NovelToon NovelToon

Semua Bukan Inginku.

Mengenakan stelan oranye.

"Nona Malini Ayunda, Silahkan ikut dengan saya, ada seseorang yang datang mengunjungi anda." Titah seorang Sipir penjara kepada seorang gadis yang kini mengenakan stelan berwarna oranye.

"Baik bu" Jawab gadis itu patuh, meski di dalam hatinya bertanya, siapa sebenarnya yang hari ini datang mengunjungi dirinya, sebab sudah hampir sebulan terakhir menjadi tahanan baru kali ini ada yang datang mengunjunginya.

Seketika gadis itu merasa kakinya begitu berat untuk melanjutkan langkah, saat melihat sosok seorang pria tak asing baginya dari kejauhan.

Apalagi sorot mata pria itu layaknya seekor elang yang hendak menerkam mangsanya.

Dengan perlahan Malini melanjutkan langkahnya, hingga berdiri tepat di depan pria bermata elang tersebut.

"Silahkan tuan, karena waktu anda tidak banyak!!." kata sipir penjara pada seorang pria tampan dengan tinggi badan sekitar 183 cm. meski tatapannya kini kurang bersahabat, namun hal itu sama sekali tidak mengurangi ketampanan serta karismatik yang di miliki pria itu.

Anggukan paham dari pria itu, membuat sipir penjara segera meninggalkan keduanya.

Keduanya pun kini telah duduk berhadapan, hanya ada sebuah meja yang menjadi pembatas.

Nampak jelas tubuh mungil Malini gemetar, saat pria itu menatapnya dengan tajam. seolah tatapan tajam itu mampu menembus hingga ke jantung, sampai keringat gadis itu mulai membasahi dahinya.

Sejenak hening sebelum pria itu melontarkan pertanyaan yang membuat Malini semakin tertunduk, tak berani menatapnya.

"Kenapa kamu tega menipu saya, siapa kamu sebenarnya??" cecar pria itu dengan intonasi yang terdengar begitu menyeramkan di indera pendengaran Malini.

"Maafkan saya tuan." hanya itu yang mampu keluar dari bibir mungil Malini yang nampak bergetar saat berucap.

"Saya melakukannya karena terpaksa." lanjut wanita itu dengan posisi tertunduk dan masih dengan nada bergetar. meskipun sebenarnya Malini sudah berusaha agar tak terlihat gemetar di hadapan pria itu, namun apa daya semua itu seakan sia sia.

"Terpaksa??." Gama, begitu biasa pria itu di sapa nampak tersenyum menyeringai seraya mengulang salah satu kata yang baru saja di dengarnya.

"Kamu dengan sengaja datang kedalam kehidupan saya untuk menipu saya dan juga seluruh anggota keluarga saya dan sekarang kamu bilang semua itu terpaksa." Gama nampak menoleh ke kiri dan ke kanan seraya tersenyum tak percaya dengan kalimat Yang baru saja di lontarkan Malini.

"Jika anda merasa saya telah menipu Anda serta keluarga anda tuan, maka Saya akan mempertanggung jawabkan semuanya." Dengan memberanikan diri Malini berucap demikian, sesaat sebelum sipir penjara datang dan mengatakan jika waktu berkunjung telah usai.

"Maaf tuan Gamara Pradipta waktu berkunjung telah usai, tahanan harus kembali ke selnya." ucap Sipir ketika baru saja menghampiri Keduanya.

Tanpa berkata kata lagi Gama segera bangkit dari duduknya kemudian meninggalkan tempat itu, namun sebelum benar benar berlalu pria itu kembali memberi tatapan penuh makna ke arah Malini ketika tanpa sengaja pandangan keduanya bertemu.

Malini menghela napas dalam seolah baru saja terbebas dari sebuah ruangan yang membuat napasnya terasa sesak, saat menyaksikan punggung Gamara tak lagi terlihat olehnya.

Malini melangkah mengikuti langkah sipir penjara untuk kembali ke dalam selnya.

Namun baru saja beberapa langkah tiba tiba Malini menoleh saat mendengar seseorang memanggil namanya.

"Malini." Malini menoleh saat mendengar Ria yang baru saja tiba memanggil namanya.

"Bu, apa saya boleh bicara sebentar dengan sahabatnya saya, saya janji tidak akan lama bu??." pinta Malini dengan wajah memelas berharap sipir tersebut sedikit memberinya kebijakan.

Sipir tersebut nampak berpikir sejenak sebelum menjawab.

"Baiklah, tapi ingat Nona Malini, jangan lama lama karena Ibu takut akan mendapat teguran dari atasan!!." jawab sipir wanita yang tak tega Melihat raut memelas Malini.

"Saya janji Bu tidak akan lama." jawab Malini dengan senyum tipis yang terukir di wajah cantiknya.

Setelah mendapat izin Malini pun segera menghampiri Ria, yang telah duduk di sebuah bangku pengunjung.

"Maafkan Aku Malini, karena baru sempat mengunjungimu." kata Ria dengan wajah penuh penyesalan.

"Tidak apa apa, tidak perlu merasa bersalah seperti itu. lagi pula aku baik baik saja di sini." jawab Malini yang tidak ingin terlihat menyedihkan di mata sahabatnya, karena biar bagaimanapun Ria adalah sahabat baiknya. jika Ria melihatnya bersedih sudah pasti akan membuat sahabatnya itu ikut bersedih. sementara Malini bukanlah sosok wanita yang suka melihat orang orang yang di sayangi bersedih, apalagi sedih karena dirinya.

"Jika dulu kamu terpaksa melakukan semua itu demi menghindari dinginnya penjara, lalu kenapa sekarang kamu justru menyerah dengan mengakui semuanya, yang mengakibatkan Kamu harus berakhir di penjara??." Ria coba mengingatkan Malini sebab mengapa sampai ia pasrah, dan menerima tawaran dari wanita yang begitu licik menurut Ria.

Ucapan sahabatnya itu membuat Malini teringat akan kejadian tiga bulan lalu, yang mengakibatkan dirinya masuk dan terjebak di dalam keluarga Pradipta.

Flash back On

Tiga bulan yang lalu.

Seorang gadis yatim piatu bernama Malini Ayunda, hidup bersama sang nenek sejak ia masih berusia delapan tahun.

Pagi ini Malini nampak begitu bersemangat, sebab hari ini merupakan hari pertama ia di terima bekerja di sebuah hotel berbintang di kota B.

"Malini sarapan dulu sebelum berangkat!!." kata wanita yang usianya hampir menginjak enam puluh tahunan, usai menyiapkan sarapan di meja.

"Iya nek,,,, nek Doakan Malini ya, semoga bos tempat Malini bekerja orangnya baik. biar kalau sudah punya uang lebih, Malini bisa mengajak nenek nginap di hotel mewah tempat Malini bekerja itu!!." ucap gadis cantik berusia 22 tahun tersebut dan di tanggapi senyum oleh neneknya.

"Ada ada saja kamu ini Neng, lagian ngapain juga nenek pake menginap di hotel segala." sahut neneknya tersenyum geli, karena merasa cucu nya itu ada ada saja.

"Ya nggak apa-apa dong nek, sekali sekali apa salahnya coba. " kata Malini sebelum kembali melihat jarum jam yang melingkar di pergelangan tangannya.

"Malini berangkat ya nek, takut telat. kan tidak lucu kalau Malini di pecat di hari pertama bekerja karena terlambat." ujar gadis itu kemudian, sembari mengunyah sisa nasi goreng yang masih berada di dalam mulutnya.

"Hati hati neng!!." kata nenek Khawatir saat Melihat cucu kesayangannya beranjak dengan terburu buru.

Setelah berpamitan Malini menuju hotel tempatnya bekerja, dengan menggunakan motor metik miliknya.

Selain bekerja di hotel bintang lima, hal lain yang membuat Malini lebih bersemangat adalah ia dan sahabatnya yang bernama Ria Wulandari secara bersamaan di terima bekerja di hotel tersebut.

Meskipun keduanya hanya bertugas sebagai housekeeping, namun Malini dan juga Ria tetap happy dan menikmati pekerjaannya.

Tidak terasa sudah hampir dua bulan Keduanya bekerja sebagai housekeeping di hotel bintang lima tersebut. Leo yang merupakan kekasih Malini, sesekali menjemput sang kekasih jika Malini sengaja tidak membawa motornya.

Keduanya begitu saling mencintai, bagaimana tidak, keduanya sudah menjalin kasih sejak duduk di bangku sekolah menengah atas.

Namun begitu, gaya berpacaran keduanya terbilang cukup sehat karena tidak ada sentuhan fisik yang berlebihan selain berpegangan tangan, itupun bisa di hitung dengan jari selama keduanya menjalin asmara. mungkin karena Leo yang begitu mencintai Sang kekasih, sehingga tak sedikit pun di benak pria itu niat untuk melakukan sesuatu di luar batas.

Mendapat tuduhan.

Sama seperti hari biasanya, setelah tiba di hotel Malini segera melaksanakan tugasnya sebagai housekeeping. hari ini ada sepasang kekasih yang secara spesial memesan sweet room, sehingga pemilik hotel menugaskan Malini di kamar hotel tersebut.

Usai melaksanakan tugasnya, seperti biasa Malini akan memastikan jika kamar hotel yang lain juga telah di rapikan dengan sempurna, namun saat melintas di koridor hotel peralatan kerja yang berada di tangan gadis itu secara spontan berjatuhan ke lantai saat melihat raut wajah seorang wanita yang kebetulan berpapasan dengannya.

****

Di sebuah mansion, seorang pria terlihat melempar pandangan sejauh mata memandang, dari arah balkon kamarnya.

Wajah yang tampan serta karir yang cemerlang sebagai seorang pengusaha muda ternama, tidak serta merta menjamin seseorang mendapatkan kebahagiaan seutuhnya di dalam rumah tangga.

Sekiranya itu yang bisa di gambarkan dalam pernikahan yang kini di jalani oleh seorang pria bernama Gamara Pradipta, pria yang kini berstatus sebagai ayah dari anak kembarnya yang kini berusia tiga tahun.

Gama terlihat memijat keningnya sebelum beranjak meninggalkan balkon hendak kembali ke kamar, sebuah ruangan yang terasa begitu sunyi tanpa kehadiran sang istri yang kini tengah bepergian ke luar negeri dengan alasan ingin refreshing.

Sang istri bepergian ke luar negeri tanpa membawa serta anak anak mereka, bahkan mengajak serta sang suami untuk berlibur berdua pun tidak, dengan alasan ingin menikmati waktu sendiri.

Benar kata pepatah, kalau sudah cinta maka apa yang di lakukan pasangan selalu terlihat baik di mata kita. dan itulah yang saat ini terjadi pada Gama, ia bahkan mengizinkan istrinya bepergian seorang diri Meski ia sendiri harus tersiksa akibat menahan rindu.

Sebelum merebahkan tubuhnya di ranjang seraya menatap langit-langit kamarnya, Gama mengirim sebuah pesan terlebih dahulu pada kontak yang tertera my love di ponselnya.

"Sayang kapan kamu kembali, mas sudah sangat merindukanmu??.". bunyi pesan yang di kirim Gama pada kontak My Love yaitu sang istri.

"Sabar dong suamiku sayang, baru juga dua Minggu." begitulah sekiranya balasan pesan dari sang istri yang membuat Gama menghela napas dalam, sebelum pria itu beranjak keluar dari kamar akibat mendengar suara tangisan dari salah satu putri kembarnya.

Gama berjalan menuju sumber suara, di mana terdengar suara tangisan dari salah satu putrinya.

"Ada apa sayang, putri cantik papa kenapa menangis??." Rama memang begitu menyayangi kedua putri kembarnya, terbukti dari sikap Gama yang terlihat begitu lembut pada kedua putrinya.

di saat buah hatinya itu menangis, Gama pasti akan berusaha membujuk kedua buah hatinya itu dengan menggendong tubuh mungil itu, sama seperti kali ini saat Nasya tengah menangis akibat mencari ibunya.

"Mama,,,Mama,,,mama,,,Nasya mau mamah" sebagai anak usia tiga tahun hanya itu yang terlontar dari bibir mungil Nasya, saat merindukan sosok ibunya.

"Sabar ya sayang, tidak lama lagi mama akan segera kembali." begitulah cara Gama membujuk putri kembarnya, setiap kali ibu mereka bepergian ke luar negeri dengan alasan yang sama. Malina yang merupakan ibu kandung dari kedua putrinya tersebut bahkan sudah mulai bepergian keluar negeri dengan alasan tak jelas sejak si kembar masih berusia satu tahun.

Dengan alasan stres mengurus kedua anak kembar dan ingin refreshing, maka dengan lugunya Gama akan berkata "baiklah sayang." kalimat itu bahkan membuat keluarga besar Pradipta menjadi gemas sendiri dengan sikap lugu Gama terhadap istrinya, terutama sang bunda.

"Mau sampai kapan kamu akan terus mengizinkan istri kamu bersenang senang seperti ini, di saat anak anaknya sedang membutuhkan kasih sayang serta perhatian dari ibunya??." Nampaknya kesabaran nyonya Sisilia hampir habis melihat tingkah menantunya.

"Pokoknya bunda tidak mau tahu, kamu hubungi istri kamu suruh dia kembali sekarang juga, jika dia menolak maka bunda sendiri yang akan mencarikan penggantinya" lanjut Nyonya Sisilia sebelum mengambil alih Nasya dari gendongan putra sulungnya itu.

Kini Gama mengajak serta putrinya Mesya, saat bundanya mencoba meredakan tangisan Nasya, dengan membawa gadis kecil itu melihat burung peliharaan Sang kakek.

Malam harinya Gama terus kepikiran dengan kalimat bundanya, Mungkin kini saatnya ia bersikap tegas pada sang istri.

Gama meraih ponselnya di nakas kemudian menghubungi kontak My love.

"Tut,,,Tut,,,Tut,,,," sudah beberapa kali menghubungi namun panggilannya sama sekali tak di jawab.

"Apa yang sedang kamu lakukan sekarang sayang, mengapa hanya sekedar menerima panggilan dariku kamu tak bisa??." batin Gama saat panggilannya belum juga tersambung.

"Sayang aku mohon kembalilah !!! anak anak sangat merindukan kamu, begitu pun denganku sayang." karena panggilan darinya belum juga tersambung, akhirnya Gama memutuskan mengirim sebuah pesan melalui aplikasi hijau miliknya.

Keesokan harinya Gama mengecek pesan di ponselnya, berharap ada balasan pesan dari sang istri, namun sayang semua itu hanyalah sebuah harapan, sebab Sampai dengan pukul sepuluh pagi Gama sama sekali tidak mendapat balasan pesan apapun dari wanita yang begitu dicintainya itu.

****

Di hotel bintang lima.

"Saya berani bersumpah pak, saya sama sekali tidak mencuri perhiasan itu." Kini air mata itu tak sanggup lagi di bendung Malini, saat ia seakan di adili oleh pemilik hotel akibat di tuduh mengambil perhiasan milik salah satu pengunjung hotel.

"Jika bukan kamu yang mengambil perhiasan itu, lalu bagaimana bisa kotak perhiasan itu ada di dalam tas kamu Malini??." Pemilik hotel nampak geram pada Malini, karena gadis itu kekeh jika dirinya tidak merasa mengambil barang tersebut meski barang bukti di temukan di dalam tas miliknya. ya....kotak perhiasan milik salah satu pengunjung hotel yang hilang di temukan di dalam tas Malini.

Seorang wanita cantik dengan penampilan sosialitanya, perlahan melangkah ke arah Malini dengan gaya congkaknya.

"Bagaimana mungkin anda masih mengelak, sementara saat ini barang bukti ada di dalam tas anda, Nona??." kata wanita itu Dengan nada tenang namun terdengar begitu menyakitkan.

Malini nampak lemas, kakinya seperti tak sanggup lagi menopang berat tubuhnya, bayangan mendekam di balik jeruji besi membuat gadis itu seakan tak berdaya.

Wanita pemilik perhiasan tersebut nampak tersenyum menyeringai melihat wajah Malini yang nampak pucat pasi, sebelum kemudian meminta izin kepada pemilik hotel untuk memberinya waktu berbicara empat mata dengan gadis itu.

"Bolehkah saya bicara empat mata dengan gadis ini tuan??." tanya wanita itu kemudian pemilik hotel nampak mengangguk ramah, sebelum beranjak keluar meninggalkan keduanya.

Wanita itu menengadahkan wajah Malini yang tertunduk pilu dengan telunjuknya.

"Seandainya kemarin anda bersedia menerima tawaran saya, sudah pasti semua ini tidak akan terjadi." kata wanita itu dengan senyum liciknya.

"Apa salah saya pada anda Nyonya??mengapa anda tega memfitnah saya sekejam ini, sedangkan saya sama sekali tidak mengenal anda ??." cecar Malini dengan tatapan marah, namun tak kuasa berbuat apa apa.

Wanita itu kembali tersenyum licik.

"Sekarang anda tidak punya pilihan lain Nona, jika anda menerima tawaran dari saya maka anda akan terbebas dari tuduhan ini, namun jika anda menolak sudah pasti jeruji besi akan menanti kehadiran anda nona Malini Ayunda. saya beri waktu sepuluh menit, saya rasa anda bukan orang bodoh Nona yang akan menyia nyiakan kesempatan begitu saja." Malini benar benar bingung dalam mengambil keputusan. jika ia menerima tawaran dari wanita itu sudah pasti ia akan melakoni sandiwara layaknya seorang aktris, namun jika ia menolak sudah pasti jeruji besi akan menyambut kedatangannya.

Sejenak Malini terlihat diam seperti sedang berpikir.

"Baiklah Nyonya saya terima tawaran anda." jawab Malini beberapa saat kemudian. Malini menjawab dengan lantang, meski dadanya bergemuruh hebat ingin menolak.

Flash back of

"Waktu anda sudah habis Nona Malini, sebaiknya anda segera ikut dengan saya kembali ke sel anda!!." tiba tiba suara sipir wanita membuyarkan lamunan Malini.

"Baik Bu." sahut gadis itu.

"Ria sebaiknya kamu kembali sekarang, jika kamu ada waktu luang kamu boleh kembali mengunjungi aku di sini!!." kata Malini sebelum meninggalkan sahabatnya dan Ria pun hanya bisa mengangguk, karena tidak tega melihat kondisi sahabatnya saat ini.

Bertemu si kembar.

Gama menjadi tidak fokus dalam bekerja, bahkan ini kali pertama bagi pria itu terlambat berangkat ke perusahaan.

"Sejak kapan kamu berdiri di sini???" tanya Gama pada Mahardika yang merupakan asisten pribadinya, saat Gama baru saja membuka pintu kamarnya.

"Sejak dua jam yang lalu tuan??." Mahardika menjawab pertanyaan dari pria yang kini masih mengenakan piyamanya, padahal saat ini waktu telah menunjukkan pukul sembilan pagi.

Gama beralih menatap jam yang menggantung di dinding kamarnya. pria itu pun segera melangkah menuju kamar mandi, saat melihat waktu telah menunjukkan pukul sembilan pagi.

Semalam Gama Sulit memejamkan matanya, hingga pukul lima pagi barulah ia dapat memejamkan matanya, itulah yang membuatnya sampai terlambat bangun pagi ini.

"Siapkan mobil!!." titah Gama saat berada di depan pintu kamar mandi.

Usia mandi dan bersiap, Gama segera turun menemui Mahardika yang sejak tadi menunggu dirinya.

"Mobilnya sudah siap tuan." kata Mahardika sopan saat menyadari kedatangan tuannya dan Gama pun mengangguk.

"Apa hari ini anda akan menemui istri anda tuan??." tanya Mahardika, namun yang di maksud oleh pria itu adalah Malini.

"Dia bukan istriku." jawab Gama dengan tegas.

"Maafkan saya tuan." ujar Mahardika karena merasa pertanyaannya ternyata salah di mata majikannya itu.

Mahardika merupakan orang kepercayaan Gama, pria itu bahkan tahu semua yang terjadi pada majikannya tersebut. bahkan tentang sosok wanita bernama Malini yang tiga bulan terakhir telah menyamar sebagai nyonya Malina pun tak luput dari pengetahuan Mahardika.

Setibanya di perusahaan, Gama segera menuju ruangan kerjanya. baru beberapa saat ia menempati kursi kebesarannya, tiba tiba ponselnya berbunyi ternyata ibunya yang menelpon dan mengatakan jika kedua putri kembarnya terus menangis mencari ibunya.

"Gama, Mesya dan Nasya sejak tadi terus menangis." kata ibunya saat Gama baru saja menerima panggilan.

"Baiklah Bun, Gama akan segera kembali ke rumah sekarang juga." jawab Gama sebelum mematikan sambungan telepon kemudian beranjak dari duduknya hendak kembali ke rumah, sebab pria itu jadi tak tenang saat ibunya mengatakan kedua putrinya terus menangis.

Beberapa saat kemudian, Gama tiba di rumah dengan di antarkan oleh Mahardika selaku asisten pribadinya.

"Anak Papa kenapa menangis??." tanya Gama seraya mendekati kedua putrinya yang kini tengah di temani baby sitter serta nyonya Sisilia.

"Mesya mau bertemu mama, Nasya juga kangen dengan mama pa,."ujar kedua putrinya yang mulai fasih dalam berbicara, meski keduanya masih berusia tiga tahun.

"Nanti ya sayang!!." Gama berusaha membujuk kedua putrinya, namun sayang sepertinya kali ini pria itu tidak berhasil melakukannya, terbukti kedua gadis kecil itu sama sekali tak menghentikan tangisannya.

Gama memandang ke arah bundanya seolah menanyakan solusi agar bisa membuat kedua putri kesayangannya itu berhenti menangis.

"Tidak ada cara lain, kita harus mempertemukan Nasya dan Mesya dengan wanita itu." Wanita yang di maksud oleh bundanya Gama adalah Malini.

"Tapi Bun, wanita itu bukan mamanya mereka." ujar Gama, tak setuju dengan ide bundanya dengan nada lirih agar kedua putrinya tidak mendengar ucapannya.

"Terus kamu mau bagaimana lagi, kamu mau membawa kedua putrimu mencari mamahnya kemana??? keberadaannya saat ini saja kamu sendiri tidak tahu." Ucap Bundanya dengan nada menyindir.

****

Sorot mata Malini nampak berbinar saat melihat sosok kedua gadis kecil yang begitu di rindukannya.

"Mamah." kedua anak kembar itu langsung berlarian ke pelukan Malini dan wanita itu pun langsung berlutut menyambut keduanya.

"Sini sayang!!." Malini memeluk erat tubuh keduanya seraya memejamkan matanya. nampak jelas jika wanita itu juga begitu merindukan gadis kembar tersebut.

"Nasya sangat merindukan mamah,,,Mesya juga mah." ucap keduanya yang kini berada di pelukan hangat Malini.

"Mama juga sangat merindukan kalian sayang." ujar wanita itu dengan raut wajah tulus, setelah melepaskan pelukannya untuk memberi jarak agar bisa menatap wajah keduanya bergantian.

Malini kemudian mengajak keduanya duduk di bangku untuk sekedar mengobrol untuk melepaskan kerinduan.

"Mamah kenapa nggak pulang ke rumah sih??." tanya Nasya dengan polosnya dan di dukung Mesya dengan anggukan.

"Nanti mama pasti pulang sayang, tapi kalian harus janji Sama mama tidak boleh menangis lagi!!." ucap Malini dengan penuh kasih sayang, sebab tadi nyonya Sisilia sempat mengatakan jika keduanya terus menangis jika merindukan sosok Malini.

"Baik mah, tapi mama juga janji ya nggak boleh lama lama di sini!!." ucap Nasya dan Malini pun mengangguk dengan genangan air mata yang terus di Tahan oleh wanita itu sejak tadi.

Malini merasa terharu saat mengetahui jika kedua gadis kembar itu begitu merindukan dirinya, meski pada kenyataannya keduanya rindu karena menyangka jika ia adalah ibu kandung mereka, Malina.

Sementara di sudut ruangan, Gama yang menyaksikan keakraban kedua putrinya dengan Malini merasa relung hatinya terasa begitu hangat, namun begitu Gama segera mengusir perasaan itu jauh jauh.

Tiga puluh menit kemudian Gama pun mengajak kedua putrinya untuk segera kembali, meski berat hati namun Nasya dan Mesya menurut karena tadi wanita yang di anggap mamah mereka tersebut telah menasehati keduanya.

"Sayang sekarang kita pulang ya!!." ajak Gama.

"Baiklah pah." jawab keduanya pasrah, sebab sejujurnya keduanya masih merasa berat jauh dari sosok wanita yang begitu menyayangi keduanya selama beberapa bulan terakhir.

"Mah, kami pulang dulu ya, nanti kalau papah tidak sibuk di kantor kami akan main ke sini lagi." ucap Nasya dengan polosnya, karena tidak mengetahui tempat apa sebenarnya yang mereka kunjungi saat ini.

"Iya sayang." jawab Malini sembari mengembangkan senyumnya.

Gama pun mengandeng kedua putrinya, namun pria itu menghentikan langkahnya sejenak saat mendengar ucapan Malini.

"Terima kasih tuan sudah mempertemukan saya dengan anak anak anda." kata Malini, yang cukup tahu diri dengan posisinya saat ini.

"Hemt ." hanya itu yang terlontar dari mulut Gama, sebelum kembali melanjutkan langkahnya dengan mengandeng tangan kedua putrinya.

Saat tiba di rumah usai menidurkan si kembar, nyonya Sisilia menemui Gama di kamarnya.

Gama yang tengah berdiri di dekat jendela kamar menoleh saat mendengar suara pintu kamarnya terbuka.

"Bunda." ~Gama

"Bukannya membenarkan apa yang sudah di lakukan gadis itu, tetapi Bunda hanya merasa kagum sekali dengan sosok Malini, wanita itu nampak begitu tulus menyayangi Nasya dan Mesya." Gama seperti tak terima saat bundanya seakan membela sosok Malini.

"Tapi dia itu bukan mamanya anak anak Gama Bun, wanita itu hanyalah seorang penipu, dia bukan istri Gama." ujar pria itu seolah tidak setuju dengan pendapat bundanya tentang sosok seorang Malini.

Nyonya Sisilia nampak mengeryit sebelum kembali menimpali kalimat putranya.

"Siapa bilang wanita itu istri kamu, Malina, istri kamu bahkan tidak pantas jika di sandingkan dengan Malini. istri kamu itu tidak ada apa apanya jika dibandingkan dengan seorang wanita bernama Malini." cetusan sinis bundanya sanggup membungkam mulut Gama, sebab apa yang di katakan bundanya benar adanya. meski memiliki wajah yang begitu identik namun dari segi sifat dan sikap keduanya sangat jauh berbeda.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!