NovelToon NovelToon

Genesis: The Lucky Blacksmith

Putus Asa

Riko membanting tas kuliahnya dengan kasar. Di dalam kamar kos sempit berukuran 3x3 meter persegi itu Riko membenamkan diri dalam kemarahan dan kekecewaannya. Ini sudah tahun ke tujuhnya menjadi mahasiswa. Tiga judul skripsi sudah dia ajukan. Namun baru saja sang dosen pembimbing kembali menolak judul skripsinya yang ketiga. Penolakan dosen saat itu rasanya jauh lebih sakit daripada penolakan cinta.

“Ta*!” rutuknya terus menyumpah dan berkata kasar.

Kalau saja dosen pembimbingnya sedikit lebih mudah ditemui, Riko bisa lebih sering berkonsultasi. Dengan begitu ia tidak perlu banyak membuang waktu untuk merevisi skripsinya. Ini adalah tahun terakhirnya bisa berkuliah. Surat cinta dari kampus sudah melayang padanya, mengabarkan bahwa ia akan terkena drop out bila tidak lulus tahun ajaran ini.

Orang tua Riko sudah angkat tangan. Anak sulung mereka itu sudah memakan biaya terlalu banyak untuk berkuliah dan merantau. Kini keduanya memilih fokus untuk membiayai adiknya yang masih duduk di kelas dua SMA swasta di Jakarta.

Riko merasa seperti ditinggal sendirian. Merantau di Yogyakarta dengan uang saku pas-pasan. Tidak punya pekerjaan dan hanya bisa meratap setiap kali ke kampus karena semua teman seangkatannya sudah lulus. Ia bahkan tidak bisa meminta tambahan uang bulanan pada ayahnya karena terlanjur malu. Usianya sudah dua puluh lima tahun, tapi ia masih pengangguran.

Riko pernah melakukan berbagai pekerjaan part time sebelum ini. Mulai dari menjadi waiter di cafe, menjadi penjaga distro, hingga penjaga warnet. Tapi semua kegiatan itu justru terlalu menyita waktu Riko. Ketidakmampuannya memanagemen waktu malah membuat kuliahnya semakin amburadul. Terutama karena ia selalu mendapat shift malam hanya karena dia seorang laki-laki.

Semenjak mendapat surat peringatan DO awal tahun ajaran ini, Riko bertekad untuk fokus kuliah dan meninggalkan semua jenis pekerjaan part timenya. Waktunya hanya setahun untuk bisa mendapat gelar sarjana. Ada kalanya ia ingin melepas mimpinya sebagai Sarjana Teknik. Namun rasanya sayang karena telah menghabiskan begitu banyak uang untuk belajar tanpa mendapat ijazah.

“Bodo amat lah. Mending ngegame aja,” gumamnya kesal.

Satu-satunya hal yang bisa mengalihkan pikiran Riko dari rasa frustasi adalah permainan game online yang baru dia mainkan setahun belakangan. Inilah kekurangan Riko yang terbesar: pecandu game. Ia sendiri mengakui kalau sudah bermain game di ponselnya, ia lupa waktu. Meski begitu, kegiatan tersebut memang bisa sedikit memperbaiki moodnya yang rusak karena masalah-masalah yang terus datang bertubi-tubi.

Riko akhirnya mengambil ponselnya dari dalam tas kuliahnya. Sambil merebah nyaman di kasur busa tipis yang sudah usang, Riko pun membuka aplikasi game MMORPG kesukaannya: Genesis. Baru beberapa menit memulai permainan, mendadak pintu kos Riko terbuka tanpa diketuk. Seorang perempuan cantik berambut panjang masuk begitu saja sambil membawa bungkusan plastic dari superparket.

“Yang, kok kamu nggak bales chatku? Katanya tadi ke kampus? Gimana dosen bilang?” sapa perempuan itu langsung mengajukan pertanyaan.

Riko segera bangkit terduduk dengan salah tingkah. “Sita. Kok kamu nggak ngabarin mau ke sini,” ucapnya sembari mencoba menyembunyikan ponselnya di

“Kan aku udah chat dari siang tadi. Kamu juga pegang hp bukannya buka chatku malah ngapain, sih?” sergah Sita lantas menyambar ponsel Riko.

Riko buru-buru menepis tangan Sita, tetapi gadis itu bergerak lebih cepat. Ponsel di genggaman Riko kini sudah berada di tangan Sita. Ekspresi gadis itu segera berubah marah. Ia menatap Riko dengan begitu kesal lantas menghela napas lelah.

“Kamu masih sempet-sempetnya main game kayak gini? Kamu nggak malu apa, sama orang-orang lain. Udah umur segini, bukannya serius kuliah terus lulus cepet, malah ngegame kayak anak kecil,” hardik Sita kemudian.

“Tapi kamu kan juga pernah main ini,” kilah Riko asal bicara.

Sanggahan Riko itu semakin membuat Sita emosi. “Bukan itu masalahnya, Riko! Aku udah capek ya sama kamu. Kamu itu kayak nggak punya masa depan. Aku masih bisa terima kalau kamu belum lulus atau belum kerja sampai sekarang. Tapi kamu malah males-malesan ngegame mulu!

“Aku udah capek nunggu kamu, Riko. Papa mamaku juga udah nanyain kejelasan kamu. Aku sampe udah naik jabatan di kantor tapi kamu belum lulus juga. Padahal kita ini seangkatan, dan aku udah lulus dari tiga tahun yang lalu sementara kamu sama sekali nggak ada usahanya. Kita putus aja,” cecar Sita panjang lebar.

Seakan kesialannya hari ini belum berakhir, Riko kini harus kembali menerima kata putus dari Sita, pacarnya sejak lima tahun terakhir. Riko rasanya ingin meledak marah tapi ia menahan diri. Ia tidak ingin melampiaskan emosinya hari itu kepada Sita.

“Aku baru mau mulai main, Sit. Seharian ini aku juga di kampus urus skripsi. Kan kamu juga tahu,” jawab Riko mencoba tetap tenang.

“Alasan, kamu, Rik. Sia-sia aku ke sini cuma buat ngawatirin kamu. Kamu sama sekali nggak tahu prioritas, mana yang penting dan enggak. Aku udah nggak bisa sabar lagi, Riko. Selama tiga tahun terakhir ini aku udah banyak maklumin kamu. Dan hasilnya nihil. Aku nggak mau buang-buang waktu lagi,” sergah Sita sembari bangkit berdiri dan melemparkan plastic berisi banyak camilan dari supermarket.

“Ini udah terlanjur kubeli. Semoga kamu bisa mulai ngatur hidupmu lebih baik lagi setelah ini,” ucap Sita sembari berbalik pergi.

Riko tak bergeming. Ia tidak berusaha mencegah Sita. Bukan hanya gadis itu yang kecewa, Riko juga merasa sangat membenci dirinya saat ini. Rasanya ia pun tidak pantas untuk mempertahankan Sita di sisinya. Ia hanyalah manusia yang gagal. Meski begitu, hatinya tetap terluka. Ia dan Sita sudah menjalin hubungan sangat lama. Riko bahkan mengenal Sita sejak menjadi mahasiswa baru.

Sita adalah gadis yang pengertian dan lembut. Riko benar-benar tulus menyayangi Sita. Sepanjang perjalanan hubungan mereka, Riko selalu menjaga perasaan Sita dengan tidak mendekati perempuan lain. Ia pernah merasa begitu beruntung mendapatkan Sita. Namun kini, ia tidak lagi punya kepercayaan diri untuk tetap mempertahankan gadis itu bersamanya. Ia hanya bisa meringkuk dengan menyedihkan di sudut kamar kosnya yang sempit.

Saat Riko tengah meratapi keadaan, mendadak suara debam keras terdengar dari luar kosnya, diikuti getaran kuat serupa gempa bumi. Riko segera bangkit berdiri dengan kaget. Pemuda itu lantas mencoba keluar dari kamarnya dan melihat apa yang terjadi di luar sana. Betapa terkejutnya Riko ketika melihat separuh bangunan kosnya kini sudah hancur. Teriakan panik dan kekacauan terjadi di depan matanya.

Kosnya yang berada di pinggir jalan raya itu memperlihatkan pemandangan yang benar-benar aneh. Puluhan makhluk berkulit hijau dengan gigi taring panjang dan mengerikan tampak memenuhi jalanan dan mengejar orang-orang. Beberapa orang yang tertangkap lantas dihajar dengan gada berduri makhluk hijau tersebut. Riko kenal betul siapa sosok makhluk hijau beringas itu: Orc, monster yang ada di game yang tengah dia mainkan, Genesis.

“Apa-apaan … ,” desah Riko masih terbelalak tidak percaya.

Aktivasi Sistem

Riko benar-benar tercengang dengan pemandangan di hadapannya. Kekacauan merebak seperti ada wabah penyakit. Para monster yang brutal terus bermunculan dan menakuti para warga. Orang-orang berlarian panik. Keadaan jalan raya tak kalah kacaunya. Beberapa kendaraan bertabrakan karena lalu lintas yang dipenuhi orang-orang yang panik dikejar monster.

Riko memerlukan beberapa saat untuk mencerna keadaan hingga tiba-tiba sebuah hologram semi-transparan berwarna biru muncul di hadapannya.

 

Selamat datang di Genesis.

Silakan mengonfirmasi identitas player.

Nama   : Riko Sanjaya

Role       : Blacksmith

Level      : 1

 

Sejenak pemuda tersebut merasa kebingungan. Layar hologram tersebut terasa sangat familiar. Itu adalah sambutan selamat datang dari game yang tengah dimainkannya, Genesis. Bahkan setelah ia memperhatikan, para monster yang muncul adalah monster level pertama di Genesis. Meski begitu, Riko segera menguasai pikirannya. Ia tidak bisa berlama-lama tercenung sementara nyawanya juga sedang terancam.

Dengan yakin Riko lantas menekan tombol ‘Ya’ di layar hologram tersebut. Seketika layar hologram tersebut bersinar terang hingga memaksa Riko menyipitkan matanya. Kini tulisan di layar itu berubah. Riko juga menyadari bahwa perubahan juga terjadi pada tubuhnya. Ia merasa vitalitasnya meningkat. Layar hologram tersebut lantas memunculkan status karakter Riko

 

Riko Sanjaya

Blacksmith

Lv. 1

Strength              : 26

Agility                   : 12

Vitality                  : 10

Inteligent             : 0

Dexterity              : 0

Luck                       : 100

 

“Status apaan ini? Levelku juga direset? Terus kenapa Lucknya tinggi banget?” gumam Riko mencermati layar status tersebut.

Ia seharusnya sudah berada di level 99 saat bermain Genesis, level tertinggi dalam permainan tersebut. Akan tetapi semua statusnya direset ulang dengan anomali pada bagian Luck. Meski begitu, Riko tidak punya banyak waktu. Para monster sudah mulai mendekati area kosnya. Riko harus melindungi dirinya. Penghuni kosnya yang lain sudah berhamburan keluar sedari tadi. Namun Riko memperhatikan bahwa ternyata ada beberapa player seperti dirinya yang tengah melawan para monster.

“Gimana cara keluarin senjatanya?” desah Riko mulai panik.

Seolah menjawab pertanyaan Riko tersebut, layar hologram di hadapan Riko kembali berubah.

 

Player yang terhormat,

Berkat kontribusi anda di Genesis sebagai player tingkat tinggi, sistem akan memberikan bonus reward berupa set equipment Noctorious beserta senjata dengan atribut Legend, Noctorious Axe. Silakan membuka fitur inventory untuk menggunakan set equipment dan senjata tersebut.

 

Riko buru-buru menekan tombol terima, lantas memikirkan bagaimana cara membuka fitur inventorynya di dunia nyata. Karena tidak ada panduan jelas, Riko lantas asal-asalan menyebutkannya begitu saja.

“Buka inventory!” seru Riko yang panik melihat para monster yang mulai menerjang.

Detik berikutnya layar hologram memunculkan panel-panel berisi empat tampilan equipment dan sebuah senjata berwujud kapak emas. Set Noctorious berwarna keemasan yang terdiri dari headgear, armor set pelindung tubuh atas dan bawah, serta footgear. Sebuah kapak emas bermata dua juga muncul dalam tampilan tersebut. Riko buru-buru menekan semua benda tersebut. Cahaya keemasan kemudian melingkupi tubuhnya hingga menghalangi pandangan.

Pemuda itu memejam selama beberapa saat karena silaunya cahaya yang muncul. Ia merasakan bahwa sesuatu yang berat tiba-tiba menempel di tubuhnya, mulai dari kepala, dada, pinggul, hingga kakinya. Tangan kanannya juga mendadak menggenggam sesuatu yang terasa berat dan dingin. Energi besar seolah masuk dalam tubuhnya dan membuat Riko merasa sangat kuat.

Beberapa menit kemudian, pemuda itu membuka matanya. Tubuhnya kini terbalut armor mewah yang tampak sangat kuat. Dari kepala hingga kakinya tertutup baju besi dengan warna emas yang berkilauan. Sementara tangan kanannya menggenggam kapak emas bermata dua yang panjangnya hampir mencapai satu meter.

“Wow … ,” celetuk Riko yang otomatis mengagumi tampilan barunya.

Akan tetapi Riko tidak punya banyak waktu untuk merasa takjub. Ia harus segera membantu para player lain memusnahkan monster orc. Sambil mencengkeram erat kapaknya, pemuda itu lantas berlari menerjang salah satu monster terdekat yang tengah mengejar ibu-ibu paruh baya bersama anaknya. Tubuh Riko secara otomatis melancarkan serangan mematikan berupa tebasan kapak yang langsung memenggal kepala sang orc.

Riko mendengkus puas. Ia kembali berlari mencari mangsa selanjutnya. Beberapa orc sempat melihatnya bertarung dan mencoba mengeroyoknya. Namun efek armor yang dia gunakan membuat serangan para orc itu terpental. Riko berada di atas angin. Satu, dua, hingga belasan orc berhasil ia tumbangkan dengan cepat. Adrenalinnya seperti terpacu dan membuat Riko benar-benar menikmati pertarungan tersebut.

“Riko?” Tiba-tiba sebuah suara perempuan memanggilnya. Riko menoleh dan mendapati Sita tersungkur di atas trotoar. Pemuda itu segera berlari menghampiri mantan kehasihnya tersebut.

“Sita, kamu masih di sini? Kamu baik-baik aja?” tanya Riko sembari berlutut di hadapan Sita.

“Ini apa? Kenapa monster yang di game keluar semua? Terus kamu pakai kostum apa itu?” rintih Sita tampak menahan rasa sakit.

“Ah … ini … nggak penting. Sekarang yang penting keadaanmu gimana? Jangan jauh-jauh dari aku. Bisa bahaya kalau kamu harus ngelawan monster sekarang,” ujar Riko lantas kembali berdiri untuk melawan orc yang menghampiri mereka.

Empat ekor orc mendadak menyerbu mereka. Riko berhasil menghalangi tiga di antara mereka. Namun satu orc lainnya menerjang ke arah Sita yang masih terduduk di belakang Riko. Pemuda itu hanya bisa berteriak memperingatkan Sita agar menghindar. Namun gadis itu tiba-tiba mengangkat sebuah tongkat perak dengan permata merah muda di ujungnya.

“Repellent!” seru Sita dengan mata terpejam ketakutan.

Tongkat perak gadis itu lantas bercahaya putih keperakan dan membuat empat orc yang mengelilingi mereka terpental sejauh lima meter. Riko segera memanfaatkan hal tersebut untuk menyerang keempat orc itu. Sabetan kapaknya yang pertama berhasil menumbangkan tiga orc yang tadi berhadapan dengannya. Orc keempat ia tebas ketika hendak berusaha bangkit berdiri. Keadaan kembali terkendali.

“Wah, kamu juga masih inget cara mainnya,” komentar Riko sembari tersenyum simpul. Pemuda itu lantas mengulurkan tangannya untuk membantu Sita berdiri.

“I … ini nggak masuk akal, Rik. Gimana bisa dunia game muncul di sini,” gumam Sita masih bergetar ketakutan.

“Aku juga nggak tahu apa penyebabnya. Tapi sekarang kita harus fokus menyelamatkan diri dulu. Kamu pasti bisa, Sit,” kata Riko mencoba menguatkan Sita.

Gadis itu akhirnya mengangguk pasrah. Riko menanggapinya dengan senyum tipis. Mereka berdua pun kembali menggenggam senjata untuk melawan serbuan orc yang rasanya seperti tidak ada habisnya. 

Riko dan kapaknya bertarung dengan sangat lincah. Ia seperti sudah terlatih dengan baik dan secara instingtif melakukan serangan efektif yang mematikan. Sementara itu Sita yang memiliki job sebagai Priest menggunakan tongkat peraknya untuk mengirim debuff pada monster yang mendekat. Ia juga sekaligus bertindak sebagai support untuk Riko. Beberapa kali Sita memberikan buff yang menambah kekuatan hingga kecepatan gerak Riko hingga berkali lipat. Perpaduan mereka berdua membuat jumlah orc segera berkurang drastis. Namun sepertinya pertarungan tidak akan semudah itu selesai.

Refine

Riko dan Sita bertarung bersama melawan para goblin dengan seluruh kemampuan mereka. Meski begitu stamina mereka perlahan menipis. Riko sudah nyaris putus asa ketika akhirnya ia menyadari bahwa jumlah monster tidak lagi sebanyak sebelumnya. Secara berangsur para orc itu pun habis dikalahkan. Para player lain yang ada di tempat itu pun mulai berkumpul. Beberapa di antara mereka menghampiri Riko dan Sita untuk menyanyakan keadaan mereka.

“Kalian juga pemain Genesis?” tanya seorang player pria bertubuh tinggi. Sebuah pedang besar berada di genggamannya.

“Iya. Aku blacksmith. Dia priest,” jawab Riko kemudian.

Sita masih berdiri dengan sedikit gemetaran karena rasa lelah dan takut. Akan tetapi ia baik-baik saja.

“Aku Dimas. Swordman. Kalian nggak terluka kan?” tanya pria itu lagi.

“Nggak apa-apa. Kami oke. Makasih,” jawab Riko lantas memapah Sita agar bisa berdiri tegak.

“Oke kalau gitu aku cek yang lainnya dulu,” ujar pria tadi kemudian kembali berkeliling.

“Sit? Kamu nggak apa-apa? Kita istirahat di kosan dulu aja,” kata Riko kemudian.

Sita mengangguk pasrah. Ia juga ingin menangkan diri di tempat yang sepi. Setelah melepas armor dan menyimpan senjata mereka kembali dalam sistem, keduanya pun segera berjalan menuju kamar kos Riko. Bangunan kosnya sedikit rusak di bagian depan. Namun untungnya kamar kos Riko baik-baik saja. Riko segera menyiapkan segelas air putih untuk gadis itu agar lebih tenang. Keduanya lalu duduk dalam diam selama beberapa saat.

“Rik, sebenarnya apa yang terjadi? Kamu juga terima pesan hologram dari sistem Genesis itu? Apa semua pemain di game online itu terlibat? Padahal aku cuma main sebentar gara-gara nemenin kamu. Tapi jadi keseret-seret gini,” keluh Sita setelah lebih tenang.

Riko menarik napas panjang. Bahkan di saat seperti ini SIta masih saja menyalahkan dirinya. Kemarahan gadis itu sepertinya belum usai sejak pagi tadi.

“Aku juga nggak tahu, Sit, penyebabnya apa. Cuma yah udah jadi kayak gini kan mau nggak mau kita harus hadapi. Coba sini senjatamu, aku mau coba cek skillku,” kata Riko kemudian.

“Buat apa?”

“Coba aja dulu sebentar. Statusku agak aneh. Masa aku dapet status Luck 100 poin? Meskipun jobku di game itu blacksmith, tapi luck kan nggak terlalu berguna dalam pertarungan. Jadi kupikir mungkin aku dapet spesialisasi membuat senjata,” terang Riko.

Sita tidak terlalu mengerti apa yang dibicarakan Riko. Dulu dia cuma iseng bermain gara-gara mantan pacarnya itu begitu kecanduan pada game tersebut. Daripada ikut kesal, akhirnya Sita mendaftar menjadi player. Hanya perlu waktu tiga hari sampai Sita menyadari kalau dia sama sekali tidak tertarik dengan permainan semacam itu. Dunia nyata tetap jauh lebih penting bagi Sita. Dan itulah kenapa ia begitu membenci Riko yang selalu kecanduan bermain game.

Sayangnya, dunia dalam game itu kini justru muncul di kenyataan. Mau tidak mau Sita pun harus mempercayai Riko dan menyerahkan senjatanya untuk mengujicoba skill apa pun itu.

“Oke kita coba dulu,” gumam Riko begitu menerima mace dari Sita.

Mace adalah sebuah senjata berwujud tongkat dari besi dengan ujung yang bulat dan berat, biasanya digunakan untuk memukul. Namun mace yang dimiliki para priest ini memiliki kekuatan sihir untuk membuat mantra-matra suci.

RIko membuka jendela skill-nya melalui hologram sistem. Di sana ia bisa melihat deretan skill-skill blacksmithnya yang sudah dia miliki sebelumnya. Salah satu skill andalannya dulu adalah Refine Weapon, dimana kemampuan itu bisa memperkuat senjata hingga ke level maksimal.

Mace yang dimiliki Sita ini masih sangat lemah karena merupakan senjata level dasar. Dengan kemampuannya, Riko akan mencoba memperkuat senjata ini agar memiliki poin serangan dan sihir yang lebih tinggi.

Sejujurnya Riko tidak tahu bagaimana cara menggunakan skillnya tersebut pada senjata di dunia nyata. Ia mencoba menekan gambar skillnya di layar hologram, tetapi tidak ada yang terjadi. Sita sudah menunggu dengan ekspresi meragukan dan membuat Riko semakin tertekan.

“Duh gimana, sih, pakai skillnya,” gumam Riko menggerutu. “Aku mau Refine Weapon … .”

Begitu Riko selesai menyebutkan nama skillnya itu, mendadak sebuah cahaya menyilaukan muncul di hadapannya. Riko dan Sita sontak menutup mata mereka karena cahaya itu begitu membutakan.

“Apa yang …. ,” desah Sita yang langsung terkejut ketika melihat sebuah paron atau alat penempa besi berupa sebongkah meja logam besar dengan permukaan datar.

“Woah … ,” gumam Riko terperangah.

Paron itu kini berdiri tegak di hadapannya sembari mengeluarkan cahaya keperakan, siap untuk digunakan. Sebuah palu baja juga tergeletak di atasnya. Riko segera tahu apa yang harus dia lakukan. Diletakkannya mace milik Sita itu di atas paron, lalu ia segera memukulkan palu baja dengan tangan kanannya.

Denting logam terdengar begitu nyaring. Pada setiap pulukan Riko di atas senjata Sita, notifikasi hologram muncul di depannya, menunjukkan pertambahan poin kekuatan senjata itu. Riko semakin bersemangat melakukan kegiatannya. Kilatan cahaya muncul setiap palunya menyentuh mace itu.

Skill menempa senjata itu sebenarnya sangat beresiko. Bila blacksmith biasa yang memiliki poin luck rendah yang melakukannya, maka ada kemungkinan penempaan itu justru akan gagal dan senjata yang dia tempa hancur berkeping-keping. Meski begitu Riko tetap percaya diri pada kemampuannya. Ia terus menempa dan menempa tanpa lelah.

Setelah kurang lebih sepuluh menit berkutat, akhirnya sebuah cahaya menyilaukan yang kedua muncul melingkupi senjata yang dia tempa. Riko menyipitkan mata tapi tetap berusaha untuk melihat. Ia ingin menyaksikan sendiri bagaimana mahakarya pertamanya dibuat.

“Ini … keren banget, deh. Beneran,” ucap Riko ketika mengamati mace yang tadi ditempanya kini melayang setinggi tiga puluh meter di udara.

Mace yang awalnya hanya berbentuk tongkat besi hitam dengan bulatan polos di ujungnya, kini berubahmenajdi perak. Bola pemberat du ujung tongkat itu pun kini memiliki ornamen permata yang indah. Setelah cahaya mace itu meredup, Riko lantas meraihnya ke dalam genggaman sambil tak henti-hentinya merasa kagum. Mendadak sebuah layar hologram sistem kembali muncul di hadapan Riko.

 

Selamat, Anda telah berhasil menyelesaikna refine pertama dengan sukses. Silakan melakukan sepuluh kali refine berturut-turut tanpa gagal untuk mendapatkan Title Master Refiner. Tittle tersebut akan menambah bonus poin bagi setiap senjata yang ditempa.

 

Riko tersenyum puas. Rasanya ia seperti telah menemukan tujuan hidupnya. Kini ia ingin tahu bagaimana hasil tempaannya. Maka sembari menatap mace di tangannya Riko pun mencoba membuka jendela status senjata tesebut.

“Sistem, buka status senjata ini,” ucap Riko yang sudah mulai terbiasa berbicara dengan sistem Genesis. Detik berikutnya, sebuah hologram lain muncul di hadapannya.

 

Eden Mace +10

Type      : Mace | Level      : 10

-Base- Magic Attack +20 | Max Skill Point +15

-Refine- INT +6 | Magic Attack +45

-Requirement- Level 10 | Priest, Sage, Star Gladiator

 

“Sit, coba kamu lihat. Nih, senjatamu jadi dua kali lebih kuat,” ucap Riko sumringah.

Akan tetapi senyuman Riko akhirnya memudar ketika ia melihat ekspresi kesal dari Sita. Gadis itu menyambar macenya dengan kasar lalu berdiri marah.

“Kamu pikir situasi ini menyenangkan? Terus kamu jadi bisa main-main sekarang? Aku udah bilang berkali-kali, Rik. Hiduplah di kenyataan. Kamu harus prioritasin masa depanmu daripada cuma main game kayak gini,” sembur Sita penuh emosi.

“Tapi ini kan juga kenyataan, Sit,” keluh Riko mencoba membela diri.

“Susah ngomong sama kamu Riko. Udahlah, aku nggak mau lagi berurusan sama kamu. terserah kamu aja. Toh kita emang udah putus,” bentak Sita marah.

Gadis itu lantas berjalan keluar dari kamar kos Riko dan membanting pintu dengan keras. Riko hanya bisa melongo tanpa bisa mengerti apa yang sebenarnya membuat Sita begitu marah. 

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!