NovelToon NovelToon

My Idol

Bab 1

Aku berlari sendirian di tepi jalanan yang luas kota seoul. Melewati jalanan di musim semi dan penuh dengan bunga sakura. Menyebrangi jalan menuju ke sebuah tempat biasa tempatku bekerja paruh waktu. Tak sengaja, karena aku terburu-buru, aku menabrak orang asing yang menutupi mukanya dengan masker dan topi.
Kim hana
Kim hana
"Ah, aku minta maaf." ucapku sambil menunduk.
Laki laki misterius
Laki laki misterius
"Tidak apa. Aku baik-baik saja. Sepertinya kamu terburu-buru jadi cepatlah, namun tetap hati-hati."
Kim hana
Kim hana
Aku mengangguk. "Sekali lagi aku minta maaf."
Ia mengangguk dan membenarkan topinya, sedangkan aku sendiri langsung berlari meninggalkannya tanpa pikir panjang, walaupun aku merasa bersalah.
Kim hana
Kim hana
"Maaf, aku terlambat." ucapku tepat saat aku sampai di kafe tempatku bekerja
Lee Yo-na
Lee Yo-na
"Tidak apa Ha-na. Kau selalu terlambat jadi cepat ganti bajumu. Pelanggan bertambah banyak di sini." jawab Lee Yoo-na, yang tak lain adalah teman kerjaku.
Aku mengangguk dan lekas membuka almamater seragamku dan menggantinya dengan baju seragam kafe tempatku bekerja. Aku di tugaskan untuk membuat minuman, terkadang pula aku yang mengantarkan makanan pendamping apabila waktuku senggang. Aku langsung menempatkan posisiku di tempatku dan Yoo-na yang dengan senang hati selalu membantuku.
Kim hana
Kim hana
"Ah ya... Besok kebetulan aku libur. Aku bisa datang lebih awal besok." ucapku saat menyiapkan sebuah minuman yang telah di pesan.
Lee Yo-na
Lee Yo-na
"Kebetulan sekali. Besok jadwalku padat. Aku hanya bisa membantu sekitar pukul 8 malam hingga toko tutup. Apa kamu tak apa bekerja sendirian?" tanya Yoo-na meyakinkan.
Kim hana
Kim hana
"Hmm.. Tak apa. Aku juga sering bekerja sendirian tanpa kamu." jawabku senang. "Jus mangganya sudah siap. Aku akan mengantarkannya terlebih dahulu." lanjutku.
Yoo-na mengangguk dan aku pun lekas mengantarkan jus mangga ke tempat duduk orang yang memesan jus mangga tersebut.
Dan akhirnya, kelar sudah hingga pukul 10 malam. Hanya tinggal aku dan Yoo-na saja di cafe yang tidak terlalu besar tersebut.
pak song jon
pak song jon
"Kerja kalian sangat bagus. Banyak pelanggan yang puas datang ke sini karena kerja keras kalian. Saya berharap kalian bisa terus mengembangkan kafe ini." ucap pemilik kafe tersebut yang datang entah darimana.
Kim hana
Kim hana
"Tentu saja pak, kami akan berusaha semampu kami. Lagian, sudah tugas terutama kami untuk selalu menjaga kebersihan di kafe ini." jawabku.
pak song jon
pak song jon
"Dari kesekian banyak pekerja, kalian lah yang sangat gigih melakukan pekerjaan ini. Sebagai bonusnya, saya akan memberikan bonus kepada kalian. Ini terimalah."
Aku dan Yoo-na saling memandang dan tersenyum kemudian dengan ragu kami menerima amplop yang diberikan oleh pak Joon.
Kim hana
Kim hana
"Terimakasih pak Song joon."
Lee Yo-na
Lee Yo-na
"Terimakasih pak Song joon."
pak song jon
pak song jon
"Sama-sama. Kalian lanjutkan saja lagi, dan Ha-na kamu yang bawa kuncinya besok. Saya dengar kamu besok libur bukan?"
Kim hana
Kim hana
"Iya pak. Baiklah, besok saya akan berangkat lebih pagi dan akan membuka toko lebih awal."
pak song jon
pak song jon
"Baiklah. Saya percaya padamu. Saya titip kunci kepadamu." ucapnya sambil menepuk bahu ku.
Kim hana
Kim hana
"Baiklah pak."
Pak Joon pun pergi sedangkan aku dan Yoo-na pun kembali membersihkan meja kafe tersebut.
Lee Yo-na
Lee Yo-na
"Ha-na, memangnya kamu tak apa terus bekerja seperti ini. Aku khawatir kamu sakit, lagipula setiap malam kamu harus menjenguk ibu kamu di rumah sakit."
Kim hana
Kim hana
"Tidak apa Yoo-na, percayalah.. Aku baik-baik saja. Apabila bukan diriku yang bekerja keras seperti ini, siapa lagi."
Lee Yo-na
Lee Yo-na
"Kamu gigih dan pandai mengatur waktu. Darimana kamu belajar?"
Kim hana
Kim hana
"Tentu saja dari idolaku. Mereka yang memberiku semangat dan kegigihan untuk bekerja keras. Hmmm... Walaupun hanya sekedar dari lagu, namun semua lagu itu sangatlah berharga dan bermakna."Aku tersenyum sambil melihat ke arah Yoo-na dan kembali mengelap meja yang lain.
Lee Yo-na
Lee Yo-na
"Bangtan Sonyeondan itu bukan? Aku heran, kamu menyukainya tetapi kenapa aku tidak?"
Kim hana
Kim hana
"Entahlah, aku pun tak tau. Sebaiknya cepat, aku akan ke rumah sakit. Walaupun hanya satu jam di sana, setidaknya aku harus tetap menjenguknya."
Lee Yo-na
Lee Yo-na
"Semoga ibumu cepat sadar dan lekas sembuh."
Aku mengangguk dan lekas membereskan barang-barang yang tersisa. Dan setelah aku membereskan semuanya. Aku mengunci pintu kafe tersebut dan melambaikan tanganku kepada Yoo-na saat kami hendak ke taksi yang di pesan masing-masing karena arah perjalanan kami yang berlawanan.
Memakan waktu setengah jam untuk sampai di rumah sakit, dan aku pun memilih untuk merangkai sebuah cerita ketika waktuku senggang dan ketika aku merasa bosan. Itu yang sering aku lakukan.
Aku seorang siswi dari salah satu SMA di korsel yaitu Bildugi high school dan memilih jurusan sastra yang sangat aku idamkan. Halu adalah hal yang paling aku sukai semenjak lulus dari sekolah dasar dan sudah menjadi kebiasaan hingga sekarang.
Aku juga membuat beberapa buku online di sebuah lapak, namun tidak pernah ada yang menerbitkannya, namun itu tidak membuatku patah semangat, aku terus menulisnya dengan senang hati karena banyak para pembaca yang menghargai hasil dari karya-karyaku tersebut.
Dan tanpa sadar, akhirnya aku pun sampai di rumah sakit dimana ibuku di rawat. Aku masuk ke rumah sakit tersebut dan kemudian masuk ke ruangan dimana ibuku di rawat. Aku pun duduk di samping ibuku yang terbaring lemah di atas ranjang rumah sakit dan menggenggam tangannya.
Kim hana
Kim hana
"Ibu, cepatlah bangun, aku ingin kembali tertawa bersama ibu seperti dulu. Namun, aku akan setia menunggu apabila ibu tetap diam seperti ini. Aku tau ibu pasti ingin aku pulang dan mengganti bajuku ini kan... Itu pasti akan aku lakukan bu, tetapi nanti setelah aku menjaga ibu sebentar, aku akan pulang dan membersihkan diriku dan aku pun takkan lupa makan. Aku akan menyayangi diriku sebagaimana dengan apa yang idolaku katakan kepada para penggemarnya, yaitu mencintai diri mereka sendiri...."
Aku terus berbicara panjang lebar hingga satu jam lamanya dan kemudian aku memilih untuk pulang ke rumah untuk membersihkan diriku yang terasa lengket.
Jam 11 malam, aku merasa lapar dan aku pun memilih untuk memasak sepotong daging dan sedikit sayuran yang cukup untuk diriku. Kemudian setelahnya aku pun menyikat gigiku dan lekas pergi ke kamarku.
Aku memandang dinding yang terpajang foto-foto idolaku. Hanya foto yang aku punya dan beberapa baju berlogo dan bergambar idolaku. Hanya itu..
Barang seperti album, lighstik dan lainnya, masih tersimpan di tokonya dan aku belum mampu untuk membelinya dan memilikinya karena uang yang aku dapatkan aku tabung untuk keseharianku dan selebihnya ku simpan untuk membiayai sekolah yang masih belum sepenuhnya lunas.
Untuk biaya perawatan ibu, ayahkulah yang membiayainya karena ini adalah perbuatannya yang membuat ibuku menjadi terbaring lemas di atas kasur rumah sakit itu. Ingin ku membenci ayahku, namun rasanya itu tidak pantas dan tidak perlu walaupun aku sering tersakiti oleh kata-katanya.
FLASHBACK
Dua tahun lalu, saat aku berumur 15 tahun. Aku dan ibu melihat ayahku bergandengan dengan seseorang di jalan setelah kami pergi berbelanja di pasar.
Ibu Ha-na
Ibu Ha-na
"Bukankah itu ayah?"
Aku menoleh kepada ibuku dan melihat lagi ke arah kedua orang itu dan melihatnya dengan seksama.
Ibu Ha-na
Ibu Ha-na
"Kamu tunggu di sini sebentar, jangan kemana-mana."
Kim hana
Kim hana
"Tapi bu.."
Ibuku tidak mendengarkanku dan dia berlari ke arah ayahku. Aku melihat mobil dari kejauhan dan tidak sengaja menabrak ibuku.
Kim hana
Kim hana
"Ibbuuu...."
Aku berteriak histeris dan meninggalkan sayuran yang aku bawa di pinggir jalan dan berlari ke arah ibuku terbaring lemah di jalan.
Kim hana
Kim hana
"Ibu, bangun..."
Aku mengguncang tubuh ibuku yang kepalanya mulai mengeluarkan banyak darah. Orang-orang yang melihat mulai mengerumuniku. Aku sendiri melihat ayahku yang menggandeng mesra seorang wanita dan tidak peduli dengan kerumunan yang ada, dan memilih untuk meninggalkannya.
Di rumah sakit, aku duduk di ruang ICU dengan lemas dan sambil menangis tentunya. Ayahku datang menghampiriku dan memegang pundakku.
ayah Ha-na
ayah Ha-na
"Ha-na, kamu tidak apa kan? Bagaimana dengan keadaan ibumu?"
Aku yang mendengarnya merasa jijik dan benci. Aku menghempaskan tangan ayahku tanpa menjawabnya.
Kim hana
Kim hana
"Aku benci ayah.." ucapku lirih sambil menitikkan air mata.
ayah Ha-na
ayah Ha-na
"Maksud kamu? Kenapa kamu membenci ayah? Ayah salah apa?"
Kim hana
Kim hana
"Ibu kecelakaan karena hendak menghampiri ayah bergandengan dengan seorang wanita di jalan tadi. Apakah ayah lupa?"
ayah Ha-na
ayah Ha-na
"Ayah tidak berkeliaran di jalan, ayah pergi ke kantor, percayalah."
Kim hana
Kim hana
"Bagaimana itu percaya karena itu adalah ayah dan itu juga jelas mobil ayah terparkir di depan sebuah toko. Ayah jangan mengelak lagi. Sebaiknya ayah pergi sebelum aku benar-benar membenci ayah."
ayah Ha-na
ayah Ha-na
"Sayang, kamu jangan seperti ini." ucap ayahku sambil kembali memegang pundakku.
ayah Ha-na
ayah Ha-na
"Akan ayah lakukan apapun agar kamu tidak membenci ayah."
Aku menghempaskan tangan ayahku lagi dan berdiri dari posisiku yang terduduk.
Kim hana
Kim hana
"Aku bilang ayah pergi. AYAH PERGGII!!!" teriakku kepada ayahku karena tak tahan.
ayah Ha-na
ayah Ha-na
"Baiklah, ayah akan pergi. Sebagai gantinya, ayah yang akan membiayai rumah sakit ini hingga ibu kamu sadar."
Ayah benar-benar pergi. Aku muak dan tak tahan lagi hingga akhirnya aku kembali duduk dan menangis.
FLASHBACK OFF
Setiap kali aku mengingat kejadian tersebut aku merasa sedih dan sakit hati. Namun, yang aku jalani sekarang, itu tidak jauh dari takdir dan aku pun memilih untuk merelakannya.
###

Bab.2

Park Jimin tak sengaja menabrak seorang gadis SMA di jalan setelah ia memesan 2 kopi untuknya dan Jung Hoseok. Dia sedikit gugup dan khawatir anak gadis itu mengenalinya. Beruntunglah gadis itu tidak mengenalnya dan membuatnya sedikit lega.
Park Jimin
Park Jimin
"Siapa gadis itu? Dia benar-benar baik-baik saja bukan? Aku benar-benar tidak enak hati."  pikirnya.
Ia pun masuk ke dalam mobil, dimana Jung Hoseok menunggunya. Setelah ia masuk, Jimin pun melepaskan topi dan jaket yang membuat tubuhnya terasa panas.
Jung Hoseok
Jung Hoseok
"Kenapa lama sekali?"
Park Jimin
Park Jimin
"Aku tadi tidak sengaja menabrak seorang gadis. Beruntunglah dia tidak mengenaliku."
Hoseok mendengarkan sambil menyalakan mobilnya dan menjalankannya.
Jung Hoseok
Jung Hoseok
"Apakah gadis itu cantik?"
Park Jimin
Park Jimin
"Eeeuuummm.. Entahlah, karena topi ini menghalangiku, aku tidak melihatnya dengan jelas."
Jung Hoseok
Jung Hoseok
"Sangat di sayangkan sekali. Em.. Tapi bagaimana reaksi gadis itu jika gadis itu melihatmu tadi?"
Park Jimin
Park Jimin
"Emm.. Entahlah, mungkin akan berteriak dan meminta tanda tangan seperti ini 'Jimin..  Aku mau tanda tanganmu..'"
Jimin berbicara dengan nada seperti seorang perempuan dan membuat Hoseok tertawa terbahak-bahak.
*****
Di malam hari adalah waktu dimana anggota grup Bangtan Sonyeondan itu berkumpul dan bercengkrama bersama sambil memakan camilan dan snak kesukaan mereka. Mereka malam ini tidak menginap di dorm mereka, namun dengan sepakat, mereka menginap di apartemen milik Seokjin.
Jung Hoseok
Jung Hoseok
"Kalian tau tidak, tadi siang Jimin berpapasan dengan seorang gadis saat ia membeli camilan di jalan dan ia tidak sengaja menabraknya."
Park Jimin
Park Jimin
"Hyung aahhh... Seharusnya kamu jangan katakan itu."
Jeon Jungkook
Jeon Jungkook
"Apa kamu serius? Apakah dia cantik?"
Kim Seokjin
Kim Seokjin
"Seharusnya kamu lebih berhati-hati. Bagaimana kalau paparazi tau?"
Kim Taehyung
Kim Taehyung
"Apa kamu benar-benar menabraknya? Apa dia mengenalmu?"
Park Jimin
Park Jimin
"Ahh... Bisakah kalian bertanya satu per satu. Aku sangat bingung harus menjawab siapa dengan pertanyaan yang kalian lontarkan itu."
Kim namjoon
Kim namjoon
"Bagaimana mungkin seluruh orang di dunia ini tidak tau dengan Jimin."
Park Jimin
Park Jimin
"Dia tidak mengenalku karena dia juga terburu-buru."
Kim Seokjin
Kim Seokjin
"Sungguh, apa dia tidak meminta maaf kepadamu?"
Park Jimin
Park Jimin
"Dia minta maaf, tapi aku tidak melihat wajahnya karena aku terus menunduk agar dia tidak mengenaliku."
Min yoongi
Min yoongi
"Jadi, perempuan itu tidak beruntung karena di saat seperti itu, ia bisa langsung meminta tanda tanganmu. Karena sebenarnya kita  sangat terkenal."
Jeon Jungkook
Jeon Jungkook
"Huh.. Kalau aku ada di posisimu, mungkin aku akan memberikannya tanda tangan terlebih dahulu." ucap Jungkook sambil mengalungkan kedua tangannya di belakang kepalanya.
Jung Hoseok
Jung Hoseok
"Menurutmu kamu akan bertemu dengannya lagi atau tidak?"
Park Jimin
Park Jimin
"Mungkin tidak, kita terlalu sibuk untuk menghabiskan waktu berjalan-jalan di luar seperti tadi."
Merekapun mengangguk paham dan membenarkan kata-kata Jimin.
Kim namjoon
Kim namjoon
"Sebaiknya kita fokus untuk membuat album baru dan lagu-lagu baru kita. Sepertinya sudah disiapkan oleh Yoongi hyung, benarkan hyung?"
Min yoongi
Min yoongi
"Seharusnya kamu tidak perlu tanya lagi. Kalian semua sudah tau, terutama dengan para Army."
Kim Seokjin
Kim Seokjin
"Namjoon, akan ada agenda apa besok?"
Kim namjoon
Kim namjoon
"Kita akan merekam sebuah lagu besok. Jimin, aku harap kamu tidak terlambat lagi."
Park Jimin
Park Jimin
"Siap bapak Namjoon." jawab Jimin dengan sikap hormat dan membuat para member lain tertawa.
*****
Pagi yang cerah ini, Ha-na berangkat sangat pagi dari biasanya. Dia berangkat pukul 6 pagi dan terik matahari pun belum begitu menghangati kota seoul.
Ha-na yang telaten memilih untuk membersihkan dan menata kursi dan meja di kafe tempatnya bekerja. Setiap sudut ia bersihkan se bersih mungkin agar tidak meninggalkan debu yang tersisa dan agar para pelanggan yang datang merasa nyaman di kafe tersebut.
Ha-na mengibaskan tangannya setelah tempat itu rapi dan bersih. Dia melihat jam di dinding kafe tersebut yang masih menunjukkan pukul setengah 7. Dia menghela nafas panjang dan tersenyum.
Kim hana
Kim hana
"Masih ada waktu setengah jam lagi untuk membuka kafe ini. Akan aku manfaatkan untuk menulis sebuah naskah novel." gumamnya.
Ia pun duduk di salah satu kursi di pinggir jendela. Dia mulai menulis dengan telaten menggunakan buku tempatnya membuat naskah mentah. Sesekali dia juga melihat ke luar jendela sambil membayangkan sebuah jalan cerita dari tulisan yang dibuatnya.
Tepat pukul 7 pagi, Ha-na menutup bukunya tersebut dan membalikkan papan yang tutup menjadi buka. Sembari menunggu pelanggan, ia pun  kembali melanjutkan ceritanya.
//**//

Bab 3

Seokjin berada di mobilnya menuju ke tempat rekamannya di dormnya. Di mobil, ia sendiri sibuk latihan lirik bagiannya. Namun, tiba-tiba di tengah ia sibuk berlatih, mobil yang dikendarainya berhenti secara tiba-tiba.
Kim Seokjin
Kim Seokjin
"Kenapa mobilnya berhenti pak?"
pak supir
pak supir
"Sepertinya ada masalah dengan mobil ini. Maaf tuan, perjalanan anda harus terhambat di sini."
Kim Seokjin
Kim Seokjin
"Aku lapar, apakah ada kafe di sekitar sini. Aku akan menunggu sembari mobil yang lain menjemputku."
pak supir
pak supir
"Itu di sebelah kanan tuan ada kafe, namun tidak akan aman apabila ada orang lain di sana."
Kim Seokjin
Kim Seokjin
"Tidak apa, tolong kamu sewakan tempat itu untukku. Aku sangat lapar, setidaknya aku bisa makan pancake di sana."
pak supir
pak supir
"Baik tuan, tunggu sebentar."
Sang supir pun turun, sedangkan ia bersiap menggunakan jaket hitam, masker dan tentu saja topinya.
Kim Seokjin
Kim Seokjin
"Ahh.. Sungguh sulit menjadi seorang artis, keluar ke sana kemari harus menyamar seperti seorang vampir. Andai saja tidak ada paparazi di dunia ini."
Di dalam kafe, Ha-na di kejutkan dengan seseorang. Ia pun langsung berdiri dan menuju ke arahnya.
Kim hana
Kim hana
"Ah.. Selamat pagi, dan selamat datang. Apa ada yang bisa saya bantu?" tanya Ha-na sambil membungkuk dan ramah.
pak supir
pak supir
"Saya perlu menyewa kafe ini. Kurang lebih ada setengah jam, apakah bisa?"
Kim hana
Kim hana
"Ahh.. Tentu saja, namun anda harus membayar 2 kali lipat dari harga normal harian toko ini buka."
pak supir
pak supir
"Tidak apa, karena seseorang belum sarapan jadi tolong siapkan sarapan yang istimewa dari kafe ini."
Kim hana
Kim hana
"Baiklah."
pak supir
pak supir
"Ini kartunya."
Ha-na menerimanya sambil mengangguk dan lekas menggesekkan kartu hitam tersebut. Setelah ia selesai, Ha-na kembali memberikan kartu tersebut kepada sang supir.
Kim hana
Kim hana
"Terimakasih."
Supir itu hanya mengangguk dan lekas kembali ke mobilnya.
Ha-na yang melihatnya hanya menggelengkan kepalanya heran sambil menuju ke pintu untuk membalikkan lagi tanda di pintu tersebut. Kemudian ia lekas menuju ke dapur untuk membuat hidangan terlezat yang di pesan supir tadi.
Kim hana
Kim hana
"Ini pasti yang datang adalah pasangan kekasih yang kencan di pagi buta ini karena belum sempat membuat sarapan. Huufftt..."
Di luar sang supir membukakan pintu untuk Seokjin. Seokjin melihat terlebih dahulu keadaan luar sambil menengok ke arah kanan dan kirinya.
pak supir
pak supir
"Sudah aman tuan, tuan bisa masuk ke dalam kafe tersebut."
Kim Seokjin
Kim Seokjin
"Baiklah, terimakasih. Ah ya.. Aku sudah menelepon jungkook, dan dia akan menjemputku di sini."
pak supir
pak supir
"Baik tuan. Sekali lagi saya minta maaf atas ketidak nyaman nya."
Kim Seokjin
Kim Seokjin
"Tidak apa pak, anda harus berhati-hati di jalan."
Sang supir mengangguk dan memeriksa mobil tersebut. Dan Seokjin lekas masuk ke dalam kafe yang terlihat sangat sepi dan belum ada siapapun di tempat.
Ia pun duduk di salah satu meja yang jauh dari jendela, dan kemudian melepas masker yang di pakainya dan tanpa melepaskan jaket dan topi nya. Dia melihat sekelilingnya sambil terheran-heran.
Kim Seokjin
Kim Seokjin
"Kenapa tempat ini sepi sekali? Apa tidak ada seorangpun yang bekerja?"
Tak lama, Ha-na pun keluar dari dapur sambil membawa dua porsi pancake dan minuman dingin.
Kim hana
Kim hana
"Ini tuan makanannya."
Seokjin hanya mengangguk sambil memegang topinya. Ha-na menata makanan tersebut tepat di depannya.
Kim Seokjin
Kim Seokjin
"Tu-tunggu, kenapa ada dua porsi di sini?" tanya seokjin tanpa mendongak ke arah Ha-na.
Kim hana
Kim hana
"Ah maaf, saya pikir dua orang yang pesan. Baiklah, akan saya buang." ucap Ha-na sambil kembali mengambil pancake dan minuman yang lebih.
Kim Seokjin
Kim Seokjin
"Jangan di buang, lebih baik kamu yang makan? Kamu pasti belum makan."
Seokjin pun mendongak dan tersenyum ke arahnya. Ha-na terkejut, namun ia pendam teriakannya dan hanya memandangnya dengan mata yang terbuka dengan lebar.
Kim hana
Kim hana
"Seokjin oppa." batin.
Ha-na kaget bukan kepalang. Dia bingung harus berkata apa, karena sang idolanya ada di depannya sekarang ini.
Kim hana
Kim hana
"Apa yang harus aku lakukan?" batin.
//**//

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!