...Rajendra ఇ ◝‿◜ ఇ...
| Kamu mau hadiah apa?
| Akan aku belikan hari ini
| Tapi jangan minta sesuatu yang aneh
^^^Hei, aku bukan anak kecil |^^^
^^^Nanti kubeli hadiahku sendiri |^^^
| Mana ada orang ulang tahun
| Membeli hadiah sendiri
| Mungkin ada tapi jangan tolak niat baikku
| Jadi kamu mau apa?
^^^Aku tidak mau diberi hadiah |^^^
^^^Besok biar aku beli sendiri |^^^
^^^Jangan siapkan apapun |^^^
Ignacia serius dengan ungkapan bahwa dia tidak ingin hadiah apapun untuk hari ulang tahunnya. Gadis berambut panjang ini serius bisa membelinya sendiri sebagai self reward atas semua yang sudah dia lakukan di tahun kedua SMA. Seseorang bisa membeli apapun yang ia inginkan tanpa merepotkan orang lain kan?
Contohnya seperti berhasil melewati remidi sebuah mata pelajaran. Remeh sekali, tapi setidaknya Ignacia yakin jika nilainya tidaklah seburuk itu dan tidak kalah pandainya dengan teman-teman sekelas. Hadiah kecil berupa es krim atau makanan ringan juga sudah cukup bagus.
Namun sepertinya seseorang yang bertukar pesan dengan si gadis yang akan berulang tahun ini di malam sebelumnya tidak mengerti dan hanya ingin membuat Ignacia senang dengan memberikan hadiah sebagai bentuk perhatian.
"Selamat ulang tahun yang ke delapan belas, Ignacia. Ambilah, bukalah setelah kamu sampai di rumah." Bahkan Rajendra mendatangi Ignacia ke kelas ketika minggu ujian hanya untuk memberikan hadiah sebelum dia sendiri sibuk dengan latihan paduan suara. Saat itu Ignacia tidak sedang sendirian meskipun kelasnya sudah kosong. Dia sedang bersama seorang teman dekat yang sibuk menulis untuk praktek bahasa Jawa di hari yang sama.
Ignacia tersenyum semanis mungkin sebagai respon atas hadiah yang diberikan kekasihnya. Ignacia pernah melihat momen romantis antara sepasang kekasih yang menyiapkan hadiah untuk salah satunya yang berulang tahun. Keduanya saling lempar senyuman manis dan tatapan mata yang berbinar. Dan saat inilah waktu yang tepat untuk mempraktekkan apa yang sudah dilihatnya.
Apa aku sudah cukup ekspresif? Kuharap kamu bisa melihatnya, Rajendra. Masih dengan menjaga senyum Ignacia diam-diam berharap begitu mata keduanya bertemu.
Rajendra membuat Ignacia bingung dengan harus memberikan reaksi atas hadiah satu paper bag penuh makanan manis. Laki-laki ini sudah menyiapkannya dengan baik meskipun hanya satu malam. Ignacia tidak bilang jika dia membenci hadiah, tapi Ignacia merasa akan membuat Rajendra kecewa jika memberikan reaksi yang buruk. Seharusnya dia lebih banyak belajar soal berekspresi di depan kekasih. Sudah lama berpacaran tapi kenapa masih canggung saja?
“Terima kasih banyak, Rajendra.”
“Bukan masalah besar. Kalau begitu aku akan pergi ke perpustakaan sekarang. Kamu akan langsung pulang?”
“Tidak, setelah ini kami akan praktek menyanyikan tembang bahasa Jawa.”
Rajendra mengangguk-angguk paham, sedikit mengintip kertas yang akan Ignacia dan temannya--Nesya gunakan untuk menyanyikan tembang nanti. Katanya Rajendra sudah selesai dengan tembangnya baru-baru ini. Dan menurutnya menyanyikan tembang tidaklah sesulit yang Ignacia pikirkan.
“Setelah selesai dengan tembang, cepatlah pulang. Hati-hati di jalan. Sampai jumpa."
Ignacia menganggukkan kepala sebagai jawaban, masih dengan memangku paper bag berwarna biru dari sang kekasih. Rajendra tersenyum puas kemudian pergi meninggalkan kelas Ignacia, menyisakan Ignacia kembali bersama Nesya di dalamnya.
“Ehem," dehem seseorang dari sebelah Ignacia, "Ada yang kasmaran nih. Dapat hadiah segala dari pacarnya. Bahagia banget pasti." Goda orang yang ada di depan kelas—seorang teman Rajendra di organisasi MPK.
Kedatangan Rajendra barusan membawa keinginan iseng dari Nesya. "Rajendra perhatian sekali membawakan hadiah untuk pacarnya. Padahal dia sendiri sibuk dengan kegiatannya." Ignacia tersenyum, mengangguk setuju. Diam-diam berharap semoga Rajendra repot dengan memberikan hadiah. Ignacia hanya merasa tidak enak.
"Aku merepotkanmu, benar?" Batin Ignacia sambil memandangi paper bag yang dibawanya sebelum disimpan ke dalam tas. Ignacia merasa kurang pantas untuk mendapatkan semua perhatian ini. Rajendra dirasa terlalu baik dan direpotkan karena dirinya.
“Rajendra hanya ingin membuat kekasihnya senang. jangan terlalu memikirkannya. Rajendra tidak mungkin merasa terpaksa untuk melakukan ini kan?" Nesya tentu saja benar, hanya saja rasanya Ignacia belum cukup baik sebagai kekasih laki-laki baik itu. Tidakkah dia kurang bisa bersikap layaknya kekasih ketika didatangi Rajendra tadi?
“Kenapa kau selalu kesulitan jika berhubungan dengan manusia yang lain? Kenapa kau begitu tidak suka dengan perhatian dari orang-orang di sekitarmu?”
Pernah Ignacia bertanya hal seperti itu pada dirinya sendiri. Dan sampai saat ini Ignacia masih tidak tahu apa jawabannya. Mungkin ada hubungannya dengan masa lalunya atau pola pikir yang terbangun akibat kehidupan di sekitarnya.
"Bagaimana perasaanmu setelah dapat hadiah ulang tahun dari pacar tercinta, Ignacia?" Tanya Nesya setelah acara penyerahan hadiah dari Rajendra dan berhasil menyelesaikan tanggungan praktek bahasa Jawa. Ada senyuman menggoda dari temannya, masih ingin iseng menggoda.
"Ya begitulah. Bingung gimana mengungkapkannya." Jawab si gadis berambut panjang sambil tersenyum senang namun agak canggung. Perasannya masih tidak enak karena menunjukkan sesuatu yang kadang membuat Nesya merasa tidak nyaman. Meksipun begitu dirinya senang bisa bertemu Rajendra. Bertemu dengan kekasihnya di sela-sela kegiatan padat khas laki-laki itu sungguh menyenangkan.
Ketika Rajendra datang tadi, Nesya tampak tidak begitu senang. Dia langsung mengubah posisi agar tidak membuat suasana jadi berbeda bagi Ignacia. Tentu saja Nesya tidak perlu bersikap terlalu senang ketika ada teman yang mendapatkan perhatian pacar. Meksipun begitu ada aura berbeda dari Nesya yang dirasakan oleh Ignacia.
"Kadang aku tidak begitu suka dengan situasi yang terlalu intim antara pasangan kekasih. Apalagi jika di sekolah. Membuatku sedikit muak." Nesya tidak sedang membahas hubungan temannya. Dia hanya kesal karena melihat pasangan kekasih lain sedang kasmaran di tempat yang tidak seharusnya. Di kelas mereka contohnya.
Nesya itu Anti-romantic. Ignacia dan Nesya memiliki pandangan sendiri mengenai sesuatu yang menurut mereka romantis dari sebuah hubungan. Tanpa harus menunjukkan keintiman seperti hubungan orang dewasa di jenjang serius.
Keduanya tidak cepat-cepat pulang setelah urusan selesai.
Mereka berencana mengambil foto setelah selesai ujian setiap harinya yang kemudian akan dijadikan sebuah video. Mereka harus mencari tempat sepi terlebih dahulu agar bisa leluasa mengambil gambar dan berpose.
"Ignacia, mau kufoto dengan hadiah dari Rajendra? Sebagai kenang-kenangan." Menolak tawaran baik bukanlah sesuatu yang mudah. Meskipun Ignacia tidak tahu ingin berpose bagaimana dengan paper bag pemberian Rajendra ini. Jika hasilnya bagus, Ignacia akan mengirimkannya pada Rajendra nanti.
Berpose layaknya model dalam majalah yang sedang memamerkan tas keluaran terbaru pasti bagus. Membayangkan bagaimana hasilnya saja sudah terasa menggelitik bagi Ignacia. Nesya juga mengambil peran sebagai fotografer profesional. Memberi arahan, mengatur letak kamera, dan lain sebagainya.
Keduanya tertawa bersama setelah melihat hasilnya. Ignacia cocok menjadi model dadakan. Dan Nesya cocok sebagai fotografer pribadinya. "Terima kasih sudah menjadikan aku model yang bahagia." Mereka bersalaman kemudian kembali terkekeh.
"Mau berfoto sekarang?" Ignacia bertanya pada Nesya yang sedang membenarkan rambutnya. Dan yang di tanyai mengangguk bersemangat. Antara tidak sabar menunggu hasil videonya selesai dan menikmati sisa waktu di rumah.
Nesya sama senangnya dengan Ignacia hari ini. Sama-sama berhasil melewati satu remidi dan tidak begitu kesulitan ketika mengerjakan ujian sejak pagi. Hal yang sangat mereka berdua banggakan. Setidaknya untuk saat ini.
Sesampainya di rumah, Ignacia menarik kursi belajarnya untuk membuka hadiah yang diberikan Rajendra. Ada dua surat tulisan tangan yang disisipkan oleh si pemberi kado. Tidakkah ini manis? Kertas dan pena memang murah, effort dan ungkapan perasannya yang jauh lebih mahal. Doa-doa dan ucapan selamat dari Rajendra sungguh manis.
Selamat ulang tahun yang ke-18
Ayo jaga hubungan ini baik-baik
Lalu ada satu kalimat dari surat Rajendra yang membuat Ignacia berhenti menyunggingkan tersenyum setelah membaca ungkapan-ungkapan menggemaskan di bagian atas. Satu kalimat terakhir sebelum Rajendra menuliskan tanggal dan tanda tangan di akhir surat pertama.
Ayo jaga hubungan ini baik-baik
Rasanya seperti Ignacia sudah membuat kesalahan padanya. Ah itu hanya harapan agar kami tetap bersama sebagai sepasang kekasih. Kenapa aku harus tertegun tiba-tiba begini? Rajendra selalu penuh pesona dan kejutan yang tidak bisa dibayangkan.
Dari yang Ignacia baca dan dengar, cara bahagia orang-orang itu berbeda. Yang paling terkenal, bahagia karena hal yang sederhana. Mendapatkan perhatian, sentuhan berupa gandengan tangan atau pelukan, kalimat-kalimat penegasan, bantuan kecil, dan hadiah contohnya.
Jika bagi Ignacia, hadiah kecil yang dia dapat dari Rajendra itu bukan yang terbaik. Yang terbaik itu saat …
...Rajendra ఇ ◝‿◜ ఇ...
^^^Wah, hujan |^^^
^^^Tapi cuma sebentar |^^^
| Iya, hujan di bulan Juni
| Sebentar tapi berharga
Benar, Ignacia baru menyadarinya. Hujan turun sehari setelah ulang tahunnya. Rasanya langit sedang bersuka cita karena kemarin ada seorang amanah Tuhan yang berhasil dilahirkan dengan sempurna tanpa kurang suatu apapun.
Di pagi setengah siang yang tidak terlalu panas, hujan turun dengan derasnya. Matahari tidak ingin kalah dan akhirnya muncul di sela-sela awan hujan. Suasananya jadi mulai terasa seperti kehangatan hujan sore hari. Tapi sayang hanya sebentar.
Mendapatkan pesan dari Rajendra selalu menjadi hadiah kecil yang selalu Ignacia nantikan. Hujan siang ini hanya bonus sebagai pembuka obrolan di sela jam istirahat ujian yang melelahkan. melihat hujan turun dari langit yang sama, dengan jarak yang tidak terlalu jauh pula. Tidakkah itu cukup manis?
...Rajendra ఇ ◝‿◜ ఇ...
| Nanti aku akan kembali ke sekolah
| Latihan paduan suara lagi
Seharusnya Ignacia mulai menyadarinya sejak hari itu. Dia menganggap ini akan segera berlalu dan dia akan kembali seperti dahulu. Menjadi seseorang yang mungkin hanya akan mengirimkan pesan remeh dan menunggu balasan Rajendra begitu si kekasih ada waktu.
Tidak penting apakah Rajendra hanya bertanya apakah Ignacia sudah pulang atau belum, apakah Ignacia sudah makan dengan baik hari ini, atau apakah datang pagi seperti biasa yang dia lakukan untuk pergi ke sekolah.
Ignacia hanya menyukai Rajendra yang bertanya soal dirinya. Disaat semua orang tidak begitu peduli, pada akhirnya ada Rajendra yang peduli dan memperhatikannya. Ignacia tidak akan menyebutkan hadiah mendebarkan ini sebagai hal remeh. Sesuatu yang menyangkut perasannya tidak akan jadi remeh.
Di sela-sela waktu senggang, Ignacia mengirimkan foto saat bersama dengan Nesya di dekat taman baru sekolah. Iseng saja untuk mengetahui reaksi kekasihnya itu.
...Rajendra ఇ ◝‿◜ ఇ...
| Lucu
| Kamu cantik sekali
Ignacia tidak akan berbohong jika dua pesan singkat itu berhasil mengukir senyuman sepanjang perjalanan pulang. Rajendra mungkin sibuk, tapi perhatiannya masih bisa diberikan pada Ignacia. Menjadi anggota paduan suara untuk para wisudawan di tahun ketiga rupanya tidak benar-benar mengalihkan dunia Rajendra.
Ignacia bertanya kapan Rajendra akan pulang dan balasannya datang satu jam setelahnya. Rajendra akan pulang larut, langit hampir gelap malah. Perlahan, hadiah kecil Ignacia mulai menghilang. Tidak secara mendadak—perlahan namun efeknya membuat Ignacia—sedikit muak.
...Rajendra ఇ ◝‿◜ ఇ...
| Aku diundang ke acara ulang tahun
| Setelah pulang sekolah
Di tengah kesibukan ini Rajendra juga sempat datang ke acara ulang tahun teman dekatnya. Katanya teman perempuannya ini mengundang semua teman sekelasnya untuk makan ke rumahnya. Teman yang bahkan tidak Ignacia kenal dan ketahui ini mengambil waktu senggang Rajendra yang Ignacia inginkan.b
Bukan maksudnya untuk menjadi posesif. Tapi Rajendra itu hadiah Ignacia. Perhatiannya kenapa juga harus terbagi kepada teman perempuannya?
...*****...
...Rajendra ఇ ◝‿◜ ఇ...
| Aku baru pulang
| Hehe
Ignacia tidak salah membaca jam? Rajendra pulang pukul setengah delapan malam. Katanya latihan paduan suara selesai kurang lebih pukul enam sore, dan dia masih disana untuk membantu proses pembuatan tempat foto bagi mereka yang wisuda.
Hadiah kecil Ignacia banyak berkerja hari ini. Setidaknya Rajendra sudah makan malam.
Besok sudah akan hari besarnya. Semua orang harus bersiap dan mengorbankan banyak waktu demi kelancaran acara. Apalagi Rajendra adalah seorang ketua MPK yang bertanggung jawab. Dia pasti akan menggerakkan kemampuan untuk lebih banyak membantu demi kelancaran acara. Selain ajakan untuk menjadi anggota paduan suara.
...Rajendra ఇ ◝‿◜ ఇ...
| Besok ponselnya akan di kumpulkan
| Jadi aku tidak bisa dihubungi
Selalu ada yang seperti ini. Beruntung tidak seharian penuh. Rajendra bisa kembali dihubungi di tengah hari dan kemudian saat dia sudah sampai di rumah. Ada sedikit cerita tentang acara pagi itu. Rajendra kelihatan senang, bahkan ikut membuat karangan bunga bersama teman-temannya.
Hadiah Ignacia semakin mengecil ukurannya setelah minggu-minggu ujian. Tapi tidak apa-apa. Ignacia sudah berencana untuk membeli hadiah lain untuk dirinya sebagai alternatif. Dan dia akan menunggu Rajendra selesai.
Tapi tetap saja, Ignacia selalu ingin hadiah kecilnya kembali.
Waktu yang dibutuhkan untuk sampai di kelas tahun terakhir tidak selama yang Ignacia perkirakan. Sekarang saja dia sudah hampir sampai di kehidupan penuh suka duka selama masa putih abu-abu. Yang dia tahu, setelah ini dia akan sibuk dengan segala bentuk tes untuk masuk ke perguruan tinggi. Sebelum itu, Ignacia tidak pernah mengira jika sebelum musim sibuk dia akan mendapatkan kejutan lain.
Rajendra akan pergi keluar pulau untuk sebuah penelitian yang berhubungan dengan lingkungan. Berhubungan pula dengan jurusan yang dia ambil di SMA. Dan berita itu Ignacia dapatkan bukan dari yang bersangkutan. Ada pihak lain yang menuliskannya di sebuah grup dimana Ignacia adalah salah satu partisipannya. Berita yang mengejutkan memang.
Berita itu kemudian diketahui kebenarannya setelah Ignacia yang membahasnya lebih dahulu. Rajendra terkejut karena Ignacia sudah mengetahuinya tanpa dia katakan sebelumnya.
"Aku melihatnya dari pengumuman seseorang di grup. Lalu, selamat karena terpilih untuk pergi," Ignacia tersenyum memberikan semangat. Yang kali ini tulus dari dirinya sendiri. Dia sangat ingin mendukung apapun yang Rajendra lakukan. Suasana di meja pasangan kekasih ini terasa agak dingin. Padahal tadinya ada canda tawa karena foto-foto yang diambil Ignacia bersama Nesya. Juga ada perasaan bersemangat karena akhirnya bisa bertemu kembali setelah beberapa Minggu terganggu kesibukan sekolah.
Berita yang tiba-tiba datang di beberapa saat sebelum Rajendra datang dan menjemput Ignacia untuk pergi ke tempat ini sungguh mengubah suasana hingga beberapa derajat. Tapi apa benar ini hanya hawa dingin dari sebelah pihak dan bukannya dari es krim dan udara malam?
"Kenapa diam? Ini hebat sekali. Pihak sekolah mengakui kehebatanmu dan memintaku melakukan penelitian diluar pulau. Kamu keren sekali, Rajendra." Ignacia kembali bicara karena tidak mendapatkan respon apapun dari Rajendra.
"Kamu sungguh tidak apa-apa?" Akhirnya Rajendra merespon setelah jeda panjang. Rajendra menatap kekasihnya dengan tatapan aneh, sementara itu hadis di depannya terlihat biasa saja sambil terus memakan es krim miliknya perlahan.
"Tentu saja. Aku tidak perlu mengkhawatirkan apapun karena lelakiku ini adalah orang yang sangat hebat." Ignacia mendorong es krim Rajendra, "makanlah sebelum mencair. Rasanya akan berbeda nanti."
"Jika aku benar akan pergi keluar pulau, bagaimana menurutmu, Ignacia?" Suara Rajendra berubah pelan. Ada keraguan dalam sorot mata tegas itu.
"Aku sangat senang." Ignacia terlihat tulus dengan kalimatnya untuk Rajendra.
Tapi masih saja ada yang salah dengan perasaan Rajendra. Apa dia bisa pergi meninggalkan Ignacia selama seminggu penuh dan hanya fokus dengan tugasnya di pulau yang jauh? Apa hatinya akan siap untuk membuat Ignacia kembali kesepian setelah semua kesibukan yang dia berikan beberapa bulan terakhir? Apa dia bisa kembali sibuk setelah sedikit menyisihkan keberatan Ignacia untuk sementara waktu?
"Bersemangatlah, Rajendra. Jika kamu punya waktu luang, jangan lupa berkirim pesan denganku. Aku akan menunggu kamu pulang." Tangan Ignacia perlahan mendekati tangan Rajendra yang ada di atas meja, menggenggamnya lembut untuk menyalurkan kehangatan, "Aku pasti akan menunggu kamu kapanpun itu."
Sekali lagi Ignacia tersenyum, membuat Rajendra akhirnya berhenti bingung dengan hatinya. Tangannya bergerak untuk membahas genggaman tangan si gadis dan membalas tatapan berbinar-binar yang diberikan.v"Terima kasih karena sudah mau pergi denganku malam ini. Aku senang bisa bertemu denganmu lagi, Ignacia. Aku akan sebisa mungkin menghubungi kamu nanti."
Rajendra sebenarnya tidak berjanji, tapi diam-diam Ignacia ingin kekasihnya berjanji untuk memberikan sedikit waktu untuk memberikan kabar. Meskipun hanya satu dua kata saja, kirimkan saja jika memang ada waktu. Kuharap segala urusan disana segera berakhir dan kamu akan kembali menemuiku.
"Setelah ini, aku antar pulang." Ignacia mengangguki ucapan Rajendra dan kembali menyantap es krim masing-masing. Di satu sisi, Ignacia merasa aneh sementara Rajendra sudah kehilangan selera makan akibat pembicaraan barusan.
Jika kamu sungguh menghubungi aku, aku pasti akan menjadi gadis paling bahagia. Karena kamu masih mengingatku meskipun sedang sibuk. Tatapan Ignacia terbang ke luar kafe. Tepat pada jalanan yang ramai kendaraan khas kota malam hari. Rasanya ramai namun kosong. Ignacia tidak merasakan udara dingin lagi. Baik dari es krimnya yang sisa setengah atau angin malam di sekitar.
Padahal aku sudah mulai kembali merasakan getaran setiap Rajendra berada di dekatku. Tapi kenapa dunia ini ingin aku kehilangan semua perasaan yang berhubungan dengan orang lain? Sekali lagi Rajendra akan diambil dariku seperti masa-masa sebelumnya. Ini tidak adil.
Sebuah panggilan kemudian membuyarkan tatapan yang berubah jadi lamunan pada Ignacia. Rajendra mencoba untuk memanggil beberapa kali dan akhirnya berhasil. "Apa yang sedang kamu lihat dengan tatapan kosong begitu?"
...*****...
Di sepanjang perjalanan menuju rumah, Ignacia hanya meletakkan kepalanya pada punggung Rajendra yang tengah mengemudi di depannya. Jika biasanya tangannya akan sedikit melingkar di pinggang Rajendra, kini tidak. Ignacia hanya berpegang pada jaket merah maroon kekasihnya. Sekuat apapun ia menyembunyikan perasaan memuakkan yang ada, Ignacia akan tetap menunjukkannya tanpa sadar.
Meskipun dengan adanya ada helm yang menghalangi kepala Ignacia untuk bersentuhan dengan jaket merah maroon Rajendra. Dia bisa merasakan kehangatan dan hembusan angin pelan di sekitar wajah yang tidak tertutup kaca. Tangannya masih menggenggam kuat ujung jaket Rajendra tanpa laki-laki itu sadari. Ingin rasanya memeluk laki-laki ini seperti biasa, namun yang ada hanya perasaan takut.
"Ignacia, kamu mengantuk?" Rajendra bertanya, sesekali menatap spion untuk memastikan bahwa Ignacia baik-baik saja. Namun tidak ada respon apapun hingga Rajendra akhirnya menepikan sepeda motornya di sisi jalan yang tidak begitu ramai.
"Ignacia," panggil Rajendra lagi sambil melepas helmnya. Mencoba untuk mendapatkan respon. Jujur saja dia agak khawatir karena Ignacia belum pernah bertingkah seperti ini. "Apa kamu tidak enak badan? Apa kamu kedinginan? Kamu ingin memakai jaketku saja? Kita masih setengah jalan menuju rumahmu."
"Sepertinya aku sudah mengantuk." Ignacia tersenyum kecil. Rasa khawatir Rajendra lenyap seketika. Seratus persen percaya dengan akting kekasihnya. Ignacia lalu memeluk Rajendra tanpa pikir panjang agar laki-laki itu berhenti menatapnya. Kode agar dirinya segera diantar pulang juga.
Ignacia bahkan hampir tidak bisa mengatakan apapun saat turun dari sepeda motor Rajendra. Untuk mengangkat kepala saja rasanya berat. Suara dari mulutnya juga tiba-tiba tidak bisa dikeluarkan. Antara dia benar-benar mengantuk setelah kebohongan tadi atau hanya untuk menahan semua emosi.
"Sepertinya kamu sangat mengantuk sekarang. Masuklah dan beristirahat." Rajendra meraih satu tangan Ignacia dan meletakkannya di sebelah pipinya yang terasa dingin, "Maaf jika aku membuatmu sedih karena tidak memberitahu soal kepergianku. Aku takut kamu akan sedih jika aku membahasnya. Aku sungguh minta maaf, Ignacia."
Apa ini akhirnya? Hanya dengan melihat Rajendra yang mengkhawatirkan perasannya saja sudah membuat Ignacia lebih baik. Gejolak yang menumpuk hingga menciptakan kebohongan tadi lenyap terbawa angin. Rajendra tidak melakukan kesalahan. Rajendra sudah berusaha dan Ignacia terlalu cepat membahasnya.
Ignacia mengangguk, memberikan senyuman terbaik. "Tidak masalah. Terima kasih sudah memikirkan aku." Ignacia akan menyayangkan jika malam ini berakhir dengan tidak enak. Pertemuan ini akan jadi yang terakhir sebelum Rajendra berangkat keluar pulau. Dalam waktu sebulan lebih dari Minggu Rajendra akan meninggalkan Ignacia.
...Rajendra ఇ ◝‿◜ ఇ...
^^^Sudah sampai di rumah? |^^^
| Masih berkumpul dengan teman-teman
| Kamu sendiri, sudah sampai di rumah?
^^^Sudah, baru saja sampai |^^^
Dalam waktu sebulan lebih seminggu itu Rajendra masih sempat menghabiskan waktu dengan teman-teman dekatnya. Mereka akan pergi keluar dan mematikan ponsel selain untuk keadaan penting. Jujur saja Ignacia merasa diabaikan. Selain fakta bahwa dirinya juga tidak bisa sering menemui Rajendra karena kesibukannya sendiri, ia juga tidak seharusnya membebani Rajendra.
Beruntung Rajendra masih sempat membalas pesannya meskipun itu berarti Rajendra sudah sampai di rumah. Tahan sekali dia tidak membuka ponsel sama sekali seharian ini. Malamnya ada waktu yang Rajendra korbankan agar bisa berkirim pesan dengan Ignacia. Gadis itu tidak sepenuhnya diabaikan. Perasannya saja yang berkata demikian.
Ketika sudah waktunya untuk berangkat, Rajendra sepertinya lupa mengirimkan kabar. Pasti ada banyak hal yang harus dilakukan sebelum sampai di bandara. Ignacia menunggu dan terus menunggu. Tidak ada pesan terbaru. Perasaan kesal dan khawatir itu ia alihkan untuk membaca novel pada akhirnya.
Satu dua jam berlalu tanpa membawa hasil apapun. Rajendra terlalu sibuk. Masih permulaan namun aku sudah merasa sejengkel ini. Ignacia meraih kembali ponselnya. Membuka media sosial untuk sekedar mengecek postingan terbaru teman-temannya. Lalu yang nampak di bagian paling atas dari beranda adalah kisah yang Rajendra bagikan.
Rupanya disini tempat Rajendra memberikan kabar. Bukan hanya untuk Ignacia, melainkan juga bagi semua orang yang mengikuti akunnya. Foto yang jelas-jelas menunjukkan sebuah bandara di kota sebelah. Dari foto itu terlihat jelas jika Rajendra sudah meninggalkan pulau ini. Hati Ignacia sekaam ikut pergi bersama pesawat yang sudah terbang tiga jam lalu.
...*****...
Rajendra sangat sulit dihubungi pada dua hari pertama. Pesan Ignacia terkirim, namun tidak ada balasan. 'Rajendra pasti sibuk', 'Rajendra sedang mengerjakan penelitian dengan penuh konsentrasi', 'Rajendra pasti akan membalas pesanku sebentar lagi', semua itu Ignacia ucapkan beberapa kali guna menenangkan diri sendiri. Meskipun hasilnya kadang tetap nihil.
Akun media sosial Rajendra jadi ramai dengan banyak kisah karena perjalanan ini. Observasi, proses pembuatan Karya tulis ilmiah, dan begadang adalah perpaduan yang didapatkan Rajendra selama berada di pulau asing. Bersama dengan kelompoknya, Rajendra hanya fokus dengan apa yang harus dia lakukan.
...Rajendra ఇ ◝‿◜ ఇ...
| Aku kembali di akhir pekan
| Di pagi hari
Setelah penantian panjang akhirnya pesan Rajendra membangkitkan semangat yang sempat padam. Akhirnya Rajendra akan pulang. Satu Minggu yang hanya menyimpan beberapa gelembung pesan itu akhirnya berakhir. Ignacia berencana untuk datang ke bandara untuk menjemput kekasihnya, "Aku merindukan kamu jadi aku ingin datang."
"Tidak perlu. Orang tuaku akan datang menjemput. Lagipula bandara ini terlalu jauh dari rumah. Aku tidak ingin merepotkan. Akan aku hubungi setelah sampai di rumah. Pesawatnya akan segera datang. Sampai jumpa lagi, Ignacia." Sayang sekali. Padahal Ignacia sudah mendapatkan izin dengan susah payah dari mamanya.
...Rajendra ఇ ◝‿◜ ఇ...
| Kamu mendapatkan salam
| Dari temanku disana
^^^Teman perempuan? |^^^
| Iya, teman perempuan
| Dia tahu kamu karena melihat media sosialku
Benar juga. Rajendra pernah memasang fotonya bersama anggota kelompok penelitian ini di media sosialnya. Pasti salah satu dari mereka yang memberikan salam. Rajendra tampak senang mendapatkan teman baru. Perempuan ini katanya anak asli pulau itu yang mendampingi kelompok Rajendra untuk melakukan penelitian. Bisa dikatakan mereka adalah rekan.
Meksipun sudah kembali, kesibukan tetap saja kesibukan. Berkencan dengan laki-laki yang selalu sibuk dan hampir selalu memiliki kegiatan di waktu-waktu tertentu cukup membuat kesepian. Tidak apa. Ignacia senang menggunakan semua waktu luang untuk dirinya sendiri. Masih ada banyak novel baru yang belum dia baca juga hal-hal lain yang bisa ia lakukan tanpa melibatkan orang lain.
"Aw," tapi terluka bukanlah rencana Ignacia selama sisa liburan sebelum naik ke kelas tahun ketiga. Fokusnya yang tiba-tiba terpecah mengakibatkan luka kecil di jari telunjuk. Awalnya hanya goresan khas dari pisau biasa. Namun lama kelamaan mulai muncul darah. "Dimana aku harus mencari plester?"
...Rajendra ఇ ◝‿◜ ఇ...
| Ignacia, ada yang ingin kutanyakan padamu
^^^Tunggu sebentar, aku akan pergi keluar sebentar |^^^
| Akan pergi kemana?
^^^Membeli plester luka |^^^
Ignacia langsung pergi ke sebuah tempat yang dia tahu pasti memiliki plester yang dia cari. Sayangnya Ignacia harus kembali dengan tangan kosong. Plester yang dia cari sudah habis dan tidak tahu apakah stoknya akan datang atau tidak. Ignacia tidak ingin ambil pusing karena darahnya juga sudah berhenti. Acara makan buah yang sudah dikupas sambil membaca novel akan berlanjut.
...*****...
...Rajendra ఇ ◝‿◜ ఇ...
| Bisa kamu keluar sebentar?
| Ignacia, ada yang ingin kuberikan padamu
| Hanya keluar rumah saja
| Apa kamu sedang tidur?
| Ignacia, kamu pergi kemana?
Mata lelah Ignacia langsung terasa segar begitu mendapati banyak pesan dari Rajendra pada layar ponselnya. Dengan segera Ignacia membalas pesan-pesan yang datang sekitar tiga jam yang lalu. Rajendra tidak akan menunggu di tempat yang ia sebutkan dalam pesannya kan?
...Rajendra ఇ ◝‿◜ ఇ...
^^^Rajendra, maafkan aku |^^^
^^^Aku tidak melihat ponsel tadi |^^^
^^^Apa yang kamu lakukan? |^^^
^^^Kamu tidak menungguku bukan? |^^^
| Menurutmu bagaimana?
| Aku menyerah dan pulang
| Masih mau bertemu denganku?
| Hanya sebentar saja
...Rajendra ఇ ◝‿◜ ఇ...
^^^Apa yang akan kamu lakukan? |^^^
^^^Lebih baik jangan lakukan ini lagi |^^^
| Aku hanya ingin memberikan plester luka padaku
| Kamu terluka, benar?
| Jadi ingin kubawakan plester lukanya
^^^Kamu berlebihan, Rajendra |^^^
^^^Ini hanya luka kecil yang mudah sembuh |^^^
| Kamu menolakku, Ignacia?
| Entah luka kecil atau besar, tetap saja
| Aku peduli padamu, tidak ada yang lain
Ini salah satu sikap yang tidak disukai Ignacia soal kekasihnya. Rajendra bisa dengan mudahnya membuat janji temu sesuka hati tanpa peringatan sebelumya. Ignacia tidak pernah bisa belajar tentang pertemuan yang sangat mendadak.
...Rajendra ఇ ◝‿◜ ఇ...
^^^Maafkan aku, Rajendra |^^^
^^^Aku tidak bisa dengan pertemuan mendadak |^^^
^^^Kita bertemu lain kali saja ya? |^^^
^^^Lukaku akan segera sembuh |^^^
| Sepertinya kamu memang tidak bisa diberikan kejutan
| Kamu tidak pernah suka dengan kejutan yang aku berikan
| Kamu selalu menolak kejutan yang aku siapkan untukmu
^^^Rajendra, ini hanya luka kecil |^^^
^^^Kamu tidak perlu datang |^^^
| Aku peduli padamu, Ignacia
| Tapi kenapa kamu menolak niat baikku?
"Apa kamu tahu betapa gugupnya aku setiap kamu meminta bertemu? Apa kamu tahu betapa gugupnya aku setiap kali kamu ingin membuat janji mendadak? Kamu tidak akan mengerti kenapa aku harus terus belajar untuk menjalani hubungan ini, Rajendra," bisik Ignacia sambil melihat layar ponsel.
Sudah lebih dari 1 menit sudah layar ponselnya dibiarkan menyala hingga akhirnya mati dengan sendirinya karena tidak adanya sentuhan apapun.
Apa yang harus Ignacia lakukan jika berada di situasi seperti ini? Dia sungguh tidak bisa berpikir. Tapi orang tuanya baru saja pergi bekerja satu jam yang lalu. Dia mungkin bisa tiba-tiba pergi keluar rumah dan meninggalkan ketiga adiknya di rumah sendirian sebentar.
Ignacia memiliki seorang adik perempuan yang hanya berbeda 2 tahun, dan dia bisa menjaga kedua adik lainnya yang masih berada di bangku sekolah dasar. Sebaiknya Ignacia menemui kekasihnya sebelum hal yang tidak diinginkan terjadi.
"Lakukan seperti biasa saja, Ignacia. Terima dia dengan senang hati dan buat dia puas. Dengan begitu kau tidak akan ditinggalkan seperti yang dilakukan seseorang di masa lalu."
...Rajendra ఇ ◝‿◜ ఇ...
^^^Kalau begitu ayo bertemu di suatu tempat |^^^
^^^Kita bisa pergi berdua nanti malam |^^^
| Tumben sekali kamu seperti ini
^^^Aku akan bersiap-siap |^^^
^^^Bagaimana jika bertemu pukul 7? |^^^
| Tentu, akan kujemput jam 7 tepat
| Pakailah jaket yang hangat
| Malam ini akan agak dingin
^^^Baiklah, aku mengerti |^^^
Ignacia segera melepas headset yang baru dia gunakan sebelum menyalakan data ponselnya tadi. Segera dia menemui di adik pertama dan menjelaskan apa yang akan dia lakukan dengan Rajendra malam ini. Adiknya tidak keberatan, dengan catatan bahwa kakaknya tidak pulang terlalu malam.
"Tapi tumben sekali Kakak pergi dengan Kak Rajendra tanpa membuat janji jauh-jauh hari," bahkan perilaku kakaknya ini juga aneh di mata si adik. Ignacia tidak menjawab dan hanya berkeliaran di dalam kamarnya untuk bersiap-siap.
"Aku tahu jika kalian berpacaran lebih dari 3 tahun, hampir 4 tahun kurasa. Tapi kenapa kakak belum pernah membahas soal sesuatu yang kakak rasakan? Kakak bisa menolak jika kakak tidak ingin bertemu. Bukankah perasaan seperti itu wajar?"
Adik perempuan Ignacia berdiri di dekat pintu, melipat tangan sambil memperhatikan sang kakak. Ucapannya barusan membuat Ignacia tersenyum mencurigakan. "Wajar dia meminta bertemu, Athira. Itu karena Rajendra sangat menyukaiku," kata Ignacia.
"Tapi kenapa kakak terlihat tertekan setiap pertemuan mendadak. Seperti kakak tidak siap dan gugup. Hubungan macam apa yang kakak jalani bersama Kak Rajendra selama ini? Kakak membuatku takut sesekali."
Adik perempuan Ignacia--Athira ini memang paling mengenal sifat dan kebiasaan kakaknya dengan baik.
"Kau tidak perlu mengetahuinya. Kekasih Rajendra itu aku, bukan kau. Biar aku mengurus semuanya seperti kekasih yang baik." Ignacia masuk ke dalam toilet untuk berganti pakaian. Dan adiknya masih setia di dekat pintu.
"Kenapa kau masih ada disini? Bukankah kau tadinya sibuk menggambar, Athira? Kau bisa kembali ke kamarmu sekarang. Kumohon jaga adik-adik mu sehingga aku kembali, mengerti?"
"Baiklah. Nikmati saja kencan kalian."
Athira pergi, menemui kedua adiknya yang ada di ruang keluarga. Tengah menonton tv dengan siaran kartun. Tidak ada yang menyadari jika kakak tertua mereka akan pergi keluar rumah dengan terburu-buru.
Rajendra menjemput Ignacia sesuai janjinya. Tidak lupa si gadis memakai jaket sesuai saran Rajendra agar tidak kedinginan di malam yang entah mengapa memang begitu dingin.
"Terima kasih sudah menjemputku." Ignacia menyambutnya dengan senyuman hangat.
...*****...
Jalanan malam itu lumayan padat karena besok sudah akan masuk akhir pekan. Orang-orang tentu tidak akan melewatkan waktu yang berharga ini hanya untuk mengerjakan tugas atau pekerjaan yang sudah menunggu untuk diselesaikan. Lebih baik menikmati angin malam dan bersantai.
Keduanya pergi ke alun-alun kota.
Tempat yang disukai Ignacia jika sedang tidak begitu ramainya. Ada sebuah titik dimana tempat itu akan menjadi sangat ramai, namun bukan itu tempat yang akan mereka tuju. Jauh-jauh saja dari tempat para anak kecil dan orang tuanya bermain.
Baik Ignacia maupun Rajendra tidak ada yang bersuara. Hanya duduk bersebelahan di sebuah bangku taman dan menatap keramaian yang terjadi di sisi lain alun-alun. Suasananya agak canggung setelah kesalahpahaman kecil sore tadi.
"Aku benar-benar merusak suasana hatinya, benar? Lihatlah tingkah konyol yang kau lakukan, Ignacia," geram Ignacia pada dirinya sendiri. Kepalanya terus menyalahkan dirinya sendiri.
Diam-diam dia melirik ke arah Rajendra yang masih tidak fokus. Laki-laki itu tampak memilih kata sebelum membiarkan Ignacia mendengarnya. Hening, keduanya diam. Saling menunggu, mungkin. Hingga salah satunya siap membuka suara.
"Kadang aku berpikir bahwa aku belum cukup baik untukmu, Ignacia," Rajendra bersuara. Namun bukan dengan kalimat yang sudah diperkirakan oleh Ignacia. "Kamu tidak pernah suka dengan kejutan mendadak yang ingin kuberikan. Kamu selalu menolak."
Ignacia melirik Rajendra yang masih bicara, memperhatikan setiap kalimat yang ditujukan untuknya. Semuanya tentang dia yang seolah menolak keberadaan Rajendra. Ignacia bukannya menolak, hanya saja dia belum tahu harus bersikap seperti apa di hadapan kekasihnya.
"Bagaimana lukamu?" Rajendra bergerak untuk mengambil salah satu tangan Ignacia yang terluka di jari manis. Kelihatannya memang luka kecil, bukan masalah bagi Ignacia. Tapi tidak bagi Rajendra. Luka itu tetaplah luka. "Bagaimana bisa kamu terluka? Rasanya perih?"
Mata keduanya bertemu. Membuat Ignacia hanya bisa mengangguk tanpa suara.
"Aku tahu kamu tidak suka memakai plester jika tidak benar-benar terganggu dengan darahnya. Tapi sebaiknya kamu menggunakan ini agar tidak terinfeksi."
Rajendra mengeluarkan obat luka dari dalam sakunya. Meneteskannya beberapa di luka Ignacia sebelum menutupnya dengan plester yang dibawanya. Ditiupnya luka itu lembut seolah ingin menghilangkan rasa perihnya.
"Berjanjilah padaku untuk tidak terluka, Ignacia."
Si gadis masih tidak mengeluarkan suara apapun. Dia terpanah dengan pemandangan tidak biasa yang ada di depan mata. Seorang Rajendra yang biasanya sibuk sekarang datang padanya hanya untuk menutup luka kecilnya.
"Terima kasih," ucap Ignacia pelan pada Rajendra.
Jika begini, Ignacia jadi ingat kejadian mengejutkan di kelas tahun kedua SMA saat Minggu Drama. Minggu dimana semua kelas di tahun kedua harus mempersiapkan drama untuk mendapatkan nilai di mata pelajaran Bahasa Indonesia wajib.
Semua kelas mempersiapkan yang terbaik. Mulai dengan membagi peran menjadi aktor, sutradara, dan para staff yang berkerja di belakang layar. Semuanya sibuk hingga sepertinya hanya sibuk memikirkan soal drama yang setiap kelasnya dibagi menjadi 3 kelompok.
Di akhir pekan, kurang sekitar 5 kelompok yang belum tampil. Tepat di hari dimana akan diumumkan para pemenang di beberapa kategori tertentu. Setelah penampilan terakhir dan guest star yang entah siapa, para guru yang menjadi juri drama akan mengumumkan hasil akhirnya.
Ignacia kebetulan menjadi sutradara waktu itu. Sama seperti Rajendra yang berasal dari kelas lain.
Mereka jarang bicara selama persiapan drama. Berkirim pesan pun mungkin hanya dua pesan setiap harinya. Paling banyak mungkin ya beberapa baris selanjutnya. Itu pun hanya untuk berkeluh kesah atas hari berat menjadi sutradara.
Ignacia merasa tidak harus terlalu berlebihan menanggapi kekasihnya yang menghilang. Kekasihnya tengah berjuang sama kerasnya seperti dia. Tidak ada salahnya untuk menjadi sangat sibuk layaknya karyawan di kantor.
Semua orang ingin mendapatkan nilai terbaik.
Di hari pengumuman, Ignacia bingung akan datang dengan pakaian bagaimana karena acaranya seperti semi formal. Ada pertunjukan drama yang akan dinilai oleh tiga guru, juga ada guest star yang katanya akan datang, kemudian tidak lupa dengan hal yang paling penting, pengumuman pemenang.
Ignacia bicara dengan Rajendra untuk menentukan pakaian apa yang sebaiknya dia pakai. Dan karena kata Rajendra dia bisa menggunakan apa saja, jadilah Ignacia datang menggunakan Hoodie berwarna kuning fire, bandana berwarna kuning, dan celana coklat, penampilannya resmi seperti anak bebek.
Begitu sampai di aula, drama sudah berlangsung. Karena urutan kelas diacak, jadi sekarang waktunya kelas Mipa 2 saat Ignacia dan Nesya datang. Keduanya duduk di dekat para guru duduk di atas karpet dengan membawa kertas penilaian.
Drama dilaksanakan di panggung bawah, jadi duduk di karpet saja sudah cukup untuk menikmati keseluruhan drama selama seminggu penuh. Ignacia dan Nesya beruntung karena masih kebagian tempat duduk meskipun tidak begitu luas.
Pesan dari Rajendra datang setelah beberapa detik Ignacia menikmati drama yang masih di tahap pengenalan. Laki-laki itu hanya bertanya ada dimana Ignacia berada. Kemudian dia langsung tahu jika kekasihnya ada di dekat barisan guru karena warna Hoodie nya tidak ada yang menyamai.
"Oh kamu membuatku terkejut," kaget Ignacia saat tiba-tiba Rajendra langsung duduk di sampingnya yang tengah kosong. Nesya yang tidak tahu apapun juga terkejut karena tiba-tiba laki-laki yang adalah ketua MPK nya itu muncul.
"Seperti anak bebek apanya? Kamu terlihat menggemaskan dengan Hoodie ini," bisik Rajendra. Ignacia terkekeh mendengarnya. Untuk pertama kalinya Rajendra memujinya untuk pakaian yang dia gunakan.
Berakhir dengan ketiganya duduk bersama sambil menonton drama kelas lain. Ignacia dan Nesya sibuk menonton dan bicara soal apapun yang dapat mereka lihat selama pertunjukan, sementara Rajendra menanggapi teman-temannya yang terus menggodanya karena duduk di samping Ignacia.
Selalu ada teman yang menganggu keduanya jika sudah bersama. Entah untuk apa tujuannya. Dengan orang lain tidak begini, tapi jika soal Rajendra dan Ignacia, mereka akan gencar membuat pasangan kekasih ini tampak malu-malu.
Jujur saja, semenjak Rajendra mengatakan soal kebenaran bahwa dia memiliki hubungan dengan Ignacia saat melakukan acara kecil dengan anggota OSIS dan MPK, hubungan keduanya jadi tersebar cukup luas. Bahkan tidak sedikit anggota organisasi yang menganggu keduanya ketika terlihat bersama.
Ignacia tidak kebenaran jika Rajendra mengakui hubungan keduanya di depan banyak orang, namun kadang itu agak mengganggu. Tapi apa boleh buat. Rajendra memang begitu orangnya.
Acaranya berjalan seharian. Selera makan Ignacia hilang karena gugup dan berharap kelompoknya mendapatkan hadiah utama dan nilainya akan terjamin. Dia hanya ikut dengan Nesya yang katanya akan membeli makanan namun dia tidak ikut makan. Sungguh perutnya tidak terasa lapar dan hanya ingin tetap dibiarkan saja hingga pengumuman datang.
Selama itu Ignacia tidak membuka ponselnya. Dia hanya fokus dengan drama kelompok lain bersama Nesya. Saat menemani Nesya makan pun Ignacia sejujurnya masih khawatir. Jika dia dan Nesya yang sama-sama memiliki gelar sutradara menang sebagai kelompok terbaik pertama dan kedua, itu akan sangat hebat dan membanggakan.
Namun di tengah obrolan Ignacia dan Nesya tentang drama di aula setelah makan siang, Rajendra kemudian muncul dengan membawa sesuatu di tangannya. Langsung diberikannya pada Ignacia tanpa banyak bicara.
"Makanlah," ucap Rajendra yang lebih mirip dengan perintah, "kamu tidak boleh melewatkan jam makan. Jika perutmu memang tidak ingin diisi, aku membelikan makanan yang lebih ringan. Habiskan." Setelahnya dia pergi ke suatu tempat bersama temannya keluar aula.
Ignacia kebingungan juga merasa tidak enak, sementara Nesya menahan hatinya yang berbunga-bunga saat melihat teman terbaiknya mendapatkan perhatian yang menyenangkan. Dia jadi ikut terbawa suasana melihat Rajendra yang begitu baik pada Ignacia di aula yang lumayan ramai.
Takoyaki dan minuman dingin. Mau tidak mau Ignacia harus memakan pemberian Rajendra karena makanannya akan tidak enak jika sudah dingin. Tapi kenapa dia pergi sebelum Ignacia sempat berterima kasih?
Tapi Rajendra pada akhirnya kembali dan duduk di samping Ignacia yang kebetulan kosong. Orang-orang yang tadinya duduk di samping si gadis yang tadinya berada disana sekarang entah pergi kemana. Dan waktu tepat sekali untuk berterima kasih pada si pemberi makanan.
"Terima kasih untuk makanannya. Aku akan menjaga pola makanku, jadi kamu jangan khawatir dan melakukannya lagi. Seharusnya kamu tidak pergi sebelum aku berterima kasih tadi." Si gadis selesai bicara dan atensinya diambil oleh suara sutradara kelompok kesekian yang akan memulai drama mereka.
Rajendra hanya mengangguk-angguk saja kemudian ikut mengalihkan pandangannya dari Ignacia. "Padahal aku hanya ingin bersikap romantis. Aku ingin menjadi lebih pengertian dan memberikan banyak kejutan. Lagipula kenapa kamu tidak ingin makan apapun?" Rajendra berbisik.
"Aku gugup. Karena aku ingin menang," jawab Ignacia singkat.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!