Jauh di dalam hutan yang begitu sunyi, seolah, tak ada kehidupan di sana, terlihat sebuah kastil dengan aura yang sangat menyeramkan, berdiri kokoh disebuah lahan di hutan itu.
Beberapa mobil mewah terparkir tak tentu arah di depan kastil horor itu. Aura jahat serta bau anyir darah menguar dari kastil itu, membuat siapa saja takut untuk mendekati kastil itu. Kastil besar itu sudah terlihat horor hanya di lihat dari jauh, apalagi jika berdiri dekat dengan kastil itu, kesan horornya semakin terasa.
Di ruang bawah tanah kastil itu, berkumpul beberapa orang, pria dan wanita. Kondisi yang begitu minim cahaya dengan bercak darah ada di mana mana tidak membuat mereka ketakutan, malah mereka terlihat begitu tenang dengan suasana yang mencengkram itu.
"AKKHHH"
SLASHHH
CRASHHH
BRUKHH
Suara teriakan dengan cambukan (penyiksaan lainnya) terdengar nyaring dari ruangan itu. Tapi suasana menyeramkan itu tidak membuat mereka merasa takut sedikitpun, malah mereka terlihat menikmati aksi Andrean yang sejak tadi menyiksa tiga orang gadis yang sudah mereka sandra beberapa hari ini.
CLAASSHHH
"AKHHHHH"
BRUKHHH
"HAHAHAHA"
Tawa jahat mereka menggelegar dalam ruangan itu, tatkala melihat salah satu dari mereka memenggal kepala seorang gadis yang sejak awal kondisinya sudah sangat mengenaskan.
"KYAAAKKKKK"
Dua gadis lain yang kondisinya tak jauh berbeda dari gadis yang kepalanya baru saja di penggal itu semakin ketakutan, ketika melihat kepala teman mereka yang bergelinding di depan mereka.
"DIAM!!!"
Suara bentakan itu membuat kedua gadis itu menunduk, dan terisak kecil. Gairah hidup mereka sudah hilang sejak lama, tatapan kosong mereka menandakan, keputus-asaan yang teramat.
Kondisi mereka yang tersalib, dengan pakaian yang sudah sobek di mana mana, dan sudah basah oleh darah mereka sendiri, membuat wujud mereka terlihat mengerikan. Begitu banyak luka, entah luka baru maupun lama. Satu kata akan cocok untuk mendeskripsikan kondisi mereka, 'Mengenaskan'.
"Hiks... Kalian da... dasar ka... kanibal. Ka... kalian ti... tidak a... ada ya... yang wa... waras hiks hiks." Ucap Zelisia dengan nafas tersenggal senggal, dengan isakan yang terus menerus mengiringi setiap kata yang ia keluarkan dari mulutnya.
"Zel..." Gumam Riska menatap sendu sahabatnya itu. Harusnya Zelisia bebas, tidak mendapat perlakuan yang buruk ini. Dirinya memang pantas mendapatkan semua ini, tapi tidak dengan Zelisia, dia tau betul Zelisia itu anak yang polos, dan baik. Tapi sejak bertemu dengannya dan Delia, Zelisia malah terkena dampak. Riska dan Delia memang sudah mendapat gelar antagonis, tapi tidak dengan Zelisia. Karena Zelisia baru beberapa hari yang lalu mengenal dan akrab dengan mereka.
PLAAAKKK
"DIAM J*L*NG!!!"
Bentak Andrean setelah menampar Zelisia dengan begitu kuat, hingga sedikit menyobek kulit pipi Zelisia.
"Udah An, langsung beresin aja. El udah ngantuk." Ucap Elisa dengan suara lembut, sambil mengusap matanya, tanda sudah mengantuk.
"Ututututu, adek abang udah ngantuk yah?" Goda Lucas sambil mengunyel pipi tembem Elisa.
Elisa hanya menganggukan kepalanya, kemudian menenggelamkan wajahnya ke dada bidang Erlangga, dan Erlangga langsung merangkul pinggang Elisa dengan posesif. Mereka semua yang melihat tingkah kedua sejoli itu hanya mendengus kesal, bisa bisanya mereka mengumbar kemesraan di depan mereka, ck.
"Halahhh, dasar bochen." Ucap Lucas menekankan kata 'bochen' sambil mengibas ngibas tangannya di depan wajahnya dan merotasikan biji matanya.
"Diem! Mending lo urus tuh dua, j*l*ng?!" Ucap Erlangga dengan nada dingin, menatap Lucas tajam.
"Ye, santai bro. Slow. Ini juga mau gw beresin tuh j*l*ng." Ucap Lucas dengan langkah malas, mengambil belati yang di letakan di salah satu meja bundar, dan berjalan mendekati Riska dan Zelisia yang masih hidup.
JLEB
JLEB
JLEB
"AKHHHHH"
Belati di genggaman Lucas menancap perut, leher, dan dada kiri Zelisia secara bergantian. Zelisia membulatkan matanya saat merasakan bagian titik mematikan dari tubuhnya di tusuk oleh besi berkarat itu. Rasanya organ organ tubuh Zelisia di cengkram oleh sesuatu yang membuat dadanya sangat sesak.
Dia menatap parau Lucas yang menatapnya jijik, dengan smirk andalannya tercetak di wajahnya yang terlihat tampan dan imut secara bersamaan. Zelisia merasa pusing yang teramat, sampai akhirnya gelap menyelimuti gadis itu.
✄┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈
Setelah kematian tiga gadis itu, nama mereka seolah menghilang di telan bumi. Tidak seorangpun pernah mengungkit nama mereka di permukaan, seolah mereka memang tidak pernah ada sebelumnya.
Sedangkan Erlangga dan Elisa, mereka terus melanjutkan kisah mereka, dengan pasang surut yang terus menghampiri mereka. Menguji kekuatan cinta mereka, dan tentu saja pasangan itu menjadi pasangan yang di idolakan banyak kaum.
Seolah tidak ada yang bisa membuat mereka terpisah, kecuali maut. Dan kisah ini berakhir dengan Erlangga yang menikah dengan Elisa, dan memiliki anak kembar tak seiras. Mereka menjadi keluarga cemara yang bahagia, dan hidup mereka, selalu di selimuti dengan kebahagiaan tiada henti.
HAPPY ENDING.
Judul Novel -> Mafia Queen and Handsome Psychopath Love Journey
"Hah?! Apa apaan nih novel. Anj*rrr!!! Dasar author kont*l. Apanya yang bagus dari nih novel, sampai readers nya banyak gini?! Padahal ceritanya kampungan gini. anj*rrr lah. Nyesel gw download nih novel sampai episode akhir!!!" Ucap Zelisia sambil memaki maki ponsel yang sejak tadi dia tatap dengan berbagai ekspresi.
BRUKHH
"Hahh~ Ngeselin emang. Mana nama gw cuma jadi tokoh figuran yang ada di prolognya doang lagi. Apaan dah." Ucap Zelisia sambil menjatuhkan tubuhnya kebelakang, hingga tertidur di kasur kecil itu.
"Tapi kok, nasib Zelisia miris bet yah. Gw yang hidup miskin aja masih lebih baik dari tuh figuran. Sayang bet, dia punya kekayaan yang berlimpah, tapi sayang... Akhirnya gak lebih baik dari anj*ng liar." Ucap Zelisia sambil memakan silverqueen yang entah sejak kapan, sudah ada di tangannya itu.
"Lagian, tuh Zelisia bego bet yah. Mau aja gitu, temanan sama tuh dua jal*ng. Udah tau mereka itu antagonis, masih aja temanan, ckck." Gumam Zelisia lagi sambil menatap langit langit, dan senantiasa mengunyah coklat kesukaannya.
"Kalau gw jadi tuh Zelisia, gw lebih pilih abisin tuh duit ortu yang gak abis abis 7 8 9 10 turunan. Kan enak tuh, bisa borong coklat silverqueen, motor balap, dan banyak lagi. Emang dasar, sultan b*go. Ckck uhuk... uhuk.... anj*rrr... nyang... kut... uhuk... we... bi... bisa.... me.... tok gu... gw". Zelisia berucap sambil menggigit coklat silverqueennya, dan karena dia terus bergumam, alhasil, Zelisia tersedak dan mati.
Nama : Zelisia Anata Putri
Umur : 18 Tahun
Nama : Zelisia Winston
Umur : 16 Tahun
Wkwk, aesthetic kan? Mati keselek kacang, wkwk. Demi apa, gw nulis sambil guling guling wehh, bengek nj*rrrr🤣🤣🤣
Lagian banyak bacot sih, alhasil tersedak, hingga metok. Wkwkwk🤣🤣
"Eh, Zel. Bangun?!" Bisik seseorang sambil menusuk nusuk lengan seorang gadis yang sedang tidur di saat pelajaran sedang berlangsung.
'*W*ah, gawat! Zelinya gak bangun bangun. Mana gurunya jalan kesini lagi.' Batinnya gadis itu, sambil menatap takut guru itu, dan berahli menatap gadis yang tertidur itu dengan tatapan khawatir.
BRAAKKK
Guru itu langsung menggebrak meja gadis yang sedang tertidur pulas itu, yang sontak membuat gadis itu terbangun dari mimpi indahnya.
"WAASYUHH! AJ*RRR! B*NGK*! Gak tau orang lagi mimpi indah, apa?!" Zelisia yang langsung berdiri, dengan mata yang masih terpejam. Semua siswa siswi yang menyaksikan itu, melongo tak percaya.
"Kamu..." Geram guru itu menatap Zelisia sengit.
"Hoaaammmm." Zelisia menguap dengan tangan kanannya terangkat ke atas, dan telapak tangan kirinya menutup mulutnya yang terbuka lebar. Mata Zelisia perlahan terbuka, dia membuka tutup matanya berulang kali untuk mengumpulkan kesadarannya.
"ZELISIA!!!" Teriak guru itu yang mulai kesal dengan tingkah Zelisia yang seolah tidak mempedulikannya.
Zelisia membuka matanya, dan menatap guru itu dengan sedikit kerutan yang tercetak di antara alis gadis itu. "Apaan sih om? Ganggu orang tidur aja." Ucap Zelisia menatap guru itu sengit, dan masih tidak memahami kondisi.
"Am, om, am, om. Saya bukan om kamu?!" Ucap guru itu dengan nada yang sangat kesal.
Zelisia merotasikan matanya jengah. 'Apa apaan nih orang?! Datang datang, langsung gebrak meja orang sebarangan!! Marah marah gak jelas lagi! Gak tau orang lagi mimpi indah apa?!' Batin Zelisia dengan kesal menatap guru itu.
"Kamu!!! Sekarang kamu keluar dari kelas saya?!" Ucap guru itu dengan kesal sambil, menunjuk pintu kelas, dengan mata yang masih manatap Zelisia nyalang.
"Ehh, emang salah gw apaan woi?! Dan lo juga siapa hah?! Berani bet lo suruh suruh gw keluar kelas!" Ucap Zelisia nyolot, menatap guru itu tak kalah tajam.
"Saya guru di sini kalau kamu lupa?!" Ucap guru itu yang menjeda sebentar. "Kalau kamu gak mau keluar, saya yang keluar. Dan yah, jangan harap saya akan mengajar di kelas ini lagi?! Paham kalian!!" Ucap guru itu senantiasa menatap Zelisia tajam.
"Ehhh, Zelisia. Keluar lo... Jangan sampai cuma gara gara lo, kita gak bisa ikut pelajaran bahasa lagi?!" Ucap salah satu siswa menatap Zelisia tak suka. Sontak semua murid yang sejak tadi hanya menyimak, langsung berkicau.
"BENER TUH. HUUUUU, LO AJA YANG KELUAR ZEL?!" Sorak murid murid yang ada di kelas itu. Sedangkan Zelisia menyerngit tanda bingung.
'Lah, gw nyasar di mana woi?! Jelas jelas ini bukan kelas gw. Wahh, jangan bilang gw nyasar ke kelas lain dan gak sengaja ketiduran di sini.' Batin Zelisia yang menepuk dahinya, kemudian cengar cengir gak jelas ke arah guru itu.
"Eh, sorry pak. Kayaknya saya salah kamar... Ehh, maksudnya salah kelas." Ucap Zelisia sambil senyam senyum tidak jelas. Sedangkan mereka yang ada di kelas itu menatap Zelisia heran. (Salah kelas apaan? Itu 'kan emang kelas dia nj*rrr).
"Em kayaknya teman saya kurang sehat pak. Saya akan membawa Zeli ke UKS dulu pak". Ucap gadis yang duduk di samping Zelisia.
"Sekalian bawa ke RSJ Ka. Kayaknya temen lo satu itu, punya masalah mental". Ucap salah satu siswi dengan nada menyindir, dan tatapan sinis dia tujukan pada Zelisia.
"BWAHAHAHA"
Tawa murid di kelas itu ketika mendengar ucapan Riska yang selalu menusuk seperti biasanya.
"Bengek anj*rrr, bwahaha."
"Bisa jadi tuh Ris, wkwk."
Tak mempedulikan celotehan human human di kelas itu, gadis itu langsung menyeret Zelisia keluar dari kelas itu. Sedangkan Zelisia masih berkecamuk dengan pikirannya dan tanpa sadar mengikuti langkah gadis itu.
Hal terakhir yang Zelisia ingat adalah, dia membaca sebuah novel yang menurutnya sangat Kampungan, kemudian.... Mungkin dia tertidur karena terlalu bosan dengan novel itu. Yah...
Tapi kenapa sekarang posisinya bisa berada di kelas? Jelas jelas sekarang masih libur musim panas. Dan lagi, bukan kah dia sudah lulus SMA? Kenapa sekarang posisinya dia ada di kelas. Terlebih lagi, di lihat dari postur murid murid di kelas itu, mereka sepertinya dua tahun lebih muda darinya.
Apa yang terjadi?! Astaga?! Apakah ada orang yang menculiknya dari kamarnya, dan meletakkannya di dalam kelas ini?! Saat sedang berkecamuk dengan pikirannya, gadis yang menyeretnya tadi langsung mendudukkannya di brankar kosong yang ada si UKS.
"Zeli, kamu dari tadi mikirin apa sih? Tadi juga di kelas, kayak orang linglung gitu?" Ucap gadis sambil meletakan punggung tangannya di kening Zelisia.
"Hah? Eh, lo siapa? Terus, ini kenapa lo bawa gw ke UKS?" Tanya Zelisia menepis tangan gadis itu dari keningnya, sambil menatap gadis itu waspada. Sedangkan gadis itu menyerngit bingung. 'Zelisia kenapa?' Batinnya bertanya.
"Hm, kayaknya kamu emang butuh dokter saraf." Ucap gadis itu sambil menatap Zelisia sengit.
"Gw gak butuh dokter. Orang gw sehat lahir and batin. Lagian, bayar dokter tuh mahal, syukur lo mau bayar biaya pengobatan gw. Kalau gak, 'kan gw lagi yang harus keluar duit?!" Ucap Zelisia yang mengalir, layalnya air terjun.
"Astaga Zelisia Winston. Kamu salah minum obat atau gimana sih?" Ucap gadis itu yang mulai kesal dengan teman sebangkunya itu. Hahh~ dia sungguh tidak bisa mengerti gadis yang menjadi teman sebangkunya ini.
"Hah? Zelisia apa lo bilang tadi? Winston?! Heh, nama gw ini Zelisia Putri Anata ya. Gw gak pernah ganti nama jadi Zelisia Winston, atau apalah itu". Ucap Zelisia tidak terima namanya di ganti ganti.
"Loh, emangnya nama kamu bukan Zelisia Winston yah? Tapi dari data data kamu, nama kamu Zelisia Winston kok. Gak pernah ganti jadi Zelisia Putri Anata". Ucap gadis itu sambil mengangguk anggukkan kepalanya.
"Zelisia Winston..." Gumam Zelisia, dan mulai berpikir, sedangkan gadis itu menatap Zelisia dengan tatapan rumit.
'Itu 'kan nama figuran dari novel kampungan itu 'kan? Kok nama gw tiba tiba jadi semirip ini sih, sama figuran dari tuh novel ga jelas?!' Batin Zelisia berpikir keras.
'Bentar, jangan bilang gw transmigrasi kayak yang ada di novel novel fiksi itu? Wow, impresif. Apa gw bakal jadi pahlawan kayak yang di novel novel itu yah?! Weh, entar bakal banyak cogan yang naksir sama gw, karena kharisma gw yang baru bangun dari kematian ini, hehehe. Eh, tapi gw di rl apa kabar yah? Apa gw udah mati? Hm, tapi yaudah lah. Gak penting juga. Gw 'kan hidup sendiri dari dulu, jadi gw mati juga, siapa peduli, wkwk.' Batin Zelisia yang awalnya begitu narsis, diakhiri dengan tawa miris. Dia menertawakan kehidupannya yang dulu, yang tidak memiliki tempat bersandar dan bernaung. Entah siapa dan dimana keluarganya, dia tidak tahu dan tidak peduli. Toh, mereka sudah membuangnya saat itu, jadi untuk apa dia berharap dengan sesuatu yang namanya keluarga. Memuakkan!
'Hemm, karena sekarang gw memulai kehidupan gw yang baru, gw bakal susun skenario kehidupan gw sendiri. Gw gak mau jadi boneka orang lain, kayak di novel novel itu. Gw bakal jalani kehidupan gw dengan bebas, seperti kehidupan gw dulu. Yang pasti sekarang, gw harus ubah takdir gw yang bakal mati di tangan tangan pshikopat yang menjadi tokoh penting dari novel ini.' Batin Zelisia sambil membaringkan tubuhnya di brankar, dan langsung memasuki alam mimpi.
Kondisi kantin sudah terlihat sepi, karena jam istirahat sudah berakhir sejak beberapa menit yang lalu, dan hanya terlihat beberapa siswa yang bersantai disana, untuk menghindari pelajaran yang sedang berlangsung sekarang. Lain halnya dengan Zelisia yang baru sampai di kantin, dan memesan makanan.
"Hoooaaammmm" Untuk kesekian kalinya Zelisia menguap. "Nj*rr, gw belum puas tidur, tapi cacing piaraan gw udah pada demo." Gumam Zelisia sambil mengelus perutnya yang beberapa kali mengeluarkan bunyi gemuruh.
✄┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈
Setelah mengisi perutnya, yang terus menerus berbunyi, Zelisia langsung kembali ke kelasnya. Sebar-barnya Zelisia, dia tidak akan membolos kelas dalam kondisi apapun. Mengingat dulu dia hanya siswi yang di terima karena beasiswa, membuat dia selalu tertib akan waktu, dan belajar adalah hal nomor satu. Apapun kondisinya, selagi Tuhan memberinya kesempatan untuk belajar, kenapa harus disia siakan?
Zelisia langsung memasuki kelasnya, dan benar saja, sudah ada guru yang mengajar di sana.
"Dari mana kamu? Kenapa baru masuk kelas?" Tanya guru itu sambil melipat tangannya di depan dada.
"Maaf pak. Tadi saya tidak enak badan, dan beristirahat di UKS. Tapi saya sekarang sudah merasa lebih baik." Ucap Zelisia dengan nada menyesal. Yah, wajah Zelisia memang terlihat sedikit pucat, jadi alasannya pasti di terima.
"Hm, baiklah, alasan kamu bisa di terima. Duduklah di tempatmu, jika kamu merasa tidak sehat lagi, saya akan meminta seseorang untuk mengantarmu ke rumah sakit." Ucap guru itu.
"Baik pak. Makasih." Ucap Zelisia yang langsung berjalan ke tempat duduknya.
"Zel, kamu benaran udah gapapa?" Tanya gadis yang duduk disampingnya dengan raut cemas yang terlihat jelas di wajahnya. Zelisia hanya tersenyum tipis dan mengangguk sekilas sebagai jawaban.
"Huft, syukurlah." Ucap gadis itu menghela nafas lega setelah mendapat anggukan singkat dari Zelisia.
"Nama lo?" Tanya Zelisia yang bingung harus memanggil apa.
"Hah? Oh, namaku Mustika Husna Harsha. Kenapa emang?" Jawab Mustika yang di akhiri sebuah pertanyaan.
"Oh, gapapa, nanya doang." Ucap Zelisia yang langsung melipat kedua tangannya di atas meja, dan meletakan kepalanya di atas lengannya.
'Kalau gak salah, Zelisia yang sekarang ini belum muncul sama sekali di dalam novel itu. Ini belum sampai ke prolog cerita yang mengenaskan itu.' Batin Zelisia yang memikirkan alur cerita novel itu.
'Ini bagus. Itu artinya gw belum temenan sama tuh tokoh antagonis sama anteknya. Gw juga belum ketemu sama tokoh tokoh utama dari cerita ini. Dengan ini, gw bisa ubah alurnya sesuka hati gw. Untuk sekarang, gw harus tau seperti apa hubungan nih anak sama orang orang di sekitarnya. Gw harus pelajari pandangan orang orang ke nih anak.' Batin Zelisia.
✄┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈
"G*la, g*la, g*la?! Nih rumah apa istana nj*rrr?!" Gumam Zelisia tercengang melihat bangunan yang ada di depannya.
"Gu... gw tinggal di sini? Anj*rrr!!! Mimpi gw ketiban rejeki nomplok pasti. Mendadak gw jadi anak sultan, wkwk." Ucap Zelisia dengan mata berbinar.
"Non, kok masih disini?" Tanya seorang pria yang menjadi supir untuk mengantar jemput Zelisia.
"Oh, gapapa pak. Kalau gitu, Zeli masuk dulu yah." Ucap Zelisia sambil menunduk sekilas dan langsung mamasuki mansion megah itu.
"Misi, numpang berak." Ucap Zelisia yang perlahan membuka pintu besar itu. Pemandangan pertama yang dia lihat adalah ruangan megah, dengan beberapa lemari rak yang di isi oleh koleksi dan hiasan, seperti bunga dan figura. Di dinding ruangan yang super luas itu juga di gantung beberapa lukisan dan foto keluarga.
"G*la?!" Gumam Zelisia kagum dengan pemandangan di depannya. Melangkah dengan perlahan, dan menatap setiap sudut rumah itu dengan penuh kekaguman. "Bahkan ada liftnya anj*rrr. Udah kaya hotel bintang lima aja. Emang kehidupan orang kaya... Ckck." Gumam Zelisia antara kagum dan tak percaya.
Zelisia menaiki tangga itu dengan perlahan, matanya masih senantiasa berputar menatap kagum arsitektur mansion itu. (Wajar ya gess, gak pernah liat barang mahal, sama kek authornya😌).
Zelisia berjalan menelusuri lorong lantai dua, dan berhenti di depan sebuah pintu coklat, yang sudah di pasang papan nama "Zelisia Winston". Tangan Zelisia terulur memegang gagang pintu ruangan itu, sebelum mmemuta knop pintu, dia menarik nafas dalam dalam, kemudian menghembuskannya panjang.
Perlahan dia mendorong kenop itu ke bawah, dan mendorong pintu itu kedalam, dan terbukalah pintu ruangan itu yang menjadi kamarnya. "G*la?!" Gumam Zelisia sambil menutup mulutnya menggunan telapak tangannya yang bebas.
Kamar yang bergitu luas, dengan desain yang teramat mewah, siapa yang tidak akan tercengang melihat kemewahan ini?!
PLAKK
"As*! Sakit nj*rrr?! Fiks, ini bukan mimpi, ini nyata." Ucap Zelisia sambil mengelus pipinya yang terasa panas setelah di tampar.
Zelisia menutup pintu kamarnya dan berjalan menuju meja belajar. "Wehhh, nih anak rajin bet. Catatannya gak ada ya g bolong. Tugasnya juga udah di kerjain semua." Gumam Zelisia yang membolak balik semua buku yang tersusun di atas meja. "Ini juga pulpennya, bermerek semua. Parah. Emang kalau barang barang sultan, selalu bermerek yah." Ucap Zelisia sambil mengambil tempat yang di isi oleh beberapa pulpen.
"Lama lama, mata gw bisa buta, gara gara liat barang barang mewah yang menyilaukan mata." Gumam Zelisia sambil mengusap matanya dengan lembut.
Zelisia beranjak dari meja belajar itu, dan berjalan kearah sebuah pintu putih di kamar itu. Zelisia membuka pintu itu, dan terlihat pakaian yang berjejer, layaknya toko pakaian, dan tas tas mewah yang tersusun rapi di dalam dua buah lemari kaca. Juga ada dua buah rak lainnya, yang di isi oleh barbagai jenis sepatu. Zelisia hanya bisa menjatuhkan rahangnya ketika melihat isi ruangan itu.
"Anj*rrr, gw mau pingsan. Gak kuat gw di giniin." Ucap Zelisia dramatis. "Kalau gini lama lama, bisa bisa gw lupa diri." Gumam Zelisia memejamkan matanya sambil menggeleng pelan. "Ini kalau gw jual semua, gw jamin dah, gw bisa beli satu hotel buat bisnis." Lanjutnya lagi.
Zelisia langsung memasuki ruangan itu, dan mulai mengambil beberapa set pakaian untuk di coba.
"Anj*rr, gw imut bet pakai nih baju. Berasa jadi bocah 8 tahunan gw, wkwk." Ucap Zelisia sambil terkikik geli melihat pantulannya di cermin besar itu.
"Eh, kok muka nih anak agak mirip sama muka gw yah? Cuma pipi gw gak segembul ini." Ucap Zelisia sambil menatap wajahnya yang terlihat mirip dengan wajahnya yang dulu.
...(Ini muka dia yang dulu)...
...(Muka dia sekarang)...
"Ihhh, muka ni anak gemes bet, kek bocah. Pasti banyak yang naksir." Ucap Zelisia sambil berpose di depan cermin itu. Zelizia mengganti bajunya lagi, dan mulai berpose.
Zelisia mencoba semua outfit yang menurutnya cocok dengan karakternya. "Cape oi, dahlah. Gw capek gonta ganti baju mulu." Ucap Zelisia yang memilih keluar dari ruangan itu.
"Huft, nih rumah emang gak ada penghuninya yah? Dari tadi gw cuma liat pekerja doang, kayak gak ada majikan dah nih rumah." Gumam Zelisia yang merebahkan dirinya di kasur king size itu.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!