NovelToon NovelToon

Menggapai Harapan

Bab 1 Keputusan

"Clara sama Kak Cindy pamit ya Pak, Bu," ujar Clara dengan air mata berlinang.

"Doain kita di sana segera dapat pekerjaan, biar bisa segera mengirim uang untuk Ibu dan adik-adik," sahut Cindy tak kalah sedih.

Bu Dina dan Pak Jarwo segera merangkul keduanya, mereka terharu mendengar keputusan kedua putrinya untuk merantau ke Kota Surabaya. Pasalnya itu mereka lakukan, untuk membantu perekonomian keluarga yang saat itu tengah sulit. Pak Jarwo selalu gagal dengan bisnisnya, sedangkan Bu Dina hanya mengandalkan hidup dari toko kelontong kecil miliknya, untuk memenuhi seluruh kebutuhan keluarga.

"Hati-hati di kota orang, Nak! Jaga diri baik-baik ya," kata Bu Dina, tidak dapat membendung air matanya lagi.

Mereka melepas kepergian kedua putrinya dengan kesedihan mendalam. Keduanya baru saja setahun lalu lulus SMP, dan tidak melanjutkan ke SMA karena tidak ada biaya, tentu ini membuat orang tua mereka kuatir untuk berpisah. Beruntung Jhony, yang merupakan teman kedua gadis itu sejak kecil, berhasil meyakinkan kedua orang tua mereka.

"Kalian harus semangat ya, kita tidak akan pulang sebelum sukses!" ujar Jhony pada Clara dan Cindy ketika di dalam bus, perjalanan menuju Surabaya.

"Kita akan tinggal di mana ini Jhon?" tanya Cindy memecah kesunyian.

"Tenang, Kita tinggal di rumah temanku yang pernah aku ceritain dulu, sembari cari kerja, kalau sudah dapat uang, baru kita kos." kata Jhony dengan tenang, menjawab kekuatiran Cindy.

Mereka bertiga adalah teman semenjak kecil, suka duka selalu di lewatkan bersama. Keluarga mereka bertetangga di Desa, bahkan hubungan mereka sudah seperti saudara kandung. Cindy adalah anak pertama Bu Dina dan Pak Jarwo, sedangkan Clara anak kedua mereka. Mereka masih mempunyai dua orang adik yang masih sekolah. Selalu akur, hampir tidak pernah bertengkar, begitulah hubungan mereka.

Rumah Jhony berada tepat di belakang rumah Pak Jarwo. Jhony adalah anak semata wayang Pak Dayat dan Bu Tini.

Cindy baru berusia 15 tahun saat ini, sedangkan Cindy sudah 18 tahun. Cindy terlambat masuk sekolah dan pernah tinggal kelas sehingga lulus sekolah berbarengan dengan Clara. Kalau Jhony adalah lulusan SMA tahun ini, 1995. Usia mereka yang tidak terpaut jauh, membuat mereka memahami satu sama lain.

"Aku harus bekerja keras, apapun akan aku lakukan, demi mendapatkan banyak uang, yang penting halal!" Clara bicara sendiri agak keras, membuat Jhony dan Cindy yang setengah mengantuk langsung tersadar.

"Ia, kita bertiga harus sukses, bukankah mimpi dan harapan kita sama, menaikkan derajat keluarga kita untuk membungkam mulut orang-orang yang sudah meremehkan kita," kat Jhony menimpali

"Amin, semoga yang kita harapkan menjadi kenyataan," sahut Cindy sambil menengadahkan kedua tangan.

"Amin," mereka kompak bersahutan.

Bagi mereka bertiga, ini pertama kalinya mereka pergi jauh dari rumah, tanpa keluarga dan tanpa uang yang cukup tentunya. Lahir dalam keluarga yang serba kekurangan, membuat mereka lebih dewasa dari usianya. Dimana anak sebaya mereka masih mementingkan pendidikan dan bermain, mereka sudah berpikir keras untuk membantu orang tuanya mencari uang.

"Duh capek banget, Alhamdulillah akhirnya sampai juga," kata Clara, sambil menggeliatkan badannya, turun dari bus. 5 jam perjalanan membuat badan mereka terasa letih, walaupun semua dapat tempat duduk, namun ini adalah perjalanan terpanjang selama mereka hidup. Apalagi mereka hanya mampu naik bus ekonomi, yang bisa dibayangkan penuh dan baunya bagaimana.

Mereka tidak pernah berfikir akan kerasnya hidup yang nanti akan di jalani, beraneka ragam sifat baik manusia beserta ketamakannya. Yang terlintas dalam benak mereka, hanyalah bagaimana caranya membuat keluarga mereka bahagia, itu saja.

"Kita masih harus naik angkutan ke tempat Yanuar, baru setelah itu kita bisa istirahat, sabar ya teman-teman," terdengar Jhony menyemangati mereka, walau dari suaranya kelihatan sekali dia juga sangat lelah.

"Apa kamu sudah ngasih kabar dia? Jangan sampai dia jantungan tiba-tiba melihat Kita datang," gurau Cindy setengah menahan senyum.

"Tenang saja, khan ada Dokter Jhony di sini, Dokter segala macam penyakit, hahahaha..." kelakar Jhony sambil memegang perutnya yang sedikit kram, karena terlalu bersemangat tertawa.

"Wah kalau Kita sakit Kanker alias kantong kering, boleh dong berobat ke Dokter Jhony juga..." sahut Clara sambil melirik manja ke arah Jhony.

"Apa sih yang enggak buat kamu say," ujar Jhony mengedip-ngedipkan matanya ke arah Clara, membuat mereka semakin terbahak-bahak.

Bercanda seperti ini sudah biasa bagi mereka, tidak ada perasaan suka seperti layaknya pria dan wanita, tetapi murni rasa sayang sahabat.

Setengah jam kemudian mereka telah sampai di rumah Yanuar. Januar mengontrak rumah, yang hanya memiliki 2 kamar, ruang tamu, dan dapur serta kamar mandi di bagian belakang. Januar dan Jhony tidur di kamar samping ruang tamu, sedangkan Cindy dan Clara menempati kamar di dekat kamar mandi.

Setelah semua membersihkan diri, mereka bergabung dengan Januar di menonton tv. Mereka berbasa-basi sebentar, sebelum akhirnya berpamitan tidur. Januar adalah teman dari sepupu Jhony di desa, Dia yang memberi informasi kepada Jhony bahwa Pabrik Sepatu tempatnya bekerja membuka lowongan kerja secara besar-besaran. Syarat ijazah minimal SMP membuat mereka segera berangkat mengadu nasib di perantauan.

"Ririn Dwi Susanti, silahkan ceritakan tentang dirimu," ucap David Sebastian, Kepala Personalia, pelan tapi berwibawa.

"Nama saya Ririn Dwi Susanti, umur 18 tahun, lulusan SMP, belum ada pengalaman kerja, tapi saya akan bekerja sebaik-baiknya jika di terima di Pabrik ini, Pak." jawab Clara penuh antusias.

Iya, memang semua data itu bukan milik Clara. Dia meminjamnya dari teman karibnya di desa. David yang tidak begitu melihat surat lamaran kerja Clara, karena sudah terpesona dengan penampilannya sejak masuk ke ruangannya, tidak tahu kalau beda orang. ijazah Clara belum di tebus dari sekolah, selain tidak ingin merepotkan orang tua, nilai akademiknya yang kurang bagus membuatnya enggan mengambil ijazahnya.

"Ok, Saya lihat kamu sangat bersemangat sekali, Saya suka itu," David melihat penampilan Clara dari ujung kaki sampai ujung rambut, sambil senyum-senyum. Clara memang terlihat manis sekali, memakai sepan hitam selutut di padu kemeja putih, rambut hitamnya yang panjang di sanggul bak pramugari. Dengan dandanannya yang natural, cocok sekali dengan kulitnya yang kuning kecoklatan, ditambah mata Belo dan hidungnya yang mancung menambah paripurna penampilannya.

"Besok kamu mulai bekerja, 3 bulan masa percobaan, kalau bagus nanti baru tanda tangan kontrak, sampai ketemu besok ya," jelas David.

"Benar Pak? Alhamdulillah... Saya akan bekerja keras, Saya janji, Pak!" Clara tidak berhenti berucap syukur, sampai tidak terasa air matanya telah menetes. Ia cepat berlalu dari ruang Personalia, tidak sabar rasanya segera memberi tahu orang tuanya di Desa.

Tanpa Clara sadar, sepasang mata coklat telah mengawasinya dari jauh, mengagumi kecantikannya yang natural, kecantikan Bunga Desa. Pemilik mata indah itu adalah Juan Hartono, salah seorang pemilik saham termuda di PT. Gemilang Nusantara tempat Clara memulai pekerjaannya besok. Juan yang memiliki tubuh proporsional bak model, mata coklat sayu, hidung mancung serta bergelimpangan harta tentu membuat semua wanita mengejarnya. Namun sikapnya yang dingin dan cuek, membuatnya membujang sampai di usianya sekarang 27 tahun, bahkan pacar pun Ia tidak punya.

"Duh siapa gadis itu," Juan menggumam. Hatinya tak karuan, tiba-tiba ada gemuruh di dadanya.

"Apakah ini yang namanya fall in love at first sight? gila... apa memang ada cinta pada pandangan pertama?" Juan tak berhenti bicara sendiri, sementara Clara sudah menghilang dari pandangannya.

Bab 2 Ririn Dwi Susanti

"Duh kenapa Aku jadi kepikiran Gadis tadi sih? siapa sebenarnya Dia ya? apa mungkin pekerja baru?" tanya Juan kepada dirinya sendiri. Sebenarnya Dia bisa saja bertanya kepada para pegawainya, tapi tentu saja Dia malu, karena selama ini Dia terkenal dingin dengan semua wanita. Hampir semua pegawai dan pekerja, baik yang masih gadis atau sudah menikah begitu memujanya, namun tak seorangpun yang mampu meluluhkan hatinya.

Sementara di kediaman Januar, mereka sedang merayakan keberhasilan mereka mendapat pekerjaan.

"Tahu tidak, Kita tadi tuh kuatir banget sama Kamu, Clara," ujar Jhony seraya memakan ayam penyet kesukaannya.

"Hah, memang kenapa Jhon?" tanya Clara merasa heran.

"Ya iyalah, gimana tidak kuatir? Kita semua Khan tahu, kalau kamu pinjam ijazah dan data Ririn untuk melamar kerja, Kita takut kamu ketahuan," ujar Jhony.

"Iya nih, sebenarnya aku tadi juga tegang, tapi Pak David itu baik sekali, Dia sama sekali tidak bertanya tentang ijazah,dll, jadi ketakutan ku hilang deh," tanpa sadar Clara memuji Kepala Personalia itu.

"Aku tidak menyangka sama sekali, Allah sangat mempermudah jalan Kita semua seperti ini, Aku jadi tidak sabar memberi kabar Ibu dan Bapak," kata Clara mengingatkan Cindy dan Jhony yang terlampau senang langsung dapat pekerjaan baru, sampai lupa kalau belum memberi kabar kepada orang tua mereka.

"Oiya, Kita sekarang buat satu Surat saja untuk Bapak, biar nanti Bapak juga menyampaikan kepada Bapakmu Jhon," sahut Cindy, memberi ide.

"Terserah,bagaimana enaknya saja, yang penting orang tua Kita semua tahu keadaan kita di sini," jawab Jhony pasrah, Ia masih terlarut dengan kebahagiaannya.

keesokan hari

Untuk semua pekerja pabrik yang baru, hari ini di wajibkan masuk pukul 07.00, karena mereka harus ditraining terlebih dahulu mengenai pekerjaan mereka semua. Tidak ad pembagian shift hari itu. Clara, Cindy, serta Jhony telah siap dari pukul 06.00, karena kuatir terlambat di hari pertama mereka bekerja. Karena belum mendapat seragam mereka memakai pakaian sesuai yang di instruksikan kemarin, yang penting rapi dan sopan.

Mereka bertiga serempak mengenakan celana kain bahan satin berwarna hitam, dipadu dengan kemeja lengan pendek warna putih, khas pakaian anak baru. Menggunakan sepatu kets khas remaja, para wanita mengikat rambutnya dengan rapi.

Bagi yang tidak mengenal, mereka tidak akan percaya jika Cindy dan Clara adalah saudara kandung. Pasalnya mereka memang tidak mirip. Cindy memiliki kulit putih bersih, rambut hitam yang lembut, dengan mata agak sipit serta hidung dan bibir yang mungil, mirip orang China. Sedangkan Clara berkulit kuning kecoklatan, rambut panjang lurus agak kecoklatan, dengan mata Belo yang indah, bibirnya padat, dengan hidung yang mancung.

Sementara di Pabrik, Juan telah sampai di ruangannya, walaupun hari masih pagi. Bisa di tebak, ia pasti sudah tidak sabar sekali melihat wanita pujaannya. Semua Pegawainya sampai bingung melihat bosnya sudah sampai kantor sepagi itu, padahal pegawai masuknya masih pukul 08.00, sedangkan ini masih belum pukul 07.00.

"Lama sekali sih waktu ini," kata Juan mondar-mandir sambil selalu melirik jam. Sebenarnya dia tidak akan bertemu pekerja secara langsung, karena itu bukan bagiannya. Tetapi karena di rumah, dia tidak berhasil menghapus bayangan Clara dari ingatannya, dia memutuskan berangkat ke kantor lebih awal.

"Eh Pak Juan, tumben pagi sekali, Pak? ap ada yang mendesak di kerjakan ya?" tanya David, yang heran melihat bosnya sudah di kantor sepagi itu.

"Tidak kok Vid, hanya saja kerjaan sedang banyak, biar tidak pulang terlalu malam, jadi berangkat lebih pagi saja," jawab Juan setenang mungkin, berhasil membuat David tidak curiga.

"Oh,begitu ya, Pak. Silahkan dilanjutkan saja, Saya tinggal training anak- anak baru dulu ya, Pak," David undur diri penuh hormat.

"Ok,Vid. semoga lancar ya," ujar Juan memberi semangat.

"Amin, terimakasih Pak Juan, semoga pekerjaannya juga cepat selesai," jawab David, sambil berlalu.

Tepat pukul 07.00, sekitar 50 orang termasuk Jhony dan teman-temannya telah berkumpul diruang aula pabrik. Mereka di berikan pengetahuan tentang seluk-beluk dalam pembuatan sepatu. Untuk saat ini, yang dibutuhkan hanya bagian membuat pola dan ngelem sepatu saja, sedangkan menjahit dilakukan pekerja profesional.

Dari kejauhan Juan tidak berhenti memperhatikan Clara, gadis cantik itu beda dengan yang lain, sehingga dia mudah menemukannya. Juan tidak fokus dengan pekerjaannya, dari tadi dia senyum-senyum sendiri. Beruntung tidak ada yang melihatnya, kalau tidak pasti sudah di sangka kurang waras.

Semua anak baru memperhatikan betul-betul yang disampaikan para trainer, mengenai cara membuat pola, kemudian cara ngelem agar kuat dan awet, bahkan mereka diajari mengenal bahan-bahan sepatu. Mereka semua mulai bisa menyesuaikan diri.

David yang dari tadi sudah berusaha bersikap profesional sebagai trainer, akhirnya bisa bernafas lega saat jam istirahat tiba. Dia yang seharusnya mengurusi bagian personalia, bahkan dengan khusus mengajukan diri ikut serta menjadi trainer, karena ketertarikannya dengan Clara.

"Halo, Ririn," sapa David, menghampiri Clara yang akan keluar istirahat.

"Eh, Pak David, ada apa ya?" tanya Clara yang kaget, ia belum terbiasa dengan nama itu.

"Kita makan siang bareng, yuk! ini Khan sudah, waktunya istirahat," Ajak David, kepada Clara.

Clara diam sesaat, dia bingung harus menjawab apa. Ada perasaan senang, karena selain David punya kedudukan, dia juga masih muda dan tampan. Namun dia tak enak hati dengan yang lain, jika menerima ajakannya.

"Loh, kok malah bengong?" tanya David, makin gemas melihat Clara seperti itu.

"Eh, maaf, Pak. Bukan mau nolak, tapi saya sudah janji sama teman-teman kos untuk makan bareng-bareng, maaf ya,Pak," ujar Clara memberi alasan.

"Ya sudah tidak apa-apa, tapi lain kali harus mau makan bareng ya?" tanya David, memastikan kalau cintanya tidak bertepuk sebelah tangan.

"Iya, Pak, insyaallah," jawab Clara cepat, karena sudah di kode Jhony dan Cindy sejak tadi. Ia segera berlalu, meninggalkan David yang sedikit kecewa.

"Duh, kenapa itu Si David seperti berusaha deketin gadis itu? Wah, tidak bisa di biarkan ini, bisa-bisa aku keduluan," kata Juan, yang tidak sengaja melihat mereka berbicara dari kejauhan.

"Apa aku cemburu? padahal aku belum mengenal gadis itu? Oh, tidak! lama-lama bisa gila aku ini," lagi-lagi Juan bermonolog.

Juan sudah tidak tahan dengan rasa penasarannya, dia segera ke bagian personalia, ia membawa berkas lamaran Clara. Juan mudah menemukannya, karena ternyata David telah memisahkan berkas lamaran Clara di lacinya. Keadaan kantor yang sepi, membuatnya mudah masuk ke ruangan itu tanpa ada yang mengetahui.

"Ririn Dwi Susanti, jadi itu namanya, tapi...." Juan tidak meneruskan ucapannya, tiba-tiba dia merasa ragu.

bab 3 Bertemu Pujaan Hati

Tidak ada waktu lagi untuk berpikir, Juan segera meletakkan berkas lamaran itu ke tempat semula. Sebelum para pegawai kembali ke ruangan mereka, dia harus segera pergi dan kembali ke ruangannya, meneruskan kembali makan siangnya yang sempat tertunda tadi. Seorang pria yang begitu cuek, ternyata bisa berbuat apa saja demi cinta.

"Pak David sepertinya suka sama kamu, Clara," ucap Cindy, ketika makanan mereka datang.

"Aduh, jangan panggil Clara kalau lagi di pabrik, Kak Cindy lupa y?" tanya Clara, sambil menaruh telunjuk di bibirnya.

"Maaf, Aku lupa, belum terbiasa soalnya," kata Cindy, sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

Jhony hanya tertawa melihat kelakuan kedua sahabatnya, dia terus melanjutkan makan bakso, menu favoritnya.

"Iya Rin, kalau bisa jangan dekat-dekat dengan pak David ya, takutnya ada yang tidak suka dan berusaha menyingkirkan kamu dari sini," ujar Jhony penuh perhatian, sebelum mereka kembali ke ruangan.

"Sebenarnya Aku juga tidak ada perasaan Jhon, hanya kagum dan hormat saja, apalagi niat ku ke kota kan mencari kerja, bukannya mencari pria," jelas Clara, yang tidak ingin teman dan kakaknya salah paham.

"Ya sudah, yuk Kita kerja lagi," kata Jhony, kepada mereka.

Mereka kembali ke ruangan dan bekerja kembali. Mereka benar-benar melakukan pekerjaannya dengan baik, serta sangat hati-hati. Awalnya agak lambat, lama-lama mereka semakin mahir.

Hari berganti hari, tak terasa telah seminggu mereka bekerja. Mereka mulai menikmati pekerjaannya. Besok adalah Hari Jadi PT. Gemilang Sejahtera yang ke 53 tahun, seluruh pegawai dan pekerja di haruskan memakai kostum dengan tema profesi. Boleh jadi Polisi, Dokter, Perawat, dll.

"Aduh, ada-ada saja sih pakai kostum profesi segala, eh Aku jadi Salesman saja lah, tidak ribet," kata Jhony, saat baru tiba di tempat Januar.

"Kalian mau pakai ap,Cindy? Clara? biar nanti Aku pinjamkan temanku yang punya tempat persewaan baju, tenang, gratis kok," ujar Januar, yang baru saja selesai mandi.

"Aku bingung, terserah saja deh, kamu saja yang pilihkan Janu, asal jangan yang aneh-aneh ya," jawab Cindy, pasrah.

"Aku juga terserah deh, Janu," kata Clara, yang juga tidak ada ide.

"Siap, habis magrib aku pergi ya, semoga kalian suka dengan pilihan ku," kata Januar, mengiyakan keputusan mereka.

"Kamu tidak sekalian pinjam, Jhon? tanya Januar, yang melihat Jhony tidak ada respon.

"Tidak perlu Jan, aku jadi Salesman saja, ada kok di lemari," jawab Jhony, seraya masuk ke kamarnya.

Sehabis magrib Januar bergegas pergi, setengah jam kemudian dia telah kembali, sembari membawa pesanan teman-temannya.

"Ternyata banyak yang telah disewa, tinggal beberapa saja, ini aku pilihkan kostum Perawat dan Pramugari, semoga Kalian berkenan ya," ujar Januar yang tiba-tiba datang, saat mereka sedang nonton TV.

"Hah? Aku ambil yang perawat saja ya," kata Cindy, sembari mengambil tas yang dibawa Januar.

"Iya, tidak apa-apa, yang mana saja deh," kata Clara, mengalah kepada kakaknya.

Setelah mengobrol sebentar, mereka pun istirahat, mempersiapkan diri agar ketika bangun besok merasa lebih segar.

Rencananya besok pabrik akan memberikan tambahan istirahat 1 jam untuk para pekerja, acara akan di mulai pukul 12.00-14.00. Akan disuguhkan beberapa hiburan, sedikit sambutan dari pejabat pabrik, pemotongan kue, serta pengumuman pemenang kostum terbaik. Semua penghuni pabrik wajib turut serta.

"Januuu, kenapa bawahannya seperti ini?" teriak Clara pagi itu, di depan kamar Januar, membuat seisi rumah berhamburan keluar.

"Ada apa? ada apa, Clara?" tanya Janu panik, langsung membuka pintu kamarnya, wajahnya terlihat kuatir sekali mendengar teriakan Clara.

"Coba kamu liat, atasan sih ok, bawahannya benar panjang tapi belahannya sampai paha begini, gimana mau dipakai, aku malu," jawab Clara, sambil menundukkan wajahnya.

"Bukannya semalam sudah aku suruh coba dulu, Clara? kirain kamu tidak ada masalah, kamu sih masuk-masukin saja tanpa di cek, gimana dong sekarang?" tanya Januar, sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal, merasa tidak enak dengan Clara.

"Dikasih daleman saja Clara, kamu kan punya yang warna hitam itu," sahut Cindy, memberi ide.

"Iya itu bisa dicoba, maaf ya Clara," kata Januar memberi tanggapan, dia masih merasa bersalah.

"Iya tidak apa-apa, aku coba dulu ya" jawab Clara, sambil melenggang pergi.

Waktu sudah menunjukkan pukul 06.30, mereka semua telah siap. Cindy keluar kamar, sementara Clara masih berdandan.

"Bu, hati saya sakit habis ditinggal pergi pas sayang-sayangnya, bisa diservice tidak?" tanya Jhony, sambil tertawa lebar, puas sekali menggoda Cindy.

"Bisa banget, mau saya las atau dicabut, diganti baru nih?" tanya Cindy, menanggapi gurauan Jhony dengan agak sadis, sambil tersenyum penuh arti.

"Alamak, sadis banget si ibu ini, apa tidak bisa diganti dengan ibu saja," rayu Jhony, membuat Cindy tertawa keras sekali.

"Sudah cukup Jhon, jangan tertawa terus ah, kata ibu kalau tertawa terus, nanti malah nangis tahu," ujar Cindy menakuti Jhony, padahal itu hanya mitos.

"Iya, iya, mana sih Clara kok lama banget?" tanya Jhony, sambil mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan, mencari keberadaan Clara.

Teng, teng, teng, Clara akhirnya keluar.

"Allahuakbar," ucap Jhony, melihat Clara yang baru saja keluar kamar. Mereka semua tertegun melihat Clara, dia benar-benar terlihat bak pramugari. Cantik, elegan, namun sangat natural.

"Selamat datang di Clara Airline, semoga hari Anda menyenangkan," kata Clara penuh senyum, berusaha menirukan pramugari yang pernah di lihatnya di TV, seraya mengatupkan kedua tangannya di depan dada.

Teman-temannya terkekeh melihat tingkahnya. Clara memang lebih familiar dengan fashion dan make up, daripada Cindy yang lebih suka natural dan memakai pakaian ala kadarnya. Saat di sekolah dulu Clara sering tampil mengikuti lomba-lomba fashion, bahkan sering mendapat juara.

Mereka telah sampai di pabrik. Semua orang sudah banyak yang datang, dekorasi sederhana pun telah dipasang. Suasana hari ini lain dari biasanya, lebih ramai dan meriah. Seperti biasa sebelum masuk kerja, Clara pergi ke toilet untuk sekedar bersih-bersih atau menunaikan hajat. Toilet pekerja ada di bagian belakang, melewati ruangan para pegawai dan pejabat pabrik.

"Aduh ampun deh, mana pakai baju begini, pakai sakit perut segala," gerutu Clara, sembari merapikan pakaiannya, baru keluar dari toilet. Dia tergesa-gesa berlari kecil, sampai akhirnya... Brakkk.

"Aduh, maaf ya saya tidak sengaja," kata Clara, seraya membungkukkan badannya, tanpa melihat siapa yang dia tabrak.

Hening, tidak ada jawaban. Juan hanya diam tanpa berkata sepatah katapun, jantungnya seperti berhenti berdegup, lidahnya seketika mati rasa, seluruh badannya berkeringat dingin. Dia benar-benar tidak menyangka akan di pertemukan dengan gadis itu, dengan cara begini.

Clara akhirnya mendongakkan kepalanya, karena merasa tidak mendapat respon dari orang yang ia tabrak. Mata mereka bertemu, seketika keduanya membisu, hanya tatapan mereka yang menyiratkan arti. Hati Clara sedikit bergetar, melihat sosok tampan di depannya, ia terpana. Belum pernah selama hidup dia melihat pria sesempurna ini. Badannya yang tinggi tegap, matanya, hidungnya,ah tapi kemudian dia berhasil menguasai diri kembali. Dia takut terlambat bekerja.

"Sekali lagi maaf ya, saya benar-benar tidak sengaja, saya harus pergi dulu, takut terlambat," ujar Clara , sambil membungkukkan badannya kembali, lalu melenggang pergi.

"Iya, Ririn," jawab Juan, ketika Clara telah pergi dan tidak mendengar kata-katanya. Dia masih terpaku menatap kepergian pujaannya. Dia benar-benar jatuh cinta rupanya.

"Aku harus mendapatkan cintanya," batin Juan, sebelum akhirnya masuk ke ruangannya.

💝💝💝 Bisa tidak ya, Juan mendapatkan cinta Clara? apa yang akan Juan lakukan? ikuti terus kisahnya ya Kak. Jangan lupa komen dan like nya ya Kak, terimakasih. 💝💝💝

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!