Lima tahun telah berlalu sejak kejadian menyedihkan waktu itu, kini keluarga yang dulu hancur bahkan hampir tak mempunyai ruang untuk bernafas akhirnya bangkit dari keterpurukan dan membangun semuanya kembali dari awal. Tak banyak yang berubah dari keluarga itu hanya saja kesedihan yang dulu hampir setiap hari menyelimuti sekarang sudah hampir tak terlihat, yang kini telah berganti dengan kebahagiaan yang melimpah. Ya, hampir bukan sepenuhnya lenyap terkadang rasa itu kembali datang hanya saja tak membawa pengaruh apapun dikehidupan baru ini.
Seorang wanita paruh baya terlihat kesulitan membawa setumpuk kardus berukuran sedang dengan kedua tangannya, dia berjalan dengan hati-hati karena penglihatannya hampir tertutup oleh kardus tersebut. Melihat seorang laki-laki hanya duduk bermain handphone tanpa terlihat memperdulikan kesibukan yang dilakukan wanita paruh baya tersebut. Wanita itu pun mendengus keras lalu berkata dengan cukup keras, "Mau sampai kapan kamu akan terus memperhatikan hpmu daripada membantu aku?!" Ucapnya dengan nada yang terdengar jelas sangat kesal.
Laki-laki itu menoleh lalu tersenyum canggung dia melirik ke arah lain sambil menggaruk punggung lehernya yang tak gatal untuk menutupi rasa canggungnya, kemudian berjalan menghampiri wanita paruh baya tersebut sambil berkata, "Ada banyak pesanan yang masuk, jadi penting bagiku untuk mengurus mereka juga bukan?" Tanyanya sembari mengambil alih semua kardus yang dibawa wanita paruh baya itu.
"Aku tau mereka juga penting, tapi bagian itu sudah ada yang mengurus. Aku juga tau itu hanya alasanmu saja, padahal kamu sedang main game bukan?" Tanya wanita paruh baya itu sambil tersenyum penuh makna.
Laki-laki itu batuk pelan sebelum menjawab, "Ah Mama sok tau nih, enggak kok aku tadi ngurus pesanan yang masuk, sungguh!"
"Mama tau, kamu itu nggak pandai berbohong jadi jujur saja!" Ucap wanita paruh baya itu sambil menarik telinga kanan laki-laki di depannya yang tak lain adalah Kaisar.
Ya, wanita paruh baya itu adalah Anika. Dia membangun semua bisnisnya dari awal sampai lima tahun kemudian semua yang dirintisnya membuahkan hasil yang memuaskan. Dia membuka sebuah toko kue yang awalnya hanya satu toko saja kini sudah membangun 3 cabang diberbagai tempat. Perlahan tapi pasti dia mulai melangkah maju dengan putra semata wayangnya, Kaisar.
Kaisar sendiri sekarang sedang menjalani kuliah yang sudah hampir selesai, dia tumbuh menjadi pemuda yang sangat tampan dan dewasa kulitnya yang putih dengan rambut lurus hitamnya yang sengaja dipanjangkan hampir sebahu itu, membuatnya semakin terlihat lebih berkarisma.
"Ini mau dibawa kemana Ma?" Tanya Kaisar sambil mengelus telinganya yang memerah karena ditarik oleh Anika tadi.
"Bawa ke ruang belakang, kardus itu berisi kue pesanan teman Mama, jadi mau disiapkan untuk dikirim nanti siang." Jawab Anika.
Kaisar mengangguk pelan kemudian membawa semua kardus itu ke ruangan yang dimaksud Anika. Anika sendiri ikut berjalan di samping Kaisar menuju ruangan tersebut.
"Taruh disini aja nak." Ucap Anika sambil menunjuk sebuah meja panjang yang berada di sudut ruangan.
"Iya, Ma." Jawab Kaisar sembari meletakkan kardus ke atas meja yang ditunjuk Anika sebelumnya. "Oh ya Ma, Kai mau keluar sebentar ya mau cari buku buat skripsi nanti." Ucap Kai kemudian yang meminta izin ke Anika.
Anika mengangguk pelan kemudian menjawab, "Hati-hati, jangan kebut bawa motornya." Ingatnya dengan nada lembut.
"Siap bos!"
Kai pun langsung pergi menuju ke sebuah toko buku dengan mengendarai motor kesayangannya yang jaraknya tidak terlalu jauh dengan toko kue milik Anika.
Lima belas menit kemudian sampailah dia di sebuah toko buku langganannya, dia bahkan sudah kenal akrab dengan pemilik toko buku tersebut.
"Siang, Ko." Sapa Kaisar kepada pemilik toko buku itu setelah dirinya memasuki toko tersebut.
Pemilik toko yang biasa dipanggil Koko itu masih sibuk memandangi layar komputer di depannya, dia tidak perlu menoleh untuk mengetahui siapa yang datang, karena dia sudah hafal betul dengan suara Kaisar.
"Siang Kai, mau cari buku?" Jawab pemilik toko buku tersebut tanpa memandang ke arah Kaisar yang sudah mulai berjalan ke arah rak buku.
"Enggak Ko, aku mau cari makan." Jawab Kaisar dengan nada bercanda.
"Haiyya, elu minta dijitak rupanya." Jawab Koko, pemilik toko buku tersebut sambil geleng-geleng kepala yang hanya ditanggapi ketawa kecil dari Kaisar.
Tak lama, Kaisar menemukan buku yang dicarinya namun sebelum dia mengambil buku itu, dia melihat sebuah komik anime yang sangat menarik perhatiannya, bagaimana tidak itu adalah komik favoritnya dari bangku SMP sampai dia kuliah sekarang.
"Wah!! Akhirnya komik yang ku tunggu-tunggu realis juga!" Ucap Kaisar yang sangat bersemangat.
Saat Kaisar hendak mengambil komik tersebut, tiba-tiba ada sebuah tangan yang dengan cepat mengambil komik itu sebelum Kai bisa meraihnya.
"Wow wow wow!!! Akhirnya kamu datang juga sayang, setelah aku menunggumu selama setahun ini!" Ucap seseorang yang mengambil komik tersebut, suaranya terdengar nyaring memenuhi toko buku itu yang memang masih dalam kondisi yang lumayan sepi.
Kaisar yang tepat di samping orang itu segera menutup kedua telinganya dengan kedua tangannya, dia ingin mengumpat sekeras mungkin.
Kaisar kemudian menoleh dengan kesal ke arah orang itu yang terlihat sedang menciumi komik yang diambilnya tadi. Kaisar melihat orang itu dari atas sampai bawah, dia adalah seorang gadis yang masih mengenakan seragam SMA.
"Eh bocil, komik itu gue duluan yang lihat sini balikin!" Perintah Kaisar dengan santai namun dengan nada bicara yang terdengar sangat kesal sambil mengulurkan tangan kanannya.
Gadis yang sedang kegirangan tersebut langsung terdiam mendengar ucapan Kaisar. Dia pun ikut menoleh ke arah Kaisar yang sedang menatapnya dengan tatapan kesal.
"Eh maaf ya mas, ini gue dulu yang lihat dan gue juga yang ambil duluan, jadi komik ini milik gue. Lo cari aja yang lain!" Jawab gadis SMA tersebut dengan songong.
Tanpa menunggu jawaban dari Kaisar, gadis itu langsung pergi menuju meja Kasir untuk membayar komik tersebut. Kaisar yang masih mematung setelah mendengar jawaban dari gadis itu pun hanya bisa membuka tutup mulutnya tanpa mengatakan sepatah katapun.
"Ah baiklah, aku mengalah saja." Ucap Kaisar pelan kepada dirinya sendiri. Dia kemudian kembali melihat ke arah rak buku untuk mencari komik yang sama, namun sayangnya itu adalah komik terakhir yang tersedia sebelum diambil oleh gadis SMA tadi.
"Ko, komik animenya udah habis? Gak ada lagi?" Tanya Kaisar dari kejauhan kepada pemilih toko yang berada di meja Kasir.
"Bulan depan baru ada lagi, Kai." Jawab Koko singkat.
Mendengar jawaban dari pemilik toko buku itu, Kaisar ingin sekali mengumpat dan kembali meminta komik itu dari sang gadis, namun sayangnya gadis itu sudah pergi dari toko buku tersebut.
"Dasar bocil!!! Kalo ketemu lagi, gue jitak kepala lo!" Umpat Kaisar dengan menggeretakkan giginya.
Akhirnya Kaisar hanya bisa pasrah, walaupun sebetulnya dia benar-benar tidak ikhlas karena dia juga sudah menunggu lama untuk bisa mendapatkan komik tersebut. Dia akhirnya hanya membeli buku untuk skripsi yang menjadi tujuan awalnya.
Hal yang paling membahagiakan adalah cinta, namun cinta bisa saja mendatangkan luka yang obatnya adalah cinta itu sendiri.
_____
Kaisar pulang dengan wajah lesu, rambutnya yang sedikit panjang sudah berantakan akibat memakai helm. "Aku pulang." Ucapnya setelah memasuki rumah.
"Oh Mama belum pulang rupanya." Ucap Kaisar kepada dirinya sendiri setelah memperhatikan sebentar seisi rumah lalu merebahkan diri ke atas sofa.
Setelah merebahkan diri dia terdiam beberapa saat dan terlihat tengah memikirkan sesuatu, tatapannya mengarah ke langit-langit ruangan, "Siapa cewek tadi, wajahnya seperti tidak asing tapi siapa? Dia seperti mirip seseorang, tapi siapa?" Kaisar berkata dengan dirinya sendiri dia terlihat frustasi, rupanya dia masih terpikirkan oleh gadis yang berebut komik dengannya.
"Haiss, sial! Semakin dipikirin semakin gue keingat kejadian tadi." Keluhnya sambil mengacak-acak rambutnya yang hitam lurus. "Pokoknya kalo ketemu lagi, gue harus bisa jitak kepala itu bocah!" Lanjutnya sambil mengepalkan tangan geram, seolah-olah dia telah kehilangan sesuatu yang paling berharga di dunia.
"Itu kan cewek yang ambil komik gue tadi siang." Ucap seorang pemuda berambut sebahu hitam lurus yang tak lain adalah Kaisar, rupanya dia kembali melihat gadis yang bertemu dengannya di toko buku.
Gadis yang terlihat tengah duduk manis di rerumputan taman kota sambil membaca komik dengan serius itu pun terlihat menunjukkan berbagai ekspresi yang berubah-ubah seiring dia membaca komik tersebut. Rambutnya yang hitam panjang yang terurai dengan indahnya itu pun ikut bergoyang-goyang akibat angin yang menerpanya.
Kaisar yang melihat dia dari kejauhan sedikit terhipnotis akan wajah manis tersebut, namun dia langsung tersadar dengan tujuan awalnya yaitu merebut harta karun paling berharga di dunia yaitu komik ya, sebuah komik yang mungkin bagi sebagian orang, itu hanyalah tindakan konyol harus berebut sebuah komik yang pada dasarnya bisa didapatkan lain waktu tanpa harus berebut dengan orang lain. Tapi tidak bagi Kaisar, dia harus mendapatkan apa yang dia inginkan.
"Kena kau!" Kaisar berkata pelan sambil berjalan mengendap-endap ke arah belakang gadis tersebut, dia bersiap-siap merebut komik itu pada jarak tertentu.
Gadis itu tak menyadari kedatangan Kaisar karena dia terlalu fokus dengan komiknya, dan tanpa dia sadari tiba-tiba sesuatu menyerangnya dari belakang, "Akhirnya! Akhirnya! Kamu kembali kepada Papa sayangku!" Ucap seseorang dari belakang gadis tersebut dengan lantang.
Sang gadis memerlukan beberapa detik untuk mencerna kejadian yang menimpanya, tangannya masih menggantung seperti sebelumnya saat sedang memegang komik yang dibacanya, komik yang kini sudah direbut paksa oleh Kaisar tanpa sepengetahuannya. Setelah mendapatkan kembali kendali tubuhnya, gadis itu pun segera menoleh ke belakang dimana Kaisar berada, pemuda yang kini sudah berjalan pergi itu pun terlihat berlari-lari kecil sambil sesekali menciumi komik seperti orang gila.
"Woy!!!" Teriak gadis itu kepada Kaisar.
"Woy bangs*t! Kembaliin komik gue!" Lanjutnya yang kini sudah bangun berdiri bersiap menyusul Kaisar.
Kaisar yang mendengar itu hanya menolah sebentar lalu melanjutkan langkahnya tanpa memperdulikan sang gadis yang kini sudah berwajah merah menahan emosi. Siapa yang tidak marah, orang asing tiba-tiba merebut sesuatu darinya bahkan tanpa ada izin sama sekali. Mengetahui tidak ada tanggapan sama sekali dari Kaisar, tanpa pikir panjang gadis itu langsung berlari secepat mungkin agar bisa menyusul Kaisar yang sudah menjauh.
Setelah berlari beberapa saat akhirnya gadis itu mampu menyusul Kaisar yang masih asik tertawa cekikikan karena berhasil merebut komik tersebut. Gadis itu tak mau kehilangan kesempatan, ia langsung menarik baju Kaisar dari belakang agar Kaisar mau berhenti menjauh dan mengembalikan komiknya.
"Eh orang gila! Kembaliin komik gue sekarang juga!" Ucap gadis itu kepada Kaisar yang kini sudah menghadap ke arahnya.
Kaisar mengangkat kedua alisnya kemudian menjawab, "Komik ini maksud lo?" Ucapnya sambil menunjukkan komik tersebut.
"Ya iyalah kampret! Kan komik itu yang lo curi dari gue!" Gadis tersebut mulai kehilangan kesabaran. "Cepat kembaliin atau gue neriakin lo maling!" Tegasnya.
"Teriak aja, siapa takut." Jawab Kaisar dengan santai.
"Eh, nantangin ni orang." Tanpa mau basa-basi terlalu jauh, gadis itu menggerakkan tangannya dengan cepat untuk merebut kembali komik yang kini sedang dipegang ditangan kanan Kaisar.
Kaisar yang menyadari hal itu langsung mengangkat tinggi-tinggi komik tersebut, dan benar saja perbedaan tinggi yang cukup jauh diantara keduanya membuat sang gadis tak mampu meraih komik tersebut.
"Ambil aja kalo bisa elah, dasar bocil." Ledek Kaisar, dia berdiri dengan santai sambil menikmati pemandangan dihadapannya dimana si gadis masih berusaha meraih komik ditangannya.
"Kembaliin kampret! Kembaliin gue bilang!" Gadis itu sesekali mengumpat sambil loncat-loncat pelan agar bisa meraih komiknya.
"Udah ah gue capek, lagipula dari awal elu yang rebut komik ini dari gue di toko buku tadi siang." Tanpa menunggu jawaban dari si gadis, Kaisar langsung berjalan pergi meninggalkannya yang kini terlihat kelelahan akibat loncat-loncat, dia juga menahan amarah yang begitu mendalam.
"Baiklah, ini yang lo mau?" Ucapan lirih keluar dari mulut sang gadis yang kini ekspresi wajahnya berubah menjadi sinis dan menakutkan.
Gadis itu terlihat mengambil ancang-ancang dan bersiap berlari secepat mungkin, beberapa saat kemudian terjadilah sesuatu yang tidak terduga, kaki mungil nan pendek itu dengan kekuatan yang cukup besar berhasil mendarat dan menendang bok*ng Kaisar tanpa memberikan kesempatan untuk pemuda tersebut bisa menghindar, dan benar saja siapa sangka Kaisar berhasil dilumpuhkan dan jatuh tersungkur, komik yang diagung-agungkan itu pun ikut melayang dan berhasil diambil alih oleh sang gadis.
"Aww!!" Kaisar meringis kesakitan sambil memegangi bok*ngnya.
"Anak sial-..." Sebelum dia bisa melanjutkan perkataannya Kaisar baru tersadar akan sesuatu, "Eh? Kenapa gue tidur di lantai?" Tanyanya dengan kebingungan kepada dirinya sendiri.
Rupanya pertemuan dengan sang gadis dan adanya adegan dramatis saling berebut komik hanyalah mimpi dari tidur Kaisar.
"Sial! Bisa-bisanya gue mimpiin bocil itu!" Umpatnya dengan mengusap kasar wajah kusutnya. Kaisar berusaha bangun dengan hati-hati, dia memegangi bok*ngnya yang terasa sakit, dia memang ditendang di alam mimpi, namun hal itu benar-benar membuatnya terjatuh dari atas sofa ke lantai sehingga rasa sakitnya terasa sampai ke dunia nyata.
Aku begitu cemburu pada purnama dalam gelap dan kesendiriannya, dia mampu memancarkan cahaya terang tanpa mengharap balasan dari semesta. Purnama itu terlihat begitu bahagia membagikan cahayanya kepada ia yang merindukan dekapan cinta.
Diheningnya malam tanpa bintang dan hanya purnama yang menghiasi langit dunia, tengah ditatap oleh sepasang mata indah dalam diam. Tatapannya begitu dalam seolah-olah tengah menyampaikan harapan kepada bulan untuk disampaikan kepada Tuhan.
"Tuhan... Pintaku masih sama, tolong beri aku kebahagiaan." Ucapnya lirih tanpa mengalihkan pandangan dari bulan purnama.
Dia beralih dari tempat dimana dia memandangi rembulan menuju ke sebuah tempat tidur yang di atasnya sudah terlihat ada sosok perempuan paruh baya sedang tertidur pulas.
Dia memandangi perempuan paruh baya itu cukup lama, sangat terlihat jelas bahwa dia menyimpan kesedihan yang begitu mendalam diwajahnya, dia berusaha menahan air mata yang hampir terjatuh itu meskipun tidak ada orang disekitarnya karena dia tidak ingin terlihat lemah malam itu.
Dia mendekatkan wajahnya ke arah perempuan paruh baya yang sedang tertidur itu kemudian mengusap pelan rambutnya sebelum berkata, "Ma, cepatlah pulih dan kembali seperti dulu aku sangat merindukanmu." Ucapnya dengan nada yang sedikit bergetar.
Sesaat kemudian senyuman tipis menghiasi wajahnya, "Aku pulang dulu, besok aku akan kesini lagi ya, Ma." Katanya sekali lagi kemudian mencium kening perempuan paruh baya itu dengan pelan dan hati-hati agar perempuan itu tidak terbangun dari tidurnya.
Kemudian dia berjalan ke luar kamar dan menutup pintu kamar dengan hati-hati agar meminimalisir bunyi pintu kamar tersebut.
Saat dia berbalik badan dia langsung dikejutkan oleh seorang pria paruh baya meskipun usianya sudah tak lagi muda namun tubuh pria itu masih segar dan tegap, ternyata pria itu sedari tadi memperhatikannya saat masih di dalam kamar yang sebelumnya pintunya masih terbuka sehingga pria itu sangat mampu memperhatikan dari luar kamar.
"Ngapain kamu?" Tanya pria paruh baya itu dengan dingin.
"Eee a-aku cuma mau melihat Mama." Jawabnya dengan sedikit ketakutan.
"Sudah aku bilang berkali-kali kan, jangan temui Mama mu saat dia masih dalam kondisi seperti itu!!!" Kali ini suara pria paruh baya itu sedikit meninggi dari sebelumnya.
Sekuat apapun dia, dia hanyalah seorang gadis biasa yang lemah dan sama sekali tidak bisa dibentak, apalagi yang membentaknya adalah orang tua kandungnya sendiri.
"T-tapi Pa, aku lihat Mama pas Mama udah tidur jadi Mama nggak lihat aku." Dia berusaha membela diri dengan kejujurannya.
"Berani ngelawan saya kamu, hah?!" Tangan pria paruh baya itu sudah melayang di udara bersiap mendarat di pipi sang gadis.
Gadis itu berusaha melindungi wajahnya dengan kedua tangan, namun apa yang ia takutkan tak kunjung terjadi, dia pelan-pelan melirik ke arah tangan pria paruh baya itu dan yang ia lihat, tangan pria itu hanya menggantung di udara.
Gadis itu sangat ketakutan, bahkan untuk bernafas pun dia begitu hati-hati, dia ingin sekali pergi dari hadapan pria paruh baya itu, namun kakinya terasa sangat lemas tidak bisa bergerak sedikitpun. Hasilnya dia hanya bisa menunggu pria paruh baya itu yang pergi meninggalkannya. Seperti inilah kehidupan yang ia jalani hampir setiap hari, tanpa senyuman tanpa canda tawa dan tanpa kebahagiaan, yang ada hanya kesengsaraan dia bagai hidup di dalam neraka rumahnya sendiri. Apalah daya, dia ingin melarikan diri hanya saja keberaniannya tak mampu membawanya pergi.
"Pergilah! Kali ini aku akan memaafkanmu, kalau aku lihat kamu masih berusaha menemuinya lagi, aku tidak akan segan-segan mengambil kebebasanmu." Ucap pria paruh baya itu kemudian setelah hening tercipta diantara keduanya.
Gadis itu tidak menjawab, dia hanya menganggukkan kepala pelan kemudian pergi menuju kamarnya. Ada tangis yang ia sembunyikan dibalik diamnya dia begitu membenci dirinya sendiri, karena dia menilai bahwa dialah alasan dibalik kehancuran keluarga ini.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!