Syabila siswa kelas XI SMA, putri dari pasangan Irfan dan Icha. Syabila tumbuh menjadi pribadi yang ramah dan tidak begitu menonjol di sekolah. Gadis berjilbab yang berusia 17 tahun ini memiliki seorang adik laki-laki yang usianya tidak jauh beda dengannya yang bernama Ari, kelas X SMA. Irfan dan Icha selalu memperhatikan perkembangan anak mereka, bahkan Icha khawatir jika Syabila mengikuti perkembangan anak jaman sekarang yang pacaran dan menjalin hubungan yang tidak jelas.
Suatu ketika saat makan malam Syabila ditanyai oleh Irfan tentang pertemanan dengan teman-temannya sejauh mana,
“Bila, kamu disekolah punya pacar ?” tanya Irfan.
“Enggak lah Yah.. masih SMA juga masak udah pacaranan..” jawab syabila sambil makan.
“Bagus, lagian nggak boleh lho ya pacaran..” tambah Icha.
“Iya Ma..”
“Mbak Syabil kan di sekolah nggak popular Ma.. mana mungkin dia punya pacar..” ledek Ari adiknya.
“Ih kamu ini dek, iya-iya yang popular di sekolah..”
Syabil yang diledek adiknya sedikit tidak terima, tapi memang benar Ari sangat popular di sekolah meskipun dia masih kelas X, wajahnya yang tampan menurun dari Irfan sehingga banyak cewek yang terpikat dengan ketampanannya, ditambah lagi dia anggota tim basket sekolah.
“Lho harus dong.. tau sendiri kan aku kayak gimana di sekolah, hehe..” kata Ari dengan percaya diri.
“Kamu juga Ari, jangan pacaran di sekolah..” pesan Irfan.
“Siap Yah!”
Di sekolah Syabil mempunyai dua sahabat dari kelas X mereka adalah Riri dan Intan. Kemanapun mereka selalu Bersama, contohnya ketika makan siang mereka ke kantin bersama. Suatu ketika mereka sedang berjalan menuju kantin, kedua teman Syabil yang tidak bisa diam berlarian di koridor dan membuat ketua OSIS yang kebetulan lewat memarahinya termasuk Syabil, padahal dia tidak ikutan berlari.
“Kalian dikoridor jangan lari, nanti bias nabrak siswa lain!” kata sang ketua OSIS.
“Yah ketemu ketua OSIS lagi, siap bos!” sahut Intan.
“Bila, kamu juga!” kata ketua OSIS.
“Aku kan nggak ikutan kok kena marah sih!” jawab Syabil dengan kesal.
“Kamu kan teman mereka!”
Ketua OSIS tetap ngotot menyalahkan Syabil juga karena memang dia melihat Syabil juga rame ketika berjalan. Syabil jadi kesal karena dia selalu kena padahal tidak melakukan apa-apa. Sebelum ketua OSIS pergi dia menepuk kepala Syabil menggunakan buku yang sedang dipegangnya.
“Alfa!” bentak Syabil.
Alfa sang ketua OSIS berlalu pergi dan menghiraukan Syabil yang kesal dengannya. Syabil kesal karena Alfa selalu menjahilinya, selain ketua OSIS, Alfa adalah anak dari Sepupu Ayahnya, yaitu Fira. Keduanya masih memiliki hubungan keluarga tapi ketika mereka bertemu pasti Alfa berbuat sesuatu yang membuatnya kesal.
“Bil, dia beda banget sama kamu, orangnya tegas banget!” kata Intan.
“Nggak tau dari sananya udah gitu, sebel deh aku!” jawab Syabil dengan mengerutkan alisnya
“Yuk deh ke kantin keburu masuk lagi!” ajak Riri
Sepulang sekolah Syabil melihat Mamanya yang sibuk di dapur Bersama Bibi yang membantu dirumah.
“Assalamu’alaikum Ma.. Bila pulang..” sapa Syabil dan menyalimi tangan mamanya.
“Wa’alaikum salam.. adik mu mana ?”
“Masih ada klub mungkin Ma..”
“Yaudah ganti baju sana habis itu bantuin Mama..”
“Mau ada acara apa Ma koku dah masak ?”
“Nanti ada tamu dirumah..”
“Ooh..”
Syabil segera masuk ke kamarnya dan ganti baju, lima belas menit kemudian dia keluar kamar dan ke dapur untuk membantu Mamanya masak. Malam harinya setelah Isya’ tamu yang dimaksud Mamanya tadi datang.
“Assalamu’alaikum…” salam seseorang di depan pintu rumah.
“Wa’alaikum salam.. masuk!” kata Irfan mempersilahkan tamunya masuk.
Tamunya malam itu berjumlah 3 orang dan satu anak kecil. Syabil yang penasaran siapa tamunya menghampiri ke ruang tamu, dia kaget setelah mengetahui siapa yang datang.
“Om Rian sama Tante Fira ?”
“Lho Syabila, sini nak sama Tante..” pinta Fira.
Dengan ramah Syabil menyalimi Rian dan Fira tak lupa dengan Adi si bungsu yang merupakan adik Alfa. Syabil melihat Alfa langsung cuek dan berlalu ke dapur membantu Mamanya.
Tidak lama kemudian Icha dan Syabil membawa minuman dan makanan ke ruang tamu untuk tamunya. Syabil yang mau kembali ke kamar dihentikan langkahnya oleh sang Ayah, Irfan memintanya untuk tetap disana bersama mereka. Ari juga ikutan nimbrung disana dan asik ngobrol dengan Alfa.
Mereka mengobrol sebentar membicarakan kabar masing-masing, dan tiba-tiba Irfan membahas hal serius, yang pada intinya mereka sudah menjodohkan Syabila dan Alfa. Syabila dan Alfa yang tidak tau apa-apa langsung kaget tiba-tiba di jodohkan terlebih dengan Alfa. ‘ Kenapa tiba-tiba jadi gini!’ batin Syabil.
“Bentar Yah, kok tiba-tiba ada perjodohan gini kenapa ?” tanya Syabil meminta penjelasan.
“Iya Pa! kok tiba-tiba gini sih ? tadi katanya cuman silaturrahmi aja!” protes Alfa juga.
Kedua orang tua mereka tersenyum, mereka sudah memprediksi kalau anak mereka akan protes tentang hal ini. Tapi rancana perjodohan ini sudah ada sejak mereka kecil dan mungkin mereka tidak ingat.
Syabil memberi isyarat pada Alfa untuk menolak perjodohan ini, dia masih belum ingin menikah mengingat usia mereka yang masih sangat muda. Alfa sebenarnya juga masih belum ingin menikah tapi melihat kedua orang tuanya yang menginginkan hal itu dan mungkin juga itu yang terbaik buatnya dia mencoba untuk berfikir dulu.
“Kalian tau sendiri kan jaman sekarang kayak apa pergaulan itu, Mama yakin Alfa bisa menjaga kamu, dan mungkin kamu nggak ingat dulu kamu dekat sekali sama Alfa..” terang Icha.
Syabil terdiam, dia mencoba mengingat-ingat kenangan masa kecilnya tapi tidak berhasil, apa benar kalau dia dan Alfa begitu dekat dulunya.
“Masak sih Ma ?”
“Iya kamu dulu sering menginap dirumah kita, malah kamu selalu ngikut sama Alfa!” tambah Rian.
“Kalian bisa memikirkannya dan kami berharap kalian setuju, nanti kita bicarakan untuk akadnya setelah itu..” kata Irfan yang mencoba memberi waktu anaknya.
“Yuk makan dulu, udah aku siapin!” ajak Icha.
Mereka semua langsung menuju ke ruang makan, karena memang sudah lapar. Syabil dan Alfa masih diam karena memikirkan perjodohan mereka yang tiba-tiba itu. Orang tua mereka sibuk bercengkrama setelah makan di ruang keluarga sambil nonton tv. Alfa dan Syabil memutuskan untuk berbicara di ruang tamu membahas tentang perjodohan mereka. Alfa dan Syabil masih diam tidak ada yang berinisiatif memulai percakapan, mau tidak mau syabil yang memulainya.
“Alfa gimana pendapat kamu tentang perjodohan ini ?” tanya syabil.
“Aku juga nggak tau Bil, orang tua aku pengennya gitu, mau nolak ya gimana..”
“Tapi Fa, kita kan masih sekolah, apa kata teman-teman dan guru nanti ?” tanya Syabil yang masih protes.
“Kan bisa dirahasiakan Bila..” kata Alfa dengan santai
Syabil langsung diam, bisa saja dirahasiakan tapi dia masih merasa belum siap jika harus menikah diusianya yang masih 17 tahun itu. Bila memperhatikan Alfa dengan intens, dia bisa menilai Alfa orang yang baik, meskipun sangat tegas, wajahnya juga tampan, sholeh, badannya juga tinggi. Tinggi syabil pun kalah, dia hanya sepundak Alfa, sehingga ketika berbicara dengannya dia harus mendongakkan kepalanya.
Jarak usia Alfa dan Syabil hampir satu tahun, Alfa sebenarnya lebih tua dibanding Syabil, Syabil wajahnya imut dan badan yang kecil shingga membuatnya terlihat masih sangat muda.
Keesokan harinya di sekolah Syabil tidak bisa berhenti memikirkan keputusan apa yang akan dia ambil, Mamanya sudah meminta dirinya untuk sholat Istikharah tiap malam dan sudah dia lakukan. Sesekali dia melamun di kelas, Intan teman sebangkunya langsung menegur dengan menepuk pundaknya.
“Bila !”
“Eh ada apa Tan ?” tanya Syabil ketika sudah sadar dari lamunannya.
“Kamu melamun apa sih ? masih pelajaran nih..” tanya Intan dengan suara pelan takut kedengeran guru.
“Hehe, maaf deh..”
Waktu istirahat Syabil dan kedua temannya makan siang di kantin, sambil makan mereka berbincang-bincang, lagi-lagi Syabil terlihat memikirkan sesuatu, kedua sahabatnya yang penasaran langsung menanyainya,
“Kamu kenapa Bil dari tadi melamun terus ?” tanya Riri.
“Eh nggak ada apa-apa kok Ri..” jawab Syabil yang berusaha menyembunyikan.
“Alah cerita aja Bil, kayak sama siapa aja..” tambah Intan.
Syabil tampak berfikir, bisakah kedua sahabatnya itu menjaga rahasia jika dia ceritakan, tapi dia percaya dengan mereka karena selama ini ketika dia curhat, mereka selalu mendengarkan dengan senang hati dan tidak pernah menceritakan pada siapapun bahkan memberi nasehat atau pendapat.
“Yaudah deh, nanti sepulang sekolah aku ceritain, tapi janji jangan kasih tau siapa siapa ?”
“Iya deh pasti, kita janji nggak bakalan ngomong kesiapa-siapa..” jawab kedua sahabatnya.
Syabil senang punya teman seperti mereka. Tidak lama kemudian Alfa dan Andi melewati mereka, Alfa melirik sebentar kearah Syabil yang sedang berbincang dengan kedua temannya lalu memesan makanan untuk makan siang. Syabil masih belum menyadari kehadiran Alfa yang duduk di bangku belakangnya, Intan yang duduk menghadap Syabil melihat Alfa langsung bereaksi,
“Eh ada pak ketos, tumben banget di kantin..” celoteh Intan.
Syabil spontan menoleh kebelakang, dan dilihatnya Alfa sedang makan bakso dan disampingnya ada Andi sahabatnya,
“Emang nggak boleh ya ? kalian aja yang nggak pernah liat aku di kantin..” jawab Alfa cuek.
“Huh, iya iya.. kita kan nggak pernah liat karena ketos kita yang super sibuk..” timpal Intan lagi.
Alfa tidak membalas tanggapan Intan dan terus makan, sementara Syabil hanya diam, dia merasa canggung ketika ada Alfa, mungkin karena dia dijodohkan dengannya. Karena terlalu canggung Syabil mengajak kedua sahabatnya kembali ke kelas.
Syabil sekilas melihat kearah Alfa yang tersenyum kecil padanya, spontan muka Syabil memerah dan langsung memalingkan mukanya. Alfa yang memperhatikan ekspresi Syabil langsung tersenyum kecil. Andi yang ada disebelahnya heran dengan ekspresi yang ditunjukkan Alfa.
“Kenapa kamu Fa ?” tanya Andi.
“Nggak ada apa-apa, udah belum ? yuk balik..” ajak Alfa
Sepulang sekolah Intan dan Riri menagih janji Syabil untuk menceritakan masalahnya, setelah kelas sepi Syabil mulai bercerita tentang masalahnya. Syabil menceritakan tentang keputusan orang tuanya untuk menikahkan dia dengan seseorang.
“Ha ? sama siapa Bil ?” tanya Riri yang terkejut.
“Ehm, sama si Ketos itu..” jawab Syabil dengan menangkup mukanya dengan kedua tangan.
“Ha ? sama si Alfa ? yakin kamu ?” tanya Intan yang kaget juga.
“Iya, ngapain aku bohong juga..”
Riri dan Intan terdiam, mereka tidak menyangka jika Syabil akan dinikahkan dengan Ketos yang terkenal galak dan ketegasannya. Mereka yang selalu kena masalah jika berhadapan dengannya.
“Terus kapan kamu ngasih jawaban ?” tanya Riri.
“Dalam waktu dekat sih..”
“Hmm.. kamu harus mikirin baik-baik Bil, kamu sendiri yang tau mana yang terbaik buat kamu..” kata Intan.
“Iya makasih banyak kalian udah mau mendengarkan curhatanku..” kata Syabil sambil tersenyum
Sesampainya di rumah Syabil melihat Mamanya sedang berbincang di telfon dan terlihat sangat bahagia, tidak sengaja dia menguping ternyata sedang mengobrol dengan tante Fira. Syabil sudah diberitahu kalau Mamanya dan Tante Fira sudah berteman sejak kuliah jadi mereka sangat akrab. Melihat keakraban orang tua mereka dia jadi tidak tega jika menolak perjodohannya dengan Alfa.
Malam itu Syabil mencoba sholat Istikharah lagi berharap dia mendapatkan jawaban dan kemantapan hati. Beberapa hari kemudian dia membuat keputusan, saat sarapan dia mencoba berbicara pada Ayah dan Mamanya.
“Yah aku pengen ngomong..” kata Syabil
“Iya ngomong aja Nak, ada apa ?” tanya Irfan.
“Mengenai perjodohan aku sama Alfa, aku memutuskan untuk menerimanya..” kata Syabil dengan mantap.
Raut wajah Irfan dan Icha terlihat ceriah dan sumringah, ‘Alhamdulillah..’ itu yang diucapkan mereka bersamaan.
“Akhirnya, langsung aja nanti Mama kabarin Fira dan meminta mereka datang nanti malam..” kata Icha dengan semangat.
“Mama semangat banget sih..” kata Ari.
Syabil tersenyum melihat orang tuanya senang, dia memutuskan untuk menerima perjodohan dengan Alfa sebagai bentuk baktinya pada kedua orang tuanya.
# To be Continue...
jangan lupa baca karya Author yg lainnya juga ya ada M.A.A.P dan wajib baca 'Fira & Rian' sebelum baca ini😁
p.s : boleh mampir juga di IG Author @firanafit, terimakasih 😍
Malam harinya keluarga Irfan datang tentu saja Alfa juga ikut. Mereka datang untuk mendengar jawaban dari Syabil yang menerima pernikahannya dengan Alfa. Fira begitu senang mendengar jawaban dari Syabil, dan para orang tua langsung menentukan tanggal akadnya, karena mereka masih SMA maka tidak akan ada resepsi, untuk akadnya juga hanya kerabat saja yang akan menghadiri, intinya mereka merahasiakan pernikahan itu.
Alfa dan Syabil hanya bisa menurut keputusan orang tua mereka, semuanya sudah disiapkan tinggal persiapan mereka sendiri saja. Akad dilaksanakan 2 minggu lagi, mungkin terbilang sangat cepat tapi begitulah keputusan kedua orang tua mereka.
“Bila kamu yakin ya mau nikah sama aku ?” tanya Alfa memastikan.
“Iya, kalau kamu Fa ?” tanya Syabil ganti.
“Aku nurut orang tua sih..” jawab Alfa datar.
Mendengar jawab Alfa, Syabil sedikit kecewa meskipun benar perjodohan mereka karena orang tua tapi entah kenapa Syabil kurang puas mendengar jawaban itu. Persiapan untuk akad mereka mulai dilakukan, orang tua mereka menghubungi beberapa sanak saudara di desa, Syabil dan Alfa juga memberitahu sahabat mereka tentang pernikahan ini. Semuanya turut senang mendengarnya.
Hari H, Syabil dimake up oleh perias kenalan Rian, make up yang dikenakan meskipun tipis dan sederhana tapi sudah cukup membuat wajah Syabil tampak cantik. Akad dilaksanakan di rumah Syabil di ruang tamu. Syabil menunggu di kamarnya menunggu Alfa mengucapkan ijab qabul.
SAH ! Alhamdulillah..
Terdengar dari kamar Syabil, dia langsung terharu mendengarnya, mulai saat itu dia sah menjadi istri Alfa. Icha masuk ke kamarnya dengan mata berkaca-kaca, melihat putri kesayangannya akan menjadi milik orang lain dan sudah bukan menjadi tanggung jawabnya.
“Selamat ya Nak, kamu sekarang menjadi istri Alfa, mama ikut senang..” kata Icha sambil memeluk Syabil.
“Ma.. “ Syabil tidak bisa menyembunyikan air matanya.
“Sudah-sudah jangan nangis, nanti make upnya luntur, yuk kita ke ruang tamu..” ajak Icha sambil menghapus air mata Syabil
Mereka pergi ke ruang tamu tempat akad berlangsung, disana Syabil melihat Alfa yang menggunakan jas serta kopyah hitam, tidak seperti biasanya Alfa terlihat tampan dimata Syabil dan berhasil membuatnya deg-deg an. Ada beberapa sanak saudara serta sahabat-sahabat Syabil dan Alfa, yaitu Intan, Riri dan Andi.
Syabil sudah ada di depan Alfa yang tersenyum kecil, mereka bertukar cincin dan syabil mencium tangan Alfa, dan Alfa mencium kening Syabil. Suasana mulai ramai dengan tepuk tangan, semua orang terlihat begitu senang dan mereka mengucapkan selamat pada kedua pengantin.
“Wah selamat ya bro, udah nikah duluan aja nih..” kata Andi memberi selamat.
“Makasih Di..”
“Selamat ya Bila, semoga pernikahan kalian sakinah, mawaddah wa rohmah..” kata Riri.
Syabil hanya membalas dengan tersenyum, dia sangat malu karena dilihat oleh banyak orang disana, sementara Alfa bersikap seperti biasa terlihat tidak canggung sama sekali.
Selesai acara para tamu sudah mulai pulang, tinggal orang tua Alfa dan Syabil. Hari itu Alfa menginap disana sebelum mereka pindah ke apartemen milik Alfa. Malam harinya Syabil duduk di depan meja riasnya dan menghapus make up tipis yang menempel di wajahnya, dari luar Alfa mengetuk pintu meminta izin untuk masuk dan dibolehkan oleh Syabil.
Saat masuk Alfa mengitari pandangannya kesetiap sudut ruangan, syabil yang melihatnya terheran,
“Ngapain liat-liat ?” tanya Syabil.
“Nggak apa-apa, ternyata kamar kamu rapi juga, kirain berantakan..” kata Alfa sambil duduk di pinggir tempat tidur.
“Huh, nggak lah aku kan anaknya rajin bersihin kamar..” Syabil menjawab dengan cuek mendapatkan pertanyaan itu dari Alfa.
“Heee…”
“Kalau mau mandi duluan aja..” kata Syabil kemudian
“Oke!”
Alfa kemudian membuka kopernya dan mengambil handuk dan baju ganti lalu masuk ke kamar mandi, sementara Syabil masih sibuk dengan makeup removernya.
Lima belas menit kemudian Alfa keluar dengan kaos polos dan celama training panjang, handuk yang melingkar dilehernya sambil mengusap rambutnya yang basah. Syabil yang melihatnya langsung terdiam, memperhatikan Alfa dari ujung kaki sampai ujung kepala.
Glek..
“Apa liat-liat ? naksir ya, hm ? tanya Alfa.
Seketika Syabil langsung memalingkan mukanya dan menunduk. Alfa langsung tertawa kecil melihat tingkah istrinya itu.
“GR kamu..”
Dengan cepat Syabil mengambil baju gantinya dan langsung masuk ke kamar mandi. Sedangkan Alfa merebahkan tubuhnya di tempat tidur dengan santai sambil membuka hpnya.
Sementara itu di kamar mandi, Syabil bingung ketika nanti kembali ke kamar harus tetap memakai jilbab atau tidak , akhirnya dia tetap memakai jilbab bergo nya dan memakai kaos lengan panjang serta celana training. Ketika membuka pindu kamar mandi, dia melihat Alfa yang dengan santai tiduran di kasurnya.
“Lho kok kamu udah tiduran di tempat tidurku sih ?” tanya Syabil.
“Kenapa ? emang nggak boleh ?” tanya Alfa
“Ya boleh sih, tapi..” ucapan Syabil masih menggantung.
“Kan kita udah sah, jadi boleh dong..”
Syabil tidak bisa berkata apa-apa lagi, dia sudah mulai ngantuk dan ingin merebahkan tubuhnya di tempat tidur, tapi disana ada Alfa.
“Kamu kalau mau tidur, tidur aja.. jangan berdiri terus disitu..” ucap Alfa yang seolah mengerti apa yang dipikirkan oleh Syabil.
Syabil sempat ragu tapi mau tidak mau dia menurut dan naik ke tempat tidur dan memiringkan tubuhnya membelakangi Alfa.
“Udah santai aja, cepet tidur besok kita sekolah..” kata Alfa lagi.
Syabil menurut, dan mulai memejamkan matanya, tapi tiba-tiba dia teringat sesuatu,
“kamu juga cepat tidur udah malam..”
Alfa yang mendengarnya tersenyum, setelah melihat syabil yang mulai tidur, dia meletakkan hpnya di meja kecil samping tempat tidur dan mulai ikut tidur disamping Syabil.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!