NovelToon NovelToon

KAU DI HATI KU

BAB 1 RATU BATANG DEWI

Kerajaan Palawa...

Seribu tahun yang lalu di semenanjung laut...

Tinggallah seorang ratu bernama Ratu Batang Dewi yang sangat cantik rupawan, berusia 29 tahun dengan tubuh tinggi semampai serta langsing. Kecantikannya itu mampu membius setiap mata yang melihatnya.

Ratu Batang Dewi yang seorang pemimpin berkuasa di semenanjung laut, wanita tangguh yang memiliki wilayah kerajaan terbesar dan terluas dari Utara.

Ratu yang dijuluki si tangan besi dan memiliki kegemaran berperang.

Kerajaan Palawa adalah kerajaan yang di pimpin Ratu Batang Dewi dan merupakan kerajaan kuno terbesar pada abad itu yaitu pada seribu tahun yang lalu.

Istana Palawa...

Terdengar derap langkah kaki memasuki ruangan Istana Palawa yang megah dengan hiasan ukiran tangan yang memenuhi seluruh bangunan istana megah dan terbuat dari lapisan emas serta perunggu.

Terlihat sosok wanita memakai mahkota dari emas kuning berbentuk mirip sayap rajawali yang berhiaskan untaian batu permata berkilauan dengan anggunnya serta mengenakan jubah panjang sutra berwarna hijau keemasan berjalan masuk menuju singgasana dengan anak tangga bertingkat yang berada jauh darinya.

Wanita cantik itu melangkahkan kedua kakinya yang mengenakan sepasang sepatu berlapis emas di sepanjang permadani yang membentang panjang di dalam istana megah yang tampak berkilauan indah saat cahaya matahari menimpa seluruh ruangan istana tersebut.

"RATU BATANG DEWI PENGUASA KERAJAAN PALAWA, YANG MULIA DARI TERHORMAT DAN DIBERKAHI DOA DARI LANGIT TELAH MEMASUKI ISTANA ! BERI HORMAT KEPADA JUNJUNGAN KITA RATU BATANG DEWI !!!", terdengar suara lantang dari seorang punggawa kerajaan yang berdiri di bawah singgasana dengan memegang dua tombak bermata naga emas.

"HORMAT KEPADA RATU BATANG DEWI ! YANG MULIA KERAJAAN PALAWA ! TERIMA HORMAT KAMI RATU !", suara serempak orang-orang yang hadir di dalam Istana Palawa dengan memberi hormat seraya menundukkan kepala mereka.

Ratu Batang Dewi mengangkat tangannya memberi tanda kepada semua orang yang hadir sebagai jawaban atas rasa hormat mereka kepadanya.

Punggawa pria yang berdiri di bawah singgasana lalu bersuara lagi untuk memberi aba-aba.

"RATU BATANG DEWI MENERIMA HORMAT KITA SEMUA DAN SILAHKAN KEMBALI KE TEMPAT DUDUK KALIAN !", kata punggawa.

Ratu Batang Dewi terlihat menaiki anak tangga menuju ke atas singgasananya lalu berbalik seraya melambaikan tangannya pelan ke arah orang-orang yang hadir di ruangan istananya kemudian ia duduk di atas singgasana yang terbuat dari emas kuning utuh dengan sikap berwibawanya.

"Silahkan duduk kembali semua, terimakasih akan kehadiran kalian di istanaku ini", kata Ratu Batang Dewi.

"TERIMAKASIH RATU BATANG DEWI ATAS BUDI BAIK YANG MULIA !", terdengar suara yang hadir di ruangan itu dengan serempak dan lantang serta duduk secara bersama-sama di kursi perak beralaskan bantalan sulaman benang emas yang indah.

Wanita berparas cantik dengan kulit putih bersih menatap lurus dan tajam ke arah orang-orang yang hadir di istananya yang menunjukkan sikap hormat mereka kepada dirinya yaitu ratu mereka, Ratu Kerajaan Palawa yang paling disegani namanya dan ditakuti di seluruh negeri karena kegemarannya berperang.

Ratu Batang Dewi melirik ke arah punggawa kerajaan yang berada di bawah singgasananya, tanpa harus memberi perintah kepada punggawa itu, pria berpakaian khas Kerajaan Palawa yang bersimbol naga langsung memberikan gulungan kertas dari lontar kepada Ratu Batang Dewi.

"Hari ini saya akan umumkan rencana saya yang hendak mempersiapkan sebuah perang besar ke wilayah timur untuk melakukan ekspansi besar-besaran kekuasaan Kerajaan Palawa yang akan dilakukan sepuluh hari lagi", ucap Ratu Batang Dewi.

"Sepuluh hari lagi...", terdengar suara semua orang yang terkejut mendengar pengumuman ratu.

Ratu Batang Dewi hanya terdiam dan mendengarkan suara ramai semua orang setelah ia membacakan isi pengumuman penting mengenai rencana ekspansi kekuasaan Kerajaan Palawa yang dipimpinnya.

"DENGARKAN PENGUMUMAN RATU BATANG DEWI ! DAN COBALAH UNTUK TENANG SEMUANYA !", ucap punggawa.

Suasana kembali hening dan semua orang yang hadir tengah memperhatikan Ratu Batang Dewi dengan pandangan yang sangat serius.

"Pasukan akan dibagi menjadi lima kelompok utama, dan dua kelompok kecil yang memiliki tugas berbeda, akan dipilih prajurit-prajurit tangguh yang kompeten yang ahli di tiap bidangnya serta diutamakan pandai memanah, dua kelompok kecil memiliki tugas paling penting karena bertugas untuk menyediakan bekal makanan serta mendirikan tenda dan mempersiapkan perlengkapan perang di wilayah timur sedangkan lima kelompok utama memiliki fungsi serta tugas masing-masing yang berbeda yaitu kelompok pertama bertugas menjaga baris depan, kelompok kedua menjaga baris kiri dan kanan, kelompok ketiga bertugas menyerang, kelompok keempat bertugas memanah, dan kelompok terakhir kelima adalah kelompok berkuda serta kelompok pertahanan dan bagi yang menentang perang besar ini akan dihukum", kata Ratu Batang Dewi.

Wanita bersahaja itu meletakkan plakat emas kerajaaan sebagai simbol pimpinan tertinggi dalam memimpin pemerintahan serta sebagai tanda panglima perang yang memiliki kekuasaan memimpin pasukan kerajaan yang berwenang langsung mengerahkan pasukan bayangan dalam jumlah besar.

Dia mendapatkan plakat khusus dari ayahandanya yang mewariskan tahta Kerajaan Palawa di pundaknya saat ia memenangkan perang pertamanya ketika ia masih menjadi panglima tertinggi dalam memimpin pasukan khusus tepat di usianya keempat belas tahun.

Ratu Batang Dewi adalah anak dari Raja Agung yang berkuasa di semenanjung laut, memiliki ketangguhan yang setara dengan sang ayahanda.

Sejak usia tujuh tahun, Batang Dewi selalu diajarkan oleh sang ayahanda untuk mengatur strategis kerajaan serta menyusun rencana perang.

Belajar di dalam istana dengan tekun, mengikuti perburuan serta mengatur strategi perang-perang dalam perebutan wilayah di sekitar semenanjung laut.

Hari-hari Batang Dewi selalu dihabiskan dengan kesibukan mengatur negara dan mengikuti setiap pertemuan-pertemuan yang selalu diadakan sang ayahanda.

Hampir seluruh waktunya tersita tentang kerajaan, belajar dan belajar yang selalu dilakukan Batang Dewi di istananya.

Pada usia sepuluh tahun, sang ayahanda memilihnya menjadi puteri mahkota satu-satunya sebagai anak perempuan tertua dari kesembilan bersaudara dari ibu yang berbeda.

Batang Dewi diberi mandat untuk menjadi calon Ratu menggantikan Raja Agung apabila beliau meninggal dunia.

Tepat diusianya yang kelima belas tahun, Batang Dewi dinobatkan menjadi Ratu dari Kerajaan Palawa menggantikan sang ayahanda, Raja Agung yang kala itu mulai sakit-sakitan akibat racun yang bersemayam di tubuh sang raja karena musuh yang membencinya dengan mengirim seorang ahli tenung yang kuat.

Saat pemerintahan di pimpin oleh sang ayahanda yaitu Raja Agung wilayah kekuasaan Kerajaan Palawa tidaklah seluas tatkala di pimpin Ratu Batang Dewi.

Pada masa keemasannya, Sang Ratu Batang Dewi memiliki kekuasaan hampir di seluruh dunia melebihi kekuasaan sang ayahanda.

Ratu Batang Dewi membuat negara yang di pimpinnya termashyur hingga pelosok Timur, dan Kerajaan Palawa kala itu terkenal makmur loh jinawi.

Rakyatnya tidak ada yang berani melawan kekuasaan sang ratu yaitu Ratu Batang Dewi yang terkenal dingin dan di juluki si tangan besi dari Utara.

Dia sangat berkuasa dan memiliki keinginan kuat untuk menguasai seluruh wilayah di sekitar kerajaannya.

Ratu Batang Dewi sangat menggemari perang dan tak segan untuk membunuh semua rintangan yang menghalangi dirinya untuk menaklukkan seluruh wilayah dan menjadikan satu dengan kerajaannya.

"Persiapan perang besar akan diadakan sepuluh hari lagi dan bukan waktu yang singkat karena pemilihan prajurit akan dilaksanakan hari ini yang dihitung sebagai hari pertama persiapan perang ke wilayah timur nanti, akan langsung diadakan pertemuan bagi para pemimpin tiap-tiap kelompok pasukan pada hari kedua untuk membahas persiapan dan strategi perang besar ini, saya menyebutkan perang ini sebagai perang besar karena memakan waktu persiapan dalam kapasitas serta kualitas yang terbilang besar dan wilayah timur bukanlah daerah yang mudah untuk ditaklukkan dan termasuk wilayah terbesar yang memiliki armada pasukan khusus yang tak terhitung jumlahnya, perang ini akan memakan waktu lama serta mempunyai resiko besar dari perang-perang sebelumnya dan bagi siapa saja yang menentang ekspansi ini akan dihukum langsung di tempat !", ucap Ratu Batang Dewi dengan nada tegas serta penuh tekanan di setiap kalimatnya.

Tidak ada suara seorangpun yang berbicara ataupun yang berani berbisik, semua hening dan menundukkan kepalanya, sebagian ada yang berkeringat dingin setelah mendengar putusan dari ratu yang membahas perang besar di wilayah timur.

Ratu Batang Dewi memberi aba-aba kepada punggawanya dengan isyarat tangan, seorang pria menghampirinya untuk mengambil gulungan lontar yang ada pada sang ratu.

"Tolong bubarkan pertemuan ini dan sediakan kepada mereka semua jamuan lezat sebagai tanda penghormatan kerajaan atas kehadiran serta kesetiaan mereka !", ucap Ratu Batang Dewi dengan memelankan suaranya yang sangat lembut itu.

"Baik Yang Mulia Ratu, saya akan segera laksanakan perintah ratu. Mohon izin ratu untuk melaksanakannya", kata punggawa kerajaan seraya menundukkan kepala tanpa berani melihat ke arah sang ratu.

"Saya izinkan kamu melaksanakannya dan ingat untuk segera mengadakan pemilihan prajurit khusus untuk persiapan perang nanti dan katakan kepada semua menteri dan jenderal untuk melakukannya, bawa surat perintah ini dan tunjukkan kepada mereka, kamu mengerti", kata Ratu Batang Dewi.

"Siap Yang Mulia Ratu ! Saya akan laksanakan !", jawab punggawa kerajaan sambil menuruni anak tangga singgasana.

Punggawa kerajaan lalu berbalik menghadap semua yang hadir di ruangan istana itu dan langsung bersuara lantang kembali kepada mereka yang ada di tempat itu.

"PERTEMUAN HARI INI CUKUP SAMPAI DISINI DAN BAGI TAMU YANG HADIR DI RUANGAN ISTANA DIPERSILAHKAN MENUJU AULA UTAMA ISTANA UNTUK MENIKMATI JAMUAN ISTIMEWA DARI KERAJAAN PALAWA SEBAGAI RASA TERIMAKASIH SANG RATU KEPADA SEMUA YANG TELAH DATANG KE ISTANA INI !", ucap punggawa kerajaan.

Terdengar suara riuh rendah dari semua tamu yang ada di ruangan penting dari Istana Palawa saat hendak meninggalkan ruangan istana.

Mereka semua kemudian memberi hormat kepada ratu sebelum pergi dengan serentak secara bersamaan.

"TERIMAKASIH KEPADA RATU BATANG DEWI ! RATU KERAJAAN PALAWA ! SEMOGA BERKAH LANGIT MENYERTAI ANDA SELALU RATU ! DAN SEMOGA PERANG BESAR INI SUKSES DALAM PERJALANAN EKSPANSI KE WILAYAH TIMUR ! LANGIT MEMBERKAHI KITA SEMUA YANG HADIR DI ISTANA INI !", ucap semuanya seraya memberi hormat dengan membungkukkan badan mereka kepada Ratu Batang Dewi.

Semua tamu yang hadir silih berganti meninggalkan ruangan istana Kerajaan Palawa setelah memberi hormat kepada sang ratu dan menuju ke gedung aula utama untuk menikmati suguhan istimewa dari kerajaan.

Ratu Batang Dewi hanya diam memperhatikan semua tamu yang hadir satu persatu meninggalkan dirinya yang hanya ditemani dayang-dayang.

Secangkir keramik berlukiskan pemandangan laut yang merupakan gambaran tentang kerajaannya yang berada di semenanjung laut dan dikelilingi gunung api yang terbentang di wilayah kerajaannya, berada di tangannya saat ini, cangkir berisi minuman dari hasil fermentasi nira yang mengandung gula adalah salah satu minuman favorit sang ratu.

Hampir sebagian semenanjung laut menjadi wilayah taklukkan sang ratu dari Utara itu.

Ratu Batang Dewi hanya melirik sekilas ke arah luar istana lalu menikmati minuman kegemarannya itu tanpa bersuara dengan salah satu tangan bersender di sandaran lengan singgasananya.

Tampak jari jemarinya yang lentik dan dihiasi cincin emas utuh dengan permata kecubung di jari telunjuk serta jari kelingkingnya yang menjadi ciri khas sang ratu berparas jelita.

Rajawali adalah tunggangan kesukaan sang ratu dan kemanapun dia pergi, burung itu akan selalu turut bersama dengannya.

"Bawa saya ke rajawali kesayangan saya, dayang, karena saya ingin melihatnya sekarang !", perintah Ratu Batang Dewi kepada salah satu dayangnya.

"Baik Yang Mulia Ratu !", sahut dayang itu lalu menemani ratu meninggalkan ruangan istananya.

Lima hari kemudian...

Ketika Ratu Batang Dewi mengunjungi sebuah rumah makan di tengah kota untuk mengadakan pertemuan rapat perang bersama seorang dayang, saat di perjalanan seorang wanita tua lusuh menghampirinya.

"Oh Langit penguasa dunia ini, aku melihat bayangan kematian di wajahmu dan seorang yang terpercaya akan berkhianat padamu, dan di kehidupan akan datang anda akan bertemu orang bodoh dan menjadi rakyat biasa, nona !", ucap wanita tua menyentakkan sang ratu.

"Berani sekali kamu berbicara seperti itu kepada ratu ! Apakah kamu ingin mati nenek tua !", bentak dayang.

"Aku adalah penyihir kuno terkenal di desaku, aku tidak berkata bohong ! Berhati-hatilah !", ucap wanita tua.

"Suruh pergi penyihir tua ini dariku dan berikan sekantung emas kepadanya, dayang !", kata Ratu Batang Dewi.

Sayangnya sang ratu tidak mempercayai ramalan itu dan mengusir pergi penyihir tua itu.

Medan perang...

Ratu Batang Dewi tengah memimpin pasukannya dengan bersemangat ia memerintahkan menyerang lawan yang menghadangnya.

Pada saat ia mengangkat busur panahnya untuk membidik musuh, tiba-tiba muncul dari arah belakang sebuah anak panah melesat menembus tubuhnya.

"Argh... !!!", jeritnya tertahan.

Ratu sempat melihat tanda kerajaan miliknya pada panah beracun yang menancap tepat di jantungnya, dan ratu sadar jika ramalan penyihir tua lusuh itu terbukti benar.

Akhirnya Sang Ratu Batang Dewi gugur dalam perang besar yang di pimpinnya karena pengkhianatan bawahannya.

Pada persidangan akherat akhirnya hakim menjatuhi hukuman pada Ratu Batang Dewi untuk menebus dosanya yang telah membunuh ribuan manusia tak berdosa.

Hakim Akherat berwelas asih kepada Ratu Batang Dewi untuk bertobat dengan mengirimnya kembali ke dalam kehidupan keduanya. Dan ia harus mengalami reinkarnasi ke jiwa seorang gadis muda biasa yang lugu serta rapuh.

Bab 2 REINKARNASI

Akherat akhirnya memutuskan untuk mengirim Batang Dewi yang sudah meninggal dunia dan tidak menjabat sebagai seorang ratu dari Kerajaan Palawa itu ke dunia masa depan pada tahun 2022.

Kota Italia, 26 Agustus, tahun 2022.

"BRAAK...!!!"

Terdengar suara benda terjatuh.

Seorang gadis muda yang tampak bodoh dan lugu terjaga dari atas lantai kamarnya.

"Aduh !? Kepalaku terbentur lantai ! Sakiiit sekali !", keluhnya seraya mengusap kepalanya.

Gadis berpenampilan sederhana itu memperhatikan ruangan yang ada disekitarnya.

"Ak... Aku... Aku dimana ???", tanya gadis polos itu tertegun.

Dia duduk terdiam sambil termenung saat menyadari dirinya telah berubah dan kini berada di tempat yang sangat asing baginya.

"Dayang ! Dayang ! Apakah kalian mendengarkanku ? Kalian dimana ?", teriak gadis yang tampak bodoh itu dari tempatnya duduk.

Hening...

Suasana sangat hening sekali.

Tidak ada jawaban sama sekali dari siapapun yang berada di tempat itu, hening dan sepi.

Gadis itu hanya menoleh sekilas kemudian berdiri dari lantai dan melihat ke arah cermin yang ada tepat di depan tempat tidurnya.

"AAAAAAAAAAAAAKHHH...!!!!"

Jerit gadis itu histeris ketika ia melihat dirinya di cermin yang ada di ruangan kamarnya.

Dia melemparkan semua benda di atas tempat tidurnya ke arah cermin di depannya, ia membuang bantalnya, gulingnya hingga selimut tebal ke arah cermin.

"AAAAAAAAAAAAHHHH... !!!"

Jerit Batang Dewi lagi seraya memegangi wajahnya dengan kedua tangannya.

Dia berlari di ruangan kamar tidurnya, membuka gagang pintu kamarnya dan pergi meninggalkan kamarnya.

Terdengar derap langkah kakinya saat berlarian keluar seraya menoleh ke arah kanan dan kiri kebingungan.

"Aku..., dimana ini... !?", ucap gadis itu linglung.

Sikapnya yang ceroboh karena kurang berhati-hati membuatnya terpeleset dan terjatuh di atas lantai rumah.

Dia sangat kesakitan sekali dan terduduk di atas lantai dengan wajah acak-acakan, dia bergumam pelan pada dirinya sendiri.

"Kenapa aku bisa seperti ini !?", ucap gadis itu.

Gadis lugu itu berdiri kembali tetapi saat ia hendak melangkahkan kedua kakinya, satu langkah ke depan, dia tersandung oleh kakinya sendiri.

Dia terjatuh terjerembab ke arah depan lantai rumahnya untuk ketiga kalinya dengan tangan terentang lurus ke depan. Dan sekali lagi ia merasa kesakitan karena jatuh.

"Aduh..., sakit..., sekali...", gumamnya pelan.

Tiba-tiba ia berteriak keras lagi saat melihat kecoak yang tengah merambat di permukaan lantai.

"AAAAAAAAAAH... !!!"

Teriak gadis polos itu ketakutan.

Dia melompat dari atas lantai seraya menjerit-jerit kencang ketika melihat seekor kecoak bergerak mendekat ke arahnya.

"Pergi bodoh ! Pergi kecoak bodoh ! Siapa yang berani mengizinkanmu masuk ke rumahku ini ? Hah !?", ucap gadis itu sambil mengibaskan tangannya ke arah serangga itu.

Bukannya kecoak itu pergi justru semakin bergerak ke arah gadis polos itu.

"Hai ! Jangan mendekat ke arahku ! Pergi sana !", teriaknya keras.

Hanya gadis bodoh saja yang berbicara dengan hewan serangga sejenis ordo serangga (Blattodea) hemimetobola yang berasal dari kelas Insecta yaitu KECOAK.

Gadis berusia 29 tahun yang sederhana itu berlarian menjauh kemudian masuk kembali ke kamar tidurnya dan mengunci rapat pintu kamarnya.

Dia langsung melompat ke atas ranjang tidurnya dan duduk meringkuk di tempat tidur sederhananya.

Tampak tubuhnya gemetaran menahan rasa ngeri akibat melihat seekor kecoak, hewan yang seumur-umur hidupnya tidak pernah dilihatnya.

"Tempat apakah ini sebenarnya ???", tanyanya gelisah.

Ketika ia melihat kembali ke arah cermin di depan tempat tidurnya, gadis lugu itu langsung mengalihkan pandangannya dari arah cermin dan menyembunyikan wajahnya di lengannya yang tertutup piyama.

Gadis itu terlihat sangat panik dan ketakutan setiap ia melihat ke arah cermin, dia seperti tidak terbiasa dengan dirinya sendiri dan ia selalu terkejut melihat penampilannya di cermin.

Perlahan-lahan ia turun dari ranjang tidurnya dan merangkak pelan serta sesekali ia memalingkan wajahnya ke arah lain ketika bergerak mendekat ke cermin di depannya.

"Apakah aku masih tetap menjadi Batang Dewi !? Ataukah aku telah berubah menjadi orang lain ?", ucap gadis lugu itu seraya menyentuh kaca cermin.

Batang Dewi melihat perubahan yang terjadi pada dirinya ke dalam cermin yang ada di hadapannya lalu terdiam sejenak saat gadis polos itu memandangi lama wajahnya yang sangat asing tersebut di cermin.

"Siapakah gadis ini ? Dia tampak bodoh sekali, berbeda dengan penampilanku sebelumnya ketika aku menjadi seorang ratu !? Apakah ini yang dimaksudkan hukuman itu ? Hukuman dari hakim akherat atas dosa-dosaku ?", gumam Batang Dewi termenung sendirian.

Batang Dewi mengusap-usap wajahnya yang benar-benar polos serta tanpa riasan atau hiasan mahkota di kepalanya dan ia berkali-kali menepuk wajah barunya itu dengan kedua tangannya.

Dia juga memperhatikan perubahan pada tubuhnya yang sangat berbeda itu, tubuh baru yang sangat asing bagi Batang Dewi.

"Oh Tuhan ini di luar ekspektasiku !", ucap Batang Dewi tersentak ke arah belakang dan terduduk dengan perasaan yang putus asa.

Dia tidak pernah berharap jika semua ini akan terjadi kepada dirinya, reinkarnasi ini membuat pukulan yang sangat hebat sekali pada Batang Dewi yang berubah 180 derajat menjadi orang lain, dia tidak lagi melihat dirinya yang dulu, sosok seorang ratu tercantik sejagat yang tiada tandingannya.

Harus berubah menjadi seorang gadis polos yang lugu dengan penampilannya yang sangat sederhana sekali.

Batang Dewi duduk di lantai kamarnya seraya menundukkan kepalanya dan menangis terisak-isak meratapi nasibnya yang buruk ini.

Beberapa jam kemudian, gadis itu telah duduk di depan meja makannya. Dia hanya terdiam menatap meja kosong tanpa sesuatu di atasnya, termenung kembali dan sesekali menghela nafas panjang.

"Apa yang harus aku lakukan sekarang ? Di rumah ini, aku tidak melihat siapa-siapa, apakah aku tinggal sendirian ?", ucap Batang Dewi bergumam dengan wajah sembab.

Dia menoleh kembali ke arah sekitar rumah yang merupakan tempat tinggalnya yang baru, rumah itu sangat sepi sekali dan terasa sangat lenggang apalagi dia sendirian di rumah barunya.

Batang Dewi mendengar suara alarm berbunyi keras di atas meja pojok di ruangan rumah, dia melihat sebuah jam duduk terbuat dari kayu yang terpajang di atas meja tersebut.

"Suara apa itu ?", tanya Batang Dewi bingung.

Dia beranjak dari kursi dan berjalan penuh penasaran ke arah meja pojok tempat jam duduk dari kayu jati itu terletak di atasnya.

Batang Dewi meraih jam tersebut kemudian memperhatikannya dengan teliti, saat alarm dari jam kayu jati itu berbunyi kembali, ia tersentak kaget dan melemparkan jam itu dengan sangat kerasnya..

"PRAAANG !!!"

Suara pecah terdengar keras saat jam kayu itu membentur lantai rumah, dan terlihat kaca jam kayu itu berserakan di atas lantai.

"Benda aneh apakah itu !? Mengapa benda itu dapat berbunyi nyaring sekali !?", ucap Batang Dewi terpaku saat melihat jam kayu yang telah rusak itu, hancur terbentur lantai rumah.

Saat ia bergerak melangkah mundur, siku tangannya menyenggol kalendar duduk yang berada di atas meja pojok, tempat jam kayu yang tadi berbunyi keras itu.

"BRUK... !"

Suara pelan kalendar terjatuh ke lantai.

"Ehk !? Benda apakah itu !? Banyak sekali barang-barang aneh di rumah baru ini yang sangat asing dan baru aku temui !?", ucap Batang Dewi melirik ke arah sebuah kalendar yang tergeletak di bawah kakinya.

Batang Dewi membungkukkan badannya untuk mengambil kalendar yang jatuh tadi karena tersenggol lengannya dari atas lantai.

Dia membaca sebuah tulisan yang tertera di atas kalendar yang ada di tangannya.

"Italia, tahun 2022...", ucap Batang Dewi.

Batang Dewi terkejut bukan kepalang karena ia mendapati dirinya bereinkarnasi ke masa depan ke tahun 2022 dan kini berada di sebuah tempat yang tidak ia ketahui asalnya, sangat asing dan baru ia dengar, bernama Italia.

"Italia !? Tempat apakah itu ??? Dan dimana aku sebenarnya sekarang ini !?", ucap Batang Dewi.

Dia kembali membaca kalendar di tangannya dan melihat sebuah angka yang di lingkari dengan warna merah serta terdapat tulisan kecil di sekitar angka tersebut.

"Waktu bekerja di toko roti Italia, jam 10 pagi, jangan terlambat datang, penting sekali !", ucap Batang Dewi saat membaca tulisan yang tertera di atas angka tersebut.

Batang Dewi tertegun kembali sembari memperhatikan kalendar duduk yang ia pegang di tangannya.

"Toko Roti Italia ? Dimanakah itu ? Aku tidak tahu tempatnya di Italia ini ?", kata Batang Dewi melongo.

Secarik kertas kecil terbang dari kalendar duduk yang tersisip di antara kertas kalendar dan jatuh ke atas tangan gadis polos itu.

Batang Dewi membuka cepat kertas di tangannya kemudian membacanya pelan, mencerna kata demi kata yang tersusun rapi yang menjadi sebuah kalimat di atas secarik kertas itu.

"Jalan Via Cenisio, Milan, 0,9 km dari Monumental Cemetery, Italia. Lantas aku naik apa ke sana ?", kata Batang Dewi.

Tidak lama kemudian Batang Dewi telah bersiap-siap untuk berangkat ke toko roti Italia untuk bekerja, dia keluar dari rumah barunya dan berjalan menuruni anak tangga rumahnya.

Pada saat ia melangkahkan kakinya untuk turun dari anak tangga tersebut, lagi-lagi kakinya tersandung dan ia terjatuh kembali ke bawah ubin halaman rumah.

"GLEDUK... !"

Terdengar suara yang terantuk ubin keras.

"Aduh ! Sakit sekali !", jerit Batang Dewi kesakitan seraya memegang kepalanya.

Tidak ada kata lainnya selain jatuh yang kini sering dialami oleh Batang Dewi saat ia berubah menjadi seorang gadis polos yang serampangan.

Batang Dewi beranjak dari tempatnya terjatuh sambil berjalan tertatih-tatih menuju ke arah pagar rumah barunya tetapi sebelum ia sampai ke pagar, ia melihat sebuah kendaraan terparkir di depan pagar rumahnya.

Tepat di hadapannya sebuah vespa berwarna merah muda telah menunggu gadis polos itu untuk dinaiki olehnya.

"Benda apakah ini !? Bagaimana cara menaikinya ?", gumam Batang Dewi.

Gadis lugu itu lalu membuka tas yang ia selempangkan di tubuhnya dan melihat ke dalam tas, mencari sesuatu yang mungkin berguna untuk menghidupkan vespa berwarna merah muda di hadapannya.

"Mmm..., ini dia ! Rupanya hanya benda ini yang aku lihat di dalam tas, mungkin ini dapat membuat benda berwarna merah muda itu dapat hidup !?", ucap Batang Dewi.

Batang Dewi lalu membuka pagar rumahnya sembari menuntun vespa itu keluar dari halaman rumah barunya, menutup kembali pagar tersebut.

Dia menengok ke seluruh badan vespa, mencari tempat kunci vespa untuk memasukkannya.

"Dimana aku harus meletakkan benda aneh bergerigi ini ?", tanya Batang Dewi seperti orang bodoh.

Tidak butuh waktu lama untuk Batang Dewi mengoperasikan vespa tersebut dan ia melajukan vespa berwarna merah muda itu ke jalan menuju ke tempat toko roti Italia, di area Via Cenisio, di Kota Milan, Italia.

Sepanjang jalan menuju ke tempat kerjanya, Batang Dewi berteriak keras ketika ia mengendarai vespa miliknya itu.

"AAAAAAKH... AAAAAKH...!?"

Gadis muda sederhana itu terlihat sangat menikmati perjalanannya dengan vespa, hal yang sangat baru baginya karena selama menjadi ratu, Batang Dewi telah terbiasa menaiki rajawali dan kuda perang. Dan pengalaman saat berkendara vespa adalah hal terunik untuknya dan ia sangat menyukai vespa berwarna merah muda itu.

Dia dengan cepatnya menguasai kendaraan itu, dan dia terlihat sangat mahir ketika menyetir vespa tersebut di jalanan Kota Milan, Italia.

Akhirnya Batang Dewi tiba di sebuah toko roti yang masih tertutup rapat dengan folding gate terbuat dari besi.

Toko Roti Italia 1912...

Itu nama toko roti tempat Batang Dewi bekerja sekarang, gadis polos itu kemudian memarkir vespa merah mudanya di depan halaman toko roti.

"Masih tertutup rapat, apakah aku datang awal sekali ?", ucap Batang Dewi.

Dia lalu berputar menuju belakang toko roti dan melihat pintu belakang toko terbuka lebar, ia berdiri di depan pintu sembari mengetuk pintu tersebut.

"Permisi ! Apakah ada orang di dalam ?", ucapnya berteriak keras.

Muncul seorang pria jangkung seraya tersenyum ke arah Batang Dewi dan menyapanya ramah.

"Kamu sudah datang, ya, masuklah ! Aku sudah menunggumu sedari tadi, maaf aku harus segera pergi karena ada ujian, ini giliranmu menjaga toko roti karena hari ini adalah waktumu sekarang !", ucap pria itu.

"Giliranku !?", ucap Batang Dewi bingung.

"Iya ! Maaf, aku harus buru-buru pergi karena ujianku segera dimulai, tolong jaga toko roti ini baik-baik ya ! Oh iya, aku juga sudah mempersiapkan bahan-bahan untuk membuat roti serta membuat daftar giliran kerja di toko, mulai hari senin sampai minggu, dan lihatlah ke dalam toko roti ini. Ingat jangan lupa membuat roti sesuai resep !", ucap pria itu.

"Membuat roti ? Resep ?", tanya Batang Dewi panik.

"Iyah, aku juga sudah menyiapkan daftar resep untuk membuat roti Italia itu dan menyimpannya di laci lemari dapur ! Sudah, ya, aku harus pergi sekarang !", pamit pria itu. "Daaaghh !!!", sambungnya seraya berlarian keluar toko roti.

"Apa !? Apa ini ? Roti ? Bagaimana cara membuat roti Italia ?", gumam Batang Dewi.

Pria jangkung itu pergi meninggalkan Batang Dewi yang berdiri linglung di depan pintu belakang toko roti seorang diri.

Perubahan 180 derajat yang sangat jauh berbeda dari kehidupannya di masa lalu yang seorang pemimpin suatu kerajaan besar.

Hal tersulit untuk Batang Dewi yang sebelumnya seorang ratu harus menjalani kehidupan barunya sebagai seorang gadis biasa dan penjual roti Italia yang bagi dirinya sangat asing karena ia tidak tahu menahu tentang roti.

Bab 3 BERTEMU PRIA AMNESIA

Batang Dewi hanya terdiam ketika melihat meja dapur toko roti itu, di hadapannya terbentang segala perlengkapan membuat roti Italia, mulai dari bahan-bahan dasar untuk membuat roti, alat-alat membuat roti seperti loyang, mangkuk berbagai ukuran, pengaduk adonan, penggilas adonan, gelas dan sendok ukur, scrapper dough sampai timbangan yang tersedia lengkap di atas meja kerja toko roti Italia itu.

Selain itu sudah ada proof box yang diletakkan di sisi lain sebelah meja kerja toko roti, di area itu juga terdapat kuas, piping bag, kotak roti, serta perlengkapan lainnya.

Batang Dewi tidak memahami semua benda yang ada di ruangan yang di sebut dapur itu karena ini pertama kalinya ia masuk dan menginjakkan kakinya ke dapur.

"Benda-benda apakah ini ?", tanya Batang Dewi. "Ya Tuhanku ! Bagaimana caranya aku dapat membuat roti ? Aku sama sekali tidak tahu menahu tentang dunia ini, roti Italia", sambungnya.

Gadis sederhana itu menolehkan kepalanya ke arah ruangan dapur toko roti yang terang oleh lampu neon, di area dapur yang luas terdapat oven berukuran besar yang menempel di dinding dapur sebelah kiri meja kerja dapur toko roti.

Sebuah papan berisi lembaran kertas yang trrdiri dari resep membuat roti-roti di toko itu serta daftar kerja yang mencantumkan jam giliran kerja di toko roti Italia dari hari senin hingga minggu juga telah disiapkan di atas meja dapur toko.

Batang Dewi mengambil papan tersebut lalu membacanya satu persatu lembaran kertas yang tersematkan di papan itu.

Tidak tahu harus memulainya dari mana, dan tidak mengerti akan fungsi serta kegunaan barang-barang tersebut.

Batang Dewi hanya dapat menghela nafas panjangnya saat berdiri di depan meja dapur toko roti Italia.

Tubuhnya lemas, terkulai lesu seraya duduk di atas bangku kursi kayu yang ada di depan meja dapur, kembali termenung dan mulai menangis sedih.

"Apa yang harus aku lakukan sekarang ???", teriaknya putus asa.

Batang Dewi menelungkup di atas meja dapur seraya menangis sesegukkan dengan hati putus asa sambil memukul meja tersebut.

KLING...

KLING...

KLING...

Terdengar bunyi bel berbunyi sebanyak tiga kali serta terlihat cahaya terang menerangi seluruh ruangan dapur toko roti.

Membias seperti pelangi ke penjuru ruangan lalu menghilang perlahan-lahan.

"Selamat pagi Batang Dewi !", sapa suara seekor rajawali berukuran mirip boneka yang menyapa Batang Dewi yang masih menelungkupkan wajahnya di atas meja dapur.

"Emm... !?", gumam Batang Dewi.

Gadis lugu itu mengangkat wajahnya dari atas meja dapur yang basah oleh air mata, ia mengusap kedua wajahnya yang sembab karena menangis dengan kedua tangannya yang putih bersih.

Dia melihat seekor burung tengah bertengger di atas meja dapur toko roti, mirip sekali dengan sebuah boneka.

"Si..., siapa kamu ?", ucap Batang Dewi tersentak kaget kemudian berdiri cepat dari bangku kursi kayu sehingga menjatuhkan kursi itu. "BRUK !"

"Tenanglah ratuku ! Aku adalah burung rajawali kesayanganmu sewaktu dirimu masih menjadi seorang ratu di Kerajaan Palawa !", ucap burung rajawali yang mirip boneka.

"Burung rajawali ? D--dan... Bagaimana bisa kamu berbicara layaknya manusia ? Bukankah kamu seekor burung ?", tanya Batang Dewi gugup.

"Benar Batang Dewi, aku memang seekor burung rajawali tetapi aku dapat berbicara dan sekarang aku adalah sebuah sistem yang dapat memandumu untuk melewati hari-harimu menjalankan kehidupan barumu", sahut burung rajawali.

"Sistem ? Kamu adalah sistem berbentuk rajawali ? Apakah ini bukan mimpi atau ilusiku setelah mengalami reinkarnasi !?", ucap Batang Dewi bertanya-tanya.

"Benar, aku adalah sistem khusus yang tercipta dari burung rajawali kesayanganmu yang ikut mati di medan perang karena terkena racun panah di tubuhmu saat aku hendak menyelamatkanmu tetapi aku gagal melakukannya", jawab burung rajawali yang merupakan sistem ajaib itu.

"Oh Tuhan !? Ini sangat sulit dipercaya tetapi aku tidak dapat menyangkalnya karena yang kualami adalah benar-benar nyata !?", ucap Batang Dewi seraya menutup rapat mulutnya dengan kedua telapak tangannya.

"Sulit memang untuk dipercaya tetapi sekarang inilah aku, burung rajawali berupa sistem ajaib yang bisa berbicara yang diciptakan oleh hakim akherat untuk menemani kamu di dunia baru ini, Batang Dewi !", kata burung rajawali.

"Ak...Aku mengerti dan aku mempercayainya, ternyata hakim akherat memang berwelas asih kepadaku mungkin karena ia melihat kematianku yang sangat mengenaskan itu", ucap Batang Dewi tertegun.

"Benar sekali karena itulah hakim akherat mengirimku ke dunia ini ke masa depan untuk membantu mu menjalani kehidupanmu", kata burung rajawali.

Batang Dewi terharu sekali saat mendengar ucapan burung rajawali yang merupakan hewan kesayangannya di masa lalu.

Ukuran tubuh rajawali kesayangannya saat Batang Dewi masih menjadi ratu berkuasa, berukuran sangatlah besar hampir mirip raksasa sedangkan ukuran rajawali sekarang ini hampir mirip ukuran sebuah boneka.

"Baiklah, sekarang apa yang harus aku lakukan untuk membantumu ?", tanya rajawali.

"Membantuku ? Maksudmu kamu datang untuk membantuku ?", tanya Batang Dewi.

"Tentu saja karena itulah aku tercipta, saat mendengar tangisanmu yang terhubung ke dalam hatimu secara tidak langsung itu terhubung ke sistem rajawaliku", sahut rajawali.

"Oh begitu !? Tapi ini sangatlah hebat sekali karena kamu bisa berbicara dan seajaib itu, kalau boleh tahu, apakah itu sistem ?", tanya Batang Dewi.

"Sistem berasal dari bahasa Latin dan bahasa Yunani adalah suatu kesatuan yang terdiri atas komponen atau elemen yang dihubungkan bersama untuk memudahkan aliran informasi, materi, atau energi untuk mencapai suatu tujuan. Mungkin agak rumit untuk di mengerti sekarang tetapi pelan-pelan kamu akan memahaminya setelah aku memberimu petunjuk nanti", jawab sistem berupa rajawali.

"Panjang..., panjang sekali pengertiannya..., terus terang aku masih tidak mengerti !?", ucap Batang Dewi tersipu malu.

"Tidak apa-apa, nanti kamu akan mengerti, sekarang apa yang bisa aku bantu di toko roti ini ?", tanya rajawali.

Batang Dewi lalu menceritakan semua permasalahannya yang kini ia hadapi di toko roti Italia, jika ia kesulitan untuk membuat roti Italia yang harus ia jual hari ini sedangkan toko akan buka dua jam lagi.

"Mmmm..., seperti itu ceritanya. Baiklah aku akan membantumu", kata rajawali.

"Oh iya !? Benarkah itu !?", ucap Batang Dewi terkejut senang.

KLING...

KLING...

KLING...

Muncul sebuah papan tuts dari emas di atas meja dapur toko roti.

Batang Dewi tersentak kaget sekaligus takjub saat melihat keajaiban yang ada di hadapannya itu.

"Tekanlah tuts besar bernomer sebelas itu !", kata rajawali memberi perintah.

"Tuts nomer sebelas ya !? Baiklah aku akan menekannya !", ucap Batang Dewi.

Muncul layar komputer berwarna emas terang di atas papan tuts.

"Sekarang jawab pertanyaan di dalam layar itu dengan benar maka akan ada petunjuk untuk membantumu untuk membuat roti Italia", ucap rajawali.

Batang Dewi terlihat sibuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada di layar komputer itu setelah itu muncul paduan membuat roti secara kilat.

Dia langsung menekan paduan berbentuk buku dan keluarlah pengaduk adonan terbuat dari emas berkilauan.

"Pakailah benda itu untuk membuat roti sesuai resep !", ucap rajawali.

"Baiklah, aku akan mencoba membuat roti", sahut Batang Dewi.

Beberapa jam kemudian adonan roti telah berhasil dibuat oleh Batang Dewi dengan mengikuti petunjuk pada resep dan sesuai takarannya.

Batang Dewi tidak hanya membuat satu adonan roti saja tetapi ia mampu membuat berbagai macam adonan roti mulai adonan roti untuk Focaccia, Schiacciata, Panettone, Pandoro, Farinata di ceci hingga Ciabatta.

Dia dapat membuat enam adonan roti sekaligus dengan bantuan pengaduk adonan dari emas yang ajaib itu.

"Ya Tuhanku ! Aku berhasil membuat adonan roti dengan benar ! Terimakasih Tuhan telah menolongku mengirimkan rajawali ini kepadaku !", teriak Batang Dewi senang.

Batang Dewi lalu memasukkan enam jenis adonan roti yang telah mengembang itu yang telah ia bentuk sesuai jenis rotinya ke dalam oven besar, satu adonan roti bisa menghasilkan banyak adonan roti dan dia membuat enam jenis adonan roti.

Akhirnya Batang Dewi telah berhasil menyelesaikan pekerjaannya membuat enam jenis roti untuk ia jual di toko roti.

"Masih tersisa waktu lima belas menit, aku akan membersihkan toko dan menata roti-roti itu ke dalam etalase lemari toko sebelum aku membuka toko roti ini", ucap Batang Dewi.

Batang Dewi lalu memasukkan roti-roti ke dalam lemari etalase toko roti kemudian ia pergi keluar untuk membersihkan beranda toko roti.

Tiba-tiba ia melihat seseorang tergeletak di depan beranda tokonya, tak bergerak dan penuh luka di sekujur tubuhnya.

Pria yang asing bagi dirinya karena tidak pernah melihat pria itu sebelumnya di daerah toko tempatnya bekerja.

Tubuh pria itu penuh dengan luka di sekujur tubuhnya dan masih tertinggal jejak noda darah di pakaian pria itu.

"Oh Tuhanku !", jerit Batang Dewi.

Dia melempar peralatan sapunya dan berlari cepat ke arah pria itu.

Batang Dewi yang merasa kasihan pada orang itu lalu menolongnya, tak disangka-sangka jika orang itu seorang pria yang lebih muda darinya.

"Aku akan membawa pria ini ke dalam toko, dapatkah kamu membantuku membuka pintu toko, rajawali ?", ucap Batang Dewi sembari merangkulkan lengan pria itu ke pundaknya.

"Baiklah aku akan mencoba membuka pintu toko roti, tunggulah sebentar !", sahut rajawali.

Satu hentakan pelan dari rajawali itu, mampu membuka folding gate yang mengunci rapat toko roti Italia, dengan cepat semuanya tampak tertata rapi secara ajaib dan toko roti Italia 1912 siap dibuka untuk khalayak ramai.

Batang Dewi langsung membawa pria asing itu masuk ke dalam toko kemudian menyandarkan pria yang tak sadarkan diri itu di kursi toko roti.

"Apakah kamu punya kotak obat P3K untuk membantuku mengobati sementara luka-luka di tubuh orang ini untuk menghentikan pendarahan, rajawali ?", tanya Batang Dewi panik.

"Ada, aku punya obat yang dapat menghentikan pendarahan", sahut rajawali.

"Tetapi pria asing ini tidak dapat meminum obat !? Bagaimana caranya ia dapat menelan obat !?", ucap Batang Dewi heran.

"Obatnya cukup dioleskan saja, satu olesan pada tubuh maka obat akan bekerja dengan sendirinya", kata rajawali.

Benar saja yang diucapkan oleh rajawali, darah yang tadi mengalir di tubuh pria asing itu langsung berhenti.

"Aku akan membawa pulang pria ini ke rumah, dan aku akan merawatnya, tolong bantu aku untuk mengurus toko roti ini dan setelah kamu selesai di toko segeralah pulang ke rumahku, kamu tahu bukan alamat rumahku yang baru ?", ucap Batang Dewi.

"Baiklah, aku mengerti", kata rajawali.

Gadis polos nan lugu itu membantunya tapi ia tidak tahu identitas pribadi pria muda itu yang sebenarnya.

Akhirnya Batang Dewi memutuskan untuk merawat pria itu dan membawanya ke rumahnya yang cukup jauh dari toko roti tempatnya bekerja dengan mengendarai vespa berwarna merah mudanya.

Batang Dewi membawa pria asing itu dengan menaiki tangga rumahnya seraya tertatih-tatih karena tubuh pria itu sangat berat sekali, dia berkali-kali jatuh saat memapah pria asing itu menuju masuk ke dalam rumahnya.

"Aduh berat sekali pria ini !?", gumam Batang Dewi lalu membaringkan pria asing itu di atas sofa panjang.

Hampir tiga jam lamanya, Batang Dewi merawat pria asing itu dengan sangat telaten, dan dia sangat sabar sekali saat merawat pria itu.

Membalut luka-luka di tubuh pria tersebut dengan perban yang ia olesi obat dari rajawali lalu mengganti pakaian pria asing yang penuh noda darah dengan kaos lebar miliknya.

Batang Dewi juga tidak lupa membalut kepala pria asing itu dengan perban yang ia olesi obat.

Dia terlihat sangat lelah setelah membuat roti Italia dalam jumlah banyak serta setelah selesai merawat pria asing yang penuh luka itu.

"Ehk !? Aku dimana ? Siapa kamu ?", pria asing itu tiba-tiba tersadar setelah pingsan selama tiga jam lebih.

"Kamu sudah sadar, ya !? Syukurlah ! Kamu ada di rumahku sekarang, tenanglah, aku telah mengobati luka-lukamu meski membutuhkan waktu lama untuk sembuh", sahut Batang Dewi.

"Terimakasih...", ucap pria asing itu.

"Mmm... Siapa namamu ?", tanya Batang Dewi lembut.

"Namaku !? Siapa namaku ? Siapa namaku ? Aku tidak ingat siapa namaku !?", ucap pria asing itu lemah.

"Tenanglah, tidak usah terlalu banyak berpikir dan bergerak karena luka-lukamu masih baru di obati, berbaringlah dahulu. Dan cobalah untuk tenang !", ucap Batang Dewi.

"Aku benar-benar tidak mengingat namaku, aku tidak tahu siapa namaku...", kata pria itu.

"Sudahlah, jangan berbicara lagi, tidurlah !", ucap Batang Dewi.

"Mmm... Kamu bisa memanggilku apa saja karena aku tidak ingat namaku...", ucap pria itu pelan.

"Baiklah... Bagaimana kalau aku memanggilmu "Jian" saja ? Aku rasa nama itu sangat cocok buatmu, sementara saja sampai kamu dapat mengingat kembali", ucap Batang Dewi.

"Mmm... Baiklah... Kamu bisa memanggilku dengan nama Jian...", sahut pria asing itu.

Pria itu lalu kembali tertidur lelap setelah tersadar sebentar, wajahnya terlihat sangat tenang sekali tidak seperti sebelumnya yang sangat gelisah.

Batang Dewi menyelimuti tubuh pria asing itu dengan selimut tebal dan memandangi wajah pria yang sangat muda itu dengan hati lega setelah berhasil merawatnya dari tempat duduknya yang ada di seberang sofa rumahnya.

Gadis lugu itu lalu bersandar di lengan kursi yang di alasi bantalan empuk serta ia ikut terlelap tidur karena kelelahan seharian bekerja keras di toko roti dan di rumah.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!