Seoul, Korea Selatan, 12 Maret, 2028. Pukul 08.32 waktu setempat.
Di sebuah Gereja besar, tengah berlangsung acara pernikahan antara sepasang kekasih muda. Acara berlangsung dengan sangat khidmat. Walaupun hanya sebuah acara pernikahan yang sederhana namun, itu sungguh membahagiakan bagi kedua mempelai.
Pendeta memulai ikarar janji suci yang akan mengikat dua orang sehidup semati menjalani rumah tangga mereka.
"Kim Nam Jun, bersediakah kau menerima Park Jong Ah sebagai istrimu? Menyayanginya, menghiburnya, menghormatinya, melindunginya dan mencintainya seperti kau mencintai dirimu sendiri? Selalu bersamanya, tidak perduli miskin atau kaya, dalam sakit atau sehat, senang maupun susah, hingga maut memisahkan kalian berdua?"
Lelaki tampan yang berbahagia itu dengan senyum lebarnya menjawab tegas "Aku bersedia!"
Sang Pendeta memalingkan wajahnya, menatap mempelai wanita dan kembali bertanya.
"Park Jong Ah, apakah kau bersedia menerima Kim Nam Jun menjadi suamimu? Menyayanginya, menghiburnya, menghormatinya, melindunginya dan mencintainya seperti kau mencintai dirimu sendiri? Selalu bersamanya, tidak perduli miskin atau kaya, dalam sakit atau sehat, senang maupun susah, hingga maut memisahkan kalian berdua?"
Kebahagiaan terpancar jelas di wajah wanita muda itu, bulir bening menggenang di pelupuk matanya. Rasa haru dan bahagia membuatnya hampir tak mampu bersuara.
"Ya, aku bersedia."
Riuh tepuk tangan dari para keluarga dan sahabat yang menghadiri acara tersebut pun memenuhi Gereja. Semua orang merasakan kebahagiaan yang sama di hari itu.
......................
Sepuluh tahun berlalu setelah hari membahagiakan itu. Kehidupan yang dijalani Kim Nam Jun dan Park Jong Ah tidak semulus ketika mereka masih berpacaran dulu. Banyak konflik yang bermunculan seiring berjalannya waktu. Mulai dari perkerjaan Kim Nam Jun yang selalu mendapati kegagalan untuk naik jabatan ke posisi yang lebih tinggi, hingga Park Jong Ah yang belum juga bisa memberikan keturunan untuk mereka berdua.
Kim Nam Jun berkerja di sebuah Perusahaan minyak sebagai pengawas lapangan. Lelaki itu adalah putra sulung dari empat bersaudara. Tiga saudaranya, masih bersetatuskan pelajar dan kehidupan merekapun ditanggung oleh Kim Nam Jun sebab, kedua orang tuanya tidak mampu berkerja lagi.
Sedangkan Park Jong Ah, berkerja di sebuah rumah sakit. Sebenarnya, Park Jong Ah adalah seorang wanita cerdas. Dia bisa saja menjadi seorang Dokter Spesialis andaikan sang sumi tidak melarangnya. Dengan alasan, bila ia tidak ingin diremehkan kelak saat Park Jong Ah memiliki karir yang lebih baik darinya.
Cita-cita dan impian Park Jong Ah harus dipendamnya dalam-dalam. Wanita itu tidak mau mengecewakan suaminya, hingga kini ia hanya menjadi seorang Suster di Rumah Sakit tersebut.
Seperti hari ini, dia bertugas menjadi suster jaga. Sebenarnya ini bukanlah gilirannya namun, Park Jong Ah menggantikan temannya yang sedang tidak enak badan.
Bila kalian bertanya apakah Park Jong Ah tidak kecewa? Jelas dia sangat kecewa dan menyayangkan hal itu. Namun, dia tidak menyesalinya, wanita itu sangat mencintai suaminya sampai-sampai dia rela melepaskan impiannya.
"Permisi, apakah benar di rumah sakit ini ada pasien yang bernama Lee Min Im?" Tanya seorang gadis muda berparas cantik. Mungkin usianya baru menginjak 20 tahunan.
"Tunggu sebentar biar saya periksa." Ucap Park Jong Ah kemudian memeriksa data pasien dalam komputer.
"Benar, pasien berada di kamar VVIV 205."
"Terima kasih." Ucap sang gadis muda dan berlari meninggalkan Park Jong Ah. Dengan nafas terengah gadis itu akhirnya tiba di depan kamar yang dituju.
tok...tok...tok
Suara ketukan di pintu, sebelum seorang remaja cantik melongokkan kepalanya kedalam ruang rawat. Terdapat seorang pria tampan yang menatapnya dengan binar kebahagiaan.
"Kenapa kamu ada di sini? Apakah karena menghawatirkan Kakak tersayangmu ini?" Ucap pemuda itu dengan nada pongah.
"Tentu saja! Aku bingung lelaki tua seperti kamu ini, bagaimana sampai bisa jatuh dari tangga hingga harus patah tulang?! Dasar bodoh!" Tutur gadis itu kesal pada sang Kakak satu-satunya itu. Lee Min Im adalah satu-satunya kerabat yang dia miliki. Kedua orang tua mereka telah meninggal dunia saat sang gadis berusia lima tahun.
Merasa kesal dan khawatir akan kabar yang diterimanya tentang sang Kakak, gadis muda itu tak mampu untuk membendung air matanya. Ia benar-benar ketakukan, saat pertama kali kabar buruk itu disampaikan oleh asisten pribadi sang Kakak. Bayang-bayang buruk memenuhi pikirannya sepanjang perjalanan menuju Rumah Sakit.
Namun, kini ia lega karena mendapati sang Kakak baik-baik saja, walau kakinya mengalami patah tulang, yang terpenting sang Kakak masih bernyawa.
......................
Tengah malam adalah waktunya untuk berganti sif namun, sebelum itu Park Jong Ah harus memeriksa keadaan salah satu pasien di ruangan VVIV. Saat Park Jong Ah menuju ruangan itu sambil memeriksa catatan medis milik pasien yang berada di ruang VVIV, wanita itu menemukan ada keganjalan dalam rekam medis tersebut. Ia memutuskan untuk menanyakan hal itu besok pada Dokter yang menangani si pasien.
Tiba di ruang itu, Park Jong Ah langsung melakukan pengecekan mulai dari infus dan menyuntikkan cairan obat pada infus tersebut. Saat dirasa tugasnya telah selesai, wanita itu memutuskan untuk pergi keluar. Namun, sang pasien bangun dan meminta bantuan padanya.
"Tolong panggilkan Suster pria, aku ingin buang air kecil." Ucap pria itu pada Park Jong ah dan diangguki oleh wanita itu "Baik Tuan, mohon tunggu sebentar!"
"Ji Min!" Serunya pada teman lelaki sesama perawat di rumah sakit itu. "Pasien di ruang VVIV 205 ingin buang air kecil, dia meminta perawat pria untuk membantunya."
"Oh baiklah!" Jawab orang yang disebut Ji Min oleh Kim Jong Ah dan berlalu ke ruang VVIV tempat di mana Lee Min Im berada.
Keesokan harinya seperti yang direncanakan oleh Park Jong Ah, wanita itu menemui Dokter yang menangani pasien bernama Lee Min Im untuk membahas kejanggalan rekam medis yang dilihatnya semalam.
"Selamat siang Dokter Kang Dae, maaf saya mengganggu. Ada hal yang ingin saya bicarakan dengan Dokter, apakah Dokter ada waktu?"
"Oh suster Park, silahkan. Ada hal apa?" Tanya Dokter itu ramah.
"Begini Dokter, semalam saya menemukan kejanggalan pada data rekam medis milik pasien bernama Lee Min Im. Coba Dokter lihat hasil CT scan bagian kepala milik pasien, terdapat sebuah gumpalan yang terlihat samar di bagian tempurung ini." Ucap Park Jong Ah sambil menujukkan bukti hasil CT Scan itu pada sang Dokter.
Dokter Kang Dae yang melihat secara seksama gambar yang ditunjukkan oleh Park Jong Ah merasa bingung, rupanya tempo hari ia tak menyadari hal itu.
"Kau benar Suster Park, sepertinya aku melakukan kesalahan saat mendiagnosa pasien tempo hari. Terimakasih karena telah menunjukkannya padaku. Aku akan segera melakukan tes ulang."
"Tak apa Dokter, saya hanya melakukan tugas saya."
"Sangat disayangkan wanita cerdas seperti dirimu hanya menjadi seorang suster. Padahal kau bisa untuk menjadi lebih dari dirimu sekarang." Ucap sang Dokter yang menyesali posisi pekerjaan Park Jong Ah sekarang. Dokter itu tau betul, bila wanita ini mampu menjadi seorang Dokter terbaik di rumah sakit mereka.
Park Jong Ah hanya tersenyum menanggapi ucapan dari Dokter Kang Dae dan berpamitan keluar "Kalau begitu saya permisi dulu. Selamat siang Dokter Kang."
Dokter Kang tersenyum dan mengangguk pada Park Jong Ah yang berlalu meninggalkan ruangannya.
BERSAMBUNG....
☆☆Ok gais ini karya ke tiga ku...
sory banget ya kalau namanya kaya ga kreatif atau ceritanya kurang menarik...
tapi aku usahakan akan menyajikan alur yang menantang di kemudian hari...
Jangan lupa dukung karya aku dengan memberikan like ya...
i love you all readers...😘😘☆☆
Seoul, Korea Selatan, 11 Maret, 2038. Pukul 18.33 waktu setempat.
Lima hari setelah Park Jong Ah menyampaikan kejanggalan yang terdapat pada rekam medis milik pasien bernama Lee Min Im, para Dokter melakukan oprasi ulang karena terdapat penggumpalan darah yang menyumbat fungsi otak pada bagian kepala sebelah kiri. Namun syangnya, nyawa pasien tidak dapat tertolong akibat kehilangan banyak darah.
Dokter Kang Dae di penjara atas tuduhan lalai saat bertugas, yang menyebabkan pasien kehilangan nyawanya. Park Jong Ah sangat prihatin akan keadaan Dokter Kang Dae, biar bagaimanna pun semua itu terjadi karenanya yang menyampaikan hasil CT Scan pada Dokter Kang Dae. Dia pun bersedih sebab, Dokter Kang Dae adalah salah satu senior yang baik padanya sedari awal dia berkerja di rumah sakit itu.
"Sany, aku hari ini akan pulang cepat. Aku ingin menyiapkan masakan enak untuk suamiku, karena besok adalah hari jadi ke 10 tahun pernikahan kami." Ucap Park Jong Ah pada rekan kerja wanitanya, Sany.
Sany bukan hanya rekan kerjanya saja, tapi wanita itu juga adalah sahabatnya semenjak mereka sama-sama kuliah dulu. Walau berbeda jurusan namun, tidak mempengaruhi persahabatan mereka.
"Ah benarkah? Wah aku ucapkan selamat bila begitu. Maaf, tidak bisa memberikan hadiah untukmu."
"Tak masalah, kau jagalah keponakanku ini aku akan sangat bahagia bila kau bisa melahirkannya dengan sehat dan selamat." Park Jong Ah berucap sambil mengusap perut buncit Sany.
Jauh di dalam lubuk hatinya, ada rasa iri melihat sahabatnya yang baru saja melangsungkan pernikahan itu telah memiliki calon bayi. Sedangkan dirinya yang sudah hampir 10 tahun menikah dengan suaminya, masih belum juga dikaruniai keturunan.
Park Jong Ah menghentikan langkahnya di sebuah toko jam tangan. Wanita itu berinisiatif membelikan suaminya jam tangan sebagai kado pernikahan mereka.
"Selamat datang Nyonya, ada yang bisa saya bantu?" Tanya pelayan toko.
"Ah, saya ingin membelikan sebuah jam tangan untuk suami saya. Apakah ada yang bagus di sini?"
Pelayan toko itu memasukkan tangannya kedalam lemari dan mengambil sebuah jam tangan berwarna gold, kemudian menyerahkannya pada Park Jong Ah. Dengan senyum puas Park Jong Ah, mengambil jam itu dan bergegas untuk pulang.
Sesampainya di rumah dia melihat ada sepasang sepatu wanita berserakan di dalam rumahnya. 'Apakah Kim membawa teman kantornya?' pikir Park Jong Ah, ia tidak mau berpikiran buruk terlebih dahulu. Saat dia ingin menuju dapur untuk mengambil air minum terdengar suara bising dari lantai atas.
"Ah..! Kim kau sangat hebat!"
'Apa yang mereka lakukan di sana?' Park Jong Ah melangkah menuju lantai atas yang hanya ada kamar ganti dan tempat tidur mereka berdua.
Terlihat pintu kamar sedikit terbuka, saat dirinya semakin dekat dengan pintu, suara wanita dan suaminya terdengar bersahutan. Alangkah terkejutnya Park Jong Ah yang mendapati perselingkuhan sang suami dengan wanita lain di malam ulang tahun pernikahan mereka berdua. Sekuat hati dia mencoba tenang dan membuka pintu.
"Turun dan jelaskan padaku!" Ucapnya pada dua orang yang tengah mengatur nafas karena telah melakukan pelepasan pada olah raga panas mereka.
Dengan berlinang air mata, Park Jong Ah menunggu dua orang tadi di ruang tamu. Tak beberapa lama Kim Min Jun pun turun dengan menggandeng seorang wanita cantik di belakangnya. Melihat hal itu hati Park Jong Ah makin sakit, air matanyapun kian deras turun membasahi pipi. Sungguh ia tak menyangka akan mendapatkan kado ulang tahun pernikahan seperti ini dari sang suami.
Awalnya ia ingin mendengar alasan mengapa suaminya melkukan itu pada dirinya. Namun, melihat langkah dua orang yang telah bercinta di atas ranjangnya tadi kian mendekat, membuat hati Park Jong Ah menciut. Dia tak mampu menahan emosi dalam hatinya, hingga tanpa sadar dia melayangkan tangannya pada wajah sang suami.
Plak...!
Setelah melemparkan kado yang di belinya tadi ke arah wajah suaminya, tanpa kata Park Jong Ah meninggalkan Kim Min Jun dan pasangannya menuju kamar. Park Jong Ah memasukan pakaiannya ke dalam koper dan membawanya pergi dari rumah itu.
Rumah yang mereka beli dengan menyisihkan gajih kecil mereka setiap bulannya, kini ini menjadi saksi perpisahan mereka.
Kim Min Jun hanya menyaksikan kepergian istrinya tanpa ada niat untuk mencegah wanita itu meninggalkannya.
'Rupanya kau memang menginginkan ini' lirih Park Jong Ah dalam hati. Wanita itu memutuskan untuk kembali kerumah orang tuanya di desa.
......................
Kehaancuran rumah tangganya membuat Park Jong Ah jera akan kehadiran lelaki dalam hidupnya. Wanita itu menjalani sisa hidup di desa tempat tinggalnya sewaktu kecil dulu. Dia memutuskan untuk bercerai dari Kim Min Jun dan mengajukan pindah tugas ke rumah sakit di desa.
Hingga kini Park Jong Ah telah berusia 82 tahun. Masa tuanya dijalani sendiri, terkadang Anak dan Cucu dari saudaranyalah yang berkunjung ke tempat tinggalnya.
Kesepian adalah sahabat barunya saat ini, Park Jong Ah menyesal mengapa dulu ia tidak mencari pengganti Kim Min Jun. Setidaknya, kini ia akan hidup bahagia bersama anak-anaknya walau dengan lelaki lain.
Yang dilakukannya sehari-hari hanyalah duduk di teras depan rumah dan memandang anak-anak yang tengah bermain di halaman rumahnya. Setidaknya itu bisa mengurangi kesepian dalam hidupnya.
"Nenek!" Seru seorang gadis muda yang berlari ke arahnya. Itu adalah putri dari keponakannya. Gadis itu sering mengunjunginya bila ia sedang liburan sekolah.
"Oh Cucu tersayangku...!" Ucap Park Jong Ah sambil memeluk gadis muda itu.
"Nenek maukah kau menemaniku ke suatu tempat hari ini? Aku ingin berjalan-jalan tapi rasanya tak nyaman bila sendiri." Pinta gadis itu dengan nada manja pada Park Jong Ah yang sudah seperti Neneknya sendiri baginya. Begitupun dengan Park Jong Ah, dia sangat menyayangi gadis remaja itu. "Hem tentu saja, apapun untuk Cucu cantikku ini."
Dua wanita berbeda usia itu, kini menuju suatu tempat yang jaraknya lumayan jauh, hingga mereka harus menggunakan kereta untuk pergi kesana. Park Jong Ah tidak mengetahui kemana sang cucu akan membawanya hari ini. Hingga kereta berhenti di stasiun dan sepertinya itu menjadi pemberhentian mereka.
Saat keluar dari stasiun, gadis muda itu kembali mencari taksi untuk mereka tumpangi. Sebuah mobil pun berhenti di hadapan dua wanita itu dan membawa mereka pergi.
Sesampainya di depan sebuah Musium taksi yang membawa Park Jong Ah dan Cucunyapun berhenti. Mereka berdua turun kemudian memasuki musium tersebut.
"Hei, kenapa kau membawaku krmari anak nakal?" Tanya Park Jong Ah pada Cucunya. Ia penasaran mengapa sang Cucu membawanya jauh-jauh hanya untuk ke musium.
"Ah Nenek, aku ada tugas di sekolah untuk mencari situs relik dalam Musium ini, tapi teman-temanku tidak ingin menemaniku kemari, jadi aku berinisiatif mengajak Nenek. Toh Nenek sudah sangat lama tidak keluar dari rumahkan?" Tutur gadis itu pada sang Nenek.
"Ah, kau ini memang anak nakal. Sekarang katakan padaku, relik macam apa yang kau cari saat ini?"
"Apa saja, asalkan sejarah mengenai relik itu menarik."
"Oh begitukah? Kalau begitu mari kita lihat apakah ada relik yang menarik di sini."
Kemudian mereka melangkah memasuki musium itu jauh lebih dalam lagi. Hingga mereka melihat sebuah batu yang memiliki ukiran-ukiran aneh seperti tulisan orang pada zaman dahulu. Di sana, ada sebuah keterangan yang mengatakan batu itu dapat membawamu kemasa lalu agar kau dapat mengubah sejarah hidupmu.
Terdengar konyol memang, tapi tanpa sadar Park Jong Ah menyentuh permukaan batu itu dan berharap dia bisa kembali kemasa lalu dan memperbaiki hidupnya di masa kini.
"Hahaha, ini sangat konyol kan Nek? Apakah pengelola musium ini masih percaya akan hal semacam ini?" Tanya gadis muda itu dengan polosnya.
"Yah kau benar, ayo kita cari yang lain saja," ajak Park Jong Ah pada cucunya.
Setelah seharian berkeliling akhirnya mereka kembali. Di usia tuanya Park Jong Ah sangtlah mudah lelah. Sesampainya dia di rumahnya, wanita tua itu bergegas ke lantai atas untuk istirahat. Ketika dia baru menyentuh gagang pintu, rumahnya terasa berguncang. Guncangan itu kian lama kian kuat hingga membuat tubuh tua Park Jong Ah terobang ambing bagaikan di dalam sebuah kapal yang berada di tengah laut.
Dengan sangat ketakutan, Park Jong Ah tua mencoba berlari mencari bantuan namun, tiba-tiba saja dia terjatuh dari tangga dan tidak sadarkan diri.
BERSAMBUNG...
☆☆☆halo readers...
tekan like dan jadikan favorit ya...
jangan lupa kunjungi novelku yang lain juga ya...
dijamin ga kalah seru deh!
judulnya cold hearted a girl,what's wrong with my bos dan taruhan berhadiah cinta☆☆☆
Saat Park Jong Ah membuka mata dia meraskan bila guncangan tadi telah berhenti. Perlahan dia memperhatikan sekitar, rupanya dia berada dalam kamarnya. 'Siapa yang membawaku ke mari? Apakah itu Nam Jong?' Pikir Park Jong Ah dan bangkit dari atas kasurnya.(Nam Jong adalah Adik dari Park Jong Ah. Sory gak ada penjelasan di episode sebelumnya.🙏)
Perlahan dia mendekati pintu dan memanggil Adiknya. "Nam Jong! apakah kau di rumah?"
Kemudian terdengar derap kaki menaiki anak tangga dan munculah seorang lelaki muda yang tampan. Mata Park Jong Ah melebar seketika dengan mulut yang menganga. 'Apakah ini mimpi? Itu Adikku 68 tahun yang lalu' pikirnya lagi masih tak percaya akan yang dilihatnya.
"Ada apa Kak? Apakah kau baik-baik saja?" Tanya pemuda kecil itu pada sang Kakak.
Park Jong Ah mencubit, menjambak dan menggoyang-goyangkan tubuh Adiknya hingga membuat pemuda kecil itu berteriak kesakitan
"A...a..ahk..ahk..! Lepaskan! Apa yang kau lakukan? Kau menyakitiku!"
Park Jong Ah melepaskan cengkramannya pada pundak sang Adik dan berlari menuju cermin. Di depan benda persegi empat yang memantulkan wajah dirinya itu Park Jong Ah kembali berteriak histeris.
"Aaaaaaaaaa....!!!!"
Park Jong Ah bahagia bukan main, ternyata harapannya terkabul. Batu itu benar-benar bisa mengembalikan dirinya ke masa lalu.
''Aku kembali? Oh Tuhan, aku benar-benar kembali? Ini benar-benar menakjubkan.'' Ucapnya sambil meloncat-loncat sangking girangnya.
"Tidak ada lagi nyeri sendi, tidak ada lagi nyeri pinggang, tidak ada lagi bubur, dan yang terbaik, aku bisa kembali mengulang hidupku! Aaaa...! Ini benar-benar hebat!!"
Teriakan Park Jong Ah membuat kedua orang tuanya bergegas berlari menghampirinya. Sebuah pukulan pun mendarat di bahunya dari sang Ibu. Namun, bukannya menghindar Park Jong Ah justru memeluk sang Ibu dengan kuat dan derai air mata.
"Ibu aku sangat merindukanmu."
"Kau ini kenapa hah?! Tadi berteriak seperti orang gila. Sekarang kau menangis dan memelukku seperti sudah berpisah lama. Apakah pelajaran di sekolahmu sangat sulit hingga membuat otakmu bermasalah?!" Tanya sang Ibu keheranan melihat tingkah putri satu-satunya hari ini yang begitu aneh.
Park Jong Ah hanya menggeleng dan terus memluk sang Ibu sambil menangis haru. Dia berjanji pada dirinya sendiri untuk memperbaiki segalanya dalam kehidupan keduanya ini.
"Ibu tahun berapa sekarang?"
Ibu Park Jong Ah yang mendengar pertanyaan konyol dari putrinya menatap ke arah sang suami, mereka merasa semakin cemas. 'Apakah Park Jong Ah kini mengalami gangguan mental?' Pikir keduanya.
"Sayang, jika kamu merasa Sekolahmu terlalu berat, maka Ibu akan memindahkanmu. Kau jangan memaksakan keadaan."
"Tidak Bu, aku baik-baik saja. Jawab saja pertanyaanku tadi."
Kini giliran sang Ayah yang angkat bicara "Ini tahun 2022. Kenapa? Apakah ada sesuatu yang salah?"
Park Jong Ah yang mendengar jawaban dari sang ayah langsung menutup mulutnya yang menganga.
"Itu artinya aku masih delapan belas tahun? Ayah!"
"Tentu saja bodoh! Sebenarnya ada apa denganmu hari ini hah?!" Tanya sang Ibu yang makin gemas dengan tingkah putri sulungnya itu.
"Aku sangat mencintai kalian Ayah, Ibu." Ucap Park Jong Ah sambil memeluk kedua orang tuanya itu.
......................
Keesokan harinya, seperti yang dijanjikan Park Jong Ah pada dirinya sendiri, bahawa ia akan menjalani kehidupan yang lebih baik di kehidupan keduanya yang sekarang. Kini ia tengah berjalan menuju Sekolahnya.
Terlahir kembali di usia delapan belas tahun, tentu saja dia masih duduk di bangku SMA kelas XII.
Tiba di Sekolahnya, dia melihat seorang pemuda yang pernah menyakitinya begitu dalam, hingga membuat penyesalan dalam kehidupan masa lalunya. Park Jong Ah baru ingat bila hari ini adalah hari di mana sang lelaki akan menyatakan perasaan padanya.
"Park Jong Ah, apakah kamu ada waktu? Aku ingin berbicara sebentar dengan mu," pinta lelaki itu.
"Maaf aku terburu-buru, kita bicara lain kali saja." Jawab Park Jong Ah tanpa menatap wajah lelaki itu.
Merasa diacuhkan lelaki itu menggapai lengan Park Jong Ah dan menahan kepergianya.
"Beri aku waktu sebentar, kumohon," pintanya dengan nada memelas.
Park Jong Ah yang sudah terlanjur kesal menepis kasar lengan pria itu lalu berkata "Dengar Kim Nam Jun! Aku, Park Jong Ah, tidak sudi berbicara denganmu. Apalagi menerima cinta darimu!"
Kim Nam Jun sangat terkejut mendengr ucapan Park Jong Ah. 'Bagaimana dia bisa tahu bila aku ingin menyatakan perasaanku padanya?' Gumam Kim Nam Jun dalam hati.
Park Jong Ah kemudian melangkah meninggalkan Kim Nam Jun yang masih terheran-heran dengan sikapnya yang sangat berbeda dari biasanya. Gadis yang biasanya selalu lemah lembut pada siapapun itu, kini tiba-tiba saja bertingkah kasar.
Saat berada dalam ruang kelas, Park Jong Ah fokus dalam pelajaran yang diterimanya. Dan masuklah seorang Guru memberikan sebuah pengumuman.
"Lusa Sekolah kita akan mengadakan kegiatan sosial dan ini adalah daftar nama orang yang terpilih mengikuti kegiatan tersebut."
Sang Guru kemudian menuliskan nama-nama murid yang mengikuti kegiatan itu di papan tulis.
Ah Ji Min
2.Byung Seok Ji
3.Min Dae so
4.Park Jong Ah
"Dan akan ada beberapa murid tambahan dari kelas lain." Usai mengatakan itu sang Guru pun keluar dan pelajaran berlanjut.
Saat di perjalanan pulang karena tempat tinggal yang dimiliki keluarga Park Jong Ah berada lumayan jauh dari sekolah, terpaksa wanita yang sudah bertransformasi menjadi gadis itu harus menaiki angkutan umum. Park Jong Ah dan beberapa teman lainnya menunggu sebuah Bus untuk membawa mereka pulang.
"Hei Park, apakah kau salah satu anggota kegiatan sosial yang akan dimulai besok? Aku dengar, ada partisipasi dari salah satu Universitas besar di kota yang akan menemani kita kedepannya." Ucap seorang pria pada Park Jong Ah.
'Bagaimana aku tidak mengingat ini? Besok adalah jembatanku menuju kesuksesan. Di masa lalu aku mendapatkan penawaran beasiswa dari ketua yayasan Universitas itu. Dan bodohnya aku malah menolak karena Kim Nam Jun tidak setuju. Tapi kali ini aku akan menerima itu dan memulai karir cemerlangku kedepannya' batin Park Jong Ah mengingat dirinya di masa lalu.
"Oh ya? Aku baru mendengar hal ini. Dari mana kau mengetahuinya?" Tanya Park Jong Ah pada temannya itu.
"Aku tahu dari Kakakku yang kebetulan salah satu anggota kegiatan sosial itu. Dan dia juga mengatakan akan ada banyak wanita cantik dari Universitas itu yang ikut serta. Aku makin tidak sabar menunggu besok." Tutur sang pemuda dengan wajah girangnya.
Park Jong Ah hanya tersenyum dan menggelengkan kepala mendengar ucapan teman satu Sekolahnya itu.
Setibanya di rumah, Park Jong Ah segera memasuki kamar dan mengganti baju. Ayah dan Ibunya sedang dinas di luar kota. Jadi, dia harus memasak makan malam untuknya dan juga sang Adik.
"Apakah kau yang membuat ini semua? Sejak kapan kau menjadi pandai memasak? Bukankah selama ini kau paling malas masuk ke dapur?" Tanya sang Adik yang heran dengan banyaknya hidangan masakan yang dibuat oleh Park Jong Ah.
Ya, di kehidupannya yang dulu, Park Jong Ah memang sangat malas untuk memasuki dapur. Apa lagi memasak seperti yang ia lakukan saat ini. Namun, kehidupan rumah tangga yang ia dan Kim Nam Jun jalani membuatnya harus meghemat uang hanya untuk sekedar menyewa pembantu. Jadi dia memutuskan untuk melakukannya sendiri.
"Sebenarnya aku bisa melakukan banyak hal yang tidak kau ketahui. Hanya saja aku malas menunjukkan hal itu pada kalian." Jelasnya kemudian melahap makanan yang tersaji di meja makan.
BERSAMBUNG....
Tolong dukung karyaku dengan memberikan like,komen dan favoritnya ya...😉😉
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!