman sambil berlalu.

Ponselnya kembali bergetar, ternyata itu pesan wa dari Annara.

Man ... makasih ya buat hari ini'.

Iapun hanya membaca isi pesan tersebut dengan tertunduk lesu. Ingin sekali rasanya membalas pesan itu, tapi bagi dirinya hari ini begitu buruk. Karena sudah sangat mengecewakan wanita yang sangat disayanginya.

Hari demi hari berlalu, tetapi Lukman tetap mengunci dirinya dikamar. Berbeda dengan Annara, ia nampak berusaha tegar kembali dihadapan ibunya. Karena ia sangat mengkhawatirkan ibunya dibandingkan dirinya sendiri. Dan tidak mau membuat ibunya cemas dengan hal ini.

"Bu ... Ara mau nasi goreng dong," ucap Annara penuh manja.

"Eh ...?, iya iya." sahut ibu Annara dengan lembut.

Pagi itu, seketika semua kembali seperti semula. Senyum yang mengembang di bibir Annara, membuat ibunya sedikit lega. Meski tidak dapat di pungkiri, ibunya sangat tau apa yang kini disembunyikan oleh putrinya itu.

Dengan begitu lahap Annara menyantap nasi goreng kesukaannya itu. Sesekali Annara memandang ibunya penuh manja, sambil mengerlingkan matanya ia melempar senyuman manisnya.

Aku sangat menyayangimu Bu ,melebihi diriku sendiri...

tidak akan pernah ku biarkan air mata menetes diwajah tulusmu.

maafkan Annara, terpaksa berbohong kepada ibu.

Tok ... tok ...

Terdengar suara ketukan pintu dari teras rumah. Annara segera beranjak dari meja makan, dan membukan pintu. Sayangnya, tidak ada orang yang ia jumpai dibalik pintu tersebut. Sebelum Annara kembali menutup pintu rumah, ia menjumpai motor miliknya sudah terparkir dihalaman rumahnya.

Dengan segera ia berjalan menghampiri motor tersebut. Benar saja, ternyata itu motor milik Annara. Terlihat sepucuk surat yang diletakkan di atas jok motor miliknya. Dengan sigap Annara membuka kertas putih tersebut, dengan lemas ia sandarkan seluruh tubuhnya ke motor.

*Hai Ra ...

aku harap, kamu masih mau untuk membuka kertas ini dan membacanya. Aku tau, kamu pasti tidak akan pernah memaafkanku lagi. Bahkan, rasanya aku tidak cukup punya keberanian untuk bertemu dan menatapmu.

Terlebih lagi ibu ...

Maafkan aku ya Ra, sudah ngecewain kamu ... bahkan nyakitin kamu. Terimakasih sudah pernah ada dalam hari hari ku, kamu tetap wanita yang terbaik dalam hidupku.

Maafin aku , uda sia-siakan kamu*.

Berlinang air mata Annara, sambil meremas sepucuk kertas putih itu. Ia berteriak, seakan tak percaya jika hari ini benar adanya. Lelaki yang sangat ia cintai, sanggup berkhianat dibelakangnya. Bermain api dengan mudahnya, seolah tak lagi ingat semua janji yang pernah ia ucapkan untuk Annara.

Suasana kembali hening seketika saat itu, dan ibunya hanya mampu memandangi dari kejauhan. Ingin sekali rasanya menghampiri putrinya itu, dan berkata semua akan baik-baik saja.

❤️

"Sudah puas kamu hancurkan semua ini?." tuduh Tomy pada Anya

"Kenapa aku?, apa aku nggak salah dengar dengan semua ucapanmu itu. Kamu salahin aku, tapi apa kamu pernah berfikir kalau kamu juga salah dalam hal ini?!.

Please ...

stop buat salahin aku. Kita berdua yang salah dalam hal ini, sekuat apapun kamu marah tidak akan pernah mengembalikan keadaan seperti semula. Tolong, jadilah lelaki yang punya rasa tanggung jawab disetiap permasalahan."

Praaaaakkk ... Pyaaarrrr ...

Suara pecahan piring, yang Tomy hentakan ke lantai.

"Cukup ...!" Bentak Tomy dengan kasar ke Anya. Dengan wajah yang memerah, ia tidak dapat menahan semua amarahnya kala itu.

Dalam diam, Anya hanya mampu memandangi pacarnya itu dengan sedih. Ia berharap, Tomy mampu menjadi lelaki yang lebih dewasa dalam menyikapi segala permasalahan.

Sungguh, aku takut saat menatap wajahmu dalam keadaan seperti ini. Rasanya aku tidak mengenalmu, mana Tomy yang selalu tersenyum manis saat berjumpa denganku ...

mana Tomy yang selalu berucap lembut padaku ...

kamu benar-benar berbeda kali ini. Bisakah kita perbaiki semua ini dengan benar ... Please.

Dengan penuh kasih sayang, Anya menghampiri Tomy yang tengah diselimuti amarah. Lalu ia dengan sigap segera membersihkan semua pecahan piring dilantai. Bulir-bulir kaca yang terserak dilantai, ia pungut satu persatu dengan baik. Seakan ingin memastikan bahwa Tomy dalam keadaan baik-baik saja, ia dengan segera mengulurkan tangannya.

Ia perhatikan satu persatu jari Tomy dengan baik, ternyata betul saja. Ia menemukan segores luka yang mengalirkan darah yang cukup banyak. Tangannya meraih kotak obat yang berada di ujung kaca, dan terampil mengobati luka pada jari Tomy.

"Aaakkhhh." Erang Tomy kesakitan.

"Tahan sedikit, semua akan baik-baik saja." sahut Anya dengan meniupkan lirih ke arah luka Tomy.

Disaat yang bersamaan, terdengar suara langkah kaki mama dan papa Anya yang memasuki ruang tamu. Berjalan cepat, dan berlalu dihadapan mereka. Seolah tau, putrinya tengah bertengkar dengan kekasihnya itu.

Papa dan Mama Anya, memiliki jabatan yang sangat penting di kantor tempat Lukman bekerja. Mereka adalah pemilik perusahaan tersebut. Perusahaan yang bergerak disektor perhotelan. Dan Lukman adalah salah satu staff accounting hotel tersebut.

Hubungan orang tua Anya dan Lukman begitu baik, mreka menganggap Lukman seperti putra mereka sendiri. Karena mereka dahulu adalah sahabat baik mendiang ayah Lukman.

Pada saat itu, perusahaan orang tua Anya sedang di ambang kebangkrutan. Dan ayah Lukman lah yang memiliki andil besar dalam berkembangnya perusahaan orang tua Anya pada saat ini .

❤️❤️❤️

**Semoga kalian suka degan kelanjutan ceritanya guys.

mohon dukungannya ya, supaya aku tetap bisa berkarya.

terimakasih juga buat kak** Aveeiiii, yang sudah andil besar dalam pembuatan karya pertamaku.❤️❤️

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!