📢📢📢 BOM KOMENTARNYA BESTIE🔪
***
“Arggghhhhhhh!”
Dari dalam sebuah kamar hotel terdengar suara teriakan yang sangat kuat. Suara tersebut seolah ingin memberitahu bagi mereka yang mendengar betapa orang tersebut sangat amat tersakiti akan sesuatu hal. Sementara itu di luar kamar berjejer belasan pria berbaju hitam dengan postur tubuh tinngi besar berdiri sambil memegang senjata di tangan masing-masing. Dan dari pemandangan itu bisa di pastikan kalau orang yang berada di dalam kamar hotel itu bukanlah orang sembarangan. Karena dilihat dari banyaknya para penjaga yang berdiri di luar kamar, besar kemungkinan orang yang ada di dalam adalah seorang MAFIA.
“Arrrgghhhh, air. Beri aku air. Cepat!” teriak Jove kesakitan saat ingin menggerakkan kakinya.
Segera Franklin mengambilkan segelas air putih lalu melangkah cepat ke arah ranjang. Dia lalu memasukkan sebuah cairan transparan ke dalam gelas tersebut kemudian meminta wanita yang sedang berdiri ketakutan di samping pintu untuk mengambilkan sedotan dari dalam kotak yang ada di atas meja.
“Ambil sedotan dari dalam tas itu dan bawa kemari. Cepat!”
“B-baik, T-Tuan,”
“Cepat sedikit!”
Dengan tangan gemetaran wanita tersebut mengambil sedotan dari dalam tas kemudian memberikannya pada pria bernama Franklin itu. “I-ini sedotannya, Tuan.”
“FRANKLIN!!!”
Jove kembali berteriak. Dia benar-benar sudah tidak tahan dengan siksaan rasa sakit ini. Dan begitu Franklin menyodorkan gelas ke depan mulutnya, Jove dengan kesetanan menyedot habis semua air yang ada di dalamnya. Mungkin sebagian dari kalian berpikir kalau air tersebut hanyalah air minum biasa. Kalian salah. Di dalam gelas tersebut ada campuran beberapa obat yang hanya Jove saja yang boleh meminumnya. Dan sekarang apa kalian berpikir kalau Jove adalah seorang pria penyakitan? Jawabannya tentu saja bukan. Baiklah, author akan berbaik hati memberitahu kalian tentang siapa Jove sebenarnya.
Jove Alexander Lorenzo, adalah keturunan tunggal dari pasangan Marcellino Altezza Lorenzo dan Rosalinda Osmond, atau yang biasa kalian kenal dengan nama Adamar Clarence. Dia terlahir dengan membawa penyakit aneh di mana Jove akan merasa sangat kesakitan setiap kali dia selesai bercinta dengan seorang wanita. Dan tidak hanya itu saja. Jika Jove tidak segera meminum ramuan khusus yang diracik oleh organisasinya, selama berhari-hari dia hanya akan terbaring kaku seperti sebongkah kayu yang tergeletak di atas pembaringan. Menurut penjelasan dari kedua orangtuanya, penyakit langka ini berasal dari racun yang dulu sengaja di suntikkanke tubuh sang ibu untuk menghancurkan segala memori yang tersimpan di dalam otaknya. Dan sampai detik ini, baik Jove maupun orangtuanya belum berhasil menciptakan obat yang bisa menyembuhkannya dari penyakit menjijikkan tersebut.
“T-Tuan, b-bolehkah saya pergi sekarang?” tanya wanita yang adalah wanita panggilan khusus berlatar belakang model internasional. Tubuhnya yang hanya terbalut selimut tebal nampak gemetaran.
Franklin tak mengindahkan pertanyaan dari wanita tersebut. Kedua matanya hanya fokus memperhatikan bosnya yang kini mulai bisa bernafas dengan teratur. Bahkan secara perlahan mata bosnya mulai terpejam, menandakan kalau rasa sakitnya sudah banyak berkurang.
“Tuan, s-saya ….
“Dasar j*lang. Apa mulutmu yang kotor itu tidak bisa diam dulu, hah! Matamu buta atau bagaimana sampai tidak bisa melihat kalau bosku sedang istirahat. Kau mau mati atau bagaimana!” teriak Franklin akhirnya habis kesabaran saat wanita itu tak berhenti merengek. Setengah mati dia menahan keinginannya untuk tidak langsung menghabisi wanita itu. Benar-benar merepotkan.
Mata Jove perlahan-lahan terbuka saat dia mendengar suara teriakan Franklin yang cukup kuat. Setelah itu Jove melirik ke arah wanita yang semalam telah di tidurinya. Dia tersenyum, tapi tidak ada yang tahu apa arti dari senyuman itu.
“Nona, apa pendapatmu setelah melihatku yang seperti ini?” tanya Jove dengan suara yang sangat lembut.
“T-Tuan, saya tidak berhak untuk mendengar ataupun mengatakan sesuatu di luar pekerjaan saya. Manager hanya menugaskan saya untuk melayani anda, jadi apa yang terjadi pada anda itu sama sekali bukan ranah saya untuk ikut campur. Jadi m-maaf, s-saya tidak bisa memberikan pendapat apapun terhadap apa yang terjadi pada anda,” jawab si wanita tanpa berani melihat ke arah pria yang semalam menjadi tamunya. Dia terlalu takut.
“Jawabanmu sungguh sangat memuaskan sekali, Nona. Sama seperti servismu semalam,” seloroh Jove. “Tapi, Nona. Selain anak buahku, aku tidak pernah membiarkan orang asing mengetahui kelemahanku. Dan hari ini kau sepertinya sengaja terlambat bangun, makanya sekarang kau jadi melihat sesuatu yang tidak seharusnya kau lihat.”
Hening. Dengan wajah yang masih pucat Jova bangkit dari tidurnya lalu menyender ke kepala ranjang. Dia yang kala itu tidak mengenakan apa-apa dengan santai meminta wanita itu untuk datang mendekat. Oya, mungkin kalian sedikit kurang nyaman dengan kebiasaan Jove yang tak merasa risih membiarkan tubuhnya polos tanpa tertutup sehelai benangpun di hadapan Franklin. Itu sudah biasa bagi anak buahnya. Juga bukan tanpa alasan mengapa Jove melakukan hal ini. Setiap kali dia selesai bercinta, di keesokan paginya Jove pasti akan merasa seluruh tubuhnya menjadi sangat panas seperti terpanggang api. Itulah kenapa sekarang Jove tidak berpakaian sama sekali karena dia tak kuat menahan rasa terbakar itu. Sampai sini apakah kalian semua sudah paham?
“Kau buta ya?” sarkas Franklin sambil menatap tajam ke arah wanita yang kini sedang menangis sesenggukan sambil duduk bersimpuh di lantai. “Bosku memintamu datang mendekat. Kenapa kau malah duduk seperti anjing di situ? Cepat datang!”
“Hiksss, Tuan. T-tolong maafkan kelancangan saya. S-saya tidak tahu akan ada kejadian seperti ini, makanya saya lancang untuk bangun sedikit terlambat. J-jujur, dari semua tamu yang pernah saya layani hanya Tuan seorang yang memperlakukan saya dengan sangat lembut. D-dan saya menyukainya,”
“Kau jatuh cinta padaku?” tanya Jove tanpa basa basi. Bukan hal yang baru lagi jika ada wanita yang tergila-gila pada kemampuan Jove ketika bermain rasa di ranjang. Hampir semua wanita yang pernah bermalam dengan Jove, mereka semua akan merasa ketagihan. Mungkin jika hal ini terjadi pada pria lain mereka pasti akan merasa sangat bahagia. Namun untuk Jove pribadi sesuatu yang seperti ini adalah hal yang sangat menjijikkan. Wanita membuatnya muak, tapi adalah kesukaan Jove memainkan mereka di saat malam menjelang. Dan apa kalian ingin tahu mengapa Jove menyukai sesuatu yang bisa membuatnya kesakitan? Jawabannya satu. She is die.
“Jawablah. Mungkin aku akan sedikit berbaik hati padamu kalau kau bersedia untuk menjawab dengan jujur,” ucap Jove mulai kebosanan.
“Tuan, saya … saya ….
“Nona, saat aku memesan pada menegermu, aku telah membayar penuh atas tubuh dan nyawamu. Jadi … bicaralah dengan benar sebelum aku berubah pikiran!”
Wanita itu kaget setengah mati begitu mengetahui kalau tubuh dan nyawanya telah di jual oleh menegernya sendiri. Sungguh, dia sama sekali tidak menyangka kalau menegernya akan tega melakukan hal ini kepadanya. Padahal keseharian mereka tak ubahnya seperti saudara kandung sendiri. Tapi kenapa?
“Di dunia ini orang yang harus kita waspadai bukanlah para penjahat, melainkan adalah orang terdekat kita sendiri. Kau pasti tidak menyangka bukan kalau orang yang sudah kau anggap seperti saudara tega menjual nyawamu pada orang sepertiku?” ucap Jove sambil membuka laci meja. Dia lalu mengambil sebuah pistol dari dalam sana. “Jadi Nona, kau ingin mati sendiri atau anak buahku yang mengahabisimu?”
Tanpa memberi kesempatan untuk wanita itu berpikir, Jove sudah lebih dulu melemparkan senjata padanya. Dia lalu bersedekap tangan, menanti keputusan apa yang akan di ambil oleh wanita tersebut.
“Franklin, ini terlalu lama.”
“Baik, Tuan,” sahut Franklin kemudian berjalan menghampiri si wanita yang sudah pucat pasi sambil memegang senjata di tangannya. “Biarkan aku mengajari cara untuk melesakkan peluru hingga menembus kepalamu. Relaks, baby!”
Dan ….
Dor
Jove tersenyum. Dia kemudian turun dari ranjang lalu berjalan masuk ke dalam kamar mandi. Jove ingin membersihkan tubuhnya yang terkena percikan darah dari wanita yang mati dengan kepala hancur. Kejam? Ayolah kawan. Seperti inilah kehidupan. Dan apa kalian pikir hidup seorang mafia itu penuh dengan sesuatu yang manis dan keuwuan? Tentu saja tidak. Namun, yang Jove tidak sadari kalau suatu hari nanti akan ada seseorang yang datang untuk merubah pandangannya tentang hidup. Hidupnya akan berubah manis, dan itu pasti terjadi.
🌹🌹🌹
📢📢📢 BOM KOMENTARNYA BESTIE 🔪
***
“Mr.Jove, sepertinya di pelelangan nanti anda akan berhadapan dengan Tuan Albert. Anak buah saya telah menerima bocoran informasi kalau Tuan Albert berniat menyuap perwakilan dari Rusia agar bisa menjadi pemenang di acara lelang tersebut. Jika anda tidak segera melakukan tindakan, bisa di pastikan kalau anda akan kalah. Dan tentu saja kekalahan anda akan sangat berpengaruh pada bisnis yang selama ini anda lakukan!” ucap Don, yang juga adalah seoramg mafia. Namun kekuasaan Don masih kalah jauh jika di bandingknan dengan Jove. Dia berada jauh di bawahnya.
“Tuan Don, apa kau lupa kalau pria sepertiku tidak pernah mengenal kata kalah, hem?” tanya Jove dengan sangat santai. “Albert tetaplah Albert, si cecunguk sampah yang bisanya hanya main dari belakang. Kau pikir aku akan merasa takut setelah mendengar informasi yang kau katakan barusan? Tidak, Tuan Don. Albert bukan lawanku, dia terlalu lemah untuk sekedar mengusik kemenanganku di pelelangan besok!”
“Hmmm, anda terlalu percaya diri, Mr.Jove.”
“Tentu saja,”
Setelah berkata seperti itu Jove mengulurkan tangannya ke arah Franklin. Bibirnya lalu menyunggingkan sebuah senyum, tapi lagi-lagi tidak ada yang mengetahui apa arti dari senyuman tersebut.
“Mr.Jove, anda sekarang sedang berada di wilayah saya. Jadi anda jangan coba-coba mengangkat senjata untuk menyerang kelompok kami ya?” tegur Don langsung waspada melihat Jove menarik pelatuk senjata yang didapat dari Franklin, orang kepercayaannya.
“Tuan Don, santai. Peluru yang ada di dalam senjata ini bukan aku peruntukkan untukmu ataupun orang-orangmu. Akan tetapi aku menyiapkannya untuk … dia!”
Dorr dorr dorr
Tiga buah peluru melesak ke kepala salah satu penjaga yang diam-diam menyalakan alat perekam di tangannya. Don yang tadinya hendak mengarahkan senjata ke arah Jove langsung terperangah kaget melihat salah satu pengawalnya mati dengan isi kepala berhamburan ke mana-mana.
“Bereskan sampah itu!” perintah Franklin sambil memainkan pistol di tangannya. Dia lalu menatap seksama ke arah Don yang masih terlihat syok atas apa yang baru saja dia lakukan. “Dalam berbinis, kau harusnya bisa membedakan mana anjing yang kau pelihara dan mana anjing yang sedang mencari celah untuk menggigitmu. Membereskan pengkhianat seperti dia saja masih harus aku yang turun tangan. Pantas saja bisnismu tidak ada kemajuan sama sekali. Harusnya orang bodoh sepertimu tidak berada di dunia seperti ini, Tuan Don. Kau hanya membuang waktumu dengan percuma.”
Franklin memerintahkan anak buahnya untuk membuang mayat pengkhianat itu ke tengah laut. Tapi sebelum itu Franklin mengambil lebih dulu alat perekam dari tangan pengawal yang mati dengan cara mengenaskan.
Dasar anjing bodoh. Kau pikir mudah apa menjadi seekor ular di tengah-tengah raja ular? Heh, benar-benar sudah bosan hidup kau ternyata.
“Tuan, alat ini masih tersambung pada pemiliknya. Apa yang harus kita lakukan?” tanya Franklin saat menyadari kalau alat perekam itu masih bekerja.
“Selidiki siapa pemiliknya. Setelah itu hancurkan beberapa usaha yang dimiliki oleh orang itu,” jawab Jove santai.
“Baik, Tuan,” sahut Franklin lalu meminta salah satu anak buahnya untuk memeriksa siapa di dalang di balik pengkhianatan ini. Setelah itu Franklin mengambil koper kecil dari tangan anak buahnya kemudian meletakkannya di atas meja.
“Buka!”
“Baik, Tuan!”
Jakun Don langsung bergerak naik turun begitu dia melihat isi dari koper tersebut. Seketika naluri untuk memiliki semua barang yang ada di dalam sana mencuat dengan begitu besarnya. Melihat keserahan yang muncul di diri Don membuat Jove tak tahan untuk tidak terkekeh. Sungguh, anjing satu ini tak pernah bisa membohongi kenyataan kalau dia begitu candu akan jenis narkoba yang di bawanya. Tak mau lagi mengulur waktu, Jove menggerakkan dagunya ke arah Franklin meminta agar koper itu kembali di tutup.
“Why, Mr.Jove. Kenapa kau tak mengizinkan aku menatap lebih lama barang itu?” tanya Don gelisah.
“Kau bahkan bisa memiliki semua barang itu jika bersedia melakukan satu pekerjaan untukku,” jawab Jove. Kini raut wajahnya terlihat sangat serius.
“Apa itu? Katakan!”
“Besok malam orangku akan melakukan transkasi dalam jumlah yang sangat besar. Tapi gara-gara kecerobohan pengawalmu tadi, rencana ini berhasil terendus oleh polisi. Kau tahu, Tuan Don. Harga dari kepalamu dan kepala semua orang-orangmu tidak akan sepadan dengan jumlah keuntungan yang bisa aku dapatkan dari transaksi itu. Jadi aku mau kau menyelesaikan masalah ini agar para polisi itu tidak menggagalkan bisnisku. Dan sebagai imbalannya, semua yang ada di dalam koper ini akan mejadi milikmu. Aku juga berjanji akan membantumu keluar dari masalah jika suatu hari nanti kelompokmu menemui kendala. Bagaimana?Apa kau tertarik?”
Sebelah alis Don terangkat ke atas setelah dia mendengar tugas apa yang harus dia lakukan. Jujur, Don sangatlah benci jika harus berurusan dengan sekelompok anjing Negara itu. Akan tetapi tawaran yang di berikan Jove terlalu menggiurkan. Apalagi yang ada di dalam koper. Hal ini mendorong Don dengan senang hati menerima tugas menyebalkan itu.
“Baiklah, Mr.Jove. Aku bersedia menerima pekerjaan ini. Sekarang tolong beritahu aku rute mana yang akan kalian ambil agar aku bisa menentukan anjing mana yang perlu aku suap!” tanya Don.
Franklin maju ke arah Don lalu mengeluarkan sebuah kertas dari saku jasnya. Dia lalu menjelaskan di bagian mana saja Don harus turut andil dalam mengamankan transaksi besar milik bosnya. Setelah itu Franklin kembali menyimpan kertas tersebut kemudian kembali berdiri di sebelah bosnya.
“Ingat, Tuan Done. Kepalamu dan semua orangmu yang akan jadi taruhannya jika bisnisku sampai gagal!” ucap Jove sambil berdiri dari duduknya. “Kita pergi!”
Sebagai tanda jadi, Jove memerintahkan Franklin agar memberikan satu bungkus pada Don. Setelah itu Jove dan semua bawahannya segera pergi meninggalkan gudang yang juga adalah markasnya Don.
Di luar gudang telah menunggu deretan mobil milik Jove dan bawahannya. Jove terlihat berjalan dengan satu tangan dimasukkan ke saku celana. Tak lupa dia memakai kaca mata hitamnya, yang mana membuat penampilan Jove menjadi semakin menarik. Mungkin bagi yang belum tahu siapa Jove sebenarnya, mereka pasti akan berpikir kalau Jove adalah tipe pria yang sangat ideal untuk di jadikan seorang suami. Namun bagi yang sudah tahu siapa Jove, menyebutkan namanya pun enggan. Jove Alexander Lorenzo, seorang bandar narkoba terbesar pada masanya. Juga adalah pewaris dari semua aset milik keluarga Clarence, marga kedua yang di pakai oleh sang ayah untuk menutupi identitasnya yang juga adalah seorang mafia kelas kakap.
“Silahkan, Tuan,” ucap Franklin setelah membukakan pintu mobil. Dia lalu menundukkan kepala saat bosnya tak langsung masuk.
“Pergi ke club. Aku sedang butuh yang segar-segar,”
“Apakah saya perlu mencarikan wanita untuk anda, Tuan?” tanya Franklin.
“Tidak usah. Aku sedang tidak berminat,” jawab Jove kemudian masuk ke dalam mobil.
Franklin segera berlari memutari mobil kemudian masuk dan duduk di kursi kemudi. Hal yang sama juga dilakukan oleh pengawal yang lain sebelum akhirnya mereka semua pergi dari sana.
Menjadi seseorang yang mewarisi darah mafia tentu saja membuat Jove sangat memerlukan pengamanan yang sangat ketat. Dan semua pengawal yang selalu mengikutinya, rata-rata dari mereka telah melewati pendidikan khusus di sebuah pulau warisan dari ibunya. Di pulau itulah Jove menyimpan seluruh harta kekayaannya yang juga di jaga dengan begitu ketat oleh orang-orang yang dulunya bekerja pada satu organisasi gelap bernama Queen Ma, yang tak lain adalah organisasi yang di ketuai oleh ibunya sendiri.
🌹🌹🌹
📢📢📢 BOM KOMENTARNYA BESTIE🔪
***
Brukkkk
“Bos, mereka orangnya!” lapor Franklin seraya mendepak kepala seorang pria yang baru saja dilempar ke hadapan bosnya.
Jove menoleh. Dia kemudian memperlihatkan sebuah smirk yang cukup mengerikan di bibirnya. Sadar kalau suasana hati bosnya sedang kurang baik, Franklin segera berbisik pada anak buahnya agar mencarikan seorang model yang bisa digunakan sebagai penghibur.
“Kau sudah tahu bukan seleranya Tuan Jove?” tanya Franklin memastikan.
“Ya. Aku tahu!”
“Segera bawa wanita itu ke hotel begitu kalian mendapatkannya. Nanti kirimkan pesan saja ke mana aku harus mengirim uangnya.”
“Baiklah.”
Setelah memberikan perintah pada anak buahnya, Franklin berjalan mendekat ke arah bosnya. Ekor matanya kemudian melirik ke arah satu pria yang sedang merangkak hendak mendekat. Tak mau sikap pria ini membuat suasana hati bosnya menjadi semakin tidak baik, Franklin dengan cepat menginjak jari tangannya hingga terdengar suara krek dari sana. Mungkin itu suara tulang jarinya yang patah.
“Arrkkhhhhhhh!”
“Sakit?” tanya Franklin sambil menyeringai.
“Ampun, Tuan Franklin. Tolong lepaskan tanganku!” teriak pria itu dengan wajah di banjiri keringat dingin.
“Kau bahkan bisa menyebut namaku dengan begitu jelas. Lalu saat kau memata-matai kami apa kau tidak pernah membayangkan siksaan seperti apa yang akan kau terima, hm?” ejek Franklin sembari menguatkan pijakan kakinya hingga membuat tulang yang patah menjadi remuk. “Meminta ampun. Kau pikir ini tempat penebusan dosa? Kau salah Bung jika berpikir seperti itu. Karena yang benar tempat ini adalah tempat untuk menjemput kematian. Tahu kau!”
“Frank, kau terlalu bising!” tegur Jove dingin.
“Maaf, Tuan!”
Segera Franklin mengangakt kakinya kemudian mundur dan berdiri di sebelah bosnya.
“Siapa tuan kalian?” tanya Jove sambil menatap datar pria yang tengah meringkuk kesakitan di bawah kakinya. “Selagi aku berbaik hati, maka jawablah dengan jujur. Malam ini suasana hatiku sedang kacau. Kau akan berada dalam masalah besar jika ketidakjujuranmu sampai memancing amarahku. Paham?!”
“P-pa-paham, Tuan Jove. A-aku paham!” sahutnya ketakutan.
Ada satu fakta yang sangat mengerikan tentang mafia yang bernama Jove Lorenzo. Siapapun yang tertangkap basah oleh kaki tangannya, mereka tidak pernah ada yang selamat. Pria ini benar-benar sangat mengerikan. Jove terlahir sebagai seseorang yang tidak mengenal ampun dalam membantai musuh. Selama ini ada banyak sekali orang yang berlomba-lomba mencari kelemahannya Jove. Namun nihil, mereka tak pernah bisa menemukannya. Bahkan terkadang sebelum sempat mereka menyelidiki, orang-orang itu sudah lebih dulu mati dengan cara yang sangat aneh. Mereka mati terbunuh di tangan orang misterius yang jejaknya saja tak pernah bisa mereka ketemukan.
Namun dari sekian banyak musuh yang mengintai, tidak ada satupun yang mampu menyadari kelemahan Jove yang sebenarnya. Kelemahan Jove itu sangatlah mudah dan bisa ditemui di mana saja. Dan kelemahan tersebut terletak pada WANITA. Catat baik-baik, W-A-N-I-T-A. Kalian para pembaca tentu tahu bukan kalau Jove itu mengidap satu penyakit langka di mana dia akan merasa kesakitan dan tubuhnya seperti di bakar setiap kali selesai bercinta dengan wanita. Dan tidak hanya itu saja. Jika Jove sampai tidak meminum ramuan khusus, dia akan berubah seperti potongan kayu yang tak bisa melakukan apa-apa. Karena kelemahan Jove memberikan efek yang sangat mengerikan, Jova selalu memerintahkan anak buahnya untuk menghabisi wanita yang telah bermalam dengannya. Jove menyukai d*sahan yang keluar dari para wanita itu, tapi Jove sangat amat membenci candu pesakitan yang diberikan oleh mereka.. Dan malam ini, Jove membutuhkan pelepasan. Itulah kenapa suasana hatinya menjadi sangat buruk karena besok pagi dia akan kembali merasakan rasa sakit yang sangat luar biasa hebat.
“Kalau begitu katakan. Sekarang!”
“T-Tuan Jove, aku diperintahkan oleh Tuan Albert untuk memata-matai kelompok Tuan Don. Dia ingin tahu apakah Tuan Don bekerjasama denganmu atau tidak. Juga sekalian mencaritahu tentang transaksi narkoba yang sebelumnya kalian bahas di markasnya Tuan Don. Itu saja!”
“Hmm,”
Jove menghela nafas. “Berikan pisaumu, Frank. Sepertinya Albert butuh hadiah dariku.”
“Baik, Tuan!”
Franklin segera mengeluarkan belati yang terselip di pinggang lalu dia berikan pada bosnya. Dan tanpa harus diminta, Franklin dengan kasar menarik tangan pria itu kemudian menggulung bajunya ke atas.
“Bersiaplah. Kau akan segera kehilangan sepuluh jari dan juga kedua daun telingamu. Berani-beraninya kau lancang mendengarkan sesuatu yang tidak seharusnya kau dengar. Dasar to lol!”
“T-Tuan Jove, bukankah kau bilang akan memaafkan aku setelah aku memberitahukan semuanya padamu? T-tapi kenapa sekarang kau dan anak buahmu memperlakukan aku seperti ini?” tanya pria itu dengan raut wajah yang begitu ketakutan. Dia sangat amat ngeri membayangkan ke sepuluh jari tangannya di potong dalam keadaan sadar. Rasanya … astaga. Pastilah sangat menyakitkan.
“Franklin, apa kau mendengar aku mengatakan akan memaafkannya?” tanya Jove sambil menatap kilatan belati yang begitu tajam.
“Tidak, Tuan. Saya tidak mendengarnya sama sekali,” jawab Franklin.
“Kalau begitu telinga siapa yang akan di potong pertama kali. Telingamu, atau telinga tikus bodoh ini?”
“Tentu saja itu adalah telinga dari tikus to lol ini, Tuan!”
“Baiklah. Sesuai apa katamu!”
Jove kemudian berjongkok. Satu tangannya bergerak memegang dagu pria yang wajahnya sudah sangat pucat seperti mayat. Jove kemudian tersenyum, sangat suka dengan ekpresi tak berdaya di wajah pria ini. Tak mau pria ini mati dengan mudah, Jove memainkan belati dengan cara mengukir sebuah simbol ksusus yang hanya di mengerti oleh anak buahnya saja di wajah pria tersebut. Dan dari deti ke detik, telapak tangan Jove sudah dipenuhi genangan darah yang berasal dari luka ukiran yang dia buat.
“Tuan Jove, t-tolong ampuni aku. A-aku hanya menjalankan perintah dari Tuan Albert saja. Sungguh!”
“Lalu kau berharap aku akan percaya kemudian melepaskanmu. Begitu?” sahut Jove. “Inilah alasan kenapa Tuhan memberikan akal dan pikiran kepada manusia. Dan gunanya adalah untuk berpikir panjang terlebih dahulu sebelum melakukan sesuatu. Kau harusnya tahu kalau aku tidak pernah melepaskan musuh hidup-hidup. Jadi mau seperti apapun kau memohon, aku tetap tidak akan mengampunimu. Apa kau mengerti?”
“Tapi Tuan, aku ….
Krreekkk sreeettt
“AAAAAAAAAAAAA!”
Dengan santainya Jove memotong telinga sebelah kanan milik anak buahnya Albert tanpa menghiraukan jeritan kesakitannya. Setelah itu dia lanjut memotong telinga yang satunya lagi hingga membuat pria tersebut jatuh tak sadarkan diri. Franklin yang melihat mainan bosnya hilang kesadaran pun segera menggantinya dengan mata-mata yang lain. Dia dengan kasar mencengkeram leher mereka lalu melemparkannya ke hadapan bosnya. Tanpa merasa iba sedikitpun, Frankil dengan kuat memegangi kepala mereka saat bosnya ingin kembali bermain. Tak lama setelah itu, lantai yang tadinya terlihat sangat bersih kini tak ubahnya seperti kolam renang darah. Daun telinga yang terputus dan jari-jari tangan yang bergeletakan tak beraturan, membuat suasana di ruangan itu menjadi sangat horror. Namun kehororan tersebut tak berlaku untuk Jove dan Franklin. Mereka sibuk menikmati kesenangan dengan cara menyiksa musuh yang berjumlah tujuh orang. Juga tak mempedulikan wajah dan pakaian mereka yang kini sudah di penuhi percikan darah segar.
“Kirimkan semua bangkai ini ke kediaman Albert. Pastikan mereka semua sudah mati sebelum sampai di sana!” perintah Jove sambil menancapkan belati ke ubun-ubun pria yang pertama kali disiksanya. Setelah itu Jove berdiri, menyeka darah yang menempel di dekat bibirnya.
“Baik, Tuan!” sahut Franklin dengan patuh.
“Aku butuh wanita sekarang juga, Franklin.”
“Sudah saya siapkan, Tuan. Dan harusnya wanita itu sekarang sudah menunggu kedatangan anda di kamar hotel!”
Jove mengangguk. Dia lalu melangkah santai menuju kamar mandi. Raut wajahnya yang begitu dingin sama sekali tak menampakkan rasa bersalah setelah mempermainkan tujuh nyawa sekaligus. Kejam sekali bukan? Dan inilah dunia mafia yang sesungguhnya. Kalian harus tahu itu.
🌹🌹🌹
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!