NovelToon NovelToon

MEMILIKIMU ADALAH TAKDIRKU

Pernikahan Yang Tak Diinginkan

Christensen Haireo Almond alias Reo berdiri di balkon kamar hotel. Ia memandang ke halaman hotel yang akan menjadi tempat pelaksanaan pesta pernikahannya. Semuanya sudah siap di sana.

Ada senyum di wajah pria tampan itu saat membayangkan bahwa tinggal 1 jam lagi maka Edewina Carensia Moreno akan menjadi istrinya. Gadis yang sudah memikat hatinya sejak 10 tahun yang lalu.

Pintu kamarnya diketuk. Reo bergegas membukanya. Ternyata yang masuk adalah daddy dan mommy nya.

"Kau sudah siap sayang?" tanya Riani. Mommy yang masih saja terlihat cantik diusianya yang sudah diangka 50an.

"Sudah mommy. Oh, dad, kau terlihat sangat tampan."

Jack Almond tersenyum. "Kau tahu kalau daddy mu ini selalu tampan, nak."

Riani tertawa saat mendengar perkataan suaminya itu. Namun begitulah Jack. Memang selalu terlihat tampan dengan tubuh atletisnya yang tak pernah berubah.

"Di mana kedua kakakku?" tanya Reo.

"Sebentar lagi mereka pasti datang. Tahu kan perempuan kalau dandan memakan waktu berjam-jam. " ujar Jack sambil melirik Riani membuat istrinya itu mengangguk setuju.

"Reo, ada sesuatu yang ingin daddy tanyakan." Jack mengajak anaknya untuk menjauh. Keduanya menuju ke balkon sementara Riani menelpon kedua putrinya.

"Ada apa, dad?"

"Kau akan menikah kan? Apakah kau sudah lepas dari jaringan mafia itu? Daddy tak ingin kau membahayakan keluargamu nanti."

"Tenang saja, dad. Semuanya aman terkendali. Karena calon bapak mertuaku adalah juga seorang mantan mafia."

"Edmond Moreno?"

"Yes. Dia memang sudah lama berhenti. Namun ada saat-saat tertentu dia hadir untuk suatu misi. Dan aku yakin baik istri dan anak-anaknya, tidak ada yang tahu."

"Hebat juga calon besanku, itu."

"Aku telah membuat mereka menyayangiku. Namun aku tak tahu apakah putri mereka itu akan menyayangiku."

"Kau belum juga memenangkan hatinya?"

Reo tersenyum masam. "Bahkan sampai tadi malam ia masih mengirim wa padaku, meminta aku untuk menghentikan pernikahan ini."

"Jadi cintamu bertepuk sebelah tangan? Mommy akan sedih kalau ia tahu kenyataan yang sebenarnya, nak."

"Aku mencintainya, dad. Mungkin caraku mendapatkannya sedikit licik dan egois. Aku memaksakan diri untuk mendapatkannya."

Jack menepuk pundak putranya. "Siapkan dirimu. Sebentar lagi pemberkatan nikahnya akan dimulai."

"Ok, dad." Reo tersenyum. Ia memandang Riani yang juga sedang duduk di atas tempat tidur sambil menatapnya. Wanita itu yang membuat Reo selalu merasa kuat. Walaupun kali ini Reo harus membohonginya karena Reo ingin mendapatkan gadis yang sudah 10 tahun ditunggunya.

***********

Di salah satu kamar yang ada di hotel itu juga, nampak seorang gadis cantik baru selesai didandani. Ia mengenakan gaun putih. Penampilannya seperti seorang putri dengan mahkota bertahtakan berlian ada di kepalanya.

Sebuah kalung emas berliontin bunga matahari pun terpasang indah di lehernya.

Sepatu berwarna putih yang kini menghiasi kakinya pun di pesan khusus dari merk sepatu terkenal di Inggris.

Namun ternyata, semua kemewahan dan keindahan itu tak membuat gadis itu tersenyum. Wajahnya terlihat sedih. Tak ada pancaran mata kebahagiaan seperti layaknya pengantin yang berbahagia.

Edewina Carensia Moreno itulah nama gadis itu. Ia harus menerima pernikahan yang tak diinginkannya ini karena kebodohannya sendiri.

Ingin rasanya ia pergi dan meninggalkan pernikahannya ini. Namun haruskah ia membuat malu keluarganya? Bagaimanapun, Edewina sangat menyayangi kedua orang tuanya.

Perlahan gadis itu mengambil ponselnya. Membuka galeri foto. Ia masih menyimpan foto-foto indahnya bersama Kennard Lim. Pria keturunan Korea yang menjadi cinta pertamanya. Pria yang seharusnya mendampingi dia saat ini namun yang akhirnya harus dilepaskannya. Cinta mereka terlarang.

Edewina mengusap layar ponselnya. Ia memejamkan matanya, merasakan sakit di hatinya. Apalagi memori indah bersama Ken selalu menghantuinya setiap malam.

Mengapa kita harus ketemu, Ken? Mengapa kita harus saling jatuh cinta kalau ternyata hubungan kita terlarang? Bukankah takdir sungguh kejam mempertemukan kita?

Edewina berusaha menahan air matanya. Ia tak boleh kelihatan sedih agar opanya yang sakit tak akan merasa sedih.

Pintu kamarnya di buka. Wajah cantik ibunya muncul. Di belakang ada papanya dan juga sang opa yang didorong di kursi roda.

Sebuah senyum manis Edewina berikan. Ia harus tampil sempurna sebagai pengantin yang berbahagia demi sang opa. Kalau papa dan mamanya, mereka sudah tahu kalau hati Edewina bukanlah untuk sang pengantin pria. Namun karena peristiwa naas itu, Edewina harus menikah dengan pria yang sangat dibencinya. Christensen Haireo Almond. Bule blesteran Indonesia Inggris yang entah bagaimana caranya, ditemukan oleh keluarga mereka ada satu kamar dengannya dalam keadaan tanpa busana sama sekali. Dan pernikahan ini disiapkan hanya dalam jangka waktu 3 Minggu.

"Ayo kita ke gereja!. Rombongan pengantin pria sudah menunggu di sana." ujar Edriges, opa Edewina yang sudah rapi dengan jas hitamnya.

"Baiklah."

Mahira mengambil bunga tangan yang sudah dirangkai sangat indah. Ia memberikannya pada putrinya. "Ayo sayang. Buatlah hatimu bahagia. Ini sudah kehendak Tuhan kalau hari ini kau akan menikah dengan Reo."

Edewina berusaha menahan air matanya. Ia berdiri dan memegang bunga itu kemudian menggandeng tangan papanya lalu mereka meninggalkan kamar hotel.

************

Di dalam gereja, Reo berdiri dengan jantung yang berdetak sangat kencang. Ia menunggu di depan altar, menanti kedatangan sang pengantin wanita. Gadis yang sangat diinginkannya sejak 10 tahun yang lalu.

Para pagar ayu dan pagar bagus sudah berdiri di samping kanan dan kiri altar. Diantara mereka ada Indira Kanna. Gadis asal samarinda, yang omanya adalah asal Inggris juga. Dia adalah sahabat kecil Reo.

Tak ada yang tahu, betapa hancurnya hati Indira saat ini. Reo adalah cinta pertamanya. Indira sudah mencintai Reo sejak ia kecil. Sayangnya, perasaan Indira bertepuk sebelah tangan. Reo telah memilih Edewina untuk menjadi pelabuhan terakhirnya. Walaupun Indira juga tahu, bagaimana cara Reo mendapatkan Edewina. Penuh dengan rahasia. Yang hanya Indira dan Mark yang tahu. Mark adalah bodyguard sekaligus juga orang kepercayaan Reo.

Musik pun berbunyi. Pengantin wanita telah tiba. Edewina masuk sambil digandeng oleh papanya.

Gadis itu tersenyum. Walaupun hatinya hancur. Ini bukan pernikahan yang dia inginkan.

"Aku berikan harta yang paling aku sayangi kepadamu, Christensen Haireo Almond. Aku sangat berharap agar kau tak akan pernah menyakitinya apalagi menduakan dia. Karena saat kau menyakitinya itu berati kau menyakiti aku juga." kata Edmond pelan namun penuh penekanan.

"Baiklah. Aku berjanji akan menjaga Edewina dengan seluruh jiwa dan ragaku dan aku tak akan pernah menduakan dia." Kata Reo yakin sementara Edewina berusaha tak menampar wajah pria yang ada di depannya. Semua teman Edewina mengatakan kalau Reo sangat tampan. Namun bagi Edewina, pria ini bagaikan malaikat berhati iblis. Sayangnya Reo sudah berhasil meyakinkan seluruh keluarganya bahwa dia adalah pria terbaik untuk Edewina. Apalagi keluarga Reo adalah keluarga yang cukup terkenal di Inggris. Dan mama Reo, adalah juga orang Indonesia, seperti halnya mama Edewina. Makanya kedua perempuan itu langsung cocok tanpa tahu ada kebencian besar di hati Edewina terhadap Reo.

Edmond menyerahkan tangan kanan Edewina untuk di pegang oleh Reo. Genggaman tangan Reo bagaikan pisau tajam yang langsung menusuk hati gadis itu.

"Christensen Haireo Almond, apakah engkau mengaku di sini, di hadapan Tuhan dan jemaatnya bahwa engkau menerima Edewina Carensia Moreno sebagai istrimu yang sah. Bahwa engkau akan tetap mengasihi dia dalam suka maupun duka, sehat maupun sakit, berkelimpahan maupun kekurangan. Apakah engkau akan tetap setia, menghormatinya dan menjadikannya sebagai satu-satunya istrimu sampai mau memisahkan kalian?" tanya pendeta

"Ya. Aku berjanji dengan segenap hatiku." jawab Reo dengan senyum penuh kebahagiaan.

"Edewina Carensia Moreno, apakah engkau mengaku di hadapan Tuhan dan jemaatnya bahwa engkau menerima Christensen Haireo Almond sebagai suamimu yang sah. Bahwa engkau akan tetap mengasihi dia dalam suka maupun duka, sehat maupun sakit, berkelimpahan maupun kekurangan. Apakah engkau akan tetap setia, menghormatinya dan menjadikannya sebagai satu-satunya suamimu sampai mau memisahkan kalian?"

Edewina memejamkan matanya. Wajah Kennard Lim terbayang kembali. Gadis itu menjadi bimbang. Belum terlambat untuk membatalkannya, Wina. Kau tidak mencintai lelaki ini. Kau membencinya. Batin Edewina.

Reo yang masih memegang kedua tangan Edewina, meremas tangan gadis itu perlahan. Membuat Edewina kembali fokus menatapnya.

"Ya. Aku berjanji dengan segenap hatiku." akhirnya gadis itupun berbicara.

Mahira yang duduk bersebalahan dengan suaminya pun menarik napas lega. Edmond mencium tangan Mahira dengan lembut. "Semuanya akan baik-baik saja, sayang." bisik Edmond.

Kedua pengantin itu pun saling memasangkan cincin di jari manis masing-masing.

Setelah menerima berkat, keduanya dinyatakan resmi menjadi pasangan suami dan istri.

Setelah itu, sang pengantin pria diijinkan untuk mencium pengantin wanitanya. Edewina terlihat tegang. Ia memejamkan matanya. Kedua tangannya terkepal. Ia tak mau Reo mencium bibirnya. Dan gadis itu pun bernapas lega ketika ia merasakan ada ciuman lembut di dahinya.

Semua langsung bertepuk tangan. Acara dilanjutkan di aula gereja untuk pencatatan pernikahan dari kantor catatan sipil.

Upacara pemberkatan nikah dan pencatatan sipil itupun selesai.

acara foto bersama pun di mulai.

Sahabat-sahabat Edewina langsung memberikan selamat kepadanya. Semua tergila-gila dengan ketampanan Reo.

Saat mereka sudah selesai foto bersama, Edewina secara tak sengaja melihat bayangan Kennard diantara semua yang hadir di halaman gereja itu.

"Itu Kennard." ujar Edewina.

"Wina, lu mau kemana?" tanya Carla, sahabatnya.

"Itu Kennard, La. Dia datang."

"Lu gila ya. Ngapain juga Ken harus ada di sini? Kalaupun iya, memangnya lu mau apa dengan mengejarnya? Lu kan sekarang sudah jadi istri orang."

Langkah Edewina terhenti. Ia jelas melihat tadi Kennard datang. Ia memakai kemeja biru pemberian Wina dihari ulang tahun Ken yang ke-23 beberapa bulan yang lalu.

"Wina, ayo kita kembali ke hotel!" panggil Mahira membuat Edewina terpaksa membalikan badannya dan mengikuti maminya.

*********

Hall semua...bagaimana episode pertama ini? Semoga suka ya....

Christensen Haireo

Edewina carensia

Kennard Lim

Indira Kanna

Jangan Menyentuhku

Pesta pernikahan yang meriah itu sudah selesai. Edewina lega karena akhirnya ia tak lagi harus berpura-pura terlihat berbahagia. Mami dan ibu mertuanya sudah mengantar dia ke kamar ini. Kamar yang berbeda dengan kamar yang ditempatinya kemarin.

Kamar ini terlihat begitu indah. Ada beberapa lilin aroma terapi yang di pasang. di atas kasur ada kelopak-kelopak mawar yang telah diletakan dan diatur berbentuk buah hati.

Edewina melepaskan asesoris yang menempel di tubuhnya. Ia membuka gelas, kalung, dan anting-anting yang dipakainya.

Ia kemudian memandang cincin pernikahannya. Haruskah ia melepaskan cincin ini juga?

Hati Edewina menjadi gelisah. Ia terus memikirkan Kennard. Ia sangat yakin pria itu datang ke pernikahannya.

Edewina kemudian melepaskan mahkota yang ada di atas kepalanya. Ia juga mencoba melepaskan sanggul rambutnya. Di hadapannya ada peralatan make up yang entah dari mana sudah berada di depan meja rias ini. Edewina mencari pembersih wajah dan ia mulai membersihkan wajahnya dengan kapas yang ada.

Pintu kamar terbuka. Edewina menoleh ke arah pintu. Nampak Reo masuk. Pria itu sudah membuka jasnya, menggulung kemeja putihnya sampai ke siku tangannya, membuka dua kancing di kemejanya.

Edewina langsung memalingkan wajahnya. Kembali fokus membersihkan wajahnya.

"Sayang, kau belum ganti pakaian?" tanya Reo lembut lalu berdiri di belakang Edewina.

Tangan Edewina yang sementara membersihkan wajahnya terhenti. Ia meletakan kapas di atas meja hias itu lalu berdiri.

"Win, kamu butuh bantuan untuk membuka gaun mu?" tanya Reo.

"Aku akan menelpon keluargaku."

"Mereka semua kan sudah meninggalkan hotel ini."

Edewina baru ingat kalau memang mereka semua pergi dari hotel ini.

"Ayo, aku bantu untuk membukanya. Nggak lucu kan kalau kamu harus meminta bantuan pelayan hotel untuk membukanya."

Edewina bingung. Tak mungkin juga kan dia akan tidur dengan gaun pengantin ini?

"Edewina sayang, apakah kamu akan tidur dengan gaun ini?"

Edewina membalikan punggungnya. Reo langsung mengerti dan mendekati istrinya itu. Secara perlahan ia membuka resleting gaun pengantin Edewina.

Pria itu menelan salivanya saat melihat punggung mulus istrinya. Terbayang kembali kejadian malam itu.

"Cukup!" Kata Edewina sambil menahan gaun itu di dadanya agar tidak terbuka. Dengan cepat ia melangkah ke kamar mandi dan membanting pintu itu saat menutupnya.

Reo menatap kepergian istrinya sambil tersenyum. Ia menggelengkan kepalanya sendiri.

Reo, kau sudah memilih jalan ini untuk menjadikan Edewina sebagai milikmu. Maka kau harus bersabar menghadapi kebencian gadis itu padamu.

Reo duduk di atas sofa lalu mulai membuka sepatu dan kaos kakinya. Ia juga mengeluarkan kemeja putihnya. Ia kini hanya mengenakan singlet putih dan celana hitam saja.

Sambil menunggu Edewina yang ada di dalam kamar mandi, Reo menuangkan segelas sampanye ke dalam gelas. Ia menyesapnya secara perlahan sambil menatap cincin pernikahan yang kini ada di jari manisnya.

Tak lama kemudian, pintu kamar mandi terbuka. Nampak Edewina keluar menggunakan jubah mandi. Ada handuk yang membungkus kepalanya.

"Sayang, kamu keramas malam-malam begini?" tanya Reo dengan penuh perhatian.

"Jangan pedulikan aku!" ketus Edewina. Ia membuka kopernya dan mengeluarkan piyamanya. Kemudian ia kembali ke kamar mandi dan berganti pakaian di sana.

Reo hanya bisa menarik napas panjang dan menghembuskan nya secara perlahan.

Cinta telah membuatnya buta untuk melihat kenyataan bahwa Edewina tak mencintainya. Namun Reo yakin akan bisa memenangkan hati gadis itu secara perlahan. Reo berjanji akan sabar menunggunya.

Begitu Edewina keluar dari kamar mandi, gadis itu sudah memakai sepasang piyama lengan panjang dengan celana panjang pula. Rambutnya terlihat masih basah.

Edewina duduk di depan meja rias sambil menyisir rambutnya. Setelah itu ia mencari ponselnya di di dalam koper namun tak menemukannya.

"Sayang, kamu mencari apa?" tanya Reo.

Edewina tak menjawab.

"Kamu mencari ini?"

Edewina menoleh dan terkejut melihat ponselnya ada di tangan Reo.

"Mengapa hp ku ada padamu?" tanya Edewina masih dengan nada ketus. Ia bermaksud akan mengambil hp itu dari tangan Reo namun pria itu justru menjauhkannya.

"Berikan!"

"Cium aku dulu!"

Dahi Edewina berkerut. "Berikan....!"

"Cium aku dulu...!" Reo mundurbeberapa langkah.

"Christensen Haireo, berikan hp ku!"

Reo tersenyum. "Aku suka kalau kau menyebut nama lengkapku Edewina Carensia Almond!"

"Namaku Moreno!"

"JIka perempuan menikah, bahwa dia akan mengikuti nama suaminya."

"Tidak denganku!"

Reo tersenyum. "Kita akan lihat nanti."

"Berikan hpku!"

Reo mendekat dan sebelum ia menyerahkan hp Wina ke tangannya, dengan cepat ia mencium pipi gadis itu.

Edewina terkejut. "Jangan pernah kau menyentuh aku lagi!" kata Edewina marah sambil mengusap pipinya dengan kasar.

"Mengapa aku tak boleh menyentuhmu? Kau adalah istriku!" Reo maju beberapa langkah sehingga jarak diantara mereka menjadi semakin dekat.

"Jangan mendekat!" Edewina menjadi panik dan mundur beberapa langkah.

"Bukankah ini malam pengantin kita? Bukankah seharusnya malam ini kita berdua menikmati indahnya hubungan suami dan istri?"

"In your dream!"

"I'll prove that kit's wedding night isn't just a dream." (akan kubuktikan kalau malam pengantin kita bukan hanya di dalam mimpi).

Reo membuka kaos singletnya. Menampilkan perut sixpack nya. Edewina langsung memalingkan wajahnya melihat pemandangan indah di depannya.

"Jangan mendekat!" kata Edewina sambil mengangkat kedua tangannya. Gadis itu terus mundur tanpa menyadari kalau di belakangnya sudah ada ranjang besar. Ketika ia mundur dan kakinya sudah menyentuh pinggir ranjang, ia tak bisa lagi menahan keseimbangan tubuhnya dan membuat ia jatuh terlentang di atas tempat tidur.

Reo dengan cepat menyusulnya dan berada tepat di atas gadis itu dengan bertumpuh pada kedua lututnya.

"Apa yang akan kamu lakukan?" tanya Edewina dengan jantung yang berdetak kencang.

"Mendapatkan hakku sebagai suamimu!" kata Reo dengan tatapan yang mengintimidasi Edewina membuat gadis itu memalingkan wajahnya.

"Aku tak mau!"

"Tapi aku begitu menginginkan mu. Dan suatu dosa yang besar jika kau menolak suamimu!"

"Aku lebih baik berdosa dari pada harus melayanimu!"

Reo mendekat. Ia mengendus leher Edewina secara perlahan. "Benarkah?"

Edewina memejamkan matanya. Ia merasakan ketakutan yang sangat dalam.

"Jangan sentuh aku. Aku mohon!" Edewina mulai menangis.

Reo menghapus air mata istrinya itu dengan lembut. Ia kemudian mencium dahi Edewina. "Good ninght, honey." ujarnya lalu ia turun dari atas ranjang dan segera masuk ke kamar mandi.

Edewina menarik napas lega. Ia segera mengambil bantal lalu segera menyuju ke sofa. Ia kan tidur di sana.

Selama 15 menit Reo mandi. Ia kemudian keluar hanya menggunakan boxernya. Ia melihat Edewina yang tidur di atas sofa. Entah gadis itu sudah tertidur atau belum, yang pasti Reo tak akan menganggunya lagi. Setelah berpakaian, Reo mengambil botol sampanye yang tadi sudah di bukanya dan ia berjalan ke balkon. Duduk di sana sambil menikmati sampanye dan memandang langit London yang terlihat muram malam ini. Seperti juga hati Reo yang muram.

************

Pukul 1 dini hari, Reo akhirnya masuk kembali ke dalam kamar. Ia menggendong tubuh Edewina dan memindahkannya ke atas ranjang. Ia menyingkirkan kelopak-kelopak mawar yang ada lalu menyelimuti tubuh Edewina. Sedangkan Reo sendiri berbaring di samping Edewina sambil menatap wajah cantik istrinya itu. Wajah yang telah membuatnya jatuh cinta bahkan ketika Edewina baru berusia 10 tahun.

**********

Hallo bagaimana dengan kisah ini..?

Jangan lupadukung emak terus ya guys

"

Awal Mula Kisah

Reo membuka sabuk pengaman yang ada. Dia ingin ke toilet. Saat ini ia berada dalam pesawat yang membawanya dari kota Manado menuju ke Samarinda. Indira, sahabat baiknya besok akan berulang tahun dan saat tahu kalau Reo ada di Indonesia, ia mengharapkan agar Reo bisa hadir di ulang tahunnya yang ke-19.

Reo dan Indira saling mengenal sejak mereka masuk di taman kanak-kanak yang sama. Mereka semakin dekat saat tahu kalau ibu Indira juga orang Indonesia yang berasal dari kota Samarinda. Sekarang sedang libur musim panas dan Reo yan sangat suka daving mengikuti kegiatan tingkat dunia itu yang dilaksanakan di Indonesia.

tentu saja ia diijinkan pergi oleh mamanya yang super duper overprotective jika Mark tak mendampinginya. Mark adalah mantan tentara bayaran yang sangat ahli menembak dan bela diri. Ia mengajarkan banyak hal pada Reo. Usia Mark 28 tahun. Ia dipilih oleh papa Reo untuk menjadi bodyguard keluarga dengan bayaran 2x lebih banyak dari bayarannya sebagai seorang pasukan khusus.

Saat keluar dari toilet, Reo justru bertabrakan dengan seorang gadis yang berusia sekitar 10 tahun.

"Sorry!" ujar Reo pada gadis kecil itu.

Gadis kecil itu berdiri. Ia menatap Reo dengan mata polosnya. Sungguh mata yang sangat indah membuat ada desiran aneh di dada Reo.

"Hallo nona kecil, apakah aku menyakitimu?"

tanya Reo. Entah mengapa ia justru merasa salah tingkah karena tatapan mata polos itu.

"No." Kata gadis itu lalu segera masuk ke dalam toilet.

Reo sungguh terpesona. Ada sesuatu yang menggelitik hatinya sehingga hati kecilnya berbicara. Come on Reo. Dia hanya seorang anak kecil. Kenapa juga kamu begitu terpesona padanya?

Entah apa yang Reo pikirkan, ia justru menunggu gadis kecil itu di depan pintu toilet. gadis itu nampak terkejut melihat Reo yang sudah berdiri di depan pintu toilet.

"What your name?" tanya Reo begitu penasaran.

"My name is Edewina." Edewina menjabat tangan pria itu lalu segera kembali ke bangkunya. Reo sempat mengikuti ke mana gadis itu duduk dan akhirnya ia melihat Edewina duduk di deretan bangku paling depan.

Reo menggelengkan kepalanya. Ada apa dengan diriku ini? Apakah aku tertarik dengan gadis itu?

Jantung Reo justru berdetak kencang saat mengingat wajah gadis itu.

"Ada apa tuan muda?" tanya Mark melihat Reo yang menggelengkan kepalanya sambil tersenyum.

"Cari tahu gadis kecil bernama Edewina yang duduk di kursi nomor 1B."

Asistennya terkejut. "Untuk apa?"

"Aku suka tatapan matanya."

Mark berdiri dan masuk ke kelas ekonomi. Tak lama kemudian ia kembali. "Tuan, hanya ada gadis kecil di sana. Mungkin usianya sekitar 9 atau 10 tahun."

"Dia yang ku maksud."

"Apa?"

"Jangan menatapku seperti itu, Mark."

"Maaf. Aku hanya bingung saja."

"Kalau kau saja bingung. Apalagi aku? Apakah kamu percaya cinta pada pandangan pertama?"

"Pada gadis kecil itu?"

"Ya."

Mark menggelengkan kepalanya namun ia juga tak bisa membantah perintah tuannya.

*************

Reo dan Mark menunggu ke datangan Indira di hotel tempat mereka menginap. Sambil menunggu, Reo memutuskan untuk menikmati secangkir kopi.

Matanya secara tak sengaja menatap Edewina. Ia terlihat lucu dengan rambut yang dikepang dua. Pipinya agak tembem dan dia terlihat sedang merencanakan sesuatu dengan gadis yang ada di sebelahnya.

Reo memperhatikan semua yang Edewina lakukan dan dia tahu kalau Edewina berusaha menyingkirkan gadis itu dari papanya.

Mark masuk ke restoran lalu menyerahkan sebuah tablet. "Semua data gadis kecil itu ada di dalam sini, tuan."

Reo menatap ke arah Edewina lagi setelah membaca beberapa hal tentang gadis itu. "Dia bermain cantik sehingga semuanya nampak seperti kecelakaan yang tak disengaja. Ah, usianya baru 9 tahun 10 bulan namun sudah membuatku tertantang ingin mendapatkannya."

"Nanti tuan dikira pedofil." Mark terkejut mendengar pengakuan Reo.

Reo tertawa. "Aku harus sabar menunggunya selama 10 tahun lagi. Agar aku tak dianggap pedofil."

"Tuan, apakah anda serius?"

"Entahlah Mark. Aku sudah dekat dengan banyak gadis namun baru gadis kecil ini yang membuatku ingin lebih dekat padanya."

"Aku harap ini hanya obsesi sementara, tuan."

Reo menatap Edewina yang sudah pergi bersama papanya. "DIa terlihat cerdas dan sedikit licik. Aku suka gadis seperti itu."

Mark duduk di depan Reo sambil menggelengkan kepalanya.

"Mark, cari dua orang terbaik kita. Ikuti gadis kecil itu kemanapun ia pergi dan berada. Aku ingin tahu segala sesuatu tentang dia. Namun kalian harus hati-hati karena Edmond Moreno adalah salah satu nama yang aku kenal di dunia mafia."

"Baik, tuan."

**************

Sejak saat itu, sekalipun Reo sudah kembali ke Inggris, Reo selalu mendapatkan perkembangan terbaru tentang Edewina. Mark yang memang sangat ahli di bidang iptek, bisa menyadap CCTV di rumah keluarga Moreno.

Reo tahu kalau Edewina berlimpah kasih sayang dari kedua orang tuanya. Reo tahu saat gadis itu mendapatkan haid pertamanya. Reo bahkan tahu saat SMP Edewina pernah menang sebagai siswa teladan, menjadi ketua osis dan pernah juara dibeberapa turnamen olimpiade seperti olimpiade matematika, fisika dan biologi. Reo juga sangat senang saat Edewina selalu bersikap jutek pada semua pria yang mendekatinya. Karena Edewina punya prinsip, tak akan pacaran sebelum usianya 17 tahun.

Ada saatnya Reo merasa cemburu saat Edewina begitu histeris setiap kali melihat cowok-cowok keren di grup boy band Korea. Apalagi dengan Kim Soo Hyun.

Jika sudah selesai belajar, Edewina selalu menghabiskan waktunya untuk menonton drama Korea.

Reo bahkan tertawa saat melihat gaya konyol Edewina yang menyayikan lagu berbahasa Korea. Karena kecintaannya pada Korea, Edewina bahkan kursus bahasa Korea.

Gadis yang pintar. Reo semakin jatuh cinta padanya. Di usia 16 tahun, Edewina sudah menguasai 4 bahasa asing. Inggris, Spanyol, Korea dan sedikit bahasa Jepang.

"Tuan, nona Edewina 2 bulan lagi akan berulang tahun ke-17." lapor Mark. Saat itu Reo sudah menjadi CEO di perusahaan ayahnya.

Jack Almond memutuskan untuk pensiun dan menghabiskan masa tuanya dengan jalan-jalan keliling dunia bersama istrinya Riani Almond.

"Kau sudah cari mobil yang diinginkan olehnya?"

"Sudah, tuan. Harganya lumayan mahal juga."

"Apapun untuk gadisku, Mark. Namun jangan ambil di uang perusahaan ya? Ambil saja dari tabungan pribadiku. Usahakan mobil itu sudah ada di Manado, 2 minggu sebelum ulang tahun Wina. Aku tak mau sampai ada kendala sehingga mobil itu tak bisa sampai tepat di hari ulang tahunnya."

Mark mengangguk. "Ada satu lagi pesan nyonya Riani. Mark, tolong bujuk anakku untuk segera menikah dengan Indira. Kami sudah ingin menimbang cucu." kata Mark meniru ucapkan Riani.

Reo tertawa. "Mommy ada-ada saja. Mereka kan sudah punya cucu dari kak Arma dan kak Cassie. Ngapain juga harus memintanya dari aku?"

"Mungkin karena tuan adalah penerus generasi Almond. Jadi, nyonya Riani sangat mengharapkan agar tuan segera menikah."

"Aku harus menunggu Wina siap. Aku kan akan mendekatinya secara perlahan dulu. Tak mungkin akan ku katakan, Edewina sayang, sejak usiamu hampir 10 tahun, aku sudah jatuh cinta padamu. Maukah kau menikah denganku? Bisa-bisa Wina langsung lari karena menyangka aku sebagai penguntit."

"Tuan, nona Indira kan juga cantik. Seorang yang pintar. Dia juga mitra perusahaan ini."

"Kamu hanya berteman."

"Aku pikir kalau nona Indira menyukai tuan. Karena sampai sekarang pun dia belum pernah memiliki pacar."

"Indira hanya menganggap aku sebagai kakak. Kami tak mungkin bersama. Karena perasaan diantara kami hanya sebatas teman. Indira juga tahu kalau aku sangat mencintai Edewina. Dia bahkan selalu memberikan aku support saat aku merasa lelah menunggu Edewina menjadi dewasa."

Mark hanya menggelengkan kepalanya. Christensen Haireo Almond merupakan salah satu pengusaha muda di Inggris ini. Dia banyak kenalan cewek. Dekat dengan beberapa model dan artis terkenal. Namun tak ada satu pun diantara mereka yang pernah diperkenalkan sebagai pacarnya. Hanya Indira, gadis yang selalu di bawahnya ke rumah. Dan Indira yang begitu diinginkan Jack dan Riani untuk menjadi menantu mereka.

*********

Hari ulang tahun Edewina pun tiba. Reo bahkan sudah ada di Manado 2 hari sebelum hari ulang tahun gadis impiannya itu.

Edewina dibuatnya terkejut di hari ulang tahunnya ia menerima hadiah yang selama ini hanya ada di khayalannya saja. Sebuah mobil Ferrari klasik California T yang harganya di atas 6M.

"Oh my God....! Ini mobil idolaku. Aow.....!" Edewina bersorak gembira sambil mencium kap mobil mewah itu yang berwarna merah.

Dari jauh seorang Reo yang tampan nampak tersenyum puas. Ingin rasanya Reo ada di sana. Memeluk gadis impiannya dan memberikannya ucapkan selamat ulang tahun. "Tunggu sedikit lagi, sayang. Aku akan datang menjemputmu." ujarnya lalu segera masuk ke mobilnya dan langsung pergi.

Sementara Edmond dan Mahira, orang tua Edewina menjadi heran. Siapa yang telah memberikan mobil mewah ini pada anak mereka?

Pihak dealer yang mengantar pun tak mau mengatakan siapa yang mengirim hadiah itu untuk Edewina. Karena mereka hanya menerimanya dari luar negeri.

Edmond sebenarnya ingin menolak karena pemberian itu tak jelas. Namun saat melihat betapa bahagianya Edewina menerima mobil itu, ia pun mengurungkan niatnya. Secara diam-diam ia akan meminta orang kepercayaannya menyelidiki asal usul mobil itu.

**********

Hallo semua, bagaimana tanggapan kalian dengan episode ini?

jangan lupa komen, like dan vote ya?

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!