NovelToon NovelToon

Different Love Story

Prolog

Akhirnya balapan dimulai, dengan kekhawatiran yang dirasakan Triano dan Nika, mereka tidak sadar jika seluruh tubuh mereka tiba-tiba gemetar, padahal Triano sudah sering melihat Ruhy balapan, tapi..

"Gue khawatir banget sama Ruhy, sampai gemetar nggak jelas begini. Dan gue punya firasat kalau.. Ah semoga aja nggak terjadi." Batin Triano

"Duh, gue tiba-tiba gemetar iya lihat Ruhy balapan." Ucap Nika

"Sama gue juga, nggak kayak biasanya." Ucap Triano

Ruhy balapan karena dia ingin melampiaskan kesenangannya, tanpa balapan juga Ruhy sudah sering memberi uang ke Panti walaupun jumlahnya tidak sebanyak uang yang dia kasih waktu menang balapan.

Ruhy menjadi yang terdepan dari semua pembalap tapi..

BRAK..

Ruhy terjatuh karena dia tiba-tiba pingsan.

"RUHY.." Teriak Triano dan Nika yang berlari menghampiri Ruhy yang sudah tidak sadarkan diri.

"Ayo kita bawa ke Rumah Sakit." Ucap Triano

"Ayo, biar gue yang bawa motornya, lo pakai mobil gue aja." Ucap Nika

"Oke," Ucap Triano yang melangkah pergi dengan menggendong Ruhy.

Diperjalanan.

"Ruhy bangun, gue mohon Ruhy. Gue sedih lihat kondisi lo kayak gini." Ucap Triano dengan meneteskan air mata.

"Gue nggak akan maafin diri gue sendiri kalau lo sampai kenapa-napa." Lanjutnya.

Di Rumah Sakit..

"Gimana keadaan, Ruhy?" Tanya Nika yang baru datang.

"Nggak tau gue. Dokter belum keluar." Ucap Triano dengan lesu.

"Segitu sedihnya lo sama Ruhy?" Batin Nika

"Oya, maaf tadi gue kasih tau Juno soal ini." Ucap Nika

"Iya, nggak apa-apa. Gue sudah siap menanggung risikonya." Ucap Triano.

5 menit kemudian.

"Nika, Ano gimana keadaan Kakak gue?" Tanya Juno yang panik. Juno memang memanggil Triano dengan sebutan Ano.

"Dokter belum keluar, lo tenang iya." Ucap Nika

"Gimana gue bisa tenang?" Bentak Juno

"Maaf, Jun semua ini salah gue. Gue sudah membiarkan Ruhy balapan." Ucap Triano

"Apa? Balapan?.." Ucap Juno yang kaget.

Ceklek..

"Dok, gimana keadaan Kakak saya?" Tanya Juno pada Dokter yang baru keluar ruangan.

"Dia kelelahan dan banyak pikiran yang membuat dia stress sehingga tidak sadarkan diri." Ucap Dokter

"Tapi Ruhy nggak apa-apa kan Dok?" Tanya Nika

"Dia hanya butuh istirahat, dia juga sudah sadar. Tapi saya mohon jangan buat dia tambah stress." Ucap Dokter.

"Baik, Dok." Ucap Juno

"Apa kami semua boleh masuk, Dok?" Tanya Triano

"Boleh, tapi jangan buat dia kepikiran akan hal-hal yang membuat dia sedih dan stress. Kalau gitu saya permisi," Ucap Dokter

"Iya, baik Dok. Terimakasih." Ucap Nika dan mendapat anggukan dari Dokter yang melangkah pergi.

"Lo utang penjelasan sama gue." Ucap Juno yang menahan amarah sebelum memasuki ruangan Ruhy dan Triano pun hanya mengangguk lesu.

"Kakak.." Ucap Juno yang langsung memeluk Ruhy

"Kakak nggak apa-apa, kan?" Tanya Juno sambil melepas pelukan.

"Kakak nggak apa-apa, kamu tenang aja." Ucap Ruhy

"Ruhy maafin gue iya." Ucap Triano

"Ini bukan salah lo." Ucap Ruhy

"Tapi kan, Kak. Dia sudah biarin Kakak balapan." Ucap Juno

"Jadi, kamu tau kalau Kakak balapan?"

"Iya, aku dikasih tau sama Nika dan Ano. Tapi aku masih ingin mendengar penjelasannya dari Ano." Ucap Juno

"Nggak usah, biar Kakak aja yang jelasin. Nanti kamu marah-marah lagi sama Triano." Ucap Ruhy

"Nggak Kak. Kakak nggak boleh banyak pikiran." Ucap Juno

"Kakak yang ingin kamu tau dari Kakak." Ucap Ruhy

"Baiklah."

Ruhy pun menceritakan semuanya dari awal perubahan sikapnya. Ruhy sudah tau bahwa Juno dan Aditya sudah tau penyebab perubahan sikapnya. Ruhy menceritakan semuanya secara detail. Juno, Nika dan Triano hanya terdiam mendengar cerita Ruhy.

"Maaf, Ano. Tadi gue marah sama lo." Ucap Juno dengan menepuk bahu Triano.

"Nggak apa-apa kok, wajar kalau lo marah." Ucap Triano dengan tersenyum.

"Juno, Kakak pengen makan martabak manis isi coklat." Rengek Ruhy mencairkan suasana.

"Iya sudah, Juno beli martabaknya sekarang." Ucap Juno

"Tapi inikan sudah larut malam?." Ucap Nika

"Demi Kakak gue, gue akan cari martabaknya sampai dapat." Ucap Juno yang melangkah pergi.

Nika, Triano dan Ruhy yang melihat tingkah Juno hanya tersenyum.

Surat Misterius & Anak Baru

Di sekolah

"Ruhy.." Teriak seseorang yang berada jauh dibelakang Ruhy, Juno dan Tania yang sedang berjalan beriringan. Dan Ruhy menoleh kearah sumber suara. Terlihat seorang laki-laki salah satu murid sekelas Ruhy.

"Eh, Reno. Ada apa?"

"Ini ada surat buat lo, tadi gue ketemu surat ini dilaci meja gue. Tapi tulisannya "Tolong kasih ke Ruhy." gitu tulisannya." Ucap Reno sambil menyodorkan surat yang dia bawa kepada Ruhy.

"Dari siapa?" Tanya Ruhy yang penasaran.

"Nggak tau gue." Jawabnya

"Kalau gitu gue pulang dulu. Makasih." Kata Ruhy sambil berbalik melangkahkan kaki.

"Sama-sama."

"Surat apa itu?" Tanya Tania dengan penuh rasa penasaran.

"Nggak tau. Coba gue buka." Ucap Ruhy sambil membuka surat tadi. Senyuman mengembang diwajah Ruhy saat membaca surat itu.

"Apa sih, gue jadi kepo." Ucap Tania sambil merebut surat yang ada ditangan Ruhy.

"RUHY, AKU HANYA INGIN KAU TAU BAHWA AKU TELAH MENCINTAIMU PADA PANDANGAN PERTAMA." Ucap Tania membaca surat itu, dengan suara lantang dan menahan tawa.

"Ruhy, Ruhy. Ternyata lo sudah populer aja." Kata Tania sambil tertawa

"Ih, sini suratnya." Ucap Ruhy sambil mengambil surat itu kembali.

"Oke, oke. Surat itu kan berharga." Ucap Tania dengan cengengesan.

"Pulang yuk, Kak. Pak Gito sudah menunggu kita" Ucap Juno yang dari tadi tidak berbicara. Dan Pak Gito itu adalah supir pribadi Ruhy dan Juno.

"Ayo. Eh, Tania gue sama Juno pulang dulu. Lo hati-hati bawa motornya."

"Siap, Bos." Jawab Tania dengan lantang.

"Bye." Ucap Ruhy yang meninggalkan Tania di gerbang sekolah.

**********

Ruhy merebahkan tubuhnya di ranjang kamar. Rasa lelah mendominasi tubuhnya. Namun, Ruhy punya kerjaan yang harus dia selesaikan hari ini.

Ruhy melakukan ritual sepulang sekolah yaitu mandi. Setelah itu, Ruhy membaca novel dikamar jika tidak ada tugas sekolah yang harus Ruhy kerjakan.

"Kak, kakak.." Teriak Juno didepan kamar Ruhy sambil menggedor-gedor pintu kamar.

Ceklek...

"Ada apa sih, Jun?" Tanya Ruhy kepada Juno. Tetapi tanpa menjawab pertanyaan Ruhy, Juno malah menerobos masuk kekamar Ruhy.

"Kak, ayo kita makan diluar." Ajak Juno dengan muka yang memelas.

"Kakak, nggak suka keluar rumah, Jun."

"Iya, Juno tau. Sekali aja Kak. Nanti pasti Kakak suka." Bujuk Juno menggunakan wajah imutnya.

"Oke, kita pergi. Tapi sebelum jam 9 malam kita harus sudah dirumah." Ucap Ruhy yang tidak tahan dengan sikap Juno yang seperti anak kecil.

"Baiklah, Kak." Ucap Juno sambil mengacungkan jempol kanannya. Dan Ruhy hanya tersenyum melihatnya.

Di perjalanan menuju restoran, Juno terus berbicara tanpa ada rasa lelah. Dan Ruhy hanya menjadi pendengar yang baik.

Tak terasa sampai di restoran juga.

"Kakak, mau pesan apa?" Tanya Juno.

"Steak sama.." Ucap Ruhy sambil berpikir.

"Hot Chocolate?" Tanya Juno

"Eh, tau aja kamu. Kalau Kakak lagi ingin minum itu."

"Iya tau lah." Ucap Juno dengan penuh percaya diri.

Sambil menyantap makan malam, Juno selalu berbicara tanpa henti. Ruhy hanya bisa diam dan menjadi pendengar yang baik saja.

Itulah sifat Juno yang cerewet, manja, dan perhatian jika kepada Ruhy. Namun, Juno akan bersikap cuek dan dingin jika di sekolah.

Tidak terasa jam menunjukkan pukul 9 malam. Ruhy dan Juno sudah sampai dirumah mereka untuk istirahat.

Didalam kamar, Ruhy hanya merenungkan sesuatu yang akan Ruhy buat dalam beberapa bulan kedepan.

"Sepertinya tabunganku sudah cukup untuk membeli dan mengelolanya." Gumam Ruhy sambil memegang rekening tabungannya.

Tak terasa hawa kantuk melanda Ruhy.

*********

Pagi yang cerah menyambut. Cahaya matahari masuk kekamar Ruhy dengan panasnya. Dia bangun dan melakukan ritual pagi yang cukup memakan waktu yang lama. Setelah selesai, Ruhy turun kebawah menuju ke meja makan.

"Pagi, Jun." Sapa Ruhy yang melihat Juno sudah duduk dimeja makan.

"Pagi, Kak. Tumben itu muka bersinar-sinar bagaikan matahari. Biasanya aja redup kayak lampu yang hampir mati." Gumam Juno yang mendapat tatapan sinis dari Ruhy.

"Suka-suka dong."

Setelah selesai sarapan, Ruhy dan Juno berangkat sekolah diantar Pak Gito.

Sesampainya dikelas.

"Wow.." Kaget Ruhy karena mendapat buket bunga mawar merah dimejanya.

"Dari siapa, Kak?"

"Nggak tau, nggak ada namanya juga." Jawab Ruhy dengan penuh keheranan.

"Cowok misterius pasti." Bisik Juno

"Apaan sih, Jun. Buang aja gimana?"

"Jangan Kak, kasihan yang beli pakai uang bukan pakai daun. Lumayan buat pajangan di meja." Kata Juno sambil tertawa.

"Kakak juga tau. Kalau belinya pakai uang. Iya sudah, Kakak taruh dilaci aja. Malu tau."

"Hah? Kakak punya malu juga ternyata. Juno kira urat malu Kakak sudah putus dari dulu." Tawa Juno semakin menggelegar.

"Sabar, sabar. Orang Sabar Jodohnya Cogan (Cowok Ganteng). Dan untungnya kamu adikku, Jun Jun." Ucap Ruhy dengan penuh kesabaran.

"Kalau bukan adik Kakak. Juno adik siapa lagi?" Tanya Juno yang masih belum berhenti tertawa.

"Adiknya setan dibelakangmu, itu." Ucap Ruhy sambil terkekeh.

Seketika, Juno langsung memeluk Ruhy "Kakak, kalau bercanda jangan bawa-bawa setan."

"Hahahaha.. Dasar penakut." Ejek Ruhy.

Setelah beberapa lama para siswa masuk satu-persatu.

Dan seperti biasa Tania selalu menyapa Ruhy. Tidak lama setelah itu, guru memasuki kelas.

"Selamat pagi, anak-anak." Sapa guru yang baru memasuki kelas.

"Pagi, Pak." Satu kelas serentak menjawab.

"Oke, anak-anak. Kalian kedatangan teman baru. Silahkan masuk." Ucap Pak Feri mempersilahkan seseorang untuk memasuki kelas.

Setelah itu, tampak anak laki-laki yang memiliki kulit putih bersih, bola mata berwarna coklat, hidung yang mancung, imut sekali jika ditatap.

"Perkenalkan namamu." Lanjut Pak feri

"Namaku Ian." Ucap anak laki-laki itu dengan raut wajah yang sulit diartikan.

Suara cewek-cewek dikelas menjadi histeris saat laki-laki itu memperkenalkan dirinya.

"Oke, Ian. Kamu duduk disampingnya Juno, karena hanya bangku itu yang masih kosong." Kata Pak Feri dan mendapat anggukan dari Ian.

Pelajaran dimulai dengan lancar. Hingga bel istirahat pun berbunyi.

"Ruhy, kita ke kantin yuk." Ajak Tania.

"Oke, ayo kita ke kantin."

"Ikut dong." Kata Bella dan Nadin. Mereka adalah teman dekat Ruhy dan Tania jika dikelas.

"Kak, tunggu." Teriak Juno.

"Ayo cepat Jun. Nanti keburu masuk." Kataku

Dikantin

"Kakak, biar Juno yang pesan. Seperti biasa kan?" Tanya Juno dan mendapat jempol tangan kanan dari Ruhy.

"Sekalian dong, Jun." Rayu Tania

"Iya, Jun. Sekalian gue sama Bella juga." Kata Nadin

"Pesan sendiri, nanti gue nggak bisa bawa nya." Elak Juno

"Oke deh, Kita pesen dulu iya, Hy." Ucap Tania dan mendapat anggukan dari Ruhy.

Mereka berempat meninggalkan Ruhy sendirian. Ruhy menunggu ditempat duduk kantin sambil memainkan ponselnya. Namun, sudut mata Ruhy menangkap sesuatu, yaitu anak baru, Ian. Yang sedang duduk bersama 2 teman barunya. Ruhy selalu terbayang wajahnya saat pertama kali dia melihatnya dikelas. Ian lumayan tampan jika diperhatikan. Entah kenapa jantung Ruhy berdegup lebih cepat saat melihat Ian.

BRAK..

Perasaan Aneh

BRAK..

Suara itu membuyarkan lamunan Ruhy.

"Astaga." Kaget Ruhy karena suara itu terdengar nyaring.

"Sorry, gue sengaja. Abis lo melamun aja dari tadi ngeliatin anak baru." Ucap Bella sambil menahan tawa.

"Eh, nggak kok. Siapa juga yang ngeliatin anak baru itu." Ucap Ruhy dengan salah tingkah.

"Semuanya sudah jelas dari tingkah lo, Hy." Ucap Nadin.

Dan mendapat tawa dari Bella dan Tania. Sedangkan Juno masih setia melihat kearah Ian dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Jun." Panggil Ruhy.

"Iya Kak." Jawabnya dengan sikap yang cuek.

"Lihat apa sih?" Ucap Ruhy dengan penasaran.

"Nggak liat apa-apa. Lanjut makan aja." Ucap Juno dengan tingkah laku yang kurang menyakinkan.

mereka semua makan dengan canda tawa, tiba-tiba..

"Ruhy."

Seketika Ruhy menoleh ke sumber suara. Jantung Ruhy berdegup lebih cepat dan tidak beraturan. Rasanya sangat senang dan bahagia dia memanggil nama Ruhy.

"Ruhy." Panggil nya

"Eh, iya Ian." Ucap Ruhy dengan gelagat yang sangat mudah diartikan.

"Boleh gue bicara sebentar?" Tanyanya kepada Ruhy.

"Kalau mau bicara, iya disini aja. Gitu aja kok susah banget." Ucap Juno dengan ketusnya.

"Apa sih, Jun." Ucap Ruhy yang sedikit nggak enak hati kepada Ian.

"Em iya udah kalau gitu, nanti kita ketemu aja di Rainbow Cafe aja. Nanti gue bicara disana masa lo." Ucap Ian yang mendapat anggukan dari Ruhy dan tatapan sinis dari Juno.

"Kalau gitu, gue pergi dulu." Ian pun pergi menjauh.

"Wah, kayaknya ada yang berbunga-bunga nih." Ucap Tania.

"Apaan sih, Tan."

"Tuh pipi blushing amat, Blush on nya ketebalan Hy?" Ucap Nadin dengan menahan tawa.

"Mana pernah gue pakai Blush on ke sekolah." Jawab Ruhy dengan sedikit melirik kearah Juno yang terlihat kesal.

"Iya udah yuk kita ke kelas." Kata Bella

Pelajaran dimulai dengan tenang. Entah kenapa jika pelajaran semua yang Ruhy pikirkan sirna begitu saja. Ruhy hanya fokus pada pelajaran dan tidak memikirkan hal yang lainnya.

Hingga tak terasa bel pulang pun berbunyi.

Seperti biasa Ruhy, Juno dan Tania berjalan menuju pintu gerbang sekolah sambil berbicara dan bercanda.

"Ruhy." Panggil seseorang yang berada didepan gerbang.

"Eh Ian, ada apa?" Tanya Ruhy keheranan.

"Lo lupa? Kita kan mau ke Cafe."

"Oya, gue lupa." Ucap Ruhy sambil menepuk keningnya.

"Iya sudah kalau gitu, Juno aku pulang sama Ian iya." Bujuk Ruhy kepada Juno.

"Nggak boleh, dia-kan anak baru. Kita belum sepenuhnya kenal sama dia." Jawab Juno dengan ketus

"Boleh iya Juno, adikku yang paling ganteng." Rayu maut Ruhy dikeluarkan dengan sedikit permainan mata.

"Duh, kalau sudah kayak gini. Mana bisa aku tolak." Batin Juno.

"Iya oke, tapi Kakak harus pulang sebelum jam 6" Kata Juno.

"Baiklah adikku. Bye" Ucap Ruhy dengan lambaikan tangannya dan memasuki mobil Ian.

Di perjalanan Ruhy hanya memandang kearah jendela, karena Ruhy sangat gugup didekat Ian. Apa ini cinta? Ah tidak mungkin. Ruhy sudah kubur dalam-dalam perasaannya untuk siapapun. Tapi kenapa jika didekat Ian rasanya nyaman sekali, padahal baru kenal.

Tidak terasa sampailah di Rainbow Cafe.

"Mau minum apa?" Tanya Ian.

"Drink Chocolate."

"Oke, gue pesanin dulu." Ucap Ian yang mendapat anggukan dari Ruhy.

Setelah menunggu, pesanannya pun tiba.

"Em, katanya lo mau bicara?" Ucap Ruhy yang memecah keheningan.

"Nggak, gue nggak mau bicara. Gue hanya ingin bersama lo aja." Ucap Ian sambil tersenyum manis.

Deg..

"Oh Tuhan, kenapa senyumnya manis sekali." Batin Ruhy.

"Ruhy, boleh nggak gue minta nomer lo?" Tanya Ian.

"Em, boleh. Ini kartu nama gue." Ucap Ruhy sambil menyodorkan kartu nama.

"Makasih" Ucap Ian sambil mengambil kartu nama Ruhy.

Setelah selesai, mereka memutuskan untuk pulang ke rumah. Ian mengantar Ruhy pulang karena hari sudah semakin sore.

"Makasih sudah diantar pulang." Ucap Ruhy yang masih didalam mobil Ian.

"Gue yang harusnya bilang makasih, karena lo mau jalan sama gue." Ucap Ian. Ruhy hanya mengangguk dan pergi keluar dari mobilnya.

Didepan pintu rumah.

"Senang banget kayaknya." Ucap seseorang yang Ruhy kenal.

"Ih, Juno. Kakak kaget tau."

"Iya, iya maaf. Senang iya bisa jalan sama Ian." Ucap Juno dengan penuh kekesalan dari nada bicaranya.

"Eh kamu bilang apaan sih." Ucap Ruhy dengan pipi yang blushing.

"Kak, Juno ingatkan. Kita nggak boleh dekat-dekat sama lawan jenis kita selain Keluarga. Kakak kan ingat apa yang Papa bilang."

"Iya, Kakak ingat. Kalau sampai kita dekat atau pacaran, kita nggak boleh sekolah bahkan keluar rumah. Kakak tau itu." Ucap Ruhy dengan nada kesal.

"Nah, itu Kakak tau."

Ruhy melangkahkan kaki menuju ke kamar untuk membersihkan diri.

"Kak, aku masuk iya." Ucap Juno didepan pintu kamar Ruhy.

"Masuk aja."

"Kak, besok kita jalan yuk. Besok kan hari minggu. Tapi hanya aku sama Kakak aja, nggak boleh ada yang lain." Bujuk Juno.

"Boleh."

"Yey, kalau gitu Juno pergi ke kamar dulu." Ucap Juno dengan penuh kegirangan. Dan Ruhy hanya mengangguk.

**********

Hari minggu yang cerah, Ruhy tetap harus bangun pagi. Ruhy melakukan ritual setiap paginya. Setelah selesai, terdengar suara telfon Ruhy berbunyi.

Akupun mengangkat telfon.

"Hallo, siapa ini?" Tanya Ruhy.

"Pagi, Ruhy." Suara diseberang

Deg.. "Ini kan suara Ian". Batin Ruhy.

"Pagi." Jawab Ruhy dengan senyuman yang mengembang.

"Hari ini lo mau kemana?" Tanya Ian

"Hari ini gue mau jalan sama Juno."

"Boleh, gue ikut?"

"Maaf Ian, kata Juno dia mau jalan sama gue aja berdua. Maaf iya." Ucap Ruhy dengan perasaan bersalah.

"Iya, nggak apa-apa. Semoga menyenangkan iya. Gue tutup dulu. Bye."

"Bye."

Ruhy turun menuju meja makan.

"Eh tumben Mama sama Papa dirumah." Ucap Ruhy dengan keheranan.

" Iya, sayang. Inikan hari minggu." Kata Papa Ruhy.

"Biasanya hari minggu juga, Papa sama Mama ada kerjaan kan." Ucap Ruhy. Papa sama Mama hanya saling pandang dengan tatapan yang sangat sulit diartikan.

"Iya, sudah yuk Jun kita langsung pergi aja. Sudah jam 8 nih." Ajak Ruhy kepada Juno

"Nggak sarapan dulu, sayang?" Tanya Mama

"Nggak, Ma. Nanti aku sama Juno makan diluar aja." Jawab Ruhy dengan senyuman.

"Iya sudah kalau gitu kami pamit dulu." Sambung Ruhy.

Ruhy dan Juno pun pergi ke restoran untuk sarapan. Setelah selesai, mereka pergi ke mall untuk membeli beberapa keperluan sekolah dan berbelanja.

"Jun, Kakak lagi badmood nih." Ucap Ruhy kepada Juno dengan cemberut.

"Bilang aja Kakak mau dibeliin novel. Gitu aja kok cemberut."

"Kamu tau aja Dek." Jawab Ruhy yang kembali tersenyum.

"Iya, sudah. Kita cari novelnya dulu setelah itu kita langsung belanja." Ucap Juno

" Yey, ayo." Ucap Ruhy dengan penuh kegirangan.

"Dasar aneh banget Kakak gue. Masa badmood pelariannya ke novel bukan ke suatu tempat gitu." Batin Juno

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!