NovelToon NovelToon

The Second Life Of The Mercenary

Bab 1 Awal yang baru

Kata keluarga adalah hal yang sangat asing di telinga Isabella, ia hanyalah anak yatim piatu yang sejak kecil telah dilatih sebagai tentara bayaran.

Sebagai seorang wanita ia tidak pernah ber-rias, kuku jari tangannya tidak pernah panjang, dan tubuhnya penuh dengan bekas luka yang mengerikan. 

Dan dalam hidupnya ia hanya memiliki satu tujuan, yakni setia pada pimpinannya, ia bahkan rela mempertaruhkan nyawanya demi pimpinan mereka.

*****

Perlahan Isabella mulai terbiasa dengan pagi yang berbeda ini. Kamar, rumah, suasana, serta tempat yang asing ini.

Seingatnya, ia sedang bertugas melindungi anak pimpinan mereka yang baru pulang dari luar negeri. Lalu saat itulah ada beberapa pembunuh bayaran menyerang mereka. putra pimpinan mereka berhasil selamat. Tapi Isabella meninggal di tempat itu, ia meninggal karena tertembak saat mencoba melarikan putra pimpinannya. Bahkan rasa sakit peluru yang menembus kepala Isabella saat itu masih terasa jelas terasa. 

Dan saat Isabella membuka mata, ternyata ia telah berinkarnasi menjadi tokoh antagonis yang miskin, dalam sebuah novel romance klasik yang baru saja ia baca 3 hari sebelum meninggal, beruntung Isabella belum melupakan alur cerita dalam novel ini.

Novel ini berjudul 'She's not Cinderella' yang menceritakan tentang Baroness Isabella Abraham. Ia adalah gadis berusia 18 tahun yang tergila-gila dengan pria tampan, ia menghabiskan banyak uang hanya untuk bermalam dengan beberapa gigolo. 

Bahkan saat semua harta kekayaannya habis, kebiasaannya masih tidak hilang. Karena tidak punya uang lagi, ia malah beralih dengan melecehkan para pria tampan atau pun gigolo yang ia temui di jalan, dan karena hal ini banyak bangsawan sampai rakyat biasa membencinya.

Namun tidak berselang lama, Isabella dijemput oleh banyak kesatria dari keluarga Duke Abraham, dan ternyata oh ternyata Isabella adalah anak kandung dari duke tersebut. Berawal dari situlah kehidupan baru Isabella dimulai.

Ia menghambur-hamburkan kekayaan duke dengan membeli banyak budak dan gigolo tampan, bahkan ia tidak tanggung-tanggung saat merayu putra mahkota yang merupakan tunangan adik angkatnya.

Semakin lama sikap Isabella semakin keterlaluan, ia hidup dengan menganggap dirinya adalah wanita paling berharga, hanya karena ia adalah putri dari Duke Abraham yang disegani banyak bangsawan.

Disebabkan pemikirannya itu, ia menjadikan para pelayan di kediaman duke tidak seperti manusia lagi. Bahkan ia tidak lagi menghormati duke, jika duke melarang atau membentaknya ia akan mengungkit tentang masa lalu yang akan membuat duke bungkam seketika. 

Melihat sang ayah yang kesusahan, Vanessa selaku adik angkat Isabella sekaligus protagonis wanita dalam novel, akhirnya turun tangan memberikan sang kakak nasehat. Namun sayangnya, Isabella dengan kejam malah menghukum Vanessa. Kenapa? tentu saja dengan karena ia merasa Vanessa telah berusaha menggantikan posisinya sebagai anak duke.

Saat perlakuan kejam Isabella terhadap Vanessa sampai ke telinga putra mahkota, putra mahkota pun datang bersama rombongan kesatria. Ia terkejut dan sudah tdak tahan lagi dengan kekejaman Isabella, apalagi saat melihat Isabella telah membuat Vanessa berada diambang kematian. Tanpa berfikir panjang putra mahkota pun menjatuhkan hukuman mati pada Isabella.

Saat hukuman Isabella ditetapkan, duke yang sedang berada di perbatasan begitu nenerima kabar tersebut langsung bergegas pulang. Beliau dengan cepat kembali ke ibukota lalu pergi memohon belas kasih kaisar, duke tau jika Isabella telah bertindak kelewatan. Namun duke tidak ingin kehilangan putrinya, mau bagaimana pun sikap Isabella di matanya itu tidak akan mengubah kenyataan, jika Isabella adalah bagian dari hidupnya.

Kaisar tau betapa setianya Duke Abraham pada kekaisaran hanya saja keputusan tidak ada di tangannya. Keputusan ada di tangan putra mahkota, dan putra mahkota tidak akan mencabut hukuman tersebut setelah ia melihat apa telah terjadi pada Vanessa.

Duke yang tidak tau harus berbuat apa, hanya bisa mengurung diri dalam kamar dan menangis sampai waktu hukuman mati Isabella tiba. Vanessa yang belum sadarkan diri tidak tau apa yang telah terjadi pada ayah dan kakaknya, dan saat ia sadar keluarga Duke Abraham sudah tidak ada lagi.

Duke menghancurkan kediamannya dan memberikan semua hartanya kepada kaisar, lalu setelah itu duke menghilang bagaikan ditelan bumi. Vanessa tidak tau kematian Isbaella mau pun kepergian ayahnya, hal itu menjadi rahasia terbesar yang ditutupi oleh putra mahkota dari Vanessa. Putra mahkota hanya ingin Vanessa bahagia, dan hidup dengan baik.

Begitulah akhir dari novelnya dan Isabella akan berakhir dengan kematian yang sama, jika mengikuti alur yang tidak jelas itu.

Pertama-tama tujuan hidup Isabella adalah menjadi kaya lebih dulu lalu pergi dari desa ini, dengan begitu duke tidak akan menemukannya. Tapi sebelumnya, apa yang harus ia lakukan dengan tumpukan bahan-bahan kue ini? Isabella yang asli berniat membuka toko kue untuk menarik perhatian para pria tampan sayangnya Isabella yang saat ini tidak tau cara membuat kue. Bahkan ia tidak pernah memegang pengaduk adonan sekali saja dalam hidupnya.

Jika nanti ia menjual semua bahan ini pun, belum tentu ada yang akan membelinya. Sebelumnya Isabella yang asli pernah membuka toko kue dan menarik perhatian seorang gigolo, mereka membuat kue bersama. Namun karena Isabella melecehkannya, ia pun pergi dan tidak pernah kembali lagi. Setelah 2 bulan kemudian ada kabar bahwa pria itu dibeli oleh count untuk dijadikan selirnya. Jika dihitung dari sekarang ia masih punya waktu 3 bulan sebelum pria itu dibeli oleh count. Agar ia juga bisa membuka tokoh kue, maka ia harus lebih dulu membeli pria itu.

Tapi dari mana Isabella bisa mendapatkan uang sebanyak 10.000 koin emas, pria itu adalah gigolo terbaik di rumah bunga Lady Ishina. Uang Isabella asli yang tersimpan bahkan tidak akan cukup untuk makan selama seminggu, lalu bagaimana mau membeli pria itu? sudahlah, lupakan saja. Isabella tidak mau berfikir panjang, ia pun keluar dari rumah untuk mencari udara segar agar bisa berfikir dengan tenang.

Isabella berjalan sambil melihat-lihat tempat yang bisa menghasilkan banyak uang, sampai akhirnya ia menemukan sebuah bangunan besar dengan tulisan 'Guild Kelinci'. Dari namanya saja sudah bisa menebak ini pasti tempatnya para kesatria bayaran. Tapi jika Isabella masuk dengan identitasnya sekarang, maka ia pasti akan diusir bahkan sebelum menginjakkan kakinya didalam sana.

"Ya ampun ... coba lihat siapa ini," ejek Aretha saat melihat Isabella.

Aretha adalah salah satu toko antagonis yang menjadi musuh Isabella yang asli, mereka adalah musuh dalam mengoleksi selir pria paling banyak. Bahkan dicuaca yang sepanas ini dia berjalan dengan beberapa pria yang melekat padanya, apa dia tidak gerah? dasar wanita aneh, tidak kah dia tau jika dirinya yang berjalan bersama para selirnya hanya akan merusak pemandangan saja.

Daripada meladeninya lebih baik Isabella pergi membuat penyamaran. Ia tidak pernah menyangka jika dikehidupan sebelumnya, dan kehidupan sekarang, cara cepat mendapatkan uang masih tetap sama.

"Berhenti di sana kau wanita mandul," teriak Aretha. Teriakannya membuat leher Isabella seakan tercekik, kasihab sekali Isabella yang bahkan belum menikah. Tapi dia malah dikatakan mandul oleh orang lain, hal itu membuatnya sangat kesal.

Isabella pun akhirnya berbalik dan berjalan kearahnya, setidaknya Isabella harus meluruskan pikiran kotor wanita ini sebelum pergi.

"Kenapa kau kembali? apa kau tertarik dengan semua selirku yang tampan ini?" tanya Aretha dengan penuh percaya diri.

"Siapa bilang aku tertarik pada pria yang mirip wanita itu? Melihat mereka saja sudah menghilangkan seleraku, mereka terlihat seperti seorang wanita yang rapuh dan lemah. Jika kalian berjalan bersama seperti ini, terlihat jelas yang berjalan adalah segerombolan wanita, hahahahaha …" Ejek Isabella yang tertawa bahagia.

"Kau …." Aretha menahan amarahnya sampai wajahnya memerah seperti tomat.

"Kenapa? apa aku salah? saran dariku, carilah pria yang kekar bukan pria yang hanya tau merengek saja," ucapnya seraya lekas berlalu dari hadapan Aretha.

"Awas saja kau nanti!" teriakan kesal Aretha.

Rasanya puas sekali setelah mengejek wanita itu habis-habisan, ini sama sekali tidak buruk bahkan membuat hati Isabella kembali senang.

*****

Bersambung ....

Silahkan tinggalkan jejak dan dukung author, karena dukungan kalian sangat berarti😘

Bab 2 masalah tak terduga

Isabella merasa sangat beruntung dengan sisa uang yang ada, ia bisa membeli sebuah cincin yang dilengkapi dengan kekuatan magis. Awalnya ia sama sekali tidak ingat jika didalam novel ini masih banyak orang yang menggunakan sihir, salah satunya sihir penyamaran.

Dengan begitu Isabella tidak perlu bersusah payah membuat penyamaran sedetail mungkin, karena dengan cincin ini ia hanya perlu membayangkan penyamaran seperti apa yang di inginkannya dan itu akan langsung terwujud. Tapi sayangnya, dalam satu cincin setiap orang hanya bisa menyamar dalam satu penyamaran saja. 

Setelah semua penyamaran selesai, Isabella langsung bergegas kembali ke Guild kelinci itu. Seingatnya jika ingin menjadi kesatria bayaran, semua orang harus mendaftar sebagai kesatria bayaran terlebih dahulu, entah itu berlaku dalam novel ini atau tidak.

"Permisi, apa aku bisa mengambil satu misi di sini?" tanya Isabella pada pria yang duduk dimeja penerima tamu.

"Tunjukan kartu identitasmu dulu," jawab pria itu dengan ketusnya.

"Aku belum punya kartu."

"Yang benar saja, kesatria bayaran mana yang tidak punya kartu, huh?"

"Hei, nak. Jika ku lihat dari tinggi badanmu, kau ini pasti belum dewasa. Alangkah baiknya kau pergi dari sini dan carilah pekerjaan lain, pekerjaan ini terlalu berbahaya untukmu," ejek seorang pria yang baru saja datang. Ia terlihat cukup hebat dari postur tubuh dan juga bros emas berbentuk bintang dibajunya.

Bros emas berbentuk bintang itu menandakan tingkatannya, tentara bayaran memiliki banyak tingkatan mulai dari, besi, tembaga, perak, emas, permata, ruby sampai tingkatan berlian. Bros tingkat berlian umumnya hanya dimiliki oleh para kesatria bayaran elit. Itu lah yang pernah dijelaskan dalam novel.

"Filton, katakan kau ingin mengambil misi yang mana?" tanya pria itu beralih pada Filton. Yang menarik perhatian Isabella adalah sikap ketusnya yang tidak berubah, sikapnya itu bisa membuktikan jika dia bukanlah seorang penjilat yang membeda-bedakan status orang lain.

"Kau masih saja tidak berubah, March. Kalau begitu tolong berikan aku misi yang sedikit lebih tinggi, aku berniat naik tingkat lagi," jawab pria itu.

Pria bernama March itu dengan cepat mengambil selembar kertas lalu diberikan pada Filton, Filton membaca kertas itu selama beberapa saat lalu beranjak pergi.

"Jika aku ingin memiliki kartu identitas, aku harus melakukan apa?" tanya Isabella lagi pada March.

"Tentu saja berburu. Tapi bagaimana kau bisa berburu, jika belati saja kau tidak punya," jawab March.

Isabella baru sadar karena terlalu sibuk memikirkan penyamaran, ia sampai lupa membeli pisau atau belati. Tapi ia bingung harus bagaimana karena sekarang Isabella sudah tidak punya uang lagi, jika saat ini tidak menghasilkan uang maka ia sendiri tidak bisa makan nanti malam.

"Jangan bingung begitu." March mengeluarkan sebuah pisau dapur dari lacinya dan memberikan pisau itu pada Isabella, "Kau boleh bawa pisau itu dan kembalikan sebelum jam makan malam, karena istriku harus menggunakan pisau itu untuk memotong daging."

Isabella tidak menyangka jika pria bernama March itu akan sebaik ini padanya. Walau pun begitu, berburu dengan pisau dapur sebenarnya agak mengherankan. Tapi menggunakan pisau dapur jauh lebih bagus, dari pada tidak membawa apa-apa.

*****

Isabella sudah berjalan hampir 2 jam. Tapi, tidak menemukan tanda-tanda monster disekitar hutan ini. Dari alur novel yang pernah ia baca, warga desa ini sering diganggu oleh monster serigala merah yang besarnya 2 kali lipat dari serigala biasa.

"Kya ...." Suara teriakan seorang wanita terdengar jelas tidak jauh dari tempatnya berdiri, tanpa berfikir panjang ia pun langsung bergegas mencari lokasi teriakan itu.

Sesampainya di sana ia melihat ada 3 goblin yang sedang menggoyang pohon, sementara di atas pohon itu ada seorang gadis berusia kisaran 8 tahun. Di novel aslinya jarang sekali ada goblin yang berkeliaran seperti ini, dan sekarang mereka bukan hanya berkeliaran saja. Padahal Isabella sangat membenci goblin karena wajah mereka itu sangat jelek.

Namun, Isabella cukup beruntung saat ini, karena ia hanya bertemu dengan goblin yang tidak cerdas. Jika mereka adalah goblin yang cerdas, maka seharusnya jika ingin berburu setidaknya mereka membawa peralatan berburu.

Karena telah tenggelam dalam pikirkannya sendiri Isabella sampai tidak sempat memperhatikan gadis itu, guncangan yang semakin kencang berhasil membuat pegangan gadis itu lepas. Saat gadis itu terjatuh, Isabella dengan cepat berlari mendekat dan hap! ia berhasil menangkapnya. Setelah itu Isabella menurunkan gadis kecil itu di tempat yang tidak jauh dari para goblin.

"Larilah ke desa," perintah Isabella pada gadis itu, gadis itu mengangguk dan langsung berlari menjauh.

Lalu Isabella mengayunkan pisau yang ada ditanganbya dengan cepat ke arah para goblin yang bodoh itu, dan siapa sangka pisau dapur itu sangat tajam, dalam sekali tebas saja kepala goblin itu langsung terlepas dari badannya. Bau darahnya sedikit tidak sedap, dan ini membuat Isabella mendadak mual. Tapi mau bagaimana lagi, ia harus bertahan sampai semua goblin ini mati.

Membunuh 3 goblin bodoh itu tidak membutuhkan waktu lama, karena saking bodohnya mereka sama sekali tidak menghindar dari serangan Isabella. Setelah semuanya selesai Isabella yang mata duitan itu kembali berfikir, akan berapa banyak uang yang akan ia dapatkan dengan 3 goblin bodoh ini.

*****

"Apa? kau meminjamkan pisau seharga 5.000 koin emas itu pada seorang kesatria bayaran amatir, apa kau gila? bagaimana jika dia menjual pisau itu setelah tau dia nilai jualnya, huh?" kesal Martini kepada suaminya, March.

"Aku tidak pernah salah dalam menilai orang, jelas sekali jika pria itu adalah anak yang baik. Percayalah padaku." March berusaha menyakinkan sang istri.

"Hmph!" Martini yang kecewa, langsung mengalihkan pandangannya dari March.

Tak terasa hari sudah petang dan Isabella yang menyamar masih belum menampakan diri, March mulai diselimuti perasaan gelisah karena sang istri sudah sejak tadi mengabaikannya. Jauh didalam hatinya, March mulai meragukan Isabella. Tapi, tatapan mata Isabella tadi  membuat March tidak bisa untuk tidak percaya padanya.

"Aku kembali," ucap Isabella yang baru saja kembali dengan nafas yang tidak teratur, jelas sekali ia terlihat sangat kelelahan.

"Terima kasih atas pisaunya, saya sudah membersihkannya di sungai sebelum kembali," lanjut Isabella seraya meletakan pisau Martini di atas meja.

Baru saja pisau itu diletakan, Martini dengan cepat mengambil pisau tersebut dan memeriksanya dengan seksama, "Kenapa pisaunya sebau ini?" 

"Aku menggunakannya untuk berburu," jawab Isabella salah tingkah.

"Memangnya apa yang ka …."

"Itu dia!" teriak seorang pria lain menunjuk Isabella. "Dia adalah orang yang mencuri buruanku."

Perhatian semua orang yang ada di guild itu tertuju pada Isabella, kecuali March, ia menatap tajam kearah pria yang menuduh Isabella tersebut.

"Apa maksud dari perkataanmu itu? jelas-jelas aku tidak mencuri buruanmu bahkan aku tidak mengenalmu," balas Isabella.

"Penjahat mana yang mau mengakui kejahatannya. Jelas sekali jika aku yang menebas para goblin itu dengan pedangku sendiri, lalu sementara aku tertidur karena kelelahan, kau dengan cepat langsung mengambil buruanku sebelum aku terbangun," sanggah pria itu.

"Bagaimana kau bisa tau aku yang mengambilnya sementara kau tertidur?"

"Bawa dia kemari," perintah pria itu pada bawahannya, tak lama bawahannya kembali bersama seorang gadis. Isabella mengenal wajah gadis itu dengan baik, karena gadis itu adalah gadis yang ia selamatkan dari para goblin.

"Dia adalah saksinya," jawab pria itu merangkul gadis tersebut. Gadis itu terlihat ketakutan, ia seperti diancam untuk memberikan kesaksian palsu.

"Benar saja, pria itu bahkan tidak memiliki peralatan berburu sama sekali."

"Ia terlihat seperti bukan kesatria bayaran, rasanya sulit dipercaya dia adalah kesatria bayaran bahkan bros tingkat rendah saja dia tidak punya, lalu bagaimana dia bisa membunuh goblin?"

"Pria itu terlihat miskin, dia pasti benar-benar mencuri."

Semua tentara bayaran di sekitar mereka mulai menjelek-jelekan Isabella, sementara Isabella yang bahkan tidak bisa membuktikan jika goblin itu benar-benar diburu olehnya mulai dilanda merasa cemas.

****

Bersambung ...

Silahkan tinggalkan jejak, dan selalu dukung author karena dukungan kalian sangatlah berarti😘

Bab 3 Kebencian pada semua tokoh antagonis

Martini semakin tidak tahan lagi dengan ucapan pria itu terhadap Isabella.

"Coba buktikan jika buruan itu memang milikmu, apa kau bisa?" tantang Martini pada pria itu.

"Bukannya sudah jelas terlihat dari peralatan dan pakaianku, hah? aku jauh lebih baik dari kesatria bayaran yang amatir itu," balasnya menatap Isabella dengan tatapan merendah, "Lihatlah, dia pergi berburu hanya memakai pisau dapur karatan saja, mana bisa dibandingkan denganku yang memakai peralatan lengkap serta mahal. Apalagi aku punya saksi bersamaku," jawab pria itu dengan sombongnya.

"Pisau karatan katamu? coba berikan pedangmu yang mahal itu padaku, aku bisa mengetahui siapa yang berbohong dan siapa yang tidak," kesal Martini. Ia tidak terima jika pisau peninggalan ayahnya dihina begitu saja.

Pria itu dengan angkuhnya memberikan pedangnya pada Martini seraya berkata, "Periksa dengan baik agar kau puas,"

Martini mengambil pedang itu. Ia mencium pedang itu, dan mencium pisaunya sendiri secara bergantian.

"Apa yang coba kau buktikan dengan hidungmu itu? saksi ku ada di sini dan semua orang sudah tau siapa yang berbohong hanya dengan melihatnya," ucap pria itu yang tidak berhenti mengoceh.

"Apa kau sempat ke sungai tadi?" tanya Isabella. Ia seperti sudah tau apa yang coba Martini jadikan sebagai bukti.

"Untuk apa aku pergi sungai? setelah bangun aku cemas dengan buruanku yang hilang, lalu gadis ini datang dan mengatakan semuanya padaku," jawabnya.

"Benarkah? lalu jika memang benar goblin itu buruanmu yang dicuri olehku, kenapa tidak ada noda darah di pedangmu?" desak Isabella.

"Benar. Bau darah goblin itu sangat menyengat bahkan tidak akan hilang walau di cuci, perlu ramuan khusus untuk menghilangkan baunya. Lalu kenapa pedangmu tidak berbau sama sekali? bahkan baunya lebih menyengat dalam pisau milikku yang dipinjam oleh pria amatir ini," timpal Martini.

"Kau … aku ini adalah anak penguasa kota, kau berani menuduhku yang tidak-tidak? jika aku bilang itu buruan ku maka itu milikku, atas dasar apa anak miskin sepertinya dengan pisau jelek itu bisa memburu 3 goblin sekaligus. Aku adalah tentara bayaran tingkat perak, aku jauh lebih layak memiliki goblin itu dari pada dirinya," sergah pria itu.

Bugh!

March mengayunkan tinjunya ke wajah pria tersebut, "Sudah mencuri, menuduh, dan menghina orang sembarangan. Tapi kau masih saja sombong, apa kau pikir guild milikku ini adalah tempat di mana kau bisa menggunakan statusmu untuk menindas orang lain, hah?"

"Ka-kau … apa kau tau akibat dari menyinggungku? aku akan membuat desa ini berhenti menerima bantuan dari penguasa kota," ancamnya.

"Lalu bagaimana ceritanya jika aku mengatakan pada kaisar untuk mencabut gelar bangsawan ayahmu."

"Hahahaha, memangnya kau siapanya kaisar? dasar sok hebat!"

March dan Martini saling tatap lalu mereka mengeluarkan lencana emas dengan simbol kelinci, melihat lencana itu semua orang terkejut. Lencana itu adalah sepasang lencana milik Komandan serta Wakil komandan pasukan kesatria bayaran kelinci.

Isabella terkejut karena ia tidak mengenali pasangan yang sering disebutkan dalam novel. Awalnya mereka adalah kesatria biasa, lalu karena mereka banyak menuai prestasi atas jasa mereka dalam perang dan dalam membunuh monster. 

Kaisar pun akhirnya mengakui keberadaan mereka yang telah mendirikan guild kelinci, dengan jumlah anggota guild yang tidak sedikit. Kaisar membentuk mereka menjadi satu pasukan yakni pasukan kelinci sesuai nama guild mereka guild kelinci. Walau pun bukan pasukan kesatria kekaisaran, mereka tetaplah pasukan yang dihormati oleh kaisar.

Tatapan orang yang merendahkan Isabella berpindah pada pria itu, pria itu kehilangan muka didepan umum. Ia yang tidak tahan atas tekanan semua orang, dengan cepat meninggalkan guild kelinci bersama para bawahannya.

Awalnya Isabella ingin membuat perhitungan dengan pria itu. Tapi baguslah karena Martini dan March berada dipihaknya, mereka tidak ikut menyalahkan Isabella hanya karena perbedaan status diantara mereka.

"Maaf telah membuatmu mengalami hal buruk di guild kami, dan juga kau sangat hebat bisa membunuh 3 goblin sekaligus," ucap Martini diantara rasa bersalah dan kagum.

"Ini bukan salah nyonya, pria itu yang salah jadi nyonya tidak perlu meminta maaf. Lagipula nyonya dan tuan membelaku, aku sangat berterima kasih," balas Isabella.

March mendekati Isbaella lalu memasang sesuatu di bajunya. Saat ia melihat apa yang March pasang, ternyata yang di pasang oleh March adalah bros tembaga berbentuk bintang. Jujur Isabella sangat terkejut, karena mendapat bros ini bukanlah hal yang mudah, butuh waktu lama bagi seorang kesatria bayaran untuk mendapatkannya.

"Aku akan membuat kartu identitasmu besok, jadi bisa katakan siapa namamu nak?" tanya March.

Mendengar pertanyaan March, Isabella terdiam. Hampir saja ia menjawab namanya Isabella sementara penyamarannya adalah seorang pria. Isabella berfikir keras mencari nama apa yang cocok untuknya, dan terlintaslah nama pimpinannya. Ia tidak punya pilihan lain selain menggunakan nama itu.

Isabella menghela nafas pelan lalu menjawab, "Allred, nama ku Allred."

"Kau bisa datang mengambil kartumu besok dan …" March memberikan kantung berisi kepingan yang Isabella tidak tau apa itu. 

"Hasil dari buruanmu, 3000 koin emas," lanjutnya.

Isabella melongo mendengar nominal uang yang ia dapatkan. Dalam hidupnya kali ini Isabella tidak percaya akan mendapatkan uang sebanyak ini, jika setiap hari dapat begini maka ia bisa kaya pikirnya. Isabella mata uditan memang sangat mencintai uang.

"Te-terima kasih. saya pergi dulu." Isabella menerima uang itu dan pergi dengan perasaan senang.

Belum juga sampai di rumahnya, ia sudah memikirkan berbagai jenis makanan yang enak-enak, dan terlintas dipikirannya tentang sebuah perayaan jadi ia memutuskan malam ini ia harus makan daging untuk merayakan hari pertama bekerja.

Sesampainya di rumah Isabella langsung menyimpan uang itu dan melepas cincin magisnya, ia harus mandi terlebih dahulu sebelum keluar membeli makan malam.

Malam ini adalah malam terbaik pertama Isabella di dunia ini, ia membeli banyak masakan dari daging serta bir untuk berpesta. Tapi walau pun demikian, ia tidak lupa menyisihkan uang tabungan untuk rencana yang telah ia susun dengan sangat rapi.

"Dari mana kau malam-malam begini? apa pergi mencari pria yang bisa menghangatkan ranjangmu untuk tidur nanti?" tanya Aretha yang secara kebetulan berpapasan dengannya.

Isabella memasang ekspresi datar saat melihat Aretha, ia tidak bisa percaya jika wanita yang baru saja ia tadi pagi kini datang lagi. Memang semua tokoh antagonis selalu merepotkan.

"Tunggu sebentar!" Aretha malah mencekal tangan Isabella, saat Isabella ingin berlalu pergi.

"Apa masalahmu denganku? huh! siang kau ada, malam kau tetap ada. Sebenarnya kapan kau akan menghilang? aku hanya ingin melalui malam dengan tenang dan damai, paham?" kesal Isabella.

"Tutup mulutmu dasar wanita miskin," ucap Aretha seraya melepas tangan Isabella dengan kasar. "Kau pasti sengaja bertingkah begini karena kau habis melecehkan pria tampan lagi, katakan padaku siapa lagi yang kau ganggu malam ini."

Isabella sekarang benar-benar kesal. Memang benar Isabella yang asli sikap seperti itu, tapi Isabella yang sekarang berdiri didepannya bukanlah Isabella yang itu. Ingin sekali Isabella mengatakan hal itu pada Aretha.

"Apa yang kau bawa dalam kantung besar itu? itu pasti pakaian dalam pria yang kau curi, iya 'kan?" tanya Aretha yang sengaja meninggikan suaranya agar terdengar oleh orang-orang di sekitar mereka.

Tatapan semua orang membuat Isabella cukup tertekan, reputasi Isabella yang asli sangat jelek dan ucapan wanita ini pasti langsung dibenarkan oleh semua orang yang ada di sini. Isabella merasa sangat tidak beruntung, sekali pun isinya bukan yang ia tuduhkan. Namun ini tetap bukan pertanda baik, tokoh antagonis memang sangat merepotkan. Ia sangat benci semua tokoh antagonis.

*****

Bersambung.

Silahkan tinggalkan jejak dan dukung selalu author karena dukungan kalian sangatlah berarti😘

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!