NovelToon NovelToon

Tetangga Sebelahku Pemuas Gairahku

1: BUKAN PERNIKAHAN

NAPAS Issabel naik turun saat klimaksnya tercapai. Terbaring lemas di ranjang setelah kesekian kalinya memuaskan gairahnya sendirian.

Tiba-tiba suara seseorang yang sedang bermain di dalam ponselnya teredam ketika notifikasi chat masuk bertubi-tubi. Dia mengambil ponsel itu dan menghentikan video po*no yang ditontonnya tadi. Membuka chat yang baru saja masuk.

Saat di buka, Issabel hanya bisa pasrah dengan mata berkaca-kaca, kala mengetahui Jonathan yang tak lain adalah suaminya itu bercinta dengan kekasihnya, Selena.

Hubungan mereka sudah diketahui Issabel dari awal pernikahan. Bahkan Jonathan terang-terangan dengan hubungannya. Ini semua sebenarnya bukan salah Issabel menikahi Jonathan, tapi sang ayah yang menjadikan dirinya bahan taruhan bisnis dengan ayah pria konglomerat itu.

Setelah ayah Issabel kalah taruhan, bisnis keluarganya bangkrut total dan sekarang ayahnya itu bekerja di bawah naungan ayah Jonathan. Jadi tidak mungkin Issabel menolak dan meminta cerai kepada Jonathan seenaknya. Bisa-bisa keluarganya menderita.

Jadilah selama tiga tahun Issabel menikah, dia tidak pernah disentuh oleh Jonathan. Apalagi pria tersebut memperlihatkan hubungannya dengan mengirimkan video atau foto dirinya sedang bercinta bersama sang kekasih.

Wanita yang masih berbaring tanpa busana itu mematikan ponselnya. Dia muak melihat video dan foto yang dikirim Jonathan. Alat bantu yang digunakan untuk memuaskan gairahnya dilempar ke sudut kamar. Issabel lelah dengan semua itu. Lelah menyembunyikan rasa amarah dan kesedihan selama tiga tahun menikah.

Satu-satunya yang membuat Issabel bertahan adalah keluarga. Namun jika ada kesempatan untuk berpisah dengan Jonathan, dia akan mengambil kesempatan itu. Karena bagaimanapun usaha Issabel untuk bertahan, Jonathan tidak akan berubah sama sekali.

Sebagai istri, Issabel tetap menghargai Jonathan dengan menutup rapat-rapat pernikahan mereka yang rusak karena hubungan kedua suaminya itu.

Terlebih Jonathan terkenal sebagai seorang pria yang baik, ramah, dan sopan. Keluarganya yang kaya pun sangat dihormati. Namun semua orang tertipu dengan wajahnya yang lugu. Di balik itu tersimpan sosok yang egois dan begitu murahan. Bahkan Jonathan tidak sekedar berselingkuh dengan kekasihnya, tapi sudah melebihi dari itu.

Mungkin saja, mereka berdua sudah menikah di belakang Issabel.

"Tunggu saja waktunya, aku akan membalaskan dendamku padamu Jo. Sampai kamu tau bagaimana penderitaanku selama ini!" Seru Issabel sembari melempar semua yang berada di hadapannya dengan begitu emosi.

Kelihatannya memang memilukan. Seorang wanita dengan wajah cantik serta bentuk tubuh yang anggun malah nyaris menjadi gila. Tetapi dia benar-benar terluka. Issabel sangat ingin merasakan bagaimana pernikahan itu sebenarnya, terlebih ingin memuaskan gairahnya dengan seorang pria bukannya alat bantu.

Tak cukup beberapa menit, Issabel sudah jatuh ke ranjang dan terlelap dalam kesedihannya.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Beberapa jam sebelum Jonathan pergi.

"Jo, kenapa sih kamu tidak tinggal sebentar saja di rumah ini?"

"Buat apa, hah? Buat ngelayanin kamu. Jangan harap Issabel. Kamu mau bilang aku ini suamimu? Ingat, Hubungan kita hanya sebatas status. Mending sekarang kamu bermain dengan alat bantu yang baru kupesan kemarin."

Issabel langsung melotot, pria di hadapannya itu benar-benar ingin menghabisi kesabarannya. Sementara Jonathan tersenyum licik, mengambil sebuah alat bantu berbentuk lonjong dan menyodorkannya. Issabel mau tidak mau mengambil benda itu dengan wajah datar.

"Semua kan sudah jelas di kertas yang kamu tanda tangani itu. Kita tidak benar-benar menikah untuk sebuah keturunan, tapi hanya untuk sebuah status. Oh iya, uang hari ini sudah aku transfer, kamu boleh menggunakannya apa saja. Atau mungkin ... membayar seorang pria malam ini," kata Jonathan sembari menuju pintu utama rumah mereka dan berhenti di depan rak sepatu.

Jonathan memberi sebuah kode yang jelas sangat dimengerti oleh Issabel. Istrinya itu pun langsung beranjak dan mengambilkan sepatu kulit hitam lalu memakaikannya ke kaki Jonathan.

"Istri pintar," puji Jonathan namun lebih seperti sebuah penghinaan.

Mereka pun berpisah untuk urusan masing-masing.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Saat ini sudah malam. Sekitar pukul sepuluh Jonathan mengendarai mobil merahnya dari hotel berbintang menuju ke bandara untuk menjemput sahabatnya yang bernama Dominic. Pria yang baru saja menghabiskan studinya di Australia, akan menetap di Inggris dan menjadi tetangga sebelah rumah Jonathan.

Walaupun Jonathan sedikit takut bila Dominic akan curiga dengan pernikahan sebatas statusnya dengan Issabel. Tapi mengingat Dominic adalah sahabatnya sejak kecil, membuat mau tidak mau menerima keputusan Dominic untuk tinggal bersebelahan.

"Semoga saja kehadiran Dominic tidak menambah kerumitan hidupku," gerutu Jonathan berusaha tetap fokus menyetir. "Ah! Tapi tetap dia harus kuawasi. Awas saja kalau sampai ada masalah setelah menjadi tetangga sebelahku. Akan kupermalukan dia." Jonathan mencengkeram stir dengan sangat erat.

Akhirnya pria tampan itu sampai di bandara. Ternyata Dominic sudah sejak tadi menunggu di depan bandara sambil melambaikan tangannya. Pria blasteran eropa itu masuk ke dalam mobil, kemudian memukul punggung Jonathan sebagai bentuk sapaan.

"Dominic? Benarkah ini kamu? Makin tampan saja kamu yah sekarang," goda Jonathan sembari tertawa lepas. "Aku sangat senang kamu bisa kembali. Soal wisudamu yang di Australia, maaf yah aku tidak bisa datang. Kamu sudah tau kan, aku sudah beristri. Jadi sibuk sama istri plus kerjaan di kantor."

"Iya Jo, santai saja. Saya sangat mengerti. By the way, bagaimana kabar istrimu, sudah punya belum? Sudah tiga tahun loh Jo."

"Kabarnya dia baik. Untuk urusan itu ... yah belum dikasih aja sama yang di Atas."

Dominic manggut-manggut. "Baguslah. Makanya kalau istri lagi mau jatah, langsung kasih. Setiap hari juga boleh, biar jadinya bisa cepat," katanya sambil tertawa dan sekali lagi memukul punggung sahabatnya itu.

Sebenarnya di hati kecil pria yang sudah menginjak kepala tiga itu terdapat rasa iri dengan kehidupan Jonathan. Dia tidak sekaya sahabatnya. Dan, meski sudah menyelesaikan studinya di Australia, dia belum puas jika belum mendapatkan sosok wanita yang dicintainya.

Ya, Dominic iri dengan hubungan Jonathan dengan Issabel yang terlihat sangat bahagia meski belum mendapatkan keturunan.

Sementara itu Jonathan terdiam. Keturunan? Pria itu tidak pernah memikirkan soal itu dengan Issabel. Tapi mungkin itu lebih baik jika dengan kekasihnya, Selena.

Lagipula itu adalah kesalahan Issabel bukan? Masuk ke antara hubungannya. Jadi tidak salah jika Jonathan mencintai Selena yang lebih dulu mengambil hatinya. Benar kan?

"Finally, saya akan menjadi tetangga sebelahmu. Saya jadi ingat, kamu suka menyuruh supir pribadimu mengantar dan menjemput saya untuk ke rumahmu karena jauh. Ingat tidak?" tanya Dominic bersemangat.

"Ingat dong. Semoga kamu betah yah jadi tetangga sebelahku," jawab Jonathan sama semangatnya.

Setelah menempuh beberapa jam, mereka pun sampai di depan rumah Dominic. Pria dengan tubuh tegap itu tersenyum berpamitan lalu masuk ke dalam rumahnya sambil membawa dua koper. Sementara Jonathan memarkir mobilnya terlebih dahulu di teras rumah kemudian mengendap masuk ke dalam.

...BERSAMBUNG...

2: TETANGGA SEBELAH

JONATHAN masuk ke kamar terlebih dahulu untuk mengambil bantal dan selimut. Awalnya wanita itu ingin tidur di ranjang, tetapi melihat kondisi Issabel yang tak berbusana serta aroma khas gairah wanita menyeruak di seluruh penjuru kamar membuatnya takut kebablasan.

Tak sengaja matanya menangkap wajah polos Issabel yang tertidur lelap. Entah kenapa ada rasa penyesalan di hati saat ini. Pernikahan mereka harusnya bisa baik-baik saja jika tidak dipaksakan.

Issabel tidak kalah cantiknya dari Selena. Malah mungkin kalau Jonathan lebih dulu bertemu dengan Issabel, dia akan lebih tertarik dengan wanita itu ketimbang Selena. Terlebih Issabel adalah sosok istri yang penyabar dan menerima Jonathan apa adanya.

Namun nasi telah menjadi bubur. Selena adalah cinta pertamanya. Mau apapun yang menghalangi cinta mereka, Jonathan akan tetap setia dengan sang kekasih. Dia tidak peduli bagaimana reaksi orang-orang ketika mengetahui hubungan gelapnya itu dan pernikahannya yang selama tiga tahun itu hanya sebatas status. Anyway, Selena is the only one in Jonathan's heart.

Jonathan pun sadar dari lamunannya dan keluar menuju ke ruang tamu. Sementara itu, Issabel ternyata belum terlelap. Wanita itu pun menarik kesimpulan dari tatapan Jonathan. Bahwa dia hanya butuh kesempatan untuk membuat lelaki itu cemburu agar menyadari perasaannya.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

DERRRRRTTTT

Suara jam weker berbunyi dengan sangat nyaring di samping tempat tidur. Issabel menghela napas berat dan langsung mematikan alarm yang diatur pada pukul enam pagi untuk membuatkan Jonathan sarapan dan bekal ke kantor. Iya, begitulah keseharian Issabel, melayani Jonathan seperti pembantu.

Alarm itu juga adalah peraturan dari sang suami. Yang wajib bangun sebelum pukul tujuh untuk mempersiapkan semua kebutuhannya.

"Tenang Issabel, sebelum menggugat cerai. Dia harus tau dulu bagaimana perasaanmu selama ini," pikir Issabel jengkel.

Issabel pun bangun dan turun dari ranjang. Dia harus buru-buru menyiapkan sarapan dan bekal sebelum suaminya bangun. Hmmm ... jika bukan karena ingin membalaskan dendam, dia tidak akan sudi melakukan perintah Jonathan lagi.

Dengan langkah gontai, Issabel berjalan menuju ke arah dapur. Dia masih lemas dan ngantuk. Bahkan dia tidak sempat memperbaiki rambutnya dan hanya mengenakan piyama seksi berwarna merah terang.

Memperlihatkan lekukan tubuh Issabel yang begitu aduhai. Apalagi dengan kulit putih mulusnya yang mengkilat membuat wanita tersebut sangat menggoda para kaum Adam.

Issabel tidak masalah karena di rumah tersebut hanya ada dirinya dan Jonathan. Itu pun sang suami sedang tertidur. Jadi tidak apa kan?

Sebelum sampai ke dapur, Issabel melihat sesosok bayangan di ruangan gelap itu. Bergerak tidak jelas seperti sedang mencari sesuatu. Pencuri kah? Atau hantu?

Issabel dengan sigap mengambil tongkat bisbol yang berada di ruang keluarga. Berjalan mengendap untuk menyalakan saklar dan memukul sosok bayangan itu.

Sesampainya di dapur, Issabel menyalakan lampu dan mengambil ancang-ancang untuk memukul.

"Jangaaaannn!" Nyaris saja Dominic babak belur dipukuli Issabel, jika saja dia tidak segera berteriak kencang.

Bukannya Dominic menjelaskan apa yang terjadi, wanita itu malah terpana melihat wanita yang berada di hadapannya sekarang. Sampai-sampai harus mengedipkan mata berulang kali untuk membuktikan bila tidak sedang bermimpi.

Wajah cantiknya yang begitu manis, tubuhnya yang langsing yang sangat terbentuk dari piyama seksi merah, raut wajahnya yang geram membuat Dominic seketika panas dingin. Bagaimana kalau sudah senyum? Mungkin lelaki itu sudah pingsan di tempat.

"Siapa kau? Pencuri yah?" tanya Issabel langsung saja menuduh.

Sebenarnya maksud kedatangan Dominic sepagi ini hanya ingin meminjam alat penyedot debu. Karena terlalu pagi, Dominic masuk dengan modal password pintu yang diberitahu oleh Jonathan, dia juga sengaja tidak menyalakan lampu agar tidak mengganggu tidur si empunya rumah.

Suara nyaring Issabel tadi membuat Dominic sadar. "Eh, maaf, aku lancang masuk ke sini. Kenalin aku—"

"Pencuri?" Issabel makin ngotot mempertahankan tuduhannya.

"No. Mana ada lelaki setampan aku mirip pencuri. Jangan gila yah," sanggah Dominic tidak terima.

"Gila? Oh ... kau lelaki gila yang sering diceritakan di komplek ini yah?" Issabel semakin menyudutkan pria itu. Walaupun dia sadar, mana ada lelaki gagah seperti ini benar-benar seorang lelaki gila. Seperti nya memang ada sebuah kesalahpahaman.

"Jo!" Dominic hanya melirik aneh ke Issabel lalu berteriak kencang memanggil sahabatnya. "Jo! Kamu mana sih? Tolong saya Jo!"

Issabel terkejut sekaligus heran dengan teriakan Dominic. Bagaimana caranya lelaki gila itu mengetahui nama panggilan suaminya?

Karena sudah muak dan takut membangunkan Jonathan. Issabel membungkam mulut Dominic. Namun dengan cepat lelaki gila itu mengigit tangan kanan Issabel.

"Sudah saya bilang, kan, saya ini sahabat suami kamu."

"Tidak mungkin. Dia tidak punya sahabat di Inggris, selain yang ada di Australia," kata Issabel sambil merintih kesakitan.

"Yeah, its me. Kemarin dia yang menjemput saya."

Raut wajah geram Issabel menandakan bahwa pernyataan Dominic adalah sebuah kebohongan untuknya. Wanita itu muak dan lebih baik mengeluarkan Dominic dengan paksa agar Jonathan tidak sadar akan kekacauan ini.

Dominic yang risih karena terus didesak. Akhirnya dia terpaksa menangkap tubuh Issabel dan menggendongnya. Membiarkan wanita itu meronta-ronta dan berteriak sejadinya.

"Apa ini?"

Tiba-tiba terdengar suara Jonathan dari ruang keluarga. Membuat Dominic refleks melepas pelukannya hingga membuat tubuh Issabel terjatuh.

Jonathan maju memeriksa tubuh sahabatnya itu, namun pria itu sempat menatap tajam Issabel. Setelah itu melemparkannya selimut untuk menutupi tubuhnya yang terlalu terbuka.

"Dia sahabat aku, namanya Dominic. Sekarang dia tinggal di Inggris, Studinya di Australia sudah selesai."

"Jadi sahabat kamu yang jadi tetangga sebelah kita?"

"Makanya dengar dulu, baru bertindak. Untung istri kamu cantik, Jo," sahut Dominic agak kesal.

"Cantik? Ah biasa aja. Maaf yah Dominic, aku lupa memberitahu dia," kata Jonathan tetap memperhatikan keadaan sahabatnya itu. "Kamu tidak diapa-apain kan sama dia. Hati-hati loh."

Dominic terkejut melihat reaksi Jonathan. Bukannya meminta maaf dan memerhatikan istrinya, Jonathan malah acuh dan lebih peduli terhadapnya. Malah Dominic yang merasa kasihan melihat tubuh Issabel memerah akibat terjatuh tadi.

Jonathan menatap tajam Issabel. "Ke kamar sekarang dan pake pakaianmu."

Setelah itu Jonathan pergi mengajak Dominic ke ke ruang tamu. Dominic sempat menatap sendu Issabel, seakan-akan dari pandangannya mengucapkan permintaan maaf karena tidak sengaja menjatuhkan tubuhnya. Sementara itu Issabel membalasnya dengan senyuman manis seperti menandakan sesuatu.

"Menarik. Sepertinya aku mempunyai kesempatan untuk membalaskan dendam dengan Jonathan," gumam Issabel. "Dominic ... dia tidak kalah tampan dengan Jo. Gagah dengan kulit yang eksotis. Tubuhnya pun lebih seksi ketimbang Jo."

Pikiran Issabel saat ini sangat tidak baik. Walaupun dia rasa hanya itu jalan satu-satunya untuk membalas dendam pada suaminya.

Issabel berjalan menuju kamar sambil berpikir, "Jonathan kan memuaskan gairahnya bersama Selena yang tidak lain adalah kliennya sendiri. Terus bagaimana yah kalau aku memuaskan gairahku bersama sahabatnya yang menjadi tetangga sebelahku?" Senyum licik Issabel terlihat begitu jelas.

...BERSAMBUNG...

3: CIUMAN PERTAMA

"KALAU mau obat, ada di sana," kata Jonathan ketus sembari menunjuk ke arah lemari yang berada di sudut kamar.

Issabel tidak menjawab karena tidak mengetahui kehadiran suaminya itu. Dia sibuk mencari pakaian yang akan digunakan. Akhirnya dia menemukan kaos oblong dan celana pendek ketat andalannya, tidak lupa juga rambutnya yang panjang diikat melilit ke atas.

Mulai hari ini Issabel akan selalu memerhatikan penampilannya agar terlihat lebih seksi. Etsss ... bukan untuk sang suami. Melainkan untuk memikat tetangga sebelah yang sangat tampan bernama Dominic.

"Mau kemana kamu berpakaian seperti itu? Lagian aku tidak akan peduli bagaimana penampilanmu. Kamu tetap tidak bisa menggantikannya di hatiku."

"Maaf Jo. Tapi aku hanya berusaha untuk memperbaiki penampilanku. Ya ... harusnya mulai hari ini kamu harus hati-hati."

Jonathan mengangkat alisnya seketika. "Maksud kamu? Issabel, jangan macam-macam yah. Kalau sampai rahasia kita terbongkar. Kamu tau sendiri yang akan terjadi sama keluarga kamu."

"Rahasia kita?" tanya Issabel lalu memandang Jonathan, tajam. "Sejak kapan itu menjadi rahasia kita. Sadar Jo, itu rahasiamu sendiri. Jadi jika terbongkar ... akulah yang jadi korban dan kamu adalah tersangkanya."

"Oke-oke! Aku minta maaf. Tidak seharusnya kita membahasnya saat ini. Aku banyak kerjaan di kantor. Jadi aku akan lembur."

"Oke, silahkan."

"Issabel, kamu kenapa sih?"

"Aku kenapa? Tanya ke dirimu sendiri Jo." Issabel menepis tangan Jonathan yang ingin menyentuh punggungnya. Kemudian berjalan ke pintu kamar, ingin keluar.

Namun Jonathan mencegahnya dan berkata. "Maaf Issabel. Aku akan berusaha menghargaimu, tapi bukan sebagai istri, hanya sebagai teman. Kamu bukan orang yang kucintai, tapi kamu membuatku mengerti, tentang sebuah harga diri."

Issabel terdiam mendengar Jonathan membicarakan sesuatu hal yang begitu bermakna. Tidak. Suaminya tidak akan mengerti jika masih membenarkan hubungan gelapnya dengan Selena. Dan bukan hanya sekali pria itu lembur di kantor, namun setiap kali. Itu pun bukan karena pekerjaan. Melainkan untuk bersenang-senang dengan kekasihnya.

Harga diri? Jonathan tidak seharusnya berbicara tentang itu.

"Sudahlah, lebih baik kamu cepat ke kantor. Selena pasti sudah menunggu. Oh salah, maksudku pekerjaanmu," Issabel cuek. Dia langsung melangkah keluar tanpa menunggu reaksi suaminya.

Jonathan terdiam menahan keraguannya sekarang. Entah kenapa sejak Dominic membicarakan soal hubungannya dengan Issabel, dia menjadi lebih peka dengan perasaan istrinya itu. Selena memang cinta pertamanya, tapi Issabel adalah sosok istri yang terbaik. Sekarang pria brewok tipis itu bingung harus memilih siapa.

Sebenarnya tentang kesibukan kantor, Jonathan tidak berbohong. Hari ini banyak berkas yang akan ditandangani dan rapat mengenai projek baru perusahaan milik ayahnya.

Baru saja ingin mengganti piyamanya dengan pakaian kantor, ponsel Jonathan berdering. Dia melihat layar ponselnya dan mendapati nama Selena yang sedang ingin melakukan video call.

Jonathan pun tersenyum begitu lebar sambil menjawab panggilan video kekasihnya.

"Loh sayang? Kenapa masih di kasur? Kita kan ada rapat projek baru pagi ini," tegur Jonathan manja saat melihat Selena berbaring di ranjang tanpa mengenakan sehelai kain.

"Santai sayang. Aku sudah mau siap-siap kok. Malam ini kamu ada waktu kan untukku?" tanya Selena genit. Sambil menjulurkan lidahnya yang bertindik. Tatapannya sangat mesum memandang kancing piyama Jonathan yang separuhnya terbuka.

"Dasar yah kamu. Oke sayang. Tunggu aku yah."

Jonathan dengan sigap mematikan telpon dan bersiap menuju ke kantor. Untuk memikirkan siapa yang akan dia pilih, mungkin saat ini masih Selena.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Setelah memastikan bahwa Jonathan telah berangkat ke kantor, waktunya Issabel beraksi. Menggoda tetangga sebelahnya itu.

Dia pun keluar dari rumah dengan penampilan yang sudah siap membuat Dominic terpikat. Namun saat baru saja ingin ke rumah tetangga tampan nya itu, Issabel tak sengaja menginjak mainan mobil plastik milik seorang anak kecil hingga hancur berkeping-keping.

Dan sekarang anak kecil lelaki itu menangis sejadinya ketika melihat mobilnya itu rusak.

Issabel berjongkok. Mencoba menenangkannya, namun anak kecil tersebut tetap saja menangis. Tak peduli. Malah suaranya semakin keras.

"Nanti beli yang baru yah. Berhenti nangis dulu dong." Issabel berusaha membujuknya.

"Tidak! Aku maunya yang ini!"

"Iya nanti kakak beli yang seperti ini. Pokoknya yang banyak. Jadi kamu diam dulu yah."

"Bohong!" Anak lelaki itu berteriak dan menambah volume tangisnya.

Issabel menghela napas panjang. Dia sekarang tidak punya ide lagi untuk menenangkan anak kecil itu. Apalagi ada beberapa orang lewat yang memandang mereka dengan tatapan aneh. Padahal niatnya keluar rumah untuk bertemu dengan Dominic dan melakukan pendekatan. Eh malah terhambat sama bocah!

"Issabel? Anak kecil itu kamu apakan?"

Issabel terkejut mendengar suara berat dari seorang pria tampan yang tiba-tiba muncul. Entah kenapa berbeda seperti saat pertama kali bertemu di dapur tadi. Suaranya bahkan membuat degup jantung Issabel berdetak sangat cepat. Apalagi jika sudah melihat wajah pria itu lagi.

Dengan cepat Issabel menengok ke arah pemilik suara berat tersebut yang tengah berjalan ke arahnya.

"Dek, kenapa nangis?" tanya Dominic sambil berjongkok membalikkan badan anak kecil itu dan menghapus air matanya sambil tersenyum.

Issabel malah bengong. Terpesona dengan kelembutan sikap dan senyum manis Dominic. Apa salah kalau Issabel berharap dia memiliki keluarga kecil bersama pria itu?

"Dia merusak mainanku, Om," jawab anak kecil itu sambil menunjuk Issabel yang masih melamun.

"Udah, jangan nangis yah ganteng. Tunggu, om punya sesuatu untukmu." Dominic bangkit dan masuk kembali ke rumahnya. Setelah beberapa menit, dia keluar kembali dengan membawa sebuah kue coklat dan balon berwarna merah. "Ta-Da! Ini hadiah buat kamu. Jadi jangan nangis lagi yah."

Setelah anak kecil itu mengambil balon dan kue tersebut, Dominic mengulurkan tangannya dan mengusap kepala anak kecil itu sambil tersenyum.

Benar-benar suami idaman. Hal itu membuat Issabel semakin terpesona dengan tetangga sebelahnya itu yang selain ramah, ternyata memiliki sisi penyayang juga.

Tiba-tiba balon merah milik anak kecil itu terlepas. Issabel tersenyum karena dia akan menjadikan itu sebagai kesempatan untuk membuat Dominic terpesona.

Disaat Issabel terus berfokus menangkap balon merah tersebut. Dia tak sadar terdapat sebuah mobil yang melaju kencang dari arah kanannya. Hingga ...

"Issabel!" Dominic langsung berlari menangkap tubuh Issabel yang nyaris tertabrak.

Untung saja gerakan Dominic cepat. Jadi sebelum mobil itu melaju ke arah Issabel, wanita itu sudah ada di pelukan Dominic. Hanya saja Issabel terkejut hingga pingsan.

Dominic pun menggendong Issabel masuk ke dalam rumah. Menidurkannya ke atas sofa.

"Issabel?" Dominic mencoba membangunkan wanita itu. Tapi tak ada reaksi apapun.

Dominic memerhatikan wajah cantik suami sahabatnya itu. Membuatnya  semakin iri dengan Jonathan. Tiba-tiba dia terhenti di salah satu bagian wajah yang sensitif. Ya, bibir Issabel begitu tebal, membuat Dominic tergoda untuk mendekatinya. Dan—

CUUUPPPP

...BERSAMBUNG...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!