Pov Rinta
Aku tak menyangka hidup berumah tangga selama lima tahun dengan mu seperti sia-sia. Kau tak menghargai aku yang mendampingi mu dari belum ada hingga kau mampu sekarang, Mas.
Apa kekurangan ku hingga kau mendua kan cinta kita. Sampai hati kau selingkuh dengan nya. Bagaimana nasib Kinanti putri kita jika dia dewasa nanti di cemooh karena tingkah mu Mas?
Segitu nya kau mementingkan syahwat mu tak memperdulikan aku dan putrimu. Apa kau tak takut dosa dan karma Mas? Ya, Allah aku mesti bagaimana? Aku sudah menurut dan tak banyak tanya pada-Mu.
Dia mantan mu berani nya dia meneror aku dan memaki-maki aku? Harus nya aku yang marah aku yang melabrak nya! Kok kebalikan nya? Dan kau juga masih membela dia dari pada aku istri mu?
Tega kau Mas. Jahat kau semoga keadaan ini akan kau alami seperti aku yang sakit ini. Dan kalian berencana membunuh ku. Setelah dia membunuh anakku. Sampai mati aku tak rela. Aku tak mau mati sebelum aku balas dendam. Ya Allah beri aku perlindungan mu. Aku tahu aku bukan hamba mu yang taat. Jika aku selamat aku ingin belajar lebih taat padaMu. Kirimkan aku penolong dan yang mau membimbing aku dari jalan sesat ini.
*****
Pov Arman
Maaaf sebesar-besarnya Arinta istri ku. Kau wanita sederhana yang cantik dan lembut. Kau selalu menyemangati ku kala aku terpuruk. Dan mendampingi ku hingga aku sukses.
Seandainya kau mau menerima dan menurut saat aku menduakan mu. Mungkin aku tak akan berlaku kejam pada-Mu. Aku mencintaimu dan juga mencintai nya. Aku tak bisa memilih di antara kalian berdua.
Cinta pertama ku belum usai, dan selalu masih tersimpan di hatiku. Kau sangat mengerti aku, sayang. Untuk kali ini aku bersikeras untuk mempertahankan hubungan kami. Maafkan jika aku egois. Aku benar-benar masih mencintai nya dan iba karena nasibnya tak seberuntung kamu.
Aku masih ingat kali pertama pertemuan kami, waktu itu dia dipukulin oleh suaminya. Yang nyatanya suka mabuk dan berjudi. Hartanya habis karena kalah judi dan mabuk-mabukan terus menerus.
Rasa iba ku pada nya juga rasa sayang ku masih tersimpan. Di rumah kontrakan yang kecil serta kumuh. Tempat lembab dan bocor di mana-mana. Aku hanya mengirimkan sembako dan keperluan lainnya. Sebagai tanda simpati saja.
Sehingga lama kemudian menjadi rasa sayang yang terjalin lagi. Dia memutuskan untuk berpisah dengan suaminya, sedikit lebih aku turut andil membantu nya berpisah dari suaminya. Uang memang berkuasa jika sudah berbicara maka semuanya beres.
Kemudian aku putuskan untuk membelikan rumah dan memberikan modal usaha untuk dia. Lama-lama jadi makin intim dan kami sudah melakukan sesuatu bukan seperti kekasih namun selayaknya suami istri.
Gairah seksual nya sangat tinggi dan memacu adrenalin ku untuk saling memuaskan. Sikap kelelakian ku di pertaruh kan. Seberapa besar gairah bercinta kami tak pernah puas lagi dan lagi.
Wajahnya memang tak secantik istri pertama ku. Namun ia sangat tahu apa yang ku mau di ranjang. Kulit nya sedikit gelap di banding dengan Arinta yang putih dan sintal. Namun ia sangat pandai bermain, sangat memuaskan bikin ketagihan.
Waktu ku bersama keluarga kecilku ku korban kan hanya demi dia. Aku selalu menginginkannya terus menerus, ku abaikan semua hanya demi bersama nya.
******
Pov Selly
Awal bertemu dengan Mas Arman malu nya setengah mati. Rasanya pengen mati saja. Bagaimana tidak? Aku yang meninggalkan dia karena yatim piatu dan kere (miskin) hanya kerja di toko bangunan saja. Kapan nikah nya jika gaji hanya habis bayar kos dan makan.
Untuk pacaran sama aku aja jajan nya di kaki lima. Itu saja bisa dihitung dengan jari. Bisa kebayang kalo nanti nikahan bagaimana hidup kami ke depannya. Untung saja aku bertemu dengan suamiku.
Lelaki mapan kerja kantor, punya mobil dan rumah. Senang hati aku terima dia saja dari pada Mas Arman. Sebut saja Mas Antok. Mas Antok tak kalah dengan Mas Arman.
Lembut, baik hati dan royal lagi, kami hanya berpacaran satu minggu lalu nikahan. Aku di boyong ke rumahnya megah minimalis. Kehidupan kami berjalan lancar selama tiga tahun usia pernikahan kami.
Namun menginjak usia pernikahan kami tahun ke empat, ia sudah mulai berubah. Menjadi uring-uringan. Mudah emosi dan ringan tangan. Mulut nya mengumpat sana sini bahasa kotor tak layak di katakan. Terlebih pada seorang istri. Belum lagi kabar buruk dia di mutasi yang ujung nya di PHK. Dia malas keluar apalagi membersihkan diri sendiri. Hanya minta makan dan tidur lalu menonton TV.
Suatu hari ia keluar rumah kupikir ia akan mencari pekerjaan. Nyatanya hanya pulang dalam keadaan mabuk. Barang yang ada di rumah satu persatu di jual nya.
Dan aku hanyalah diberi sekedar saja. Aku pun mulai mencari tambahan penghasilan dengan bekerja di tempat laundry. Mau bagaimana lagi uang tak cukup kan. Bertahan hidup atau menyerah itu tak mungkin.
Akhirnya rumah pun ikut di jual nya kami tinggal di rumah kontrak yang paling murah. Aku juga berjualan bakso keliling siapa tahu laku. Namun suatu hari suami ku datang merampas uang hasil jualan ku. Ia bahkan memukul aku. Para tetangga tak berani melerai karena kami sudah terbiasa dengan semuanya.
Lalu tiba-tiba Mas Arman datang dan menolong ku. Ku manfaatkan saja rasa simpati nya itu. Dengan mengiba di hadapan nya, aku tahu bahwa dia sangat perhatian dan tidak tega.
Terlebih ia masih menyayangi aku. Nyatanya dia memulai membantu aku. Aku kuat kan untuk merebutnya kembali ku tekad kan dengan memasang susuk.
Susuk pemikat untuk nya agar selalu memikirkan aku sengaja ku goda dia bak gayung bersambut kami melakukannya. Ia lebih perkasa dari suami ku.
Kami melakukan hal itu saat aku masih berstatus istri sah Mas Antok. Lalu aku katakan saja ingin pisah. Rasanya pengen selalu bersama dengan nya, itu alasan ku untuk menjerat nya. Dan ia pun melakukan hal yang ku inginkan.
Maafkan aku Mas Arman memanfaatkan mu juga aku terpaksa menyingkirkan istri mu. Jika kau tahu kebenarannya maka kau akan membenciku dan meninggalkan aku.
Lebih baik mati aku daripada aku kau tinggalkan. Mungkin caranya aku mencintaimu salah namun apa boleh buat. Semua upaya sudah kulakukan hanya mendapat kan mu.
Cinta mu adalah segalanya bagiku. Tanpa mu aku bisa apa? Tanpa mu hidup aku tak ada artinya. Kaulah yang ku cinta saat ini dan selamanya.
****
Komentar nya jangan terlalu jahat ya, kalimatnya. Please ? Aku kan sudah berusaha untuk membuat hiburan buat kalian para "Reader".Mohon di hargai.. Jika kasih masukan juga boleh kok. Di skip juga tidak apa. InsyaAllah iklas deh.
Karya ku lain ada juga dengan nick nama Riznu. Karena HP eror juga, lupa alamat email jadi bikin baru.. trimakasih ya, sudah mau mampir di karya-karya aku 🙏.
Mempunyai keluarga harmonis dan bahagia adalah impian setiap wanita yang menikah. Di cintai sang suami terlebih memiliki buah hati yang lucu di biduk mahligai rumah tangga.
Praang. Suara piring jatuh di lantai karena di banting ke lantai. Arinta yang baru saja menyiapkan tas sang anak terkejut. Bergegas berlari kecil menuju dapur yang jadi satu dengan ruang makan.
"Kau gila ya? Makanan basi kau suruh aku makan! Mau bunuh aku? " Tuding Arman kepada Arinta.
Arinta hanya memandang sendu, lagi-lagi drama pagi di gelar. Akhir-akhir ini banyak sekali kejadian yang di buat sang suami.
Arman seorang lelaki yang sukses dalam bisnisnya memiliki istri yang cantik dan putri cantik yang lucu. Dengan rumah besar nya walaupun tidak tingkat namun cukup besar dengan satu asisten rumah tangga yang membantu kegiatan Arinta.
"Dasar wanita pemalas. Masak begitu saja tidak becus! " Hardik Arman, Arinta tak menjawab Arinta menjawabnya . Jika Arinta menjawab nya yang ada emosinya Arman bertambah dan meledak-ledak. Arinta tak ingin anaknya mendengarkan kata kasar ayahnya. Juga malu pada asisten rumah tangga nya yang sudah berusia, sama seperti ibunya.
Walaupun Arinta sudah yatim-piatu namun Arinta sangat menghargai wanita tersebut walaupun dia cuma asisten rumah tangga. Arman berlalu meraih kunci mobilnya berlalu begitu saja. Tanpa memperdulikan orang sekitar nya.
Kinanti menangis. "Papa jahat Ma. Masakan Mama enak di katakan basi. " Adu nya terus menangis. Arinta memeluk sang buah hati menenangkan nya.
Bibi Rumi menyapu piring pecah beserta nasi lauk yang berserak di lantai sambil menghela nafas, iba pada majikannya. Masih ada keganjilan lainnya.
Biasanya sepulang kerja Arman akan menyapanya halus dengan kecupan mesra pipi atau kening. Lalu menghujami ciuman di seluruh tubuh putri kecil mereka.
****
Pov Arinta
Mas Arman sudah berubah enam bulan ini kenapa? Seperti nya aku tak berbuat salah. Pasti nya ada yang di sembunyikan dariku. Namun apa? Acapkali ia berkata kasar tak semanis dulu.
"Sampai kapan ini ya, Allah. Rumah tangga ku seperti ini. Yang ada rasa sakit semuanya tak seindah dulu dan tak ada kebahagian, apalagi senyum terlebih lagi canda tawa lagi. "
"Mas Arman kau benar-benar berubah menjadi lebih kasar, jangan kan menyapa tersenyum pun tak pernah lagi, tak pernah sekali pun kau menghargai aku lagi. "
****
"Arinta, dimana kau simpan jam ku yang terbaru? " Teriak Arman bertanya dengan menatap tajam pada istrinya.
"Bukannya kemarin Mas Arman sudah tidak memakainya? Sudah dua hari ini Mas mengenakan jam yang ini! " Tunjuk Arinta pada sebuah jam di atas nakas.
"Dan jam itu sudah tidak ada di tempat nya, tempat nya kosong tepatnya tiga hari lalu, ku pikir Mas titipkan untuk di bersihkan seperti biasanya, Mas selalu melakukan perawatan pada koleksi jam Mas. " Sahut Arinta.
Lelaki itu membalasnya dengan menatap nya bengis. "Apa tak kau jual buat kau bersenang-senang ? " Tuding nya.
"Astagfirullah, Mas. Aku tak seperti itu! Tega kau menuduh ku! " Jawab Anita sembari menatap kecewa suaminya. Namun lelaki itu mengacuhkan nya.
"Wanita pemalas dan bau seperti kamu biasanya suka jajan kemana. Pasti kau merasa kurang uang belanja yang kuberikan jadi nya jam ku kau jual! " Ujar nya sewot sambil berlalu ke kamar mandi.
Arinta hanya duduk di tepi ranjang sambil menahan sesak di dada menahan air matanya yang akan turun. Brak. Dengan kasar ia keluar dari kamar mandi sama hal nya saat ia masuk tadi. Menuju walk in closed. Terdengar suaranya yang lantang.
"Arinta kenapa baju ku kusut seperti ini mana bau lagi! Dasarnya pemalas begitu saja tak becus! " Lagi-lagi Arman menuding nya juga memaki nya.
"Mana pernah kau mengerjakan semuanya dengan benar. Tak pernah ada yang beres! " Arman mengomel sepanjang dia berjalan di dalam kamar mereka. Mengacuhkan wanita pendamping nya selama delapan tahun terakhir ini.
Arinta mengambil baju-baju yang berserak di lantai tanpa bersuara menahan isak tangis nya kala Arman melemparkan koleksi kemejanya. Dan pilihan nya pada kemeja berwarna creamy. Arinta mengerutkan alisnya seperti nya ia belum pernah membeli kemeja berwarna seperti itu.
"Minggir! Kau menghalangi jalanku Pemalas! " Arman menendang tubuh istri nya tanpa perasaan.
"Auw. " Arinta mengaduh kecil saat tubuhnya terhempas ke samping membentur ranjang. "Untung saja Kinan tak ada. Bagaimana jika dia melihat semuanya. Pasti dia akan bertambah terluka karena Papa nya. " Batin Arinta perih.
"Sampai kapan ini ya, Allah. " Batin Arinta sesak sambil menatap kepergian sang suami yang membawa mobil kesayangannya entah kemana lagi pergi nya. Arinta hanya tergugu meremas pakaian suaminya dengan gemuruh amarah dan rasa sedih nya.
"Selama ini aku menjadi istri yang menurut Mas. Tak banyak menuntut juga tak menyukai kegiatan sosialita. Menjaga kehormatan ku sebagai istri walaupun aku bukan wanita berhijab seperti wanita muslim yang taat, aku juga tak kalah sama kuat nya. "
"Mengapa kau melirik wanita lain? Apa masalah nya, apa salah ku Mas? Di mana letaknya kesalahan aku, aku akan memperbaiki nya. " Pikiran Arinta berkecamuk tak karuan.
Setelah ia tenang ia menata baju-baju itu di keranjang untuk ia setrika lagi. Bibi Rumi melihat nya membawa setumpuk pakaian buru-buru membantu nya.
"Biar saya saja Nyonya. Sebaik nya Nyonya istirahat saja. Kelihatan nya itu lebih Anda butuhkan untuk saat ini. " Saran Bibi Rumi pada majikannya.
"Terima kasih. Bibi Rumi. Tolong katakan pada Kinanti, Mama istirahat sedang kurang enak badan. " Kata Arinta setelah memberikan setumpuk pakaiannya.
"Bibi jika capek di sambung besuk juga tak mengapa. " Lanjut Arinta setelah terpaku sesaat menatap wanita paruh baya itu.
"Iya Nyonya. Jangan khawatir, aku akan melakukan hal yang diperintahkan Nyonya. " Ujar Bibi Rumi berusaha menenangkan majikannya.
Arinta memutuskan untuk membaringkan tubuhnya. Mau bagaimanapun juga ia butuh istirahat. Dia mau putri nya mengetahui kesusahan hatinya.
Keesokannya. Hari menjelang malam Arman menginjak kan kakinya saat tiba di kediamannya. Arman melihat Arinta yang tengah menunggu nya namun tertidur di sofa tengah. Tepat nya ruangan yang digunakan untuk kegiatan mereka yakni ruang keluarga.
"Bangun hei babi! Dungu tak dengar panggilan aku? " Salak Arman. Arinta terjaga karena kaget mendengar suara nya yang lantang. Sedikit linglung namun tak menyadari jika Arman berdiri di depan nya.
"Maafkan aku letih dan ketiduran menunggu mu. " Jawab Arinta tergagap. "Dasarnya babi yang tak guna, bisa nya cuma makan tidur. " Omel Arman berlalu dengan melirik nya sinis.
"Tega nya kau Mas. Mengatai aku seperti itu! Bagai mana kata yang tepat untuk kamu Mas? " Batin Arinta sedih.
String. Suara notifikasi ponselnya berulangkali terdengar beruntun di ponsel suaminya, Arman. Ia melihat sepintas "Kita VC ya, Mas? ". Agak aneh di indera pikiran Arinta. Pasalnya itu pesan dari Pak Suryadi.
Nama seorang lelaki, "Kenapa juga dia VC sama Mas Arman. Jelas-jelas sama jenis kelamin nya. " Batin Arinta.
"Atau.... Apakah dari seorang wanita yang namanya di samarkan menjadi nama lelaki? "Batinnya bermonolog. Yang masih berpura-pura menata pakaian sang suami, saat Arman keluar dari kamar mandi.
Lelaki itu berjalan cepat saat melihat lampu ponselnya menyala. Dia tersenyum sendiri dan masuk kembali ke kamar mandi dengan ponselnya. Arinta hanya menggelengkan kepala pelan.
"Benar dugaan ku. Mas Arman memiliki kekasih lain. " Batin Arinta perih.
Ia meremas ujung dress nya berjalan keluar, sia-sia jika menguping jika ujung-ujungnya ia akan di maki habis-habisan. Ia tak mau lukanya bertambah menganga karena wanita yang tak tahu diri itu.
"Aku pastikan semuanya, penderitaan ini setetes demi setetes air mata ini kau akan mendapatkan balasannya berlipat-lipat. " Batin Arinta geram menahan air matanya luruh. Ia memilih menemani putrinya belajar dan bermain di kamar nya.
Makan malam berlalu dengan tenang tanpa drama yang panjang seperti biasanya. Dan ujung nya ia akan keluar rumah dengan sumpah serapah nya Arman kepada Arinta.
Kinanti berceloteh tentang sekolah nya dan ditanggapi Arinta dengan senyuman. Arman acuh saja tak perduli padanya seolah-olah keduanya tak nampak di depannya.
"Segitu cinta nya kau padanya Mas? Kau bahkan tak perduli pada darah daging mu sendiri. " Batin Arinta begitu getir tanpa menatap suaminya Arman. Yang mengacuhkan keberadaan mereka berdua.
Malam ini Arinta berpura-pura tertidur lelap.
"Halo... Kita VC sayang.. Istriku sudah tidur. " Bisik Arman sambil bangkit dari ranjang nya menuju balkon. Arinta yang berpura-pura tidur membelakangi nya sambil menangis berderai air mata. Hatinya terluka lagi.
"Sejahat itu kah kau padaku? Mengapa apa salah ku? " Batin Arinta getirnya. Sedangkan Arman tertawa bahagia di balkon. Masih terdengar hingga ke telinga walaupun tak keras namun cukup jelas. Lawan bicara Arman seorang wanita, suaranya mendayu manja terkadang mendesah.
"Makasih sayang. Itu indah sekali saat ku kenakan. Cantik. "
"Cantik lagi yang memakainya. Aku sungguh-sungguh mengatakan nya. "
" Ikh. Bisa saja Mas Arman. Seleramu sungguh... "
"Jelas dong. Siapa dulu yang memilih nya. "
" Aku tambah dech sayangnya, Muach. "
"Seberapa tambah sayangnya, mhn.. Cantik? "
"Yakin sayang? Hanya aku satu-satunya? "
"Tentu saja, sayang. Sudah larut malam, kau menguap terus... Selamat bobok dan mimpiin aku sayang. "
"Tentu sayang, sampai nanti kita bertemu lagi. "
Akhirnya pembicaraan mereka pun selesai dan Arman kembali ke sisi Arinta untuk merebahkan tubuhnya untuk mengistirahatkan dirinya.
Arinta masih terjaga hanya menahan nafas beserta kesedihan tanpa dapat berbuat apapun. Menangisi nasibnya, " Kenapa kau tak jujur saja Mas? Aku juga tak tahu harus bersikap bagaimana."
" Aku sudah yatim piatu dan tak memiliki apapun. Apa kau tak dapat melakukan nya demi anak, apa tak kau pikirkan bagaimana perasaannya Kinanti jika kau tak mencintai ku, Mas." Batin Arinta. Hingga akhirnya ia pun tertidur karena keletihan nya.
Keesokannya Arinta mendapatkan kesempatan membaca isi ponsel nya Arman. Karena lelaki itu sibuk dengan putrinya di halaman belakang. Bermain bersama menuruti keinginan buah hatinya. Arinta tak melihat foto wanita lain, di sana dalam galeri ponselnya hanya foto mereka sekeluarga. Juga pesan singkat di WA juga tidak ada yang mencurigakan. Tak ada bukti untuk menuntut nya atau memberatkan nya.
"Ya Allah beri aku petunjuk mu" Batin Arinta yang sudah bertekad untuk mencari bukti perselingkuhan nya Arman. Meski sudah mencarinya namun tak juga ia dapatkan satu pun jejaknya.
Hanya sepenggal kalimat. " Nanti kita VC saja" itu sudah tak dapat di gunakan untuk bukti. Hatinya kesal dengan meletakkan ponsel itu lagi di tempat nya. Ia melihat sang suami berjalan masuk buru-buru Arinta asyik dengan kegiatannya.
Arman tak curiga sama sekali. Tak lama terdengar notifikasi pesan masuk. Lelaki itu tersenyum bahagia melihat nya tanpa memperdulikan jika tingkahnya menjadi aneh bagi orang sekitar nya.
Layaknya orang yang kasmaran ia asyik dengan ponselnya, rebahan di sofa ataupun di ranjang nya cekikikan tak jelas seperti orang gila. Arinta tak berani menegurnya karena pernah ia mencobanya hasilnya?
Umpatan kasar dan caci maki keju keluar darinya terdengar di telinganya, Arinta malu pada putrinya karena anaknya mendengar kalimat cacian itu.
Yang tak layak di konsumsi oleh anak. Bagaimanapun ia harus menjaga perasaan putrinya. Arinta tak mungkin abai begitu saja, paling tidak ia berusaha semaksimalnya untuk tumbuh kembang buah hati nya.
**
"Kau sedang apa sayang? " Tanya Arman.
"Nungguin kamu sayang. " Suara Sinta mendayu.
"Kau kangen sama aku Cantik? " Goda Arman.
"Pasti nya sayang, lihat lah tak kau perhatikan aku di sini merindukanmu. " Jawab Sinta cepat.
"Aku sangat mencintaimu sayang.. " Lanjut Sinta.
"Kau sangat menggemaskan tahu tidak. " Kekehan kecil Arman lontarkan dengan menggoda.
"Aku sangat tak sabar bersama kamu Mas. " Rajukan manja setengah mendesah.
Panggilan beralih ke video call.
Mereka pun bertatap muka. Namun Arman bingung karena yang ada gambar hanya penuh dengan isi kamar Sinta.
"Mas... " Suara Sinta memanggilnya dengan sedikit mendesah.
"Sayang kau dimana? Katanya kangen". Arman mencebik kesal.
" Liat sayang... Aku mendambakan mu.. " Suara Sinta memanggilnya. Dan kamera beralih ke sebuah ranjang kosong.
"Sayang.. " Arman mencoba menahan kesal nya.
Tak lama terlihat tangan memenuhi kamera dan lalu berganti dengan wajah Sinta yang memenuhi layar benda pipih itu.
Ia menggoda Arman dengan senyuman dan kecupan yang dia lempar kan seolah-olah Arman di hadapan nya.
Kemudian berubah jadi keseluruhan bodynya Sinta nampak jelas dengan lingerie merah tanpa dalamnya. Ia melenggak lenggok menuju ranjang.
Arman menelan ludah karena terpancing hasrat nya. Menatap tak berkedip pada layar HP nya.
"Apa ini bukan bukti aku selalu merindukan mu. Uang belanjanya aku beliin baju favorit kamu sayang. Jika kita bersama di sini.. " Suara Sinta yang sedikit mendayu tak di hiraukan Arman.
Lelaki itu fokus pada lekukan tubuh Sinta yang sedikit berisi. Tidak kurus juga tidak terlalu gendut. Lelaki itu memperhatikan setiap pergerakannya, matanya berbinar hasrat kelelakian nya telah terpancing.
Arman pun mematikan ponselnya dan bangkit dari tempat nya berjalan keluar menuju mobilnya setelah menyambar kunci mobilnya. Arman sudah tak tahan lagi, ia tak dapat menahan nafsunya.
Mereka sudah pernah melakukan hal itu berulang kali. Bahkan entah kapan terakhir kalinya ia menyentuh sang istri Arman pub sudah tak ingat lagi.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!