Plak.Seorang laki-laki tak sengaja mendengar suara tamparan keras yang diikuti rintihan seorang perempuan.Dirinya yang hendak bertemu dengan salah satu Client nya,harus tertunda dengan adanya suara yang mengganggu pendengaran nya.
Awalnya laki-laki itu pikir tidak terlalu penting ikut campur dengan urusan orang lain,Namun suara itu seperti menahan langkahnya.Dirinya begitu berat untuk tak peduli.
Hingga dirinya mau tak mau mengikuti rasa penasarannya.Cukup jauh dari tempatnya tapi masih terlihat jelas Disudut lorong parkiran Hotel,dia mendapati seorang wanita muda yang berpakaian minim tersungkur di kaki wanita berbadan gemuk.Dengan pakaiannya yang berlebihan,memakai make up yang menor dan tak ketinggalan asesorisnya yang menampilkan jika wanita tersebut berkesan glamor.
Sebenarnya melihat kondisi wanita itu yang sangat memprihatinkan,dengan wajah dan tubuh yang penuh luka lebam.Laki-laki itu ingin mendekatinya dan menolongnya.
Namun Dirinya hanya diam karena dirinya bukan tipe laki-laki yang suka ikut campur urusan orang lain.Dia masih mencoba menelisik ada masalah apa sebenarnya.
Laki-laki itu pikir kenapa sesama perempuan dengan gampangnya melakukan kekerasan terhadap sesamanya?meskipun bila wanita muda itu salah bukan berarti dengan seenaknya menyiksanya.
Tak lama laki-laki itu kembali mendengar bahkan kali ini bisa melihat dengan jelas,saat wanita gemuk tersebut kembali menarik rambut wanita muda itu.
"Ah!"teriaknya menahan sakit.
suara tangisnya begitu menyayat hati.
"Kau tau berapa banyak kerugianku, hah"???
wanita yang di duga seorang muncikari
terlihat sedang menarik rambut Mira,
Wanita muda itu bernama Mira,memiliki tubuh tinggi semampai dan wajah cantik.Dia mendapatkan siksaan itu karena dirinya dengan berani menolak melayani pelanggan yang sudah membayarnya.
Profesinya yang sebagai wanita p******.Selain mendapatkan hinaan,dirinya juga kerap kali mendapatkan siksaan jika dirinya tak menuruti kemauan Nyonya Dolly.
Sebutan untuk seorang Muncikari, Bertahun-tahun Mira mengikutinya.Sebenarnya bukan kemauannya ingin seperti itu,Tapi karena suatu hal yang membuat dirinya terpaksa menjalani pekerjaan kotor itu.
Dirinya terpaksa karena harus mengganti biaya pengobatan ibunya pada nyonya Dolly.
"Ampuni saya nyonya,maafkan saya."
Dengan kasar nyonya Dolly menarik kembali rambut Mira,dirinya sudah tak perduli dengan suara rintihan kesakitan Mira.
Mira terus mengiba berharap kali ini dia dilepaskan.Sempat terlintas dipikirannya untuk mengakhiri hidupnya.
Namun bukankah menjadi seorang p****** saja sudah begitu besar dosanya?Lalu bagaimana jika dirinya mengakhiri hidupnya sendiri?
Dia merasa begitu nelangsa,mengapa Tuhan memberi cobaan begitu berat untuknya?Hingga dia pernah berjanji jika suatu saat ada seseorang yang menolongnya lepas dari belenggu ini.Dia ingin berubah menjadi orang yang lebih baik lagi.
"Sekarang bawa dia."ucap Nyonya Dolly geram,dia memerintahkan kedua pesuruhnya yang bertubuh kekar menyeret paksa tubuh tinggi Mira untuk masuk ke dalam mobilnya.
"Ampuni saya nyonya,Tolong lepaskan saya."Mira masih terus mengiba,menangis menahan sakit di sekujur tubuhnya,lelehan air matanya terlihat cukup deras.
Saat tubuh Mira yang hendak dimasukan,tangan seseorang langsung menghantam wajah salah satu pesuruh hingga terjerembab ke lantai.
"Lepaskan br*****k!"ucap Ardhan yang sudah tidak sabar untuk menghajar mereka.
Seketika Ardhan langsung menghantam keduanya.Cukup lama perkelahian itu. Hingga suara nyonya Dolly yang nyaring menghentikannya.
"Siapa kamu?berani ikut campur dengan urusanku!"ucapnya dengan marah.
Tatapan dingin tercetak di wajah Ardhan,matanya memerah serta rahang yang mengeras menahan kemarahan.
Sesaat dirinya mengingat masa lalu bagaimana perlakuan ayah tiri terhadap ibunya.
Siksaan fisik dan batin terhadap ibunya sering kali ditunjukkan di hadapan Ardhan kecil.
Saat itu dirinya hanya bisa menangis menyaksikan itu semua.Tubuhnya yang kecil sama sekali tak bisa melawan ayahnya.
Puncaknya ketika Ardhan melihat ibunya terikat di tepian ranjang dengan kondisi yang mengenaskan,pakaian yang dikenakan sudah tak berbentuk,wajah penuh lebam,dan banyak luka di sekujur tubuhnya.Hingga tak lama ibunya pun meninggal.
Selama ini Ardhan di rawat Asisten ibunya,namun setelah Ardhan beranjak dewasa dan mampu mengurus perusahaan keluarganya.tak lama asisten ibunya pun menyusul orang tua Ardhan.
Sampai sekarang Ardhan sama sekali tidak tau apa motif ayah tirinya yang tega melakukan itu semua.Hanya berselang 2 tahun Ayah tirinya meninggal di dalam penjara.
kejadian itu membuat Ardhan trauma dengan kekerasan,apalagi menyangkut perempuan.
"Apa yang kalian lakukan?"Ardhan berbalik tanya,setelah dirasa cukup tenang.Tapi masih dengan tatapan membunuhnya.
"kami hanya sedang bersenang-senang"ucap
dengan seringainya nyonya Dolly berjalan mendekati dengan gaya pongahnya.
"Apa kau butuh sesuatu tuan?"dirinya kembali bertanya.
"Aku pikir masih banyak wanita yang lebih menarik."lanjutnya lagi.Dia berpikir jika mungkin laki-laki ini salah satu pelanggan Mira.
Tanpa menjawab pertanyaan nyonya Dolly, Ardhan sama sekali tidak mengalihkan tatapannya.Dia masih menatap serius wanita gemuk itu.
Sedangkan Mira terlihat ketakutan,dirinya duduk meringkuk di samping mobil.
"Kau cukup katakan ingin yang seperti apa?"
"tipe halus atau kasar?"Tambahnya kemudian.
Mendengar pertanyaan yang menurut nya aneh, seketika Ardhan melirik sekilas ke arah Mira lalu kembali menatap tajam Nyonya Dolly.
"Kau cukup katakan berapa nominalnya?Tanpa harus kembali ketempat ini." jawabnya keluar dari pertanyaan.
Deg.Mira yang sejak tadi hanya diam menahan sakit,cukup kaget mendengar kata-katanya
dia pikir apa maksud laki-laki itu?
Apa dia ingin membantunya lepas dari belenggu ini?
Tapi apa alasannya,siapa laki-laki itu?begitu banyak pertanyaan yang ingin Mira ucapkan
namun dia bingung harus mengatakan seperti apa.
Mira langsung mendongak kepalanya,dengan masih penuh air mata pandangan mereka bertemu.
Jika pun benar seandainya laki-laki ini membantunya,Mira merasa sangat bersyukur.Karena setelah sekian lama tersiksa dirinya bisa lepas dengan bebas.
"Apa kau laki-laki kaya hingga berani menebus wanita ini?"ucapnya melirik ke arah Mira.
"Atau apa kau ingin menjadikannya simpanan?"tebaknya kemudian.
Dia berpikir tidak mungkin seseorang dengan berani mengeluarkan banyak uangnya hanya untuk mengeluarkan wanita panggilan seperti Mira tanpa adanya imbalan.
"cih,kamu lumayan juga ternyata."Dia masih berpikir jika Ardhan seperti salah satu pelanggannya.
"Katakan saja berapa yang aku keluarkan." Tanpa berpikir panjang Ardhan langsung mengatakannya,dia sama sekali tidak peduli berapa jumlah yang akan di keluarkan hanya untuk menolong wanita malang ini.
Mira yang sejak tadi hanya mendengarkan merasa bingung,haruskah dirinya senang karena seseorang akan melepaskan dirinya dari jerat Nyonya Dolly?atau masih ada belenggu lainnya yang menantinya?
Untuk sesaat dia hanya berpasrah dengan nasibnya,memohon agar Allah masih mau melindungi dirinya dari orang-orang yang berniat buruk terhadapnya.
Asalkan dia bisa Lepas dari pekerjaan kotor ini.
...****************...
Setelah perseteruannya dengan nyonya Dolly selesai, Ardhan langsung menghubungi sekretarisnya yang sebelumnya di perintahkan untuk menggantikan urusan bisnisnya.
Ardhan menyuruhnya mentransfer sejumlah uang yang di minta Nyonya Dolly lewat pesuruhnya.
Dany sekretaris Ardhan yang usianya sama sepertinya merasa bingung karena setau dirinya,atasannya tidak pernah tertarik dengan wanita,apalagi pekerja s*** seperti wanita yang di beli Ardhan.(Dany belum tau jika ardhan hanya menolong Mira saja).
"Kamu tidak apa-apa?"ucapnya Ardhan sedikit khawatir dengan wanita itu.Ardhan melepaskan Jasnya dan terlihat memakaikannya ke tubuh Mira.
Posisi Ardhan yang berdiri di depan Mira yang duduk di bangku,sehingga saat tatapan mata mereka bertemu.
Mira sempat terpana dengan apa yang di lakukan oleh Ardhan,merasa tersentuh dengan perhatian kecil itu.
"Ada apa ini,kenapa dengan jantungku?ingat Mira dia hanya menolong mu."ucapnya dalam hati.
Tapi setelah mengingat siapa dia, akhirnya dirinya merasa tahu diri.
"Aku baik-baik saja tuan,dan ini sudah biasa aku mendapatkan nya.Jadi tenang saja."jawab Mira dengan senyuman.
"Katakan padaku siapa nama kamu?"tanya Ardhan meliriknya sekilas,mereka duduk bersebelahan masih menunggu di Area parkiran.
"Mira."jawabnya singkat.
"Hanya itu?"tanya Ardhan mengerutkan keningnya.Dirinya merasa heran dengan nama Mira yang pikir Ardhan sangat singkat.
"Yah,yang kutahu hanya itu namaku.Ibuku tidak pernah menyinggung soal nama.Karena bagi kami nama itu tidak penting yang terpenting itu adalah Uang."ucapnya menatap Ardhan.
Mereka sama-sama terdiam cukup lama, Sama-sama saling menatap mata masing-masing.
"Mata itu,siapa kamu sebenarnya?"Ardhan melihat mata Mira yang kebiruan itu.
Hingga mereka dikagetkan dengan kedatangan Dany.Mereka pun langsung berdiri.
"Semuanya sudah selesai tuan."ucap Dany sambil menyerahkan laporannya.
"Baguslah,serahkan saja di kantor karena lebih baik sekarang kita pergi dari sini."jawab Ardhan merasa puas dengan kerja sekretaris nya.
"Kita ke Rumah sakit sekarang."perintahnya terhadap sekretarisnya Begitu semua urusan selesai.
"Tidak usah tuan,cukup bawa aku pergi dari sini."Pintanya Mira memohon.Baginya rasa sakit di tubuhnya tidak terlalu penting sekarang.Mira hanya ingin keluar dari bayang-bayang penderitaannya.
Terlihat Dany melirik kearah Ardhan,seperti menanyakan keputusan apa yang hendak Ardhan lakukan.
"Baiklah,tapi setelah itu aku akan menyuruh orang mengobati lukamu itu."ucap Ardhan memutuskan.Sebenarnya dia begitu khawatir melihat luka Mira yang cukup parah.
Mira hanya mengangguk sambil tersenyum,dia merasa sangat bersyukur karena laki-laki menolongnya.
Lantas mereka langsung memasuki mobil dengan Mira yang dibantu Dany.Dengan posisi Dany di belakang setir ,Mira yang di tempatkan di kursi penumpang bagian belakang.
Dan Ardhan langsung duduk di samping sekretaris nya,tentu saja itu membuat Dany langsung menatap bingung atasannya.
tetapi detik kemudian Dany mengerti apa alasannya.
"Kita ke Apartemen,dan tempatkan dia di sana."ucapnya dengan tenang.
Melihat Dany yang diam, Ardhan tau kemana arah pikiran sekretarisnya.
"mm..maaf tuan,Apartemen siapa yang Anda maksud?"tanya Dany masih dengan kebingungannya.Karena pikirnya tidak mungkinkan di tempatkan di Apartemennya.
@Ngarep.com😁😁
Sedangkan Ardhan yang ditanya,hanya menatap dengan mata yang melotot tajam karena pikirnya seorang sekertaris harus tau apa yang di pikirkan atasannya.
"Ah,iya tuan saya mengerti."Jawabnya dengan menganggukkan kepalanya.
"ma-."
"CEPAT JALAN!"
Ucap Ardhan geram,langsung memotong sebelum dany menyelesaikan pertanyaannya.
Tanpa berpikir panjang Dany langsung tancap gas menuju tempat yang di maksud Bos besarnya.
Mobil Ardhan terlihat mulai keluar dari area parkir,Ardhan masih menatap ke arah depan.Dia seperti sedang memikirkan sesuatu.
Sedangkan Mira sejak memasuki mobil hanya memandang ke arah luar.Mira tidak terlalu memperdulikan keberadaan mereka,karena ia sedang berpikir kemana mereka membawanya?
Sejenak Mira diam merenung,meratapi nasib hidupnya.
"Adakah di luar sana yang sama sepertiku?hidup dalam penuh dosa,banyaknya hinaan yang di terimanya,selalu dianggap rendah oleh semua orang yang mengenalnya.Andai saja bisa mengulang waktu,Aku lebih memilih untuk tidak pernah di lahirkan.Namun itu salah,aku harus tetap bersyukur dengan jalan hidupku.Bukankah ada pepatah mengatakan jika Habis gelap pasti terbitlah Terang? Mungkin itulah jalan hidupku sekarang."
Sewaktu masih kecil,baginya dan ibunya bisa makan sudah membuat mereka merasa sedikit lega.
Tetapi semenjak kematian ibunya dan dirinya yang beranjak dewasa, Mira sedikit memikirkan seperti apa masa depannya.
Apakah terus seperti itu?bergantian tangan-tangan penuh nafsu bebas menjelajahi setiap lekuk tubuhnya,mencumbu, mengeksplor dengan gairah daerah-daerah sensitifnya.
Hanya demi beberapa lembar uang,dia harus menjadi manusia yg paling terkutuk.
Terkadang dia bertanya Mengapa dia dilahirkan dari rahim seorang p******?
TUHAN,,,apa dia masih punya kesempatan?
dia merasa sangat kotor,Hina.
banyak orang yang memandangnya jijik, merendahkan pekerjaannya.
seakan mereka manusia yang paling bersih,paling benar, jauh dari kesalahan
jika Mira bisa memilih tentu saja dia tidak ingin seperti itu.
sekarang setelah dia bisa lepas dari belenggu nyonya Dolly,apa yang harus dia lakukan?
Mungkinkah sekarang ganti menjadi wanita simpanan laki-laki ini,mengingat laki-laki ini telah membelinya.
tanpa terasa setetes air kepedihan jatuh di genggaman tangannya.meratapi nasibnya yang sedemikian buruk jauh dari kata indah.
sekali lagi Mira melirik ke arah laki-laki di depannya,dia pikir siapa sebenarnya laki-laki ini,Mira bertanya apa tujuan sebenarnya laki-laki ini membantunya.
Suasana hening tercipta di dalam mobil Ardhan.
"Apa mereka sudah saling kenal sebelumnya?kenapa aneh sekali suasananya?"ucap Dany dalam hati.
Dirinya mendapati raut wajah Ardhan yang tak biasa.
Hingga suara Mira mengawali pembicaraan mereka.
"Terimakasih banyak tuan atas bantuan anda,dan maaf karena saya,tuan harus kehilangan banyak uang."ucap Mira tulus.
"Tidak apa-apa,kamu cukup obati saja luka kamu terlebih dulu."jawab Ardhan, sebenernya dia juga merasa heran dengan dirinya sendiri.mengapa dirinya mau menolong wanita seperti Mira?pikir Ardhan dalam hati.
"Apa sudah lama seperti itu?"Ardhan tidak sadar jika pertanyaannya menuju keranah pribadi."Tidak usah kau jawab."lanjutnya setelah tau jika dirinya salah pertanyaan.
Lagi-lagi Ardhan menunjukkan tingkah anehnya.Karena sempat melirik Mira dari kaca spion,terlihat senyum manis di bibirnya.Meskipun ada luka lebam di sekitar bibirnya,tetap tidak mengurangi kecantikannya.
Dan itu tak luput dari pengawasan Dany.Dia pikir tumben atasannya melirik perempuan.karena biasanya Ardhan akan terlihat marah jika di dekati perempuan-perempuan yang haus akan kemewahan atau sekedar menilai tampangnya saja.
...****************...
flashback.
Di halaman bangunan panti, terlihat sekumpulan anak -anak sedang bermain.
"kakak sakit!"jeritnya kesakitan.Terlihat anak usia sekitar delapan tahun duduk meringis sambil memegang lututnya.
Seorang wanita dengan atasan tunik coklat selutut dan bawahan celana jeans berlari-lari kecil.Dirinya menyusul ke asal suara.setelah sampai dia langsung berjongkok mensejajarkan badan anak kecil itu untuk melihat apa yang terjadi.
"Kak Mira sakit."Ucapnya dengan menunjuk lututnya yang berdarah.
Perempuan muda itu bernama Mira,jika hari libur dia selalu datang ke panti,atau saat perasaannya sedih,dia selalu menyempatkan diri untuk berkunjung.
Minimal hatinya sedikit damai,setelah bermain dengan anak-anak panti atau sekedar membantu yang lain.
"Tidak apa-apa ini hanya luka kecil."jawab Mira menenangkan anak laki-laki itu.
Tak berapa lama terlihat sosok wanita paruh baya yang berhijab mendekati mereka.
"Kenapa Adi Mir?"Tanyanya pada Mira.Karena cukup lama kepergian Mira,sehingga dirinya merasa khawatir.
"Tidak apa-apa Bu, sepertinya Adi hanya terjatuh dari sepedanya."jawabnya,karena Adi sudah mengatakan demikian terhadap dirinya.
Setelah mereka masuk ke dalam rumah panti,Tak lama karena hari mulai cukup sore,Mira akhirnya berpamitan untuk pulang.
"Mira pulang ya Bu."ucapnya sambil mencium punggung tangan Bu Fatimah.
Beliau adalah yang mengurus dan bertanggung jawab segala urusan di panti asuhan itu.
"Terimakasih ya Mir,sudah membantu ibu."ucapnya tulus.
Mira akhirnya keluar dari panti itu.Sampai di depan pintu gerbang ,Mira berbalik menatap kosong pada bangunan.
"Andai aku bisa memilih akan lebih baik jika aku hidup tanpa orang tua,tanpa perlu terus merasa berdosa setiap waktu.Seperti mereka
aku benar-benar iri,walaupun tak merasakan kasih sayang orang tua seenggaknya masih ada orang yang mencintai mereka.
"Sedangkan aku benar-benar miris,hanya tatapan merendahkan."ucapnya lirih.
Karena terlalu serius melamun.Mira tak menyadari ada sosok laki-laki yang ada di belakangnya.tentu saja dia pun mendengar semua ucapannya.
Dan saat berbalik Mira sontak terkejut.sempat hening hanya saling menatap,melihat laki-laki itu tidak bergeming oleh karena itu Mira bermaksud pergi namun saat hendak melangkah,seakan ada yang menahan langkahnya Mira langsung berhenti meresapi kata-kata yang laki-laki itu ucapkan.
Kata-kata yang membuat Mira yakin untuk merubah hidupnya.
Mereka belum menyadari jika pertemuan itu cukup berkesan,hingga di pertemuan selanjutnya.
"Seburuk apapun masa lalu Mu yakinlah jika masa dapan Mu masih suci."
...----------------...
Kembali kedalam mobil Ardhan.
Setelah cukup jauh perjalanan mereka karena berbeda kota tempat tinggal mereka.
Mobil mulai memasuki area parkir,
dengan sigap Dany langsung membukakan pintu bos besar (sebutan Dany untuk atasannya).
"Keluarlah"ucap Ardhan
karena Mira sama sekali belum beranjak turun,dia pun menurut,lantas Ardhan langsung berjalan masuk di ikuti Mira dan sekretaris nya.
Saat sudah sampai di depan pintu apartemen,lagi-lagi Mira diam mematung
dia ragu,apa yang akan terjadi selanjutnya.
Apa dia akan di suruh bekerja, memuaskan hasrat laki-laki ini,jika iya kenapa tuhan tidak memberi nya kesempatan?Dia sudah bertekad untuk berubah.Tapi kenapa hal seperti ini terus terjadi.
"Aku tidak serendah itu,jadi masuklah."Ardhan tau apa yang wanita ini pikirkan.Baginya hal seperti itu jauh dari pikirannya.
Mira cukup lega mendengar jawaban Ardhan,setidaknya sedikit laki-laki ini bisa di percaya.
Ardhan langsung masuk ke dalam kamarnya sendiri,tak lama dia keluar sambil membawa beberapa barang penting dirinya.
Sedangkan sang asisten,hanya berdiri di belakang Mira sesekali melirik ke arahnya.
Dany laki-laki normal ,apalagi belum sama sekali menjalin cinta.Jadi wajar saja dia terpesona dengan kecantikan serta kemolekan tubuh namira namun langsung di tepis nya mengingat Mira adalah milik bos besarnya(Dany masih berfikir Mira wanitanya ardhan)
"ingat Dany...dia milik bos Besar mu."🤦
"Kau tinggallah disini untuk sementara."ucap Ardhan tepat dihadapan Mira.
"Terserah dirimu sampai kapan,tapi maaf aku tidak bisa tinggal denganmu."ucap Ardhan dengan percaya diri.
"*C*ih,apa dia bilang?percaya diri sekali dia.Memangnya dia pikir aku ingin tinggal bersamanya? Meskipun aku ini p****** ah,bukan tapi akan jadi mantan.Bukan berarti aku mengharapkan dia tidur di sini."gumamnya dalam hati.
"Jika kau butuh sesuatu katakan saja pada nya" ucapnya lagi dengan melihat ke arah sang sekretaris nya.
"Panggilkan dokter untuk mengobati lukanya."Ucap Ardhan menunjuk ke Dany.Setelah berkata seperti itu,Ardhan langsung berjalan keluar dari Apartemennya.
"Baik tuan."jawabnya kemudian.
"Mari nona saya tunjukan kamarnya."ucap Dany mulai menunjukkan letak ruangan Apartemen itu pada Mira.
Apartemen yang hanya ada satu kamar tidur,Ruang kerja,dapur,dan ruang tv.Ardhan tidak begitu menyukai kemewahan.Karena Dia laki-laki penyuka hal-hal yang sederhana.
Kepribadiannya yang pendiam dan mandiri meskipun kadang bersikap dingin namun masih tetap jadi incaran kaum wanita muda di kalangan bisnisnya.
Bahkan kadang wanita yang menginginkannya memakai cara kotor untuk mendapatkan ardhan berada dipelukannya.
Seperti kejadian saat pesta perayaan ulang tahun perusahaan temannya di hotel dulu.Ardhan pernah di jebak dengan obat perangsang yang di campur dengan minumannya .
Seseorang membawanya ke salah satu kamar hotel.Namun di jalan mereka tidak sengaja menabrak seseorang yang dalam keadaan mabuk,menyebabkan kartu akses mereka tertukar.
Sesampainya di kamar Ardhan langsung di tinggalkan begitu saja,oleh karena itu dirinya langsung menuju kamar mandi,melakukan sesuatu untuk menghilangkan efek obat tersebut.Tapi nihil efeknya hanya meredakan saja.
Tak lama setelah kepergian orang yang mengantarnya.Terdengar seseorang membunyikan bel, Ardhan pun langsung membukakan pintu untuknya.Karena keadaan Ardhan yang masih dalam efek obat tersebut mengakibatkan dia tidak terlalu tau siapa yang datang.
Saat mereka sudah di dalam ,melihat siapa sosok yang datang,seketika aliran darah Ardhan berdesir hebat,jantung yang berpacu lebih kencang,hawa panas menyelimuti meskipun belum lama dirinya sehabis berendam air dingin.
Melihat tubuh molek dan seksi yang di depannya seakan Ardhan ingin langsung melahap semua yang pada diri wanita muda itu.
Dia sama sekali tak memperhatikan ekspresi wanita yang di depannya,baginya hasratnya lebih penting kala itu.Tak butuh waktu lama Ardhan langsung membawanya ke ranjang yang akan menjadi saksi bersatunya mereka.
Awalnya Ardhan begitu susah dan bisa dia lihat ekspresi wanita yang berada di bawahnya seperti menahan kesakitan,namun tidak bisa membuat Ardhan berhenti.
Ardhan kini lebih mendominasi,tapi lama kelamaan mereka sama -sama menikmati permainan masing-masing.*******-******* terdengar di begitu indah di ruangan tersebut.
Sampai akhirnya mereka berdua di puncaknya masing-masing seketika membuat Ardhan lelehan dan membuatnya langsung terlelap,berbeda dengan wanita yang justru langsung pergi setelah membersihkan dirinya.
...****************...
mohon maaf jika masih banyak kesalahan dalam penulisan /bahasa..
karena ini cerita pertamaku, jadi memaklumi aja yah🙏🙏
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!