NovelToon NovelToon

MOMENT WITH ME

PERKENALAN TOKOH/PERAN TOKOH

“MOMENT WITH ME”

Hai readers, ini adalah Novel pertamaku yang berjudul “Moment with Me”

Dibalik kisah yang tertuang menggambarkan sisi kehidupan seseorang wanita yang menjalani hidupnya sebaik mungkin, walau banyak tantangan, sakit hati dan luka. Dirinya yakin pasti ada terang sesudah gelap. Hingga suatu ketika dirinya di pertemukan dengan orang-orang yang peduli dan amat menyayangi nya dan menetapkan hati pada sosok lelaki yang di pilih untuk pendamping dan pelindung bagi dirinya. Sehingga setiap moment itulah yang menjadi kenangan dalam seluruh hidupnya. Yuk readers, daripada penasaran yok tengok sesegera mungkin. Selamat menikmati

#PERKENALAN TOKOH/PERAN TOKOH

Tokoh utama   :

Apriliana Azzahraningrum: Cewek supel, manis, anggun, berlesung pipi, orang yang rendah hati dan tinggi badan 163 cm with berat badan 54 kg dan umur 22 thn

Tokoh kedua   :

Maldeva Rizky Pratama: Cowok maco, hangat dan peduli. Tinggi badan 181 cm, bertubuh atletis atau sixpack dan umur 28 thn

Tokoh ketiga   :

Juliana Safitiri: Cewek yang cerewet (mulut ember) manja dan sahabat plus sodara bagi Apriliana Azzahraningrum. Tinggi badan 160 cm with berat badan 50 kg dan umur 21 thn

Tokoh keempat :

Akbar Saputra Irham: Sahabat plus sepupu dari Maldeva Rizky Pratama. Cowok so ganteng, penyayang dan playboy. Tinggi badan 179 cm dan umur 25 thn

Yuhu…readers sekarang kalian udah pada kenalkan ya, sama pemerannya! Jadi stay terus ya and lets to reading go!!!🤗

#MWM 01 (MIMPI BURUK)

Kebahagiaan nampak terasa oleh sepasang pasutri kala mendapatkan kabar gembira. Penantian yang cukup lama akhirnya terwujudkan. Ya rasanya tidak lengkap tanpa kehadiran sosok tangisan bayi. Selama memutuskan hidup bersama 2 tahun lamanya Herdiana dinyatakan hamil dan mengandung seorang anak. Kebahagiaan itu semakin terasa di saat Herdiana melahirkan sosok bayi perempuan yang cantik.

13 tahun kemudian bayi itu tumbuh semakin cantik dan anggun. Kepribadian nya yang terbilang cukup mandiri membuat dirinya terlihat lebih dewasa dari umurnya, ya mungkin ini terbilang langka, tapi tidak banyak yang tahu semakin anak diajarkan banyak hal tentang hidup maka kepribadian nya akan terbentuk manakala orang tua yang juga sering pergi meninggalkan kita demi memberi nafkah

Ya Rahmat merupakan seorang karyawan di salah satu perusahaan yang bergerak di bidang properti, begitupun dengan Herdiana yang merupakan sekretaris dari salah satu perusahaan yang sama bergerak di bidang properti. Tuntutan kerja yang mengharuskan keduanya sering meninggalkan putrinya itu

Suatu ketika keduanya mendapatkan tugas keluar kota sebagai orang kepercayaan untuk mengurus perizinan dan pembangunan di salah satu kota yang ada di wilayah bagian timur. Tentunya segala keperluan dan penanganan biaya tiket pesawat hingga tempat tinggal pun sudah tersedia

Sebelum keduanya pergi untuk menjalankan tugas sebagai orang kepercayaan di masing-masing perusahaannya, keduanya berpamitan pada putri sulung putri semata wayangnya

"Sayang, sini sebentar" panggil Herdiana pada putrinya saat riri menuruni anak tangga

"Ada apa Bun" tanya Riri menghampiri ibundanya

"Gimana sama sekolahnya, semua baik-baik saja bukan?" tanya Herdiana

"Hem...kenapa Bun, pasti bunda mau bilang, kalau besok bunda sama ayah mau pergi lagi, iya kan" tebak Riri menatap Ibundanya

"Hehe...anak bunda makin cantik ya, pinter dan jenius, tau aja kalau bunda mau pamitan" ujar Herdiana

"Tapi janji ya Bun, jika urusan nya sudah kelar segeralah kembali, apa kalian akan melewatkan hari spesial bersamaku" balas Riri mengadu memperingatkan kepada keduanya agar tak melewatkan moment spesial bersama dengan nya

"Ya anak Ayah, jangan sedih-sedih gitu dong, em...kalau urusan pekerjaan Ayah dan Bunda udah kelar, Ayah sama Bunda bakalan balik pakai kapal, ya lumayan buat have fun bareng" ujar Rahmat menggoda putrinya

"Ih Mas, suka deh jahilin anaknya sendiri" tegur Herdiana memukul paha suaminya

"😔😔" pasrah Riri dengan kejahilan Ayahnya

Rahmat yang melihat kemurungan putrinya itu langsung memiliki ide brilian. "Mau gak, Ayah bisikin sesuatu" tanya Rahmat antusias

"🤔🤔"

"Ayah dan Bunda lagi usaha buat Ade untuk Kaka, biar nanti Kaka gak sendirian" bisik Rahmat pada putrinya

"Beneran yah, Bun..." tanya Riri antusias dengan rona wajah yang bahagia mendengarkan kabar gembira itu

"Emang apaan, Ayah bisikin apa" tanya Herdiana

"Hehe..." seringai Rahmat menaik turunkan alisnya

"Mas kamu ya, udah gak usah di dengarkan tu Ayah kamu tuh, bawaannya gitu" ujar Herdiana

Ketiganya pun menikmati moment bersama, hingga keesokkan paginya keduanya pergi menuju bandara

2 Minggu kemudian, kepulangan keduanya dari kota B di wilayah bagian timur, sesuai dengan ucapan Rahmat jika kepulangan keduanya menggunakan kapal penumpang

Berada di atas kapal beberapa hari, berlayar bersama dengan orang tercinta itu sungguh menyenangkan, namun siapa sangka, moment yang tercipta itu seolah sirna dengan ketakutan yang maha dahsyat. Kapal yang mereka tumpangi ini mengalami sebuah tragedi hingga menewaskan beberapa ratusan orang

"Mas, aku takut Mas" ujar Herdiana yang memeluk erat suaminya

"Tidak usah khawatir sayang, kita akan baik-baik saja" jawab Rahmat menenangkan

"Mas aku ingin kita berdua selamat Mas" ujar Herdiana. "Ada Riri yang sudah menunggu kedatangan kita Mas" lanjut Herdiana menangis sesenggukan

Rahmat pun tak bisa berkata-kata hanya harapan dan doa yang iya panjatkan semoga badai ini berlalu, jika memang takdirnya harus meninggalkan putri semata wayangnya. Hanya satu harapannya, kelak putrinya akan mendapatkan seseorang yang benar-benar menjaga dan membuatnya bahagia.

Di satu sisi informasi telah beredar berita mengenai tenggelamnya sebuah kapal dari  makassar tujuan surabaya. Riri yang beberapa hari ini gelisah dan selalu bermimpi dibuat kalut dengan berita yang tersebar

Riri yang sudah pulang sekolah dengan cepat menyambar TV dan menonton berita tersebut. Seperti sebuah nuklir yang membombardir tubuh Riri terpaku mencerna semua yang terjadi. Seketika tangis riri pun pecah, seakan frustasi dan tak percaya kedua orang tuanya pergi disaat usianya akan memasuki ke 15 tahun.

"Ayah... Bunda...." tangis Riri piluh

"Ayah... Bunda, Riri yakin Ayah dan Bunda pasti selamat" lirih Riri lalu beranjak pergi ke salah satu rumah sakit dimana para pasien dan para korban yang dievakuasi langsung segera ditangani oleh tim medis

_

_

_

_

Sudah satu minggu setelah pemakaman kedua orang tuanya. Riri hanya hidup sebatang kara, berdiam diri dan tak lagi memikirkan masa depannya saat ini. Riri menghabiskan waktunya hanya dengan meratapi kedua orang tuanya. Menangis ya, berteriak apalagi tapi tidak ada yang dapat menolongnya. Bahkan untuk mengurus dirinya saja entalah, makan pun jika iya benar-benar ingin. Jika tidak kadang harus menahan lapar hingga jatuh pingsan.

Beruntung Riri memiliki sahabat seperti Juliana yang selalu memberinya suport dan selalu membuatnya tertawa, memberikan semangat juang agar bangkit dari keterpurukan. Namun tetap saja, dalam ingatannya masih sangat jelas melihat kedua orang tuanya pergi untuk selama-lamanya. Membuat dada Riri sesak menahan sembiluh

"Akankah aku mampu bertahan untuk tetap hidup tanpa kalian?" isak Riri piluh sambil memeluk foto kedua orang tua tercintanya.

_

_

_

_

_

_

7 tahun kemudian....

"Tidaaaaaak….." teriak Riri

"Nak, bangun. Nak apakah kamu bermimpi buruk lagi" tanya Bu Ratih

"Hikss…hiks…"😭, "Riri kangen Bunda dan Ayah, Bu" ujar Riri menangis sambil memeluk Bu Ratih

"Sudah Nak, kamu minum dulu dan tenangkan hatimu lalu kembalilah tidur" titah Bu Ratih

"Nggak Bu, Riri gak mau tidur lagi" sedikit menolak, "Riri takut Bu" jawab Riri

"Sudahlah Nak, ayo biar Ibu temani ya sampai kamu tertidur" ujar Bu Ratih menenangkan. Riri yang masih gelisah pun mengangguk lalu merebahkan tubuhnya dan memejamkan matanya

Jam alarm berbunyi menandakan waktu sudah pukul 06.30 WIB. Riri segera bangun dan membersihkan dirinya, lalu beranjak menuju ke dapur

"Bu, sedang masak apa" tanya Riri

"Kamu sudah bangun Nak" jawab Bu Ratih. "Ayo, kita sarapan dulu" seru Bu Ratih sembari menata sarapan di meja makan. Keduanya pun memulai sarapan. Di sela-sela menyantap sarapan, Bu Ratih membuka percakapan

"Oh iya Nak, apa hari ini kamu tidak sibuk" tanya Bu Ratih

"Mm…sepertinya tidak, ada apa Bu" tanya Riri

"Begini Nak, Ibu hari ini berniat mau mengantarkan pesanan jahitannya Nyonya Sarah, tapi karena orderan jahitan yang masih menumpuk akhirnya Ibu menundanya" ujar Bu Ratih

"Padahal pesanan ini akan digunakan sebentar malam di acara besarnya Nyonya Sarah" jelas Bu Ratih. "Apakah Riri, gak keberatan bantu Ibu?" sambung Bu Ratih

"Iya Bu, mana alamatnya biar setelah Riri membereskan ini langsung pergi untuk mengantarkannya" jawab Riri

"Sebentar ya, Ibu rapikan dulu barangnya" ucap Bu Ratih beranjak dari ruang makan

Sepuluh menit kemudian setelah Ibu Ratih menyusun barang orderan...

"Apakah sudah beres Bu" tanya Riri

"Iya Nak, ini" jawab Bu Ratih lalu memberikan paper bag dan kartu alamat pemiliknya

"Ok. Kalau begitu Riri segera pamit ya bu" ujar Riri memberi salam

"Iya Nak, kamu hati-hati ya bawa sepedanya, gak usah ngebut-ngebut" ucap Bu Ratih

"Hehe…Ibu bisa aja, motor kali ngebut-ngebut" jawab Riri kemudian pergi mengantarkan orderannya dengan senang hati😍

Kasih semangat dong para readers, Author baru pemula nih, mungkin ada saran & kritik monggo....😊

#MWM 02 (KEDIAMAN PRATAMA)

"Mmm, sepertinnya alamat ini sudah benar" gumam Riri sambil melihat kembali kartu alamatnya

"Oh iya mana gerbang rumahnya tinggi banget lagi, terus keq gak ada nih tombol belnya atau apa gitu" dumel Riri sambil celingak-celinguk mencari penjaga atau siapapun.Tanpa sadar ada CCTV akses untuk masuk ke kediaman Pratama

Alangkah terkejutnya Riri saat pintu gerbang terbuka. Riri langsung terperanjat dan melebarkan senyum manisnya

"Selamat pagi, apakah ini benar kediaman Nyonya Sarah" tanya Riri

"Iya Dek, Adek ini siapa? dan ada keperluan apa dengan Nyonya Besar" tanya Satpam

"Hehe, apa saya gak boleh masuk dulu nih pak?" cengir Riri. Namun pertanyaannya tidak digubris sang satpam dan hendak menutup pintu gerbang

"E..eh pak kok di tutup sih, baiklah. Pak, saya kesini mau mengantarkan pesanan jahitannya Nyonya Sarah, karena pesanan ini akan digunakan sebentar malam di acara besarnya beliau" ujar Riri. Pak Amir sang satpam menatap lekat wajah Riri mencari tahu kebenaran di sana, namun sepertinya benar rupanya

"Kamu tunggu di sini, jangan kemana-mana" pinta Pak Amir segera masuk menemui Nyonya Besar. 10 menit kemudian pak amir keluar dan menyuruh Riri untuk mengikutinya

Di ruang tamu sudah ada nyonya sarah, suaminya dan anak bungsunya adinda pratama yang sedang berbincang-bincang.

"Permisi Nyonya, ini anak yang tadi mau mengantarkan pesanan anda" ujar Pak Amir

Nyonya Sarah menoleh lalu tersenyum ramah. "Oh ini ya, anaknya Bu Ratih?" tanya Sarah

"Iya Nyonya, ini pesanannya" jawab Riri tersenyum kemudian meletakan paper bag di atas meja

"Kalau begitu, kamu duduk dulu ya, biar saya sama suami saya mencobanya sebentar" pinta Sarah

"Baik nyonya" jawab Riri

"Pak Amir, suruh Bi Ija buatkan minum untuk tamu kita" ujar Sarah lalu berjalan menuju kamar utama bersama suami tercintanya

"Baik Nyonya" jawab Pak Amir beranjak menemui Bi Ija kearah dapur

"Bi Ija, tolong buatkan minuman jus untuk ade gadis di depan ya" ujar Pak Amir

"Siap Mang" jawab Bi Ija

Lima menit kemudian....

"Ini di minum dulu Dek" pinta Bi Ija

"Makasih ya Bu" jawab Riri tersenyum ramah

Lima belas  menit kemudian...

"Loh... Dinda kemana Bi?" tanya Sarah saat menyapa Riri di ruang tamu

"Itu Nyonya, katanya mau siap-siap ke kampus" jawab Bi Ija

"Ya sudah. Oh iya nak Riri, bajunya sudah sesuai  dan pas dengan sizenya" ujar Sarah

"Ah, syukurlah Nyonya" jawab Riri tersenyum, "Kalau begitu saya izin pamit ya, Nyonya" sambung Riri sembari memberi salam

"Ah iya Nak. Oh iya, ini nanti tolong berikan ini pada Ratih ya dan sekali lagi terima kasih kamu sudah repot-repot mengantarkan pesanan saya" ujar Sarah. Riri pun, segera menerima sebuah paper bag darinya

"Sama-sama Nyonya. Kalau begitu, saya pulang dulu" ucap Riri

"Sopan sekali " lirih batin Sarah. "Oh iya Nak, kamu hati-hati ya" jawab Nyonya Sarah. Riri pun, membalas dengan seulas senyuman, lalu beranjak meninggalkan Kediaman Pratama

"Ee..eh anak Mami main nyelonong aja, salam dulu dong" seru Sarah saat melihat putri bungsunya menuruni tangga lalu melewatinya begitu saja

"Dinda udah telat nih Mi" jawab Adinda sambil mengecup pipi Sarah. Melihat tingkah sang bungsu Sarah hanya tersenyum. Dinda kemudian berlari keluar rumah lalu menunggangi mobil yang sedari tadi supirnya sudah menunggu

"Pah…." panggil Sarah

"Iya Mi, ada apa" tanya Pratama yang sedang menikmati coffe mocanya

"Pah, tahun inikan Abang nanti genap 28 tahun. Mami kok penasaran ya Pah, Abang kok gak pernah ya perkenalkan sosok wanita ke kita ya pah" jelas Sarah

"Papa sih nunggu Abang mau cerita ke kita aja. Papa percaya kok, ab5ang pasti punya pasangan, tapi mungkin Abang menunggu waktu yang pas aja Mi" jawab Pratama

"Mungkin sih Pah, tapi kalau sampai gak ada Mami udah  punya pilihan yang tepat nih buat Abang" ujar Sarah tersenyum sumringah

"Udahlah Mi, kita itu harus percaya, biarkan Abang yang nentuin siapa yang akan jadi pendampingnya kelak" jawab Pratama lalu beranjak ke dalam rumah

"Loh, kok main nyelonong aja sih Pah" ucap Sarah, "Gak anak gak bapaknya, bikin gemesin deh" sambung Sarah yang mengikuti suaminya dari belakang

_

_

_

"Ya udah Mi, Papi juga mau keluar sebentar" ujar Pratama

"Hem, mentang-mentang udah sibuk banget udah lupa sama istri" balas Sarah, "Sekali-sekali have fun bareng kek" dumel Sarah

"Oh yang lagi nagih janji, Hem gimana kalo have fun nya entar malam" balas Pratama menyeringai

"Ih Papi, bawaannya mesum mulu" ujar Sarah memukuli lengan suaminya

"Ih emang have fun cuman itu doang, nih ya ketahuan kalo Mami yang mesum" balas Pratama menunjuk kearah istrinya

"Ya..ya biarin suka-suka Mami, kaya Papi gak aja, ngomongin Mami" ujar Sarah lalu menyalami tangan suaminya

"Papi berangkat ya Mi" ujar Pratama lalu mengecup kening istrinya

"Bye-bye Papi, nanti siang Mami mampir ya" balas Sarah lalu masuk ke dalam rumah, sebagai Nyonya bukan menutupi kemungkinan seseorang bisa berleha-leha, Sarah lebih dominan dengan dirinya yang apa adanya lebih senang menghabiskan waktu untuk mengembangkan bakatnya di bidang tata boga, hal yang menyenangkan dari kegiatan ini adalah menciptakan menu baru dan resep baru baik itu masakan khas, ala rumahan, dan sebagainya. Tak hayal jika, seseorang Nyonya Pratama memiliki ide bisnis nya sendiri berupa toko kue dan restoran yang menyajikan berbagai menu masakan khas Indonesia maupun dunia

Sarangheyo dofu-dofu 🤗

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!