NovelToon NovelToon

Jerat Candu Istri Sewaanku

Chapter 01

Dave , pria tampan ini sedang memandang seorang gadis yang sedang menghitung uang cash yang di berikan Dave padanya beberapa saat yang lalu. Setelah menandatangani surat perjanjian jika Joana akan menikah dengan Dave minggu depan.

"Pas....!" Ucap Joana kemudian bergegas memasukan semua uangnya ke dalam tas.

"Selama satu tahun kau akan menjadi istri sewaan ku. Di depan keluarga ku, kau harus bersikap sangat mesra. Pandai-pandailah bermain akting. Aku tidak ingin pernikahan kontrak kita ini terbongkar."

"Aku mengerti. Jadi, jangan ulangi perkataan mu terus menerus." Sahut gadis dua puluh dua tahun yang begitu keras kepala ini.

"Ku lihat dari latar belakang mu, sepertinya kau bukan anak yang berasal dari keluarga menengah kebawah. Kenapa kau mau menjadi istri sewaan ku?" Tanya Dave penasaran.

"Jangan lupa perjanjian mu Dave," ucap Joana pada pria tiga puluh tahun itu.

"Jangan panggil aku dengan sebutan nama. Biasanya memanggil ku dengan sebutan mesra."

"Contohnya?"

"Suami ku!" Jawab Dave membuat Joana tertawa.

"Sungguh membuat ku geli," ucap Joana.

"Aku pergi dulu, kabari aku jika sudah sampai waktunya. Aku ingin menikmati uang mu dulu," ujar Joana kemudian bergegas pergi.

Lekuk tubuh Joana yang begitu indah di tambah lagi dengan wajah cantik dan rambutnya panjangnya membuat Dave menelan ludahnya kasar.

Buru-buru Dave mengusap wajahnya kasar, pria ini mendadak gelisah saat merasakan jika burungnya yang bersembunyi di dalam celana bangun.

"Ah, sadar Dave." Pria ini menepuk-nepuk wajahnya sendiri. "Gadis itu bukan tipe mu, Dave. Kau tidak berencana untuk menikah karena memiliki istri itu menyusahkan!"

Ya, pria ini selalu menganggap jika perempuan adalah makhluk yang manja dan hanya bisa menyusahkan saja. Maka dari itu Dave memutuskan untuk tidak menikah seumur hidupnya tapi kedua orang tuanya selalu mendesak Dave untuk menikah.

Malam hari, di ruang makan seperti biasa Dave makan malam bersama.

"Minggu depan aku akan menikah," ujar Dave memberitahu kedua orang tua dan adiknya.

Makanan yang baru saja masuk ke dalam mulut langsung tersembur keluar saat mendengar ucapan Dave.

"Kenapa kalian ini sangat jorok?" Dave meletakan kedua sendoknya tak nafsu makan.

"Kakak serius akan menikah?" Tanya Davina, adik perempuan Dave.

"Hai Dave, jangan bercanda!" Ujar tuan Darius.

"Aku serius pi, minggu depan aku akan segera menikah." Sahut Dave.

"Oh, benarkah anak laki-laki yang ku besarkan selama tiga puluh tahun ini akan menghapus status jomblonya?"

Nyonya Andina tidak percaya.

"Dengan siapa kakak akan menikah?" Tanya Davina penasaran sekaligus tak percaya.

"Namanya Joana, dia sebatang kara. Aku sungguh sangat mencintainya, aku terharu melihat perjuangan hidupnya." Bual Dave serasa ingin muntah.

"Mami dan papi tidak melarang mu menikah dengan siapapun yang terpenting bagi kami kau ingin menikah," ucap nyonya Andina.

"Segera siapkan pernikahan ku!" Titah Dave pada nyonya Andina.

"Oh tentu. Kami akan menyiapkan pernikahan luar biasa untuk mu sayang ku!"

Makan malam selesai, keluarga Dave mulai sibuk mengatur acara pernikahan Dave dan Joana malam itu juga.

Melihat sang ibu yang begitu antusias atas pernikahannya, tentu saja Dave merasa bersalah karena sudah membohongi keluarganya.

Malam telah berganti pagi, Joana sibuk mencari gaun yang pantas untuk dirinya karena hari ini Dave akan mengajaknya pergi bertemu dengan keluarga Dave.

"Oh sialan!" Umpat Joana. "Tidak ada gaun yang bagus untuk ku. Ada pun harganya mahal sekali."

Dave yang sejak tadi menunggu di mobil mulai merasa kesal. Ini adalah salah satu alasan Dave tidak ingin menikah, ia sangat malas mengantar perempuan pergi berbelanja.

"Apa yang kau lakukan hingga kau belum membeli satu pun gaun hah?" Sentak Dave yang kesal.

"Tidak ada gaun yang pantas untuk ku. Yang di sana ada tapi harganya sangat mahal."

"Uang yang ku berikan pada mu sangat banyak kemarin. Kenapa kau ini sangat perhitungan sekali?"

"Tentu saja aku perhitungan, karena aku akan membayarnya dengan waktu selama satu tahun."

"Cepat ambil, terserah mau harga berapa. Aku yang bayar!" Ujar Dave yang sudah pusing.

Joana tersenyum lebar, gadis ini dengan cepat mengambil gaun tersebut dan berganti di sana.

"Oh Dave, aku tidak memiliki sepatu yang bagus. Masa iya aku ketemu keluarga mu dengan penampilan seperti ini?"

Dave menoleh ke arah bawah lalu pria ini menghembuskan nafas kasar. Benar, sepatu yang di kenakan Joana adalah sepatu lusuh sangat mengganggu pandangan mata Dave.

"Pilih yang kau suka, cepat!" Titah Dave.

Tak berapa lama Joana sudah rapi dengan penampilan barunya. Dave tidak ingin membuang waktu berharganya, pria bergegas melajukan mobil menuju ke kediamannya.

Setibanya di sana, Joana langsung mendapatkan sambutan hangat dari kedua orang tua dan adik Dave.

"Oh, cantik sekali." Nyonya Andina memuji Joana.

"Calon kakak ipar ku ini cantik sekali. Pasti anak mereka cantik karena perpaduan kak Dave dan kak Joana sangat indah." Ujar Davina.

"Diam kau!" Sentak Dave pada adiknya. "Kau masih sekolah, belajar sana!"

Davina langsung cemberut, punya kakak laki-laki tapi sama sekali pernah bersikap romantis.

"Hai, jangan seperti itu pada adik mu. Kasihan dia," ucap Joana membela Davina.

"Jangan sesekali membela adik ku yang nakal itu!"

"Kalian ini kenapa jadi bertengkar hah?" Ujar tuan Darius. "Joana, sekarang kau tinggal dengan siapa?" Tanya tuan Darius ramah.

"Joana tinggal sendiri, orang tuanya entah di mana!" Jawab Dave.

"Hai, papi mu bertanya pada ku. Kenapa malah kau yang menjawab?" Protes Joana.

"Kau harus mengubah sikap mu, Dave. Jika kau galak-galak, nanti istri mu takut." Ujar nyonya Andina.

"Kalian sudah melihat calon istri ku kan? Kalau begitu kami pergi dulu....!!" Ujar Dave tanpa sopan santu langsung mengajak Joana pergi.

Dave menarik tangan Joana, membuat Joana mengisyaratkan permintaan maaf pada keluarga Dave.

"Aduh, melihat sikap Dave. Apa Joana bisa bertahan ya pi?"

Mendadak nyonya Andina khawatir.

"Papi yakin jika Joana bisa menaklukkan anak nakal itu!"

"Mari bertaruh pi...!" Tantang Davina.

"Siapa takut. ayo!!"

"Mami juga dong pi."

"Papi yakin jika Joana bisa menaklukkan Dave," ucap tuan Darius.

"Di lihat dari sudut pandang ku, mereka hanya pura-pura saja!" Ujar Davina begitu yakin.

"Aduh, kalau begini mami milih yang mana?"

"Mami jadi saksi aja!" Ujar tuan Darius.

"kalau Davina menang, papi harus menyediakan lima tiket gratis liburan keliling dunia."

"Jika papi yang menang, kamu harus melayani papi bagai raja selama satu bulan. Kamu akan menjadi pembantu pribadi papi."

"Baiklah. Siapa takut?"

Mereka sepakat atas taruhannya, nyonya Andina yang menjadi saksi atas taruhan mereka.

Chapter 02

"Kenapa pesta pernikahannya harus semewah ini?" Protes Joana.

"Biar terlihat seperti pernikahan nyata!" Sahut Dave.

"Ya. Setelah satu tahun, kita akan menjadi janda dan duda."

"Oh, kau benar juga!"

"Aku jadi janda rasa perawan dan memiliki banyak uang. Tidak sabar menunggu satu tahun ini," ujar Joana.

Dave tidak menanggapi, pria ini sebenarnya sudah tidak tahan lagi duduk di pelaminan dengan pemandangan bunga-bunga dan hamparan manusia.

"Biasanya, berapa lama orang akan merayakan pesta pernikahan?" Tanya Dave yang sudah tidak tahan.

"Mana aku tahu. Aku kan belum menikah," jawab Joana.

Dave geram mendengar jawaban Joana. Gadis yang ia dapat di salah satu club malam. Awal pertemuan mereka pada saat itu Joana tanpa sengaja menumpahkan minuman pada Dave. Dave yang meminta ganti rugi pada akhirnya memanfaatkan Joana.

"Sungguh melelahkan. Apa semua orang kaya akan menggelar pesta seperti ini saat menikah?" Tanya Joana heran.

"Mana aku tahu, semua ini mami ku yang mengatur!"

"Sialan!" Umpat Joana. "Kaki ku lelah sekali lama-lama menggunakan sepatu tinggi seperti ini."

"Tolong jaga sikap dan bicara mu jika di depan keluarga ku. Aku tidak ingin mereka curiga pada mu!"

"Ya,...ya....aku mengerti."

Pesta usai tepat jam satu malam, Dave dan Joana langsung pergi ke kamar hotel yang sudah di persiapkan sebelumnya.

Joana yang sudah kembali ke setelan awal langsung melompat ke atas tempat tidur.

"Ya ampun, nyaman sekali." Ucap Joana yang sedang menikmati ranjang empuk dengan selimut lembut.

"Kau,....!!" Dave menunjuk ke arah Joana. "Kau tidur di sofa!" Ujar Dave.

"Tidak bisa begitu dong. Aku perempuan jadi aku yang harus tidur di sini. Kau laki-laki, harusnya kau mengalah dan tidur di sofa!"

"Di dalam surat perjanjian kita tertulis dengan jelas jika selama menikah dengan ku, kau hanya boleh tidur di sofa. Apa kau lupa itu?"

Huft,.....

Joana membuang nafas kasar. Gadis ini langsung turun dari atas tempat tidur lalu berpindah ke sofa.

"Pantesan aja gak ada yang mau sama perjaka tua ini. Sifatnya aja seperti ini," ucap Joana sengaja menyinggung Dave.

"Sekali lagi membicarakan ku, akan ku lempar kau dari jendela!" Ancam Dave.

Joana mendengus kesal, gadis ini pun merebahkan diri di atas sofa dan tak berapa lama ia terlelap tidur. Tubuh yang lelah membuat Joana tidur begitu saja tanpa bantal dan selimut.

Dave yang tidak terbiasa tidur satu kamar dengan seorang perempuan merasa risih. Pria ini tidak bisa tidur. Dave mengubah posisinya menjadi duduk, pria ini memandang ke arah Joana yang sudah terlelap tidur.

"Tidak pakai bantal dan selimut tapi dia sudah tidur enak. Dasar perempuan aneh!"

Dave yang tidak tega melihat Joana meringkuk menahan dinginnya pendingin ruangan langsung menyelimuti gadis itu.

"Dia terlihat lucu saat sedang tidur. Tidak begitu buruk!" Ujar Dave kemudian pria ini kembali ke ranjangnya.

Malam semakin larut, Dave dan Joana sudah berlayar ke alam mimpi masing-masing.

Malam telah berganti pagi, pukul sembilan pagi Dave dan Joana bangun.

"Sialan!" Umpat Joana, "Kaki ku sakit sekali. Kalau tahu begini, aku tidak akan mau menikah dengan mu!"

"Jangankan kau, aku jauh lebih tidak mau menikah. Perempuan itu ribet, menyusahkan saja!" Sahut Dave.

"Wah, di jaga tuh mulut. Enak aja bilang perempuan ribet dan menyusahkan!" Ujar Joana yang tak terima.

Dave tidak menanggapi, pria hanya memutar bola matanya malas. Dave melihat jam di ponselnya, pria ini bergegas pergi ke kamar mandi.

Belum sempat Dave masuk, Joana sudah menghalanginya duluan.

"Mau ngapain kau?" Tanya Dave.

"Mau mandilah, menurut mu kalau ke kamar mandi mau ngapain?"

"Aku yang duluan, sana keluar!" Dave mengusir.

"Tidak!" Tolak Joana. "Perempuan itu harus utama, jadi aku duluan!"

"Aku yang masuk duluan, perasaan kau tadi masih duduk di sana. Keluar cepat!"

"No. Tidak mau!"

Dave mendengus kesal, dengan entengnya pria ini mengangkat tubuh Joana membawanya jauh dari kamar mandi.

"Berani macam-macam akan ku lempar kau ke bawah!" Ancam Dave.

"Dasar laki-laki tidak berperasaan, mau menang sendiri. Aku sumpahkan kau menjomblo seumur hidup," ucap Joana yang lupa jika ia adalah istri Dave.

Dave melirik tajam sebelum masuk ke dalam kamar mandi. Dua puluh menit berlalu, tiga puluh menit hingga satu jam Dave belum juga keluar. Tentu saja Joana kesal di buatnya.

Klek....

Pintu terbuka, Dave keluar dengan wajah segar, tampan dan berkharisma. Meskipun begitu, Joana tidak tertarik memuji pria ini.

"Kau ini mengosek wc atau apa?" Tanya Joana kesal. "Kenapa lama sekali hah?"

"Terserah aku mau ngapain. Kenapa kau begitu repot?"

"Laki-laki mandi hampir satu jam. Jangan-jangan kau main dengan sabun ya....?" Tuduh Joana.

"Sabun mata mu!" Seru Dave. "Cepat mandi, atau ku tinggal kau!" Ancam Dave.

Joana menghentakkan kakinya sebelah, gadis ini cukup kesal dengan ulah Dave.

Sarapan pagi yang membuat Joana jengkel. Gadis ini biasa sarapan dengan makanan berat tapi kali ini ia harus rela makan sepotong roti dan segelas susu.

Tajam lirikan Joana pada Dave, gadis ingin sekali mencakar wajah pria yang sudah menjadi suaminya ini.

"Aku tahu aku tampan. Jadi, berhenti menatap ku seperti itu." Tegur Dave dengan percaya diri.

"Bedebah satu ini. Kenapa kau tidak mengizinkan aku untuk makan nasi hah?"

"Aku terbiasa sarapan dengan sepotong roti dan susu. Jadi, kau harus mengikuti aku!"

"Aku bukan babu mu!" Seru Joana kesal.

"Kau istri ku, kau di bayar dan kau harus menurut dengan ku!"

"Aku akan bersikap layaknya istri hanya di depan keluarga mu. Jika kita sedang berdua, aku tidak akan sungkan pada mu!"

"Dasar gadis gila!"

"Bodoh amat!"

Joana meninggalkan Dave yang sedang makan seorang diri, gadis ini lebih memilih kembali ke kamar untuk sekedar beristirahat karena tubuh masih terasa lelah.

Sementara itu, keluarga Joana yang melihat berita pernikahan Joana dengan Dave, anak salah satu pengusaha terkenal di kota meraka merasa heran dan kebingungan.

"Aku tidak percaya jika Joana sudah menikah dengan pria kaya raya ini. Kenapa dia tidak memberitahu mu?" Sarah, ibu tiri Joana bertanya pada suaminya yaitu ayah kandung Joana.

"Anak itu benar-benar keterlaluan. Tega-teganya dia tidak menganggap aku sebagai orang tua!" Ucap tuan Altan yang tak ingat jika dia sendiri yang sudah mengusir bahkan tidak mau menganggap Joana sebagai anak.

"Pasti Joana malu memperkenalkan kita pada keluarga suaminya itu." Sahut Karina, anak tiri Altan.

"Ini tidak bisa di biarkan," ucap tuan Altan. "Aku harus menemui Joana."

"Kau harus menemui Joana, suamiku. Suaminya itu kaya raya, kau bisa memanfaatkan dia untuk memperbesar perusahaan mu."

Altan terus berpikir, apa yang di bilang oleh Sarah ada benarnya juga. Jika Altan bisa memanfaatkan suami Joana untuk menaikan perusahaan miliknya yang berada di kalangan kelas menengah.

Tuan Altan pergi begitu saja tanpa berpamitan pada Sarah. Tinggallah Sarah dan Karina yang berada di ruang tamu.

"Aku tidak terima jika Joana menikah dengan lelaki itu, mah. Namanya Dave, dia pria tampan yang banyak di incar perempuan. Mah, aku mau laki-laki itu." Karina mulai merengek pada sang mamah.

"Joana tidak pantas bersanding dengan pria itu. Sayang, kau lah yang pantas." Ujar Sarah. "Kau harus bisa mendekati lelaki itu."

Chapter 03

"Selamat sampai tujuan, cepat pulang dan jangan lupa bawa calon keponakan." Ucap Davina seraya melambaikan tangan.

Wajah Dave seketika masam saat mendengar ucapan adiknya di tengah ramainya bandara.

Dave dan Joana akan melakukan penerbangan dengan jet pribadi menuju negara A untuk berbulan madu.

"Adik mu itu lucu juga. Tapi kenapa dia memiliki seorang kakak yang seperti mu?"

"Bicara yang jelas, seperti apa yang kau maksud?"

"Galak, tidak mau mengalah dengan perempuan!"

"Perempuan itu adalah makhluk yang menyusahkan apa lagi bayi-bayi. Sungguh menggelikan!"

"Jadi, kau tidak mau memiliki anak?" Hanya Joana penasaran.

"Perempuan itu ribet dan menyusahkan, di tambah lagi rewelnya anak. Sungguh itu semua membuat ku pusing!"

"Jika kau tidak memiliki anak, di masa tua jika kelak kau mati, siapa yang akan mengantar peti mati mu sampai ke dalam liang lahat?"

Dave geram sekali mendengar ucapan Joana. Bisa-bisanya gadis ini bicara hingga membuat Dave mati ucap.

"Apa kau pernah keluar negeri sebelumnya?" Tanya Dave mengalihkan pembicaraan.

"Tidak pernah, ini adalah pertama kakinya aku pergi ke luar negeri." Jawab Joana jujur.

"Gadis nakal seperti mu pasti sudah di icipi oleh banyak laki-laki. Benarkan?"

Bug,......

Joana menonjok lengan Dave.

"Jaga bicara mu!" Seru Joana tidak terima. "Aku memang bekerja di tempat hiburan malam tapi aku tidak pernah menjual diri ku!"

"Aku tidak percaya!" Ujar Dave.

"Terserah kau mau percaya atau tidak. Itu urusan mu, bangunkan aku jika kita sudah sampai." Kata Joana seraya menarik selimutnya memutuskan untuk tidur.

Delapan jam penerbangan menuju negara A membuat Joana merasa lelah. Ini adalah pertama kalinya ia naik pesawat dengan jam penerbangan yang cukup lama.

Setibanya di negara A, Dave dan Joana langsung pergi menuju villa, tempat di mana mereka akan tinggal selama satu bulan. Hadiah bulan madu dari kedua orang tua Dave.

"Bulan madu katanya, sungguh membuang waktu ku saja!" Kata Dave yang baru saja mendaratkan pantatnya di sofa.

"Bisa ku bilang jika kau adalah anak durhaka." Sahut Joana.

"Tarikan ucapan mu cepat!" Titah Dave tidak terima.

"Aku tidak mau menarik ucapan ku. Semua yang aku katakan adalah kebenaran. Bisa-bisanya kau membuat keluarga mu menaruh harapan pada seorang Dave."

"Hai, tahu apa kau tentang keluarga ku?"

"Aku memang tidak tahu apa-apa. Tapi, aku yakin jika orang tua mu begitu mengharapkan seorang cucu dari kita. Sungguh aku menyesal telah menerima tawaran mu!"

Joana masuk ke dalam kamar, cukup menyebalkan karena di villa sebesar ini hanya ada satu kamar.

"Kau,....!" Tunjuk Dave.

"Ya, aku tahu. Aku akan tidur di sofa jadi jangan kau katakan lagi." Sahut Joana yang sudah paham.

"Oh, bagus lah jika kau paham!"

Joana tidak peduli, gadis ini kembali melanjutkan tidurnya. Cuaca cukup dingin karena sekarang musim dingin.

Perut lapar membangunkan Joana dari tidurnya di tambah lagi aroma makanan menyeruak menembus dinding hidungnya. Joana membuka mata, gadis ini melihat Dave yang sedang menikmati makan malam seorang diri di dekat jendela.

"Wah, manusia satu ini cuma memikirkan isi perutnya aja. Kenapa tidak membangunkan ku hah?" protes Joana.

"Jika kau lapar, cari makan sendiri sana!" Ujar Dave yang masih menikmati makanannya.

"Bisa-bisanya, dasar pelit!"

Dave tidak peduli, tentu saja hal ini membuat Joana semakin kesal. Gadis ini pergi ke kamar mandi sekedar mencuci muka dan menggosok giginya.

"Aku lapar," ucap Joana mengadu.

"Pergi dan carilah makan sendiri," sahut Dave.

"Pria yang sangat kejam!" Seru Joana. "Beri aku uang!" Pintanya.

Dave mendengus kesal, pria ini merogoh saku celananya lalu mengeluarkan beberapa lembar uang.

"Jangan pergi jauh-jauh, jika kau hilang aku yang susah!"

"Bawel!"

Joana pergi begitu saja, meskipun ia tidak mengenal tempat ini, Joana tidak peduli.

"Villa semewah ini tidak menyediakan stok makanan. Dasar pelit!"

Villa yang berada di pinggir pantai, saat Joana keluar gadis ini bingung mau pergi ke arah mana. Ia tak melihat cafe atau restoran di sana.

"Ah, sialan!" Umpat Joana. "Kemana aku harus pergi...!"

Huft,.....

Joana mendengus kesal, gadis ini kembali ke kamar.

"Kenapa kau kembali?" Tanya Dave.

"Aku tidak tahu harus pergi kemana di tambah lagi udara cukup dingin. Pakaian ku semuanya tipis!"

Sejak di usir oleh ayahnya, Joana pergi tidak membawa pakaian. Gadis ini berjuang sendirian di jalan. Kerja kesana kemari hanya untuk makan dan menyewa tempat tinggal.

Dave mengangkat kedua bahunya, pria ini tidak peduli pada Joana meskipun gadis ini kelaparan.

Joana kembali duduk di sofa lalu merebahkan diri sambil memainkan ponselnya. Tak terasa jarum jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam, Joana terlelap begitu saja tanpa makan malam bahkan hanya selimut tipis yang menutupi tubuhnya.

Malam semakin larut, Dave yang hendak naik ke atas ranjang tanpa sengaja melihat Joana yang tidur sambil memeluk kedua kakinya menahan dingin.

"Jika dia tidur di situ pasti akan mati kedinginan. Tapi, tidak mungkin aku tidur di tempat yang sama dengan gadis menyebalkan ini."

Dave serba salah, untuk beberapa saat ia nenimbang diri untuk memindahkan Joana ke atas ranjang. Pada akhirnya, Dave memindahkan Joana ke ranjang atas dasar kasihan.

Sebelum tidur pria ini sibuk membuat batas antara dirinya dengan Joana.

"Jika bukan karena ancaman orang tua ku, tidak mungkin aku menikah dan memelihara gadis menyebalkan ini." Batin Dave.

Malam telah berganti pagi, Joana yang baru saja membuka mata terkejut saat dirinya sudah berpindah tempat ke atas ranjang. Lebih kaget lagi saat ia melihat Dave tidur dengan begitu lelap di sampingnya.

"Dasar bajingan!" Umpat Joana seraya memukul Dave dengan guling. Dave yang kaget langsung bangun dan turun dari atas ranjang.

"Perempuan gila!" Umpat Dave. "Kenapa kau berteriak dan memukul ku hah?"

"Kau,...!" Joana menunjuk wajah Dave. "Pasti kau yang sudah memindahkan aku kan?"

"Jika kau tidur di sofa dengan selimut yang tipis, kau akan mati kedinginan!"

"Bagus kalau aku mati, aku bisa bertemu dengan ibu ku!" Sahut Joana membuat Dave terdiam. "Semua orang sangat menginginkan kematian ku. Jadi, aku tidak takut jika harus mati kedinginan!" Ucapnya kemudian gadis ini turun dari atas ranjang lalu berjalan keluar meninggalkan kamar.

Dave hanya diam, ada sesuatu yang tidak bisa ia ungkapkan pada Joana saat pria ini mendengar ucapan Joana tadi.

Dave keluar, menyusul Joana yang ternyata sedang berdiri di pinggir kolam renang.

"Masuklah!" Titah Dave. "Udara sangat dingin, kau bisa sakit!"

"Kata mati mu kenapa kau ganti jadi kata sakit?" Protes Joana.

"Aku serius!" Ujar Dave. "Pakaian yang kau kenakan terlalu tipis."

"Sudah ku bilang aku tidak punya pakaian tebal. Mau bagaimana lagi? Ah, berisik!" Joana berlalu begitu saja. Gadis ini kembali masuk ke dalam, pergi menuju dapur untuk mencari sesuatu yang bisa ia makan.

Huft,.....

"Liburan macam apa ini? Tidak ada makanan. Aku sangat lapar!"

Joana memutuskan untuk kembali ke kamar. Gadis ini hanya mengambil tasnya kemudian pergi untuk mencari makanan. Tanpa mengenakan pakaian tebal, Joana nekat pergi ke luar.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!