"Halo Bu, ada apa?" Seorang pria tinggi dengan setelah jas baru saja keluar sebuah mobil dan berjalan menuju loby sebuah hotel berbintang yang terkenal di kota A.
"Aku masih di kota A. Belum tahu akan kembali kapan. Urusanku belum selesai."
Pria tadi berhenti tepat di depan lift dan melangkah masuk setelah melihat pintu lift terbuka lalu menekan tombol lantai yang akan dia tuju. Tidak ada siapapun di dalam lift kecuali pria itu.
Saat pintu akan terutup, tiba-tiba pintu lift terbuka kembali dan masuklah seorang wanita dengan napas terengah-engah. Pria tersebut sempat mengangkat kepalanya sebentar untuk melihat siapa yang masuk ke dalam lift itu lalu kembali lagi ke wajah acuh tak acuhnya.
Karena di dalam lift ada orang lain, pria itu memilih untuk mengakhiri pembicaraannya di telpon. "Bu, aku masih ada urusan, aku akan menghubungimu lagi nanti."
Pria itu mengakhiri panggilan telponnya lalu memasukkan ponselnya di saku jasnya. Dia sempat melirik sekilas pada wanita yang berdiri di depannya.
Pria berumur 33 tahun itu adalah Sean, penerus dari keluarga Louris, keluarga paling kaya di kota S. Perusahaan keluarganya berada di urutan pertama terbesar di negara M. Konon, pria dingin dan tidak terjamah itu sangat sulit untuk didekati.
Wanita itu nampak acuh tak acuh lalu membuka tas dan memeriksa ponselnya. Saat melihat ponselnya mati, dia kemudian menoleh ke belakang dan bertanya pada Sean. "Maaf Tuan, jam berapa sekarang?"
Melihat pria itu mengerutkan keningnya, dia berkata lagi, "Ponselku mati dan aku tidak memakai jam tangan. Aku hanya takut datang terlambat."
Wanita itu tersenyum ramah pada Sean, tetapi hanya ditanggapi dengan wajah datar olehnya. Meskipun begitu, Sean tetap menjawab pertanyaan wanita itu.
"Terima kasih." Wanita itu kembali berbalik memunggungi Sean.
Saat pintu lift terbuka, Sean lebih dulu melangkah. Dia berjalan masuk ke area restoran hotel tersebut menuju ruangan VIP yang tertutup untuk bertemu dengan rekan bisnisnya.
Sementara wanita tadi berjalan menuju toilet perempuan untuk merapihkan penampilannya. Malam ini, dia akan bertemu dengan kekasihnya. Kekasihnya bilang ada hal penting yang ingin dia bicarakan padanya. Sebab itulah kekasihnya mengajaknya bertemu diluar.
Wanita itu 28 tahun itu bernama Claire, dia baru saja pulang dari luar negeri setelah beberapa tahun tinggal di sana. Dia dan kekasihnya kuliah di kampus yang sama hanya berbeda jurusan saja. Kekasihnya baru saja pulang 6 bulan lalu ke negara M dan menetap di negaranya.
Sebulan lalu Claire juga kembali ke negaranya. Hubungan Claire dan kekasihnya ditentang oleh keluarga kedua belah pihak sehingga mereka belum menikah sampai sekarang. Padahal, mereka sudah berpacaran selama 3 tahun lamanya.
Beberapa hari lalu ayahnya mengatakan kalau dia sudah dijodohkan oleh ayahnya dengan pria yang bahkan dia tidak mengenalnya sama sekali. Tentu saja Claire menolak mentah-mentah perjodohan itu.
Malam ini, dia berniat untuk menyampaikan pada kekasihnya mengenai rencana ayahnya yang sudah menjodohkannya dengan pria lain agar kekasihnya mau memperjuangkan cinta mereka. Dia tidak mau menikah dengan pria tidak dikenalnya, maka dari itu, dia ingin meminta kekasihnya melamarnya dalam waktu dekat.
Setelah merapikan penampilannya, Claire keluar dari toilet dan berjalan menuju restoran. Dia mengambil tempat duduk di delat pintu masuk restoran agar kekasihnya tidak sulit untuk menemukan keberadaanya, apalagi ponselnya mati sehingga dia tidak bisa berkomunikasi dengan kekasihnya lagi.
Setelah menunggu selama 15 menit, orang yang dia tunggu-tunggu akhirnya datang. Penampilan kekasihnya itu nampak sangat tampan malam ini. Claire tesenyum lebar saat menyambut kekasihnya.
"Apa kau sudah lama menunggu?" Pria itu menarik kursi dan duduk di depan Claire. Pria yang menjadi kekasih Claire bernama Wild.
"Tidak, aku baru saja datang."
Claire terlihat sangat senang melihat kekasihnya setelah beberapa hari tidak bertemu. Sebelum berbicara, mereka memesan makanan dan minum terlebih dahulu.
Claire memandang kekasih dengan dahi berkerut saat melihatnya tampak diam dengan wajah muram. "Claire, ada hal serius yang ingin aku bicarakan denganmu." Wajah Wild berubah menjadi serius.
"Aku juga ingin mengatakan sesuatu padamu." Claire nampak masih bersemangat, mengabaikan sikap aneh kekasihnya. "Kalau begitu, kau duluan saja yang bicara," ucap Claire.
Wild terdiam beberapa saat sambil menatap ke bawah, kemudian mengangkat kepalanya menatap sendu Claire. "Claire, Gloria hamil."
Claire mengerutkan keningnya. "Lalu?"
Claire belum mengerti juga, kenapa wajah kekasihnya berubah menjadi sedih saat membicarakan temannya. Gloria dan Claire memang berteman sejak kecil.
Wild tidak langsug menjawab pertanyaan Claire, melainkan dia terdiam beberapa detik hingga dia kembali membuka mulutnya. "Dia hamil anakku."
Tubuh Claire membeku dan pikirannya seketika menjadi kosong. Wild meraih tangan Claire dengan wajah bersalah ketika melihatnya nampak sangat terkejut. "Maaf Claire. Ak-aku... Itu hanya kecelakaan. Ka-kami hanya melakukannya sekali. Aku tidak menyangka kalau dia akan hamil."
Claire masih mematung dan tidak bereaksi selama beberapa saat. "Claire, bicaralah. Aku mohon." Wild nampak begitu panik ketika melihat Claire hanya diam membisu.
"Sudah berapa bulan usia kandungannya?"
Claire menatap Wild dengan tatapan kosong. Dia tidak menyangka kalau kekasih yang sangat dia cintainya bisa menghianatinya, bahkan dengan teman baiknya. Padahal, selama ini dia tidak menemukan keanehan pada Wild. Kekasihnya juga sangat menjaganya dan tidak pernah menyentuhnya sama sekali selain memberikan kecupan di kening.
"Tiga bulan," jawab Wild dengan suara pelan.
Claire menarik kasar tangannya. "Jadi, selama 3 bulan ini, kau sudah berselingkuh dengannya di belakangku?"
"Tidak, kau salah paham. Kejadian itu tidak sengaja Claire. Waktu itu aku mabuk dan tidak tahu apa yang terjadi malam itu. Saat aku bangun, Gloria sudah berada di sebelahku dalam keadaan polos." Wild berusaha untuk meraih tangan Claire, tetapi langsung ditepis olehnya.
Claire tersenyum sinis. "Kalau begitu, bertanggung jawablah pada Gloria. Mulai sekarang kita tidak ada hubungan apa-apalagi dan jangan pernah temui aku lagi."
Claire berjalan keluar tetapi langkah dihentikan oleh Wild tepat depan pintu restoran. "Claire, berhenti. Aku yakin Gloria yang menjebakku. Dia sengaja merusak hubungan kita agar bisa melihatmu hancur." Wild masih tetap berusaha untuk menjelaskan kesalahpaham diantara mereka berdua.
Claire menoleh ke belakang dengan mata yang berkaca-kaca. "Setelah kau menghancurkan kepercayaanku, kini kau ingin menhancurkan persahabatanku juga dengan Gloria?"
Wild menunduk. "Percayalah padaku, Gloria tidak sebaik yang kau pikir."
Claire tertawa sinis. "Untuk apa dia menghancurkan hidupku? Dia adalah teman terbaikku selama ini. Bagaimana bisa kau menuduhnya seperti itu ketika dia sedang mengandung anakmu?"
Wild memegang kedua bahu Claire. "Dia menjebakku. Kami akan menikah, tetapi setelah anak itu lahir, aku akan menceraikannya. Kembalilah padaku setelah aku bercerai dengannya. Aku berjanji tidak akan pernah menyentuhnya setelah menikah nanti, asalkan kau mau kembali padaku lagi."
Claire menepis tangan Wild dari bahunya kemudian melangkah menuju lift. Dia sudah tidak mau mendengar apa-apa lagi dari mulut Wild. Sebelum sampai lift Wild sudah menyusulnya dan mencekal tangannya.
"Claire, tunggu! Aku belum selesai bicara."
Saat mereka sedang berdebat, Sean keluar dari restoran dan melihat Wild dan Claire sedang cekcok. "Lepaskan aku Wild, kau menyakitiku."
Wild melepaskan tangan Claire dengan wajah bersalah. "Maaf Claire, aku hanya ingin kau mendengarkan penjelasanku dulu. Ikutlah denganku sebentar, kita bicara di atas."
"Aku tidak mau," teriak Claire dengan lantang. Claire berlari cepat masuk ke dalam lift, tapi dibuka kembali oleh Wild.
Melihat hal itu, Sean maju dan menghentikan Wild. "Tuan, kau tidak bisa memaksa seorang wanita jika dia sudah menolakmu." Sean berdiri membelakangi Claire untuk melindunginya.
Wild menatap sekilas pada Sean lalu beralih pada Claire. "Claire, kemarilah." Wild masih berusaha membujuk Claire agar mau ikut dengannya.
Claire nampak acuh tak acuh. "Jangan pernah hubungi aku lagi. Aku tidak mau melihat wajahmu mulai dari sekarang."
Sean menoleh pada Claire lalu beralih pada Wild. "Kau dengar itu? Dia tidak ingin berbicara denganmu."
Setelah mengatakan hal itu, Sean menutup pintu lift. Kali ini, Wild tidak berusaha untuk menghentikan Claire lagi. Dia memutuskan untuk memberi waktu pada Claire untuk menenangkan diri.
Saat di dalam lift, tangis Claire langsung pecah. Dia tidak bisa menahan lagi air mata yang sedari dia tahan. Meskipun tidak bersuara, tetapi Sean bisa melihat dari ekor matanya kalau Claire sedang menangis.
Setelah pintu lift terbuka, Sean menuju meja resepsionis untuk memesan kamar untuknya, sementara Claire menuju bar yang ada di hotel tersebut. Claire menuju meja bar yang tepat berada di depan bartender, memesan minum beralkohol dan meminumnya hingga mabuk.
Karena merasa kepalanya pusing dan ingin muntah, Claire berencana untuk pulang. Dia keluar dari bar dengan langah yang tidak seimbang dan terhuyung-huyung seperti hendak jatuh. Saat tiba di loby, dia tidak sengaja menabrak seseorang.
Claire mengangkat kepalanya dan menatap orang yang dia tabrak dengan mata yang setengah tertutup. "Maaf." Setelah mengatakan itu, Claire berniat berjalan lagi, tetapi dia tidak sengaja tersandung oleh kakinya sendiri dan hampir saja jatuh jika tidak ditangkap oleh pria itu.
"Perhatikan jalanmu," ucap Pria itu dingin. Pria yang ditabrak Claire adalah Sean. Claire bahkan tidak mengenali Sean sama sekali, padahal mereka sudah bertemu di lift sebelumnya.
Claire berusaha untuk berdiri tegak, tetapi belum sempat dia berdiri, ada sesuatu yang mendesak keluar dari kerongkongannya menuju mulutnya. Detik kemudian, Claire memuntahkan isi perutnya tepat di dada Sean dan mengenai baju mahalnya.
Sean menunduk dengan wajah menegang ketika melihat cairan menjijikkan menempel di bajunya. "Jangan harap kau bisa pergi begitu saja setelah ini," ucap Sean dengan nada dingin, "kau harus bertanggung jawab."
Sean kemudian membawa Claire ke kamarnya. Dia memang memutuskan untuk menginap di hotel tersebut karena urusannya di kota A belum selesai. Sesampainya di kamar, Sean meletakkan tubuh Claire di sofa panjang.
"Bangun."
Suara Sean terdengar berat. Dia kemudian menunduk dan menepuk wajah Claire berkali-kali agar tersadar. Beberapa kali membangunkannya, tetapi Claire belum sadar juga hingga akhirnya Sean berjalan ke arah meja, mengambil air botol mineral lalu menyiramkan ke wajah Claire.
"Dingin bodoh!" teriak Claire dengan marah.
Dia membuka matanya lalu tatapannya bertemu dengan tatapan sedingin es. Claire yang masih setengah sadar, kemudian tertawa dan itu membuat Sean mengerutkan keningnya.
Claire bangkit dari tidurnya lalu berdiri mendekati Sean. "Bagaimana bisa ada pria setampan ini di kamarku?" racau Claire.
Dia mengira sudah berada di rumah, padahal dia sedang berada di kamar yang di pesan oleh Sean.
"Apa kau mau menjadi kekasihku?" Claire meraba wajah Sean yang nampak sedang melayangkan tatapan tajam padanya ketika tangan halus Claire menyentuh wajahnya, "kekasihku menghiantiku. Dia berselingkuh dengan sahabatku sendiri. Wild, pria bodoh itu, aku akan membalasnya."
Sean menyingkirkan tangan Claire dari wajahnya. "Kaulah yang bodoh karena mabuk hanya demi pria bajingan seperti itu."
Claire kembali tertawa. "Kau benar. Aku akan mencari pacar yang lebih darinya untuk membalas sakit hatiku. Akan kubuat dia merasakan sakit yang aku rasakan saat ini." Claire kembali tertawa seperti orang gila dan itu membuat Sean menatap heran padanya.
Dengan kesadaran minim, Claire memajukan wajahnya dan menyentuh bibir Sean. Entah apa yang ada di pikirannya saat itu hingga dia berani melakukan hal itu. Baru saja bibir mereka menempel, Claire menjauhkan wajahnya dan kembali muntah. Parfum Sean merangsang indra penciuman Claire sehingga membuatnya kembali muntah.
"Maaf."
Sean dibuat tidak bisa berkata-kata untuk beberapa saat. Dia berdiri mematung sambil melihat baju dan celananya yang sudah terkena muntahan Claire dengan tatapan jijik. Dia kemudian menutup hidungnya saat bau tidak sedap menyeruak masuk ke dalam hidungnya dan membuat Sean merasa mual.
Claire mendongakkan kepalanya menatap mata hitam yang sedang menatapnya dengan tatapan menusuk. "Aku akan mengganti bajumu nanti."
Claire tersenyum dengan wajah polosnya lalu berbalik menjauhi tubuh Sean. Tubuhnya kembali terhuyung saat dia melangkah menuju tempat tidur.
"Aku lelah sekali, aku ingin tidur."
Tanpa rasa salah sedikitpun Claire merebahkan tubuhnya di tempat tidur lalu memejamkan matanya, mengabaikan Sean yang masih berdiri mematung sambil menatap tajam ke arahnya.
Setelah tertegun cukup lama. Dengan kasar Sean melepaskan pakaiannya dan membuang bajunya dilantai lalu berjalan ke arah tempat tidur dengan langkah cepat dan wajah yang menggelap.
"Kau harus membayar mahal untuk semua ini, Nona. Permintaan maaf dan ganti rugi uang saja tidak cukup bagiku. Aku mau yang lebih dari ini."
Sean menyikap selimut dan membuangnya dengan kasar, setelah itu Sean mengangkat tubuh Claire menuju kamar mandi dan menutup pintunya dengan keras.
Bersambung...
Pagi harinya saat terbangun, Claire sangat terkejut saat melihat dirinya berada di ruangan asing bersama dengan seorang pria di sebelahnya. Dia lebih terkejut lagi saat melihat dia mengenakan baju kemeja putih milik seorang pria yang dia yakini adalah milik pria yang sedang tidur di sampingnya.
Dia berusaha mengingat-ingat apa yang terjadi semalam dengan dirinya dan pria itu, tetapi dia tidak bisa mengingat satupun kecuali saat dia mabuk, menabrak seseorang lalu masuk bersama dengan pria itu ke hotel.
Mata Claire terbelalak dan bersamaan dengan itu dia menutup mulutnya yang terbuka lebar saat satu bayangan melintas. Bayangan saat dia mencium pria itu. Matanya kemudian menoleh pada pria di sebelahnya yang sedang bertelanjang dada.
Claire menepuk jidatnya berkali-kali sambil merutuki kebodohannya. Dengan gerakan sangat pelan, dia turun dari tempat tidur dan mengambil tasnya. Dia berniat untuk pergi sebelum pria itu bangun, tapi kemudian dia menyadari penampilannya yang hanya mengenakan kemeja pria. Seketika dia berpikir sejenak.
Dia mencari sesuatu, setelah itu mengambilnya. Ada kacamata hitam di atas nakas dan ada jas pria itu di dekatnya. Setelah mengambilnya, Claire menuliskan sesuatu di kertas yang ada di atas nakas. "Aku pinjam baju, jas, dan kacamatamu. Aku akan mengembalikannya nanti."
Selesai menulis, Claire memakai kacamata dan jas tersebut setelah itu keluar dari kamar Sean. Saat berada di dalam lift, Claire menelpon seseorang.
"Ayah, aku menyetujui perjodohan tersebut, tapi dengan syarat, sembunyikan identitasku yang asli. Berikan aku indentitas baru sebagai gadis desa yang miskin."
Setelah mendengar jawaban dari ayahnya, dia kemudian berbicara lagi, "Aku akan berangkat seminggu lagi setelah urusanku di sini selesai. Aku akan ke suatu tempat lebih dulu. Berikan saja alamat rumah mereka. Aku sendiri yang akan ke sana untuk melihat bagaimana keluarga mereka."
**********
Tibalah Claire di kota S, tepatnya di depan kediaman calon suaminya setelah menempuh perjalanan selama 4 jam lamanya. Sudah seminggu berlalu semenjak insiden di hotel tersebut, Claire mendadak menghilang. Wild tidak bisa bertemu dengan Claire karena dia memutuskan komunikasi dengan Wild.
Setelah tertegun sesaat, Claire memencet bel rumah besar tersebut. Dia langsung disambut oleh wanita paruh bayar bertubuh kurus. "Selamat malam Nona, kau mencari siapa?"
Kedatangan Claire pada malam hari membuat wanita itu heran, apalagi saat melihat jam sudah menunjukkan pukul 10 malam.
Claire tersenyum ramah. "Mencari kakek Samuel." Meskipun Claire tidak pernah bertemu dengannya, tapi ayahnya sudah menunjukkan foto kakek Sam pada Claire agar dia tidak salah mengenali orang nantinya.
Wanita itu membuka pintu lalu menyuruh Claire untuk menunggu di ruang tamu, sementara dirinya berjalan masuk ke dalam rumah. Sekitar 10 menit kemudian keluarlah seorang pria tua.
"Kau sudah datang?" Pria tua itu tersenyum senang ketika melihat Claire sudah berada di rumahnya.
Claire berdiri sambil tersenyum. "Iyaa. Selamat malam Kakek." Pria tua itu mengangguk.
Pria tua itu adalah pengusaha paling terkenal di negara M dan paling disegani saat masih muda dulu. Bahkan dia mampu membuat perusahaanya menjadi perusahaan terbesar di negara M hingga diambil alih oleh anaknya.
Pria tua itu adalah tuan Samuel Cakrana Louris. Memiliki anak bernama Vieth Alexander Louris, tetapi sudah meninggal beberapa tahun dan meninggalkan istri bernama Kate dan seorang anak laki-laki.
Selain itu, kakek Samuel masih memiliki satu lagi anak yaitu Meriana. Karena anaknya sudah meninggal, jadi ahli waris otomatis turun ke cucunya, anak dari putranya yaitu Sean Alexander Louris.
Kakek Sam mengarahkan tangannya memberikan isyarat pada Claire untuk duduk. "Aku tidak menyangka kalau akan secantik ini setelah dewasa," puji kakek Sam dengan senyum yang merekah, "wajahmu sangat mirip dengan ibumu."
Claire nampak mengerutkan keningnya. Dia merasa tidak pernah bertemu dengan kakek Sam sebelumnya, tapi sepertinya Kakek Sam mengenalnya.
"Kau pasti sudah lupa kalau kita pernah bertemu sewaktu kau masih kecil," lanjut kakek Sam lagi setelah melihat wajah heran Claire.
"Maaf Kakek, aku tidak ingat apa-apa."
"Tidak masalah, wajar saja kau tidak mengingat kakek. Saat itu usiamu baru 5 tahun."
Clare tersenyum canggung. Pantas dia tidak mengingat apapun. "Kau pasti lelah, lebih baik kau istirahat. Kita bicara lagi besok."
Kakek Sam kemudian memanggil pelayan rumahnya. Seorang wanita paruh baya menghampiri kakek Sam.
"Bibi Mey, ini Claire, mulai sekarang dia akan tinggal di sini. Dia akan menjadi istri Sean kelak, jadi atur kamar untuknya besok. Untuk malam ini biarkan dia menempati kamar Sean lebih dahulu."
"Tapi Tuan besar, tuan muda tidak suka kalau ada orang yang menempati kamarnya. Saya takut tuan muda akan marah," ucap Bibi Mey dengan raut wajah cemas.
Sean memang tidak suka kalau ada orang yang memasuki kamarnya, terlebih lagi menyentuh barang-barang pribadi. Bahkan yang boleh membersihkan kamarnya hanya Bibi Mey, padahal di rumah itu ada banyak pelayan yang bekerja di sana.
"Sean tidak akan tahu kalau tidak ada yang memberitahunya. Dia bilang akan pulang besok, jadi tidak akan ada masalah. Antarkan saja Claire ke kamar Sean."
Sean memang sedang berada di luar negeri untuk urusan pekerjaan. Rencananya dia akan pulang esok hari, jadi kamar tersebut bisa digunakan oleh Claire sementara malam itu.
Meskipun ragu, bibi Mey akhirnya melaksanakan perintah Kakek Sean. "Mari Nona Claire, saya antarkan ke kamar tuan muda." Bibi Mey meraih koper Claire yang berada di dekat tempat duduknya yang dibawa oleh Claire.
Claire mengangguk lalu mengikuti bibi Mey dari belakang setelah berpamitan pada kakek Sean.
"Silahkan masuk, Nona." Bibi Mey membawa masuk koper Claire dan meletakkan di dekat tempat tidur.
"Terima kasih, Bibi Mey," ujar Claire sopan.
Setelah bibi Mey keluar, Claire meletakkan kopernya di dekat lemari. Karena merasa lelah setelah menempuh perjalanan yang cukup lama, Claire memutuskan untuk tidur setelah dia berganti pakaian. Dia mengganti pakaiannya dengan celana tidur panjang dan atasan tanktop.
Ketika dia berbaring, tercium aroma musk yang lembut dari bantal dan selimut yang dia gunakan. Aroma tersebut menenangkan sehingga membuat Claire lebih mudah tertidur.
Tengah malam, pintu kamar yang ditempati oleh Claire terbuka, seseorang masuk ke dalam kamar tersebut dengan langkah gontai menuju tempat tidur. Pria itu masuk tanpa menghidupkan lampu yang tadi di matikan oleh Claire.
Penerangan kamar tersebut hanya berasal dari lampu balkon kamarnya. Tidak gelap dan tidak juga terang. Pria yang masuk itu adalah Sean, pemilik dari kamar itu.
Dia baru saja tiba di rumah utama pukul 2 pagi, karena merasa lelah setelah melakukan penerbang selama lebih dari 8 jam lamanya, Sean memutuskan untuk langsung tidur tanpa mandi terlebih dahulu.
Sebelum tidur dia melepaskan baju kemejanya lalu naik ke tempat tidur tanpa menoleh ke sebelahnya. Sean tidur terlentang menghadap ke arah langit-langit setelah itu memejamkan matanya.
Karena sudah dilanda kantuk yang luar biasa dan lelah yang sudah mendera sejak masih dalam pesawat, membuat Sean tertidur dengan cepat. Dalam hitungan menit dia sudah terlelap. Kedua orang tersebut terlelap tanpa tahu kalau mereka tidur dengan orang lain dalam satu kamar.
Keesokan paginya, ketika membuka matanya, Claire dikejutkan saat melihat dirinya berada di pelukan seorang pria. Pria yang sama sekali tidak dikenalnya. Untuk sesaat dia berpikir kalau dia bermimpi, tapi saat dia mencubit pipinya di baru menyadari kalau dia sudah sadar sepenuhnya.
"Aaaaaaaaaaa." Claire berteriak kencang setelah itu melepaskan pelukan pria itu lalu menarik selimut untuk menutupi tubuhnya.
"Kau siapa? Kenapa bisa masuk dan tidur di sini? Apa kau pria mesum?" tuding Claire sambil menutupi tubuh bagian atasnya dengan selimut.
Sean yang terkejut dengan suara teriakan Claire yang kencang seketika membuka matanya secara perlahan, dan seketika matanya terbelalak saat melihat wanita di sampingnya. Dia lalu duduk dengan gerakan cepat.
"Apa yang kau lakukan di sini? Kenapa kau bisa berada di dalam kamarku?"
Sean memicingkan pada Claire ketika melihat wajah bingungnya. Dia merasa kalau Claire sedang memainkan trik kotor padanya.
"Kamarmu?" Claire termenung sesaat.
Sean menyeringai. "Kenapa? Ingin berpura-pura polos setelah kau menaiki ranjangku untuk yang kedua kalinya?" Sean mencibir, "trick seperti ini tidak berlaku untukku. Sekarang katakan padaku, apa yang kau inginkan, uang atau kekuasaan?"
Dia tidak menyangka kalau akan bertemu lagi dengan wanita yang sudah meninggalkannya di hotel tanpa berpamitan lebih dulu padanya. Baginya itu adalah sebuah penghinaan besar karena sudah dipermainkan oleh wanita.
"Apa maksudmu?"
Sean memajukan wajahnya, menatap Claire dari dekat. "Setelah menabrakku lalu muntah dibajuku, kemudian menciumku dan bermalam denganku di hotel, sekarang kau berpura-pura amnesia? Kau pikir bisa mempermainkan aku begitu saja?"
Claire berpikir sejenak, dia baru menyadari kalau pria di depannya adalah pria yang sama dengan pria yang ada di hotel waktu itu. Pantas saja saat melihatnya, wajahnya nampak tidak asing.
"Ma-maaf." Claire menelan salivanya, "aku tidak bermasud untuk meninggalkanmu begitu saja. Waktu itu aku kembali ke hotel lagi untuk menemuimu, tetapi kau sudah tidak menginap di sana lagi."
Waktu itu Claire memang kembali, tetapi Sean sudah kembali ke kota asalmna sehingga mereka tidak bertemu.
"Lalu bagaimana bisa kau menemukan rumahku? Apa kau sungguh berniat ingin mengejarku setelah kau dicampakkan oleh kekasihmu?"
Claire mengerutkan keningnya karena tidak mengerti maksud dari perkataan Sean. Setelah berpikir sejenak, Claire baru teringat kalau dia pernah menawarkan Sean untuk menjadi kekasihnya demi membalas Wild yang sudah menghianatinya.
"Kau salah paham padaku, aku... Malam itu aku mabuk dan tidak sadar mengatakan omong kosong. Aku harap kau tidak menganggap serius ucapanku."
Claire berdiri lalu memakai bajunya dengan santai. "Aku minta maaf mengenai kejadian di hotel itu. Aku harap kau bisa melupakannya."
Mendengar hal itu, api kemarahan terlihat sangat jelas di bola mata Sean. Wanita ini pikir siapa dirinya, bisa mempermainkan dirinya begitu saja.
"Omong kosong kau bilang? Setelah kau menggodaku di hotel dan kini di rumahku sendiri. Kau bilang lupakan saja?" Sean mendengus dengan wajah dingin.
Dia kemudian berjalan ke arah Claire dan menyudutkannya ke tembok. "Aku bahkan belum membalas apa yang sudah kau lakukan padaku waktu itu, bagaimana bisa kau menyuruhku melupakan seolah tidak terjadi apa-apa. Kau menjadikan aku pelampiasan setelah kau dicampakkan kekasihmu. Sekarang kau ingin aku melupakan semuanya? Jangan bermimpi. Aku tidak akan melepaskanmu begitu saja."
Sean menahan kedua tangan Claire di tembok sejajar dengan wajahnya.
Meskipun Claire takut, tapi dia tetap berusaha untuk tetap tenang. "Ganti rugi. Aku akan mengganti kerugianmu. Katakan saja padaku, berapa yang harus aku bayar agar kau mau melepaskanku?"
Wanita ini, berani sekali berbicara mengenai uang dihadapannya. Apa menurutnya, dia yang memiliki segalanya, masih menggharapakan uang yang tidak seberapa dari orang lain, terlebih lagi dari seorang wanita.
Mata Sean semakin memancarkan api kemarahan setelah mendengar ucapan Claire. "Berikan tubuhmu, maka aku akan melepaskanmu."
Mata Claire membelalak. "Jaga bicaramu, aku bukan wanita murahan yang bisa kau tiduri seenaknya."
Sean menyeringai. "Apa kau lupa, kau sudah pernah menaiki ranjangku. Sekarang, masih berpikir kau wanita suci?"
Mata Claire memerah karena marah setelah mendengar penghinaan Sean padanya. Tangannya mengepal lalu mendorong tubuh Sean dengan kuat hingga Sean mundur beberapa langkah.
"Itu hanyalah kecelakaan. Kau jangan terlalu percaya diri. Aku tidak menyukaimu sama sekali. Aku hanya sial karena bertemu denganmu malam itu."
Setelah mengatakan hal itu, wajah Sean menjadi lebih gelap lagi dan wajahnya mengeras. Sean meraih baju dan memakainya lalu menarik tangan Claire dengan kuat.
"Keluar dari kamarku. Jangan pernah kembali ke sini lagi. Kalau tidak, aku akan menghancurkan hidupmu."
Sean menarik dengan kasar Claire keluar dari kamarnya lalu menuruni tangga dan berjalan ke arah pintu keluar.
"Lepaskan aku, aku tidak mau pergi. Kau tidak bisa mengusirku begitu saja. " Claire berusaha melepaskan cengkraman kuat tangan Sean.
Melihat Sean menarik paksa Claire, bibi Mey kemudian pergi ke kamar kakek Sean.
"Kau tidak memiliki hak untuk berada di sini." Sean tetap menarik tangan Claire melewati ruang keluarga.
Claire lalu menggigit tangan Sean dengan kuat hingga terlepas. "Kau... berani sekali menggigitku." Aura mematikan seketika keluar dari tubuh Sean.
Claire mundur beberapa langkah karena takut. "Maaf, itu karena kau menarikku dengan kasar."
"Jangan menguji kesabaranku. Keluar dari sini sebelum ibu dan kakekku bangun. Jangan membuat masalah yang tidak perlu."
Sean kembali mendekati Claire lalu menariknya kembali. Karena Sean mencengkram tangannya dengan kuat, kali ini, Claire tidak bisa meloloskan diri lagi.
Ketika Sean baru saja membuka pintu utama, terdengar suara lantang dari belakang. "Sean, berhenti. Mau kau bawa ke mana Claire?"
Bersambung...
Ketika Sean baru saja membuka pintu utama, terdengar suara lantang dari belakang. "Sean, berhenti. Mau kau bawa ke mana Claire?"
Sean dan Claire menoleh ke belakang setelah berhenti. Dia melihat Ibu Sean dan kakeknya berjalan ke arahnya. "Kenapa kau menarik Claire keluar? Ingin mengusirnya dari sini?"
Sean mengerutkan keningnya saat mendengar ucapan kakeknya. "Kakek mengenal wanita ini?" tanya Sean sambil menatap ke arah Claire sebentar.
"Lepaskan tanganmu. Kau menyakitinya." Kakek Sam memukul tangan Sean yang tidak juga mau melepaskan tangan Claire dengan tongkatnya hingga terlepas.
"Kakek, kau harus menjelaskan padaku, bagaimana bisa wanita ini ada di kamarku?" Sean terlihat marah saat melihat kakeknya seperti sangat melindungi Claire.
"Kita bicara di dalam." Kakek Sam kemudian menatap Claire. "Ayo Claire, jangan takut, ada kakek." Kakek Sam mengajak Claire untuk masuk lebih dulu meninggalkan Sean dan ibunya yang terlihat sedang menatap bingung pada kakek Sam dan Claire.
Setelah semua berkumpul di ruang makan, Sean langsung menatap ke arah kakeknya. "Sekarang jelaskan padaku, siapa yang memperbolehkan gadis tidak jelas ini tidur di kamarku?"
Gadis apa dia bilang? Tidak jelas? Rasanya ingin aku sumpal mulutnya dengan sampah agar tidak bicara sembarang tentangku.
"Kakek yang menyuruhnya untuk menempati kamarmu. Lagi pula, kau bilang akan pulang hari ini, jadi kakek memintanya untuk tidur di kamarmu tadi malam," terang Kakek Sam.
"Kakek, bukankah kau tahu kalau aku tidak suka ada orang lain yang memasuki kamarku, apalagi sampai tidur di ranjangku? Apa kakek sengaja mengirimnya agar dia bisa menggodaku?"
Menggoda katanya? Dia terlalu percaya diri. Meskipun kau tampan, tapi menurutku kau tidak ada apa-apanya dengan Wild.
Kakek Sam terlihat tersenyum dan menanggapi protes cucunya dengan santai. "Kau salah paham, biar kakek jelaskan."
Kakek Sam beralih menatap Claire, "perkenalkan, dia adalah Claire. Gadis yang akan kakek jodohkan denganmu. Dia yang akan menjadi istrimu kelak," ungkap Kakek Sam dengan senyuman lebarnya.
Meskipun terkejut, Sean terlihat tidak merubah wajah datarnya. Hanya alisnya saja yang sempat terangkat sebelah. Itu pun hanya sebentar hingga orang lain tidak menyadarinya.
"Kakek, jangan bercanda. Aku bahkan tidak mengenal wanita ini. Bagaimana bisa aku menikah dengannya?" sahut Sean setelah melirik tanpa minat pada Claire.
"Ayah, bagaimana bisa kau dengan mudahnya menjodohkan Sean dengan gadis ini tanpa berbicara denganku dan Sean? Apalagi gadis ini...." Kate tidak bisa melanjutkan ucapan karena takut menyinggung perasaan ayah mertuanya.
"Bukankah aku sudah pernah bilang akan menjodohkan Sean dengan cucu dari teman lamaku?" Sorot mata Kakek Sam tidak menimbulkan gejolak apapun meskipun mendapatkan protes dari cucu dan menantunya.
"Iyaa, tapi aku tidak menyangka kalau gadis yang akan dijodohkan dengan Sean adalah gadis dari desa yang bahkan kami tidak mengenal asal usulnya."
Claire memang sengaja berpenampilan biasa dan sangat sederhana layaknya gadis desa agar tidak ada yang curiga terhadapnya.
"Dia adalah cucu dari teman lamaku. Kau tidak perlu meragukan identitasnya. Dia berasal dari keluarga baik-baik. Dia hidup sebatang kara di desa, sebab itu aku membawanya untuk tinggal bersama kita sampai pesta pernikahan tiba."
Kakek Sam berdeham sekali lalu menoleh pada Sean. "Kalian akan menikah 2 minggu lagi dan mulai sekarang Claire akan tinggal di sini agar kalian bisa lebih mengenal satu sama lain."
"Aku tidak mau menikah dengannya dan aku juga tidak berniat untuk mengenalnya," ucap Sean dengan tegas dengan sorot mata tajam.
Kakek Sam bersandar di punggung kursi menatap santai cucunya. "Kakek tidak butuh persetujuanmu, suka tidak suka kau harus menikah dengannya. Jika kau tetap tidak mau, maka, kau bisa menyerahkan hak warismu pada Felix. Kakek rasa dia pasti akan menerimanya dengan senang hati."
Meskipun kakek Sam mengatakannya dengan santai, tapi Sean tahu kalau kakeknya berkata sungguh-sungguh.
"Aku tidak mau menikah dengan gadis ini. Jika hanya pernikahan yang Kakek inginkan, aku akan mencari calonku sendiri dan segera menikah."
"Tidak ada gadis lain. Kalau kau ingin hak warismu, kau harus menikah dengannya, jika tidak, lupakan saja," ucap Kakek Sam setengah memaksa.
"Sean, turuti saja keinginan Kakekmu. Lagi pula, cinta bisa datang seiring berjalannya waktu. Sepertinya, Claire gadis yang baik." Ibu Sean akhirnya angkat bicara setelah cukup lama terdiam. Dia tidak mau kalau sampe hal waris anaknya dicabut oleh mertuanya.
"Aku tidak mau," tolak Sean dengan tegas.
"Kakek beri kamu waktu untuk berpikir ulang dan mulai sekarang dia akan bekerja di perusahaanmu jadi ajari dia baik-baik."
Sean menatap kakeknya dengan sorot mata dingin kemudian tertawa sinis. "Wanita ini, baru saja menginjakkan kaki di rumah ini, tapi dia sudah berani menaiki ranjangku, wanita murahan seperti ini, Kakek ingin aku menikahinya?"
Kakek Sam menyiram wajah Sean dengan air putih dingin dengan wajah emosi. Tindakan kakek Sam membuat semua yang ada di meja makan terkejut. "Sean, jangan ucapanmu. Aku tidak pernah mengajarimu untuk berbicara kotor seperti itu. Berani sekali kau menilai rendah Claire yang bahkan kau tidak tahu apa-apa tentangnya."
"Ayaah, tenanglah," ucap Ibu Sean sambil menatap kakek Sam.
Sean hanya diam dengan sorot mata lebih dingin. Dia menatap kakeknya dengan berani tanpa menyeka wajahnya yang sudah basah.
"Kakeklah yang tidak tahu apa-apa tentangnya. Dia bukanlah gadis lugu seperti yang Kakek pikirkan. Dia hanya wanita murahan yang memiliki motif tertentu."
Claire hanya diam. Dia tidak berniat untuk menjelaskan lebih detail karena menurutnya itu percuma saja. Claire bahkan tidak ingat sama sekali apakah dia sungguh sudah melakukannya dengan Sean pada malam itu.
"Dasar cucu kurang ajar! Bagaimana bisa kau mengucapkan kata-kata sampah dari mulutmu. Claire bukanlah gadis murahan seperti yang kau bicarakan, kakek mengenalnya dengan baik."
Kakek Sam terlihat sangat marah setelah mendengar tuduhan Sean terhadap Claire.
"Aku tidak peduli dengannya dan aku juga tidak mau menikah dengannya." Setelah berbicara, Sean pergi meninggalkan ruang makan tanpa sarapan terlebih dahulu.
"Dasar anak kurang ajar, mau kemana kau? Kakek belum selesai bicara."
Ibu Sean berdiri menghampiri mertuanya untuk menenangkannya. "Ayah, sudahlah, jangan dilanjutkan lagi. Biarkan Sean tenang dulu. Dia pasti syok karena tiba-tiba mendapatkan berita yang mengejutkan."
Kakek Sam mendengus. "Aku tidak butuh cucu yang tidak mau menuruti ucapanku. Katakan padanya, jika dia tidak juga mau menikah dengan Claire, lebih baik keluar dari keluarga Louris," ucap Kakek Sean dengan wajah marah.
"Ayah, jangan seperti itu. Bagaimana pun Sean adalah satu-satunya penerusmu. Bagaimana kalau dia benar-benar pergi?" ucap Ibu Sean dengan nada lembut.
"Dasar anak keras kepala! Dia sama kerasnya dengan ayahnya. Aku mencarikannya jodoh gadis yang baik, tapi dia malah tidak menghargainya sama sekali."
Kakek Sean nampak kesal melihat tingkah cucunya yang tidak mau mendengarkan ucapannya.
Sedari tadi, Claire hanya diam sambil menonton perdebatan keluarga itu. Dalam diam dia menertawakan dirinya. Dicampakkan oleh kekasih lalu harus menikah dengan pria arogan, dingin dan angkuh seperti itu. Apakah ayahnya sudah gila menjodohkannya dengan pria seperti itu?
Seharusnya aku tidak menyetujui pernikahan ini dari awal.
Bersambung....
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!