"Amira" Teriakan itu di susul dengan bunyi nyaring Dan bahkan di susul dengan sebuah benda yang sudah melayang di udara dan
"Krang" Sebuah vas dengan begitu kejam sudah berhasil mendarat pada lantai marmer yang begitu berharga,
lantai yang indah di sebuah rumah mewah, ia bahkan merasa baik baik saja setelah menghancurkan sebuah vas yang memiliki harga yang begitu fantastis
Seorang gadis di depan Sana hanya menatap si pria paruh baya dengan tatapan nan datar, tatapan dingin dan acuh, seolah yang berdiri di hadapannya hanyalah patung kayu yang tak berharga dan tak bernyawa,
Ia hanya menatap dalam keheningan dan Tampa minat sedikitpun
Ia bahkan tak bergerak seincipun dan tak menunjukan perubahan ekspresi apapun, suara keras vas yang hancur di lantai bahkan tak berhasil menarik perhatiannya, suara teriakan menggelegar itu pun bahkan tak mampu mengusik kedatangannya
"Apakah anda kerasukan?, Maka minta supir anda untuk membawa anda ke paranormal, atau ke dokter untuk melihat darah tinggi anda yang sepertinya kumat lagi, setiap kembali anda selalu saja emosi, apakah rumah ini adalah tempat pelampiasan anda?, jika begitu bukankah lebih baik jika anda tak usah kembali" Ucap Amira dengan nada datar,
Ia dengan ringan mendudukkan diri di sofa, kaki bersilang indah dan di lengkapi dengan senyuman lebar seolah semua sedang baik baik saja, seolah ucapan sarkas itu tak pernah keluar dari mulut cantiknya
"Apakah begini cara mu bersikap pada orang tua mu?, dasar anak kurang ajar" Ucap tuan hartawan dengan nada meninggi emosinya bahkan semakin memuncak karena respon tak mengenakan dari sang putri,
Sedangkan Amira?, ia bahkan hanya menatapnya dengan tatapan datar seperti sebelumnya,
Dia adalah Amira keysa Aqila putri tunggal keluarga hartawan ini, namun kehadirannya, apakah pernah di anggap?, apakah pernah di inginkan?,
"Kurang ajar?, Orang tua?, Apakah anda?, Anda pantas di sebut orang tua?" Ucap Amira pada pasangan tua yang berada di hadapannya,
yah mereka adalah nyonya dan tuan hartawan, orang tua kandung Amira, ia terkekeh pelan menatap keduanya dengan mengejek, wajah apa itu?,
Mengapa begitu menyebalkan, setelah menelantarkannya selama 24 tahun ini?, Setelah membuatnya tumbuh Tampa kehangatan sebuah kasih dan cinta,
Dengan semua hal yang telah terjadi apakah masih pantas menyebutkan diri mereka sebagai orang tua?, apakah mereka tak memiliki urat malu hingga dengan begitu bersemangat mengatakan jika mereka adalah seorang Amira Keysa aqila
"Lagi pula Orang tua mana yang tak tau tanggal lahir putrinya?, Orang tua mana yang bahkan tak pernah menunjukan diri selama bertahun tahun di hadapan putri kecilnya?,
Orang tua mana yang dengan begitu tak berperasaan membiarkan putri mereka tumbuh Tampa sebuah pelukan dari mereka, orang tua yang mengabaikan anaknya selama bertahun tahun, Dan sebagai anak?, Saya?, Saya merasa menyesal telah hadir di antara kalian, tuan dan nyonya yang begitu sibuk hingga mengabaikan putri kecilnya yang malang" Ucap Amira dengan nada mengejek, ini sudah biasa terjadi, Sejak kecil Amira hanya hidup sendirian Tampa merasakan bagai mana hangatnya sebuah pelukan dari orang yang menyayanginya,
ia adalah anak yang terabaikan karena kedua orang tuanya yang gila akan uang, setiap hari hanya kerja dan terus bekerja, Tampa memikirkan putri kecilnya yang selalu menanti kepulangan mereka
"Kamu, dasar anak tidak tau diri, tidak tau sopan santun tidak tau Adab, bagai manapun kami tetap orang tua mu" Ucap tuan hartawan semakin kesal,
Bagai mana bisa?, Bagai mana bisa putrinya menjadi seperti ini, satu satunya harapan mereka untuk mewarisi seluruh perusahaan yang mereka miliki
"Sopan?, adab?, Kapan kalian mengajarkan saya tentang itu?, Apakah sangat penting?, Bukankah selama ini tuan dan nyonya hartawan yang terhormat ini sangat tergila gila dengan uang?, Lalu?, Apa salah saya?, Saya hanya berusaha untuk menikmati kehidupan ini, saya kehilangan masa muda, saya kehilangan kasih sayang dan waktu kalian demi setumpuk uang bukan, lalu?, Setelah mengorbankan begitu banyak hal mengapa saya tidak boleh menikmatinya?" Ucap Amira dengan nada ringan,
Ia sudah menyelesaikan perguruan tingginya setahun yang lalu, namun ia bahkan memilih untuk menjadi berandalan, dan selalu menghabiskan uang di bar dengan bermabuk mabukan bersama teman temanya
"Bukankah kalian hanya mencintai uang?, lalu, Ada apa dengan hari ini?, Jangan merepotkan diri untuk mengurus saya, saya sudah bisa dan sudah sangat terbiasa sendirian, tampa kehangatan yang di namakan keluarga itu, apakah kalian pikir selama ini saya tidak sakit?, Saya adalah anak yang dilahirkan dari hasil percintaan kalian, tapi kenapa?, Kenapa bahkan saya tak pernah di cintai?, Kenapa saya bahkan tak di berikan sedikit saja cinta itu, Kenapa?, Apakah kalian bisa menjawab?, kenapa hanya diam?, Bukankah kalian adalah orang tua saya?, Lalu kemana kalian selama ini?, Saat saya bahkan berada di titik terendah, saat semua orang menatap saya dengan penuh rasa jijik, saat saya merasakan begitu putus asa, saat saya sadar jika dunia sudah benar benar membenci kehadiran saya, lalu kemana kalian?, Kemana kalian saat saya memperjuangkan nyawa saya menghabiskan waktu berbulan bulan terbaring di rumah sakit, jangan kan datang menjenguk bahkan kalian tidak bertanya bagai mana keadaan saya, lalu?, apakah masih pantas menyebut diri sebagai orang tua?, apakah pantas?, Selama ini saya hanya mengandalkan diri saya sendiri, apakah kalian tau?, waktu kecil saya sempat merasa iri, benar benar iri dengan teman teman, mereka yang bisa mendapat kecupan sayang saat masuk ke sekolah dasar, mereka yang bisa antar dan di jemput oleh orang tua mereka, dan saat setelah lelahnya aktifitas belajar mereka di sambut dengan senyuman lebar dan pelukan hangat dari orang tua mereka, saat ulangan mendapat elusan lembut bahkan pujian, meskipun tak mendapatkan nilai yang memuaskan, mereka terlihat begitu di cintai dan di inginkan lalu?, Bahkan tuan dan nyonya tak memiliki waktu untuk sekedar memuji prestasi yang saya dapatkan dengan susah payah, atas semua ini apakah saya masih pantas di anggap anak?, tuan dan nyonya pastinya sedang bercanda" Ucap Amira lirih, bahkan air mata jatuh begitu saja,
Hatinya begitu sakit, sakit saat mengingat masa kecilnya yang di paksa dewasa oleh keadaan, masa kecil yang di buang jauh hanya karena keegoisan dua orang egois ini
Bekerja keras dan mengatas namakan kebahagiaanya, namun?, Ia bahkan tak pernah merasa bahagia, ia tak lebih dari seorang gadis kaya yang kesepian, gadis yang kaya harta namun miskin kasih sayang, ia bahkan sudah lupa dengan hal itu
"Hey mau kemana kamu?" Teriak tuan hartawan saat Amira berdiri dari duduknya dan segera melangkah meninggalkan ruang tengah
"Jangan di kejar ma, biarkan dia merenungi kesalahannya" Ucap tuan Hartawan menghentikan langkah sang istri,
Bahkan ia memeluk tubuh sang istri agar tak dapat mengejar Amira yang memilih untuk pergi
"Pa, yang salah itu kita, kita yang seharunya merenung, pa mama mohon lepasin mama, mama mau ngejar anak kita pa, lepas pa" Ucap nyonya hartawan memberontak dari,
Dan setelah berusaha akhirnya ia bisa lepas, dengan langkah cepat ia mengejar putrinya namun bahkan saat ini Amira sudah berada di bawah derasnya guyuran hujan
"Sayang, mama mohon, maafin mama, sayang jangan pergi, di luar hujan, sayang, mama janji bakalan perbaiki semuanya, mama janji" teriak nyonya hartawan dengan keras,
Namun bahkan Amira mengabaikannya, ia segera mengencangkan jaketnya dan segera menaiki motornya
"Terlambat nyonya, semua sudah terlambat, saya, tak membutuhkan kasih sayang kalian lagi"
"Sayang, jangan keluar, sedang hujan nanti kamu sakit"
"Sakit karena hujan tak ada apa apanya bagi saya, lepas"
"Sayang mama mohon, mama mohon jangan pergi, jangan tinggalin mama, mama mohon tetap di sini sama mama sama papa, kita mulai dari awal lagi" Ucapnya menerobos hujan namun bahkan Amira sudah benar benar tak perduli,
"Tak ada lagi kesempatan, saya sudah menghabiskan seumur hidup saya untuk mengalah dan kali ini saya sudah sampai pada batasnya"
Ia memutar gas motornya dan dengan kecepatan tinggi meninggalkan pekarangan rumah, motor sport itu bahkan melaju dengan kecepatan tinggi,
Menembus derasnya guyuran hujan, Amira bahkan tak menyadari jika sebuah truk dengan kelakuan tinggi menuju ke arahnya dan..
Brak
Motor sport itu terseret oleh mobil truk, Amira bahkan hanya bisa diam saat tubuhnya di seret beberapa meter dari jalanan, pikirannya bahkan melayang, tak ada rasa sakit apapun, seolah kejadian ini hanyalah imajinasinya sendiri
"Akhirnya ini selesai, akhirnya gue bisa lepas dari neraka ini, selamat tinggal semua, selamat tinggal dunia, selamat tinggal" Ucap Amira lirih dan setelahnya memejamkan matanya dengan pelan, semua sudah berakhir, kehidupan dan penderitaannya sudah selesai, dan untuk alasan ini ia merasa lega,
Di sisi lain, seorang pria paruh baya nampak berjalan tergesa menuju sebuah bangunan indah, tempat itu bernama paviliun bulan, saat ini permaisuri dari kekaisaran ini jatuh sakit dan ia harus sesegera mungkin memeriksa keadaan sang permaisuri yang sudah jatuh koma sejak tiga hari yang lalu
si pria berjalan pelan mendekati ranjang yang sudah di tempati oleh seorang wanita berwajah begitu pucat, mata yang masih begitu setia terpejam, diam kaku seolah tak memiliki kehidupan, di sampingnya ada seorang pria paruh baya yang sedari tadi hanya bisa menatapnya dengan penuh cemas
"Bagai mana keadaanya tabib?" Ucap seorang pria paruh baya yang sedari tadi menatap gadis terbaring kaku itu dengan tatapan sendu, ia menatap tubuh lemah putrinya dengan tatapan sedih, ia bahkan tak menyangka, jika putrinya yang kuat dan tangguh seketika menjadi sosok yang bahkan jatuh sakit hanya karena kedinginan
"Keadaan yang mulia permaisuri sudah perlahan baik, namun saya menemukan benturan di kepalanya, bebatuan danau memang cukup berbahaya dan benturan itu cukup keras entah akan berefek atau tidak" Ucap sang tabib pelan, si pria paruh baya hanya menganggukkan kepalanya, dan setelahnya segera meminta pelayan mengantarkan tabib kembali, ia masih duduk di samping sang wanita yang masih setia dengan kediamannya
"Kau pasti mengalami banyak kesulitan Huang Er, maafkan ayah yang tak bisa menjaga mu, maafkan ayah yang tak bisa berbuat apa apa" Ucapnya sembari menggenggam tangan Amira dengan erat, Amira yang terbaring itu masih tetap diam, sebenarnya ia sudah sadar beberapa saat yang lalu, ia sempat bertemu dengan jiwa si pemilik tubuh ini, si pemilik tubuh hanya mengatakan jika ia adalah istri yang terabaikan, dan setelahnya ia menghilang begitu saja, saat itu bahkan ia sangat ingin mengutuk dan memarahi semua orang, bagai mana mungkin?, Bagai mana mungkin ia kembali menjadi orang yang di abaikan, di masa moderen ia di abaikan oleh kedua orang tuanya, namun di masa ini?, Ia di abaikan oleh suaminya sendiri, kemalangan benar benar tak mau menjauh darinya
"Huang Er, bukalah mata mu, Ayah tau kau gadis kuat, ayah tau jika kau tak akan kalah" Ucapnya lagi karena telah sedikit lelah berbaring, seperti biasa Amira adalah gadis yang banyak ide, ia mengerang pelan dan setelahnya di susul dengan mata yang terbuka
"Huang Er, syukurlah, syukurlah akhirnya kau membuka matamu" Ucap sang pria parpuh baya
"Xi Ling segera panggilan tabib" Ucapnya dengan cepat, gadis bernama Xi Ling langsung mengangguk dan segera meninggalkan kamar untuk memanggil tabib
"Kalian siapa?" Ucapnya dengan nada tanya, ia memang mendapat sedikit ingatan, namun bahkan hanya tentang ia yang terabaikan
"Huang Er, tenangkan diri mu tabib akan segera datang" Ucap sang pria paruh baya sembari mendekati putrinya, namun bahkan Amira berinsut menjauh, sang tabib masuk setelah memberi salam ia segera memeriksa keadaan sang ratu
"Bagai mana keadaanya tabib?" Ucap si pria paruh baya dengan cemas, Amira dapat melihat itu, ia merasa terharu, untuk pertama kalinya ada orang yang mencemaskan nya, ada orang yang menatapnya dengan penuh ketulusan dan kehangatan
"Keadaan yang mulia sudah membaik, jendral, yang mulia hanya perlu beristirahat lebih banyak" Ucap sang tabib pelan, ia mulai menuliskan beberapa hal dan menyerahkannya pada Xi Ling seperti biasa Xi Ling akan pergi untuk mengantarkan kertas tertulis tersebut ke balai pengobatan
"Lalu?, Kenapa?, Kenapa ia tak mengenali ku, kenapa dia bersikap aneh" Ucap sang pria paruh baya dengan tergesa, ia tentu menuntut jawaban, hatinya terasa sakit saat melihat sang putri dalam keadaan ini dan hal yang paling membuatnya hancur adalah saat sang putri mempertanyakan dirinya, menatapnya dengan tatapan ling lung seolah menghadapi orang yang asing
"Jendral, kepala yang mulia ratu sempat terbentur benda yang cukup keras, hal itu membuatnya kehilangan beberapa ingatannya"
"Apakah ini bahaya tabib?" Ucap sang pria paruh baya dengan cemas
"Yang mulia hanya memerlukan waktu untuk mengingatkan kembali ingatannya yang hilang" Ucap sang tabib pelan, sang pria paruh baya menggunakan kepalanya pelan
"Huh syukurlah"
"Baiklah Jendral, saya mohon diri" Ucap sang tabib yang di balas dengan anggukan pelan, setelahnya tentu saja sang tabib meninggalkan kediaman,
"Huang Er, jangan banyak berfikir dan jangan takut, ayah akan menjaga mu"
"Ayah?, Anda ayah saya?" Ucap Amira menaikan alisnya menuntut jawaban
"Benar, aku adalah ayah mu, Huang Er, adalah putri kesayangan dari jendral Li"
"Aggg" ia memegangi kepalanya pelan, ia merasa sedikit tak nyaman dengan keberadaan pria yang di hadapannya ini, namun ayah?, Apakah benar?, Benar pria di hadapannya adalah ayah?, Benar benar ayah?, Untuk saat ini ia belum bisa percaya, terlebih ia memiliki beberapa pengalaman buruk pada sosok yang di sebut ayah ini
"Ah, Huang Er, kau bisa beristirahat, ayah tak akan mengganggumu, tapi berjanjilah untuk menemui ayah saat keadaan sudah membaik, ayah benar benar tak bisa tenang jika kau seperti ini" Ucap si pria memeluk Amira, Amira hanya diam, ia memilih diam sembari menikmati pelukan hangat itu, pelukan tulus yang selama ini ia dambakan, pelukan yang bahkan mustahil ia dapatkan di masanya, untuk sesaat Amira merasa bahagia berada di tempat ini, namun entah lah, ia sendiri tak tau apa yang akan terjadi setelah ini, ia hanya perlu mempersiapkan diri dengan baik
"Maafkan saya karena tak bisa mengingat ayah, saya akan berusaha untuk mengembalikannya" Ucap Amira pelan, seperti biasanya ia bahkan menggunakan bahasa yang formal dengan Papa dan mamanya di masa moderen
"Baiklah, ayah akan pergi, semoga kau segera sembuh" Ucap si pria pelan dan melangkah meninggalkan kediaman sang ratu
"Dan kau?, Kau adalah pelayan pribadi ku bukan?" Ucap Amira pada seorang gadis cantik tak jauh darinya, gadis yang terlihat jelas menggunakan pakaian seorang pelayan, ia tak perlu banyak berfikir karena yang ingin ia ketahui akan ia dapatkan setelah ini
"Benar yang mulia" Ucap sang gadis dengan hormat, Amira mengangguk pelan
"Segera siapkan aku makanan, aku sangat lapar, dan kau berhutang banyak penjelasan pada ku, saat ini aku sedang lapar jadi tak ingin di ganggu oleh hal apapun" Ucap Amira ringan, ia menghela nafas pelan sembari berdiri dan bergerak menuju jendela, ia hanya bisa menghela nafas pelan, ia sudah tersesat dan itu adalah kenyataan
"Baik yang mulia" Ucap sang gadis pelan, dengan langkah ringan ia melangkah meninggalkan Amira sendiri,
"Huh, benar benar bertransmigrasi ternyata, banyak hal yang harus di selesaikan untuk mencapai sebuah kehidupan yang bahagia, seperti yang aku impikan selama ini, benar benar menyedihkan, aku sudah cukup menderita di masa lalu dan kali ini?, Semoga saja lebih baik dari sebelumnya, semoga saja" Ucapnya menghela nafas pelan, ia menatap suasana di sekelilingnya, bangunan klasik yang begitu kuno para pelayan yang berlalu lalang, salju yang masih setia melapisi tanah, ia menghela nafas pelan, semua benar benar nyata, dan ia tak bisa menolak jika ia ingin, saat ini ia hanya bisa pasrah dengan keadaan, di terima ataupun tidak pada kenyataanya ia sudah sampai di sini, ia harus bertahan, ia bukan takut mati, namun toh apa bedanya?, Di masa moderen atau di manapun semua tetap sama bukan?, Ia hanyalah objek yang terabaikan, namun seperti yang terjadi di masa lalu ia hanya akan melakukan apapun yang ingin ia lakukan, Tampa perduli dengan orang orang di sekeliling, jika suka silahkan jika tidak pun tak masalah, toh hidupnya bukan hanya untuk membuat orang meliriknya, ia akan bahagia dengan caranya sendiri
"Yang mulia" Ucap seorang pria pada pria lainya yang duduk diam di balik meja kerjanya, ia bahkan masih begitu sibuk dengan gulungan gulungan di hadapannya
"Keadaan yang mulia Permaisuri sudah membaik, ia sudah berhasil melewati masa kritisnya" Ucap sang pria pelan, pria yang duduk di balik meja bahkan tak menunjukan perubahan apapun, masih begitu acuh dan begitu dingin, si pria di hadapannya hanya bisa menghela nafas pelan, ia bertugas untuk menyampaikan, dan ia tak memiliki hak untuk berkomentar apa lagi memaksa pria di balik meja yang merupakan pemilik mutlak dari seluruh kekaisaran Yang Xi ini
"Baiklah, saya harus kembali" Ucap sang bawahan membungkuk dengan hormat, dan setelahnya segera bergerak meninggalkan ruang belajar milik pria yang paling berkuasa di kekaisaran ini, ia adalah kaisar Wang yi seorang kaisar muda yang di kenal kejam di seluruh dataran Cina bagian timur ini, kemampuannya berperang sudah tak dapat di remehkan,
Bahkan ia sudah menjadi seorang jendral saat berumur 10 tahun, ia sudah masuk ke Medan perang dan melakukan segala upaya untuk ke kesejahteraan kekaisarannya, menghilangkan nyawa seseorang bahkan tak berarti baginya, karena?, ia sudah membunuh ratusan bahkan ribuan orang di masa muda, nyawa bukanlah hal yang berharga baginya
"Yang mulia, apakah anda tak akan menjenguk permaisuri?, yang mulia permaisuri sudah perlahan membaik setelah insiden itu" Ucap seorang pria tampan yang sedari tadi duduk di meja kecil tak jauh darinya,
Pria yang bahkan selalu ada untuknya dan menemaninya sejak menjadi putra mahkota, pria yang menemaninya dan mendukungnya sejak muda, dan sampai saat ini menjadi orang kepercayaannya
"Tidak" Jawabnya dengan nada singkat dan begitu datar, si pria di sana hanya menghela nafas pelan,
Ia adalah jendral Ling Yan, seorang jendral tingkat tinggi yang baru saja kembali ke kota kekaisaran, jendral muda yang di kelilingi dengan rumor yang begitu tak menyenangkan,
Ia di kenal sebagai seorang jendral kejam yang merupakan kaki tangan dari iblis yang merupakan pemilik kekaisaran ini, meskipun begitu ia bahkan tak terpengaruh dengan segala provokasi dari mahluk tak berguna, bagai manapun ia tetaplah seorang jendral yang selalu bersinar di Medan peran,
Kemampuan bertarungnya bahkan tak perlu di ragukan lagi, meskipun dengan segala rumor buruk ia bahkan masih tetap menjadi pujaan dari gadis gadis bangsawan yang tergoda dengan kedudukan dan serta wajah tampan yang ia miliki
Hal itu bahkan membuatnya menjadi dambaan bagi gadis namun?, Ia bahkan tak tertarik, ia sudah memiliki satu istri dan tak berniat untuk menambah lagi, meskipun ia tak mencintai istrinya namun ia tak berniat menambah ataupun mengkhianati istrinya, ia sudah memiliki istri yang begitu sempurna, baik, lembut, pengertian, dan selalu membebaskannya melakukan apapun yang ia mau, pergi kemanapun yang ia inginkan, ia sudah memiliki yang begitu sempurna, mana mungkin ia mau mendua lagi
"Jendral Ling" Ucapnya masih dengan wajah dingin, wajah yang bahkan sangat menyebalkan di pandang, pria pria seperti ini biasanya pria yang kesepian, sikap angkuh dan tak tersentuh ini hanya akan membuat siapapun tak nyaman dekat dengannya
"Hamba yang mulia" Jawabnya dengan penuh rasa hormat,
Karena telah di beri tugas sebelumnya kaisar tentu saja akan menunggu laporan yang di katakan
"Bagai mana hasil penyelidikan di desa Yun?, apakah memiliki perkembangan dan penyelesaian" Ucapnya lagi,
Ia bahkan mengalihkan pembicaraan karena Benat benar tak berniat mengungkit soal permaisuri, sebagai bawahan jendral Ling jelas tau bagai mana perlakukan tak adil sang kaisar pada gadis yang ia berikan gelar kemuliaan seorang permaisuri itu, namun itu hanyalah sebuah gelar, bahkan sampai saat ini permaisuri hanya di jadikan pajangan Tampa berniat untuk mendekat, kerena Wang yi tak berniat membahas permaisuri maka ia memilih untuk membalas ucapan sang tuan
"Desa Yun sudah kembali membaik, seperti biasa bencana terjadi dan membuat mereka mengalami kerugian yang besar, namun anda bisa tenang karena masalah sudah di atasi dengan baik, dalam beberapa waktu desa Yun akan kembali seperti sedia kala" Ucap jendral Ling pelan, Sang kaisar hanya menggunakan kepalanya pelan, dan beberapa perbincangan di mulai, perbincangan begitu biasa antara bawahan dan atasan
"Para bandit itu masih terus berulah, namun perlahan masalah ini akan di selesaikan, mereka sudah membuat rakyat sekitar menjadi kewalahan dan mengeluh" Ucap jendral Ling lagi, Ia sudah terjun langsung ke desa yang di sebut
Namun bandit di daerah gunung Ying memang sangat licik, mereka bersembunyi seperti bunglon, menangkap mereka akan membutuhkan waktu dan usaha lebih lama
"Lakukan Tampa meninggalkan celah" Kaisar berucap dengan nada datar
Bandit Gunung Ying membuat rakyat resah, ia sudah mengirim seseorang sebelumnya namun orang yang di kirim malah menyerah dan memilih untuk bunuh diri, hal seperti ini tak bisa di serahkan pada sembarangan orang, dari itulah ia memerintahkan jendral Ling untuk mengambil tanggung jawab ini, jendral Ling adalah jendral yang sangat hebat dan bersinar di Medan peran, hal kecil seperti para bandit ini pasti bisa ia selesaikan
"Mematuhi yang mulia, hamba akan berusaha semampu hamba"
"baiklah kau bisa keluar"
"Mematuhi yang mulia" Ucapnya dan setelah bergerak meninggalkan ruangan,
Ia akan menemui beberapa bawahan untuk mengatasi bandit bandit ini, kemampuan para bandit gunung Ying bahkan tak bisa di remehkan, dari itu mereka harus bergerak dengan begitu hati hati, agar tak ada korban yang berjatuhan, selain merampok,
Membunuh bandit gunung Ying juga gemar menculik gadis gadis desa untuk di jadikan budak nafsu buas mereka, meskipun terkenal sebagai mahluk yang begitu kejam ia jelas adalah seorang pemimpin yang begitu mencintai rakyatnya, ia memang begitu ganas di dalam peperangan
"Huh" Ucapnya menuangkan teh dengan pelan dan setelahnya menyesapnya dengan anggun, suasana hatinya sedang tidak baik baik saja, ia merasa kesal, benci dan iba sekaligus, namun kegoaannya lebih mendominasi sehingga ia tak akan pernah Sudi menunjukan kelemahannya pada siapapun, ia adalah seorang pemimpin, ia harus kuat dan bahkan jangan sampai menimbulkan sebuah kelemahan, karena itu akan Benar benar membuatnya repot
"Aku bahkan sudah melakukan berbagai cara, dan wanita sialan itu?, bahkan selalu bermain dengan kematian" Ucapnya dengan begitu pelan, ia bahkan tak sadar jika saat ini ia sedang sibuk merutuki kemalangan yang ia alami di tempat ini
"Jangan goyah dan jangan kalah, kamu adalah seorang kaisar yang berkuasa, kamu adalah pria yang Takan mudah untuk di pengaruh" batunya lagi, kepergian sang jendral jelas membuat sebuah laporan yang sangat tak mengenakan itu sampai
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!