Di dalam kamar yang minim pencahayaan, tampak seorang pria paruh baya dengan ekspresi datar. Menatap layar komputer sambil memainkan sebuah gim online bertema fantasi petualangan. Sesekali ia bergumam ketika mengalahkan beberapa monster.
“Dasar hantu lemah! Jika ingin melawan Temuo, setidaknya bawa pasukan yang banyak.”
Laki-laki yang bergumam dan sedikit membanggakan kemampuannya itu bernama Temuo, sama seperti nama karakter yang ia mainkan di gim. Setiap hari ia isi dengan aktivitas mengunci diri di dalam kontrakan, bermain gim online dan menonton video anime. Ketika lapar dirinya memakan mie instan atau memesan makanan dari ojek online.
Dulu saat masih SMA, Temuo adalah siswa normal seperti umumnya, tetapi berubah semenjak mengalami perundungan yang dilakukan oleh siswi anak kepala sekolahnya, hanya karena membela seorang siswi yang dirudung oleh siswi lain, ia dipermalukan dengan disebarkan foto dan video aib tentangnya. Semenjak itu memutuskan mengurung diri dan menjadi anti sosial.
Sudah pukul 09.30 pagi, alarm di smartphone-nya menyala, Temuo berhenti bermain gim, ia membuka website official gim online untuk membaca pengumuman event terbaru dari website tersebut. Sesuai perkiraannya ada event waktu terbatas Top-Up diamond, berhadiah kado berisi senjata atau item bertipe langka.
Cepat-cepat Temuo beranjak berdiri, mempersiapkan uang untuk Top-Up di minimarket. Dengan menaiki sepeda ia bergegas menuju minimarket yang terdekat. Butuh waktu lebih 10 menit dari tempat tinggalnya, melewati turunan curam yang menikung.
Saat dirinya akan berbelok dengan cepat, ia berpapasan dengan pengendara motor dan nyaris terjadi tabrakan, beruntung mereka dapat mengendalikan kendaraannya. Namun, sialnya dari arah depan melesat seekor burung emprit, menabrak wajah Temuo, menyebabkan hilang kendali dan menabrak pembatas jalan sehingga membuatnya terjun ke tanah dengan kepala terlebih dulu.
Temuo membuka mata, tertegun sebentar karena dia sekarang berada di sebuah tempat asing yang belum pernah dijumpainya. Tempat seperti aula besar di tengahnya terdapat singgasana yang terbuat dari emas. Atas bangunan terlihat kubah dihiasi lukisan bertema Yunani penuh estetika. Cahaya matahari menembus celah dinding dan pilar-pilar yang terbuat dari batu granit putih, memberikan kesan kemegahan fantasi abad pertengahan.
Seketika ia berteriak kecil, lalu berusaha menenangkan diri, kepalanya dipenuhi berbagai pertanyaan yang melintas mencari-cari jawaban atas keraguannya. Temuo menaruh jari telunjuk ke kepalanya dan bergumam, “Seingatku tadi aku ditabrak burung, menabrak pembatas dan terjun… Apa aku sudah mati dan masuk isekai?”
“Iya itu benar,” sahut seorang wanita berpakaian serba putih berjalan menuju singgasana dan duduk dengan kaki menyilang. “Wahai petualang dari dunia lain, perkenalkan diriku adalah Dewi dari dunia ini, kau bisa memanggilku Dewi.”
Temuo terdiam, terpesona melihat kecantikan dari sosok yang menyebut dirinya Dewi, memiliki rambut putih berkilau, paras wajah cantik ditambah kulit putih berseri menjadikan sosok yang dapat dikatakan keindahan sempurna.
Temuo menelan ludah, mencoba membalas perkataan dari Dewi, lidahnya sedikit terasa kaku dan yang keluar dari mulutnya hanya beberapa kata, “Salam, Dewi… Aku Temuo.”
Dari sebelah kanan Dewi muncul lubang cahaya putih, ia memasukkan tangannya seperti mengambil sesuatu dari dalam lubang itu. Beberapa saat kemudian tangan rampingnya keluar dan lubang putih menghilang, sambil memegang sebuah buku tebal bersampul dari kulit hewan, Dewi melihat Temuo dengan tatapan hangat dan senyum kecil.
Temuo merasa salah tingkah dan bertanya, “Apa ada yang salah?”
“Tidak ada,” ucap Dewi sembari menggelengkan kepala. “Baiklah, langsung saja aku akan menjelaskan semuanya padamu.”
Temuo mulai mendengar penjelasan dari Dewi, mulai dari kenapa dirinya bisa dipanggil ke dunia ini dan apa yang harus dilakukan kedepannya. Setelah selesai mendengar penjelasan dari Dewi, Temuo memperjelas sekali lagi agar tidak ragu.
“Jadi diriku benar-benar sudah… mati? Dan berpindah ke dunia ini untuk menyatukan semua ras?”
Dewi mengangguk mengiyakan dan melihat Temuo sedikit terkejut akan fakta yang didapatkan. Dewi segera menenangkan, “Tapi tenang saja, karena aku akan memberikan anugerah kepadamu, kau akan mendapat kekuatan, mendapat senjata, merubah penampilan, dan semua petunjuk ada di dalam buku ini.”
Perasaan menggebu-gebu tak dapat lagi dibendung oleh Temuo, ekspresi wajahnya terlihat antusias untuk segera melakukan petualangan. Dewi kemudian bangkit dari singgasana, jari jemarinya melakukan sebuah gerakan untuk merapalkan sihir dan dari tanah bawah Temuo muncul cahaya berwarna hijau. Cahaya hijau menghasilkan layar visual transparan mengambang di udara, berisi informasi kekuatan, senjata, penampilan yang dapat dipilih dan dikombinasikan sesuai keinginan.
Saking banyaknya anugerah atau pilihan yang bervariasi, Temuo belum melihat sampai akhir sudah membuatnya bingung dan capek. Ia menghela napas panjang. Kemudian perhatiannya tertuju pada tulisan di pojok bawah layar, yang bertuliskan ‘RANDOM get 200 diamonds’. Tanpa pikir panjang Temuo memilih pilihan yang dirasa menguntungkan.
“Petualang apa kau yakin?” tanya sang Dewi.
Temuo mengangguk sambil tersenyum penuh semangat. Kemudian dirinya melayang, tanah di bawahnya menjadi lubang yang di dalamnya terlihat sebuah dunia baru. Ia tertarik ke dalam lubang dan jatuh dari langit menuju hamparan padang rumput yang sekitarnya dikelilingi pohon yang rindang.
Pandangannya mengelilingi area sekitar, ia baru pertama kali ini merasakan hidup kembali setelah kejadian perundungan itu. Rasa takjub terpancar dari matanya, dunia yang ia lihat cuma dari gim sekarang dapat dialami secara langsung.
Temuo melangkah menuju sungai terdekat, dia melihat pantulan bayangan di air. Tubuhnya berubah menjadi lebih muda dengan pakaian ala koboi lengkap dengan atribut dan topi, tetapi kulitnya putih pucat seperti mayat. Ia baru sadar bahwa dirinya telah berubah menjadi koboi hantu.
Dengan mengingat kembali yang dilakukan Dewi saat mengambil buku, Temuo mencoba melakukan hal yang sama dan benar terjadi, sebuah lubang cahaya putih keluar dari kanannya, mengambil sebuah buku dan sekantong berlian yang berjumlah 200 butir.
Dia membuka buku dan membaca informasi biodata dirinya, nama, jenis ras, senjata dan lainnya. Selanjutnya membaca semua isi buku dan mulai sedikit memahami sistematika dan cara kerja di dunia ini yang bernama Choisa Realm.
Pikiran Temuo buyar saat mendengar suara dari arah belakang, ternyata suara yang mengganggunya berasal dari seorang perempuan. Perempuan muda berparas cantik, berambut merah, tubuhnya ramping tapi berotot, dibalut kulit putih yang mulus. Memakai baju zirah ringan berwarna putih dan rok pendek, pakaian besi ala kesatria pada gim fantasi, tetapi tanpa pedang ataupun perisai.
Wajah kesatria wanita itu berubah khawatir, ia berlari menghampiri Temuo sambil berteriak, “Awas di belakangmu!”
Temuo menoleh, terlihat dari dalam air muncul monster buaya biru berukuran besar, ia mundur dan terjatuh.
Kesatria wanita lalu melompat dan memukul ke atas bagian rahang bawah buaya, membuat monster buaya terpental mundur masuk ke dalam sungai.
Kesatria wanita berjalan menuju Temuo yang masih duduk di tanah, ia berkacak pinggang sambil memiringkan sedikit kepalanya ke samping, “Apa kau tidak apa-apa?”
Temuo bergeming melihat yang terjadi di depannya, sebuah pemandangan mengerikan sekaligus menakjubkan dari seorang wanita berambut merah yang melawan buaya besar dengan tangan kosong.
“Perkenalkan, namaku Silvanna Aroncollis, kesatria perak yang siap melindungi!” ucap Silvanna sambil membusungkan dada.
Temuo membatin, “Kesatria perak ya, dilihat dari penampilan pasti semua orang akan tahu. Aku penasaran apa pakaian dalamnya juga berwarna sama.”
Dari arah belakang, angin berembus kencang, menyebabkan rok Silvanna tersibak. Ia menjerit kecil dan dengan cepat menutup roknya, mata tajamnya menuju ke arah Temuo yang terdiam dengan mulut sedikit menganga. Silvanna mengangkat tangannya dan mendaratkan tamparan keras ke pipi Temuo.
Duduk berhadapan dengan Silvanna, Temuo menahan perih bekas tamparan di pipi sebelah kiri. Pria dengan raut wajah kesakitan itu memandang wanita berzirah perak yang menunduk menangis dan meminta maaf.
Temuo terdiam, melamun membayangkan bagaimana jika ia mendapatkan pukulan dari seorang perempuan muda yang baru saja mengalahkan buaya besar, sebuah tamparan saja seperti merasakan pukulan senjata tumpul.
“Aku minta maaf, aku tidak bermaksud melukaimu, tanganku bergerak secara reflek,” ucap Silvanna yang menangis sesenggukan.
“Sudah tidak apa-apa.” Temuo berusaha menenangkan Silvanna.
Dalam hati Temuo berkata, “Padahal seorang kesatria tapi kok cengeng.”
Setelah merasa sedikit tenang, Silvanna mulai bertanya kepada Temuo. “Kau sepertinya bukan dari sini, dari mana asal dan siapa dirimu?”
Temuo tidak langsung menjawab, ada beberapa jeda sebelum mulutnya terbuka. “Aku memang bukan dari sini, rumahku jauh. Oh ya, kau bisa memanggilku Temuo.”
“Oh, hai Temuo,” sapa Silvanna sambil meletakkan telapak tangan di dada bagian kiri. “Kalau boleh tahu, apa tujuanmu datang ke sini?”
Kemudian Temuo menjelaskan maksud kedatangannya, Silvanna menyimak dengan penuh perhatian.
“Sudah kuduga, dari penampilan seperti berasal dari daerah selatan dan tidak tampak terlihat ras manusia, ras apa kau?” Silvanna bertanya penuh antusias.
“Jadi ini maksud perkataan Dewi, mempersatukan semua ras. Sepertinya di Choisa Realm bukan hanya terdapat manusia saja, Aku penasaran apa di sini ada ras wibu.” Temuo berkata dalam hati sambil tertawa kecil.
“Ras wibu.” Temuo asal menjawab.
Silvanna memiringkan kepala, “Wi-bu? Apa itu ras terkuat?”
“Tentu, di tempatku berasal ras wibu yang terkuat, bahkan dunia ketar-ketir ketika para wibu sudah turun tangan.”
“Aku tidak begitu paham....” Silvanna berdiri membersihkan debu di bagian roknya. “Namun, sebagai permintaan maaf, izinkan aku mengantarmu ke istana tempat raja berada, mungkin beliau dapat memberikan bantuan.”
Temuo dan Silvanna menuju istana, setelah 30 menit berjalan kaki, mereka tiba di wilayah kerajaan Heavenly Lagon. Sebuah kota cukup besar yang dikelilingi tembok tinggi terbuat dari batu. Di sisi pintu gerbang ada dua prajurit yang bertugas menjaga, menyambut setiap pengunjung yang akan masuk.
Kerajaan ini terbagi beberapa bagian, dekat pintu gerbang adalah pasar atau tempat untuk berjualan berbagai benda dan makanan. Selanjutnya adalah bagian penjual senjata dan alat sihir. Lalu ada tempat akademis dan bar serikat, tempat ini dekat dengan istana. Tibalah Temuo dan Silvanna ke tempat tujuan, mereka berdua meminta izin bertemu dengan raja.
Di hadapan sang raja, Silvanna setengah berlutut sambil menundukkan kepala, Temuo mengikuti yang dilakukannya. Silvanna memperkenalkan Temuo dan menjelaskan maksud kedatangannya.
Sang raja menyuruh Temuo dan Silvanna bangkit. Ia memperkenalkan diri. “Salam petualang, aku adalah Raja Elgard Balloteli Xavir VII. Seperti yang kau lihat, aku penguasa kerajaan Heavenly Lagon.”
Temuo mengangguk, memandangi sang raja yang memiliki otot, tubuh ideal, tinggi badan yang disebut impian para lelaki. Ia menatap tangannya yang kurus dan pucat, mulai berpikir apa dirinya salah memilih karakter, lamunannya pecah ketika raja Elgard mengucapkan kata selanjutnya.
“Kau datang dengan tujuan meminta bantuan agar kerajaan membantumu mempersatukan semua ras.”
“Ya benar, Yang Mulia,” sahut Temuo.
Elgard menolak permintaan Temuo. “Maaf itu tidak bisa, kerajaan akan membantu jika itu menguntungkan juga bagi kerajaan….”
Temuo terkejut, memang hal wajar setiap perbuatan melihat itu menguntungkan atau tidak, tapi bukankah ini tugas suci? pikirnya.
“Dan apa yang akan kau lakukan setelah mempersatukan ras?” tanya Elgard.
Temuo terdiam, memikirkan perkataan Dewi yang meminta mempersatukan semua ras, tapi setelah berhasil, apa yang harus dilakukan selanjutnya.
“Apa kau akan membuat sebuah kerajaan yang berisi berbagai ras? Kau tau ada ras yang paling dibenci, dimusuhi, dan ditakuti?” Raja Elgard memberondong pertanyaan lagi.
“Tidak, yang kumaksud-”
“Mustahil mempersatukan seluruh ras tanpa ada korban nyawa,” tukas Elgard dengan wajah memerah.
Silvanna lalu melerai perdebatan sebelum pengawal raja menghampiri mereka berdua. “Kami mohon maaf atas ketidaknyamanan ini Yang Mulia, kami akan segera pergi.”
Silvanna menarik tangan Temuo agar segera keluar dari istana. Dari kejauhan, Elgard melihat mereka berdua pergi, ia mengangkat jarinya memanggil salah satu pengawalnya.
Elgard berbisik, “Perintahkan mata-mata mengawasi, jika perlu habisi ras busuk itu dari kerajaan.”
...***...
“Wah tadi sangat mendebarkan sekali, aku belum pernah melihat raja semarah itu,” ujar Silvanna.
Temuo tidak membalas perkataan Silvanna. Terlihat murung dengan apa yang telah terjadi barusan. Berada di depan bar serikat, Temuo menghentikan langkahnya, Silvanna menoleh ke arahnya.
Untuk mencairkan suasana Silvanna bertanya, “Apa kau tertarik dengan bar serikat pekerja?”
“Bar serikat pekerja?”
Dari dulu Temuo penasaran dengan bar serikat pekerja, pikirnya menjadi petualang, menaklukan dungeon, melawan monster dan mendapat hadiah adalah hal yang menyenangkan.
“Ya, kau bisa mengambil tugas dari serikat, melawan monster atau mengawal perjalanan saudagar dan mendapat hadiah.” Silvanna menjelaskan sambil menggerakkan jari telunjuk seperti seorang guru yang mengajar muridnya.
“Bagaimana cara menjadi anggota serikat pekerja?”
“Syaratnya mudah, mengisi formulir dan membayar biaya administrasi. Namun, aku sudah lama tidak aktif menjadi anggota,” imbuh Silvanna sambil menghela napas.
“Kenapa begitu?”
“Karena sebelum melakukan tugas, petualang harus memiliki senjata dan aku telah menjual pedangku untuk makan sehari-hari.” Silvanna meringis malu.
Temuo terdiam, ia paham yang dialami Silvanna. Karena dulu pernah merasakan masa sulit ketika tidak ada uang, harus bertahan hidup terpaksa menjual beberapa benda untuk sebungkus nasi. Sekarang ia tau kenapa Silvanna seorang kesatria yang tidak membawa senjata. Ya lebih baik begitu daripada harus menjual diri.
“Ngomong-ngomong soal senjata, senjataku di mana ya? Apa hantu tidak perlu memakai senjata?” batin Temuo.
Temuo ingin membalas kebaikan Silvanna yang telah menyelamatkannya dari buaya. Ia menawarkan bayaran jika Silvanna mau memandunya di dunia baru ini. Hal yang paling penting sekarang baginya adalah informasi, masih banyak hal yang belum diketahuinya.
“Bagaimana kalau aku membayarmu untuk mengajariku segala hal dan memberitahu informasi tentang dunia ini?” tawar Temuo.
Silvanna sedikit ragu, “Tapi… Apa kau punya uang? Maaf bukan menyinggung, dari penampilanmu seperti tidak punya apa-apa, bahkan senjata aku tidak melihatnya.”
Mendengar kata-kata yang dilontarkan Silvanna, membuat perasaan Temuo sedikit tertusuk. Temuo berusaha tersenyum dan berkata sambil mengeluarkan sebutir berlian, “Apa ini cukup? Aku harap dapat menyewa jasamu untuk waktu lama.”
Silvanna tercekat, “Apa kau sungguh-sungguh akan memberiku? 1 berlian itu setara 50 keping emas.”
Temuo mengangguk, berpikir seperti dugaannya sistem pembayaran di sini berbeda dari dunianya dulu. Tak masalah memberinya 1 berlian, untuk jasa yang ia dapatkan sepertinya sebanding, bisa menolong orang lain agar tidak tersesat jalan, sampai-sampai harus membunuh atau menjual tubuh hanya untuk sesuap nasi.
“Akan kulakukan yang terbaik untukmu, Tuan.”
“Tu-an?” Temuo mengerutkan dahi.
“Aku akan memberitahu segala informasi yang kau butuhkan, menjagamu dari bahaya, kalau perlu silakan pakai tubuhku sesuka hati.”
“Anu… Tidak perlu sampai segitu, aku hanya butuh informasi saja dan apa maksudmu ‘pakai’?”
“Kalau memaksa silakan tuan memandangi sepuasnya satu-satunya benda berharga yang kumiliki,” ujar Silvanna menahan malu sambil mengangkat sedikit roknya.
“Woi! sudah kubilang tidak perlu, lagian aku sudah pernah melihatnya. Sekarang antar aku ke tempat penjual senjata dan berhenti memanggilku tuan.”
“Baik Tuan. Ikuti aku!” Silvanna lalu memimpin jalan menuju toko senjata.
Temuo menghela napas dan menyusul perempuan yang penuh semangat.
Raja Elgard berdiam diri di lantai atas istana. Angin berembus sejuk ke arahnya, membuat pakaian sang raja berkibar seperti bendera. Dirinya memandangi langit biru dengan tenang, pandangannya beralih menuju bangunan-bangunan di hadapannya.
Elgard menoleh sedikit ke belakang dan kembali menghadap lurus ke depan, ia menyadari kedatangan sosok siluet pria di belakangnya. Pria misterius itu menjaga jarak dari raja.
“Akhirnya kamu datang….” Elgard membuka pembicaraan, memecah kebisuan. “Kau percaya legenda ‘Cap Dewa’?”
“Aku pernah mendengar,” balas pria misterius dengan suaranya yang berat, “Tapi belum pernah bertemu sama sekali.”
Elgard memulai menceritakan legenda Cap Dewa. Di mana salah satu Dewa agung membuat simbol dari darah dewa, mengalirkan berbagai kekuatan ke dalamnya. Dinamakan Cap Dewa karena setiap simbol membentuk pola. Terdapat 9 Cap Dewa yang tercipta. Orang yang menggunakannya disebut pengguna Cap Dewa.
Dalam legenda, mengisahkan 9 pengguna Cap Dewa memiliki kekuatan mahadahsyat yang mampu mengalahkan raja Iblis, bahkan dapat mengguncang dunia. Namun, salah satu pengguna ada yang berkhianat, merebut Cap Dewa dari pengguna lain untuk dirinya sendiri.
Pria misterius memotong cerita Elgard. “Kisah 400 tahun lalu yang telah menjadi dongeng pengantar tidur.”
“Ya wajar jika orang-orang sekarang menganggap legenda itu hanya dongeng. Karena sudah tak ada satupun orang yang pernah melihat pengguna Cap Dewa.”
“Aku keluar dari penjara bukan untuk mendengar kisah berabad-abad lalu.” Pria misterius mendengus kesal.
Elgard menatap sinis pria misterius sehingga membuat suasana mencekam. Elgard kemudian melanjutkan ceritanya.
“Hal yang menarik adalah pengkhianat Cap Dewa memiliki tujuan yang naif, ia ingin membuat dunia di mana seluruh ras dapat hidup berdampingan,” ujar Elgard berjalan melewati pria misterius. “Entah kebetulan atau tidak, baru-baru ini aku bertemu dengan seseorang yang ingin mempersatukan semua ras.”
Pria misterius mengernyitkan dahinya. “Apa kau menganggap ia pengkhianat dalam legenda itu? Mustahil! Sudah ratusan tahun lalu, tak ada manusia bisa hidup selama itu. Kecuali ia bukan ras-”
“BUKAN RAS MANUSIA!” Elgard memotong perkataan. “Menurut mata-mata yang kukirim, orang yang baru kutemui adalah ras hantu yang langka. Informasi lain ia juga mengaku dirinya ras wibu.”
“Ras wibu?”
“Dari informasi, ras wibu adalah ras terkuat, bahkan dunia ketar-ketir ketika mereka sudah turun tangan.”
“Apa maksudnya itu?” tanya pria misterius seolah belum bisa mempercayai hal itu.
Elgard duduk di kursi yang terbuat dari emas. “Entahlah, tapi aku sudah mengirimkan rumor tentangnya untuk menguji dan kita pantau saja seberapa kuat dirinya.”
...***...
Temuo dan Silvanna telah sampai di toko senjata, suara lonceng berbunyi saat membuka pintu masuk. Temuo tak dapat menutupi rasa kagumnya yang terlihat jelas di wajah.
Di dalam disuguhkan berbagai banyak senjata, mulai senjata panjang, pendek, tajam, tumpul, sihir, untuk jarak menengah dan jauh, bahkan pedang besar terpanjang di dinding.
Dari dalam salah satu ruangan, keluar pria berbadan kurus berambut coklat keriting, berusia kurang lebih 40 tahun, ia menyambut kedatangan Temuo dan Silvanna yang sibuk mencoba satu persatu senjata dan perisai. “Apa ada yang bisa kubantu, Tuan?”
Temuo menghampiri meja kasir tempat pria kurus berdiri. “Aku mencari senjata api, pistol atau senapan laras panjang dan sejenisnya. Apa di sini ada?”
“Huh, senjata api? Maaf Tuan, itu senjata yang sangat istimewa, termasuk salah satu senjata kelas ‘Divine’, tidak ada manusia yang mampu membuatnya. Tingkatan kelas senjata paling tinggi ke bawah ialah Divine, Legendary, Rare, Elite, Medium, dan senjata biasa.” Pemilik toko menggelengkan kepalanya. “Senjata Divine hanya ada ketika Dewa memberikannya atau Dwarf penempa senjata yang mampu membuat senjata tiruan Divine yang berkelas Legendary tingkat 1 hampir setara senjata Divine.”
“Divine? Dwarf?”
Pemilik toko menjelaskan bahwa dulu ada ras dwarf (orang kerdil) yang hampir mampu membuat senjata setara senjata Divine. Para dwarf membuat senjata di gunung dekat desa Paliyan. Namun, sekarang ras dwarf jarang terlihat.
Pemilik toko lalu menambil busur panah dan menaruhnya ke atas meja. “Kalau boleh aku merekomendasikan, jika tuan seorang penembak, kenapa tidak mencoba Golgix Bow, senjata busur panah berkelas ‘Medium’ tingkat 3 yang terbuat dari kayu pohon Golgix yang ada di daerah Timur.”
Temuo tidak begitu tertarik, ia membatin, “Seorang koboi memakai panah, bukankah itu aneh? Tidak akan cocok.”
Pemilik toko bergegas mengambil senjata sihir berkelas Medium tingkat 2 berupa cakram baja berwarna coklat. “Ini senjata sihir tapi mampu menembakan bola besi, bak seperti peluru senjata api.”
Masih tidak tertarik, Temuo berpikir mana ada seorang koboi yang menggunakan sihir, penembak dan penyihir adalah dua hal berbeda.
Pemilik toko terlihat sedikit kesal karena Temuo tak mengeluarkan satupun kata. “Tuan punya uang berapa? Biar kucarikan senjata sesuai dana yang ada.”
Temuo meletakkan sebutir berlian ke atas meja. Pemilik toko lalu melotot kaget melihat berlian kecil di depannya, ia memegang dan memeriksa keasliannya. Tampak senang wajahnya, tanpa membuang waktu langsung menuju ke belakang mengambil sesuatu yang terbungkus oleh kain, pria tua itu lalu menaruh di atas meja dan membuka kain.
“Ini satu-satunya senjata berkelas tinggi yang ada di tokoku, ‘Titania Bowgun’ termasuk kelas Elite tingkat 1.”
Temuo menyentuh senjata itu perlahan, ia merasakan kecocokan. Dalam benaknya berkata, “Koboi dengan bowgun? Seperti di film Van Helsing, seorang pemburu para vampir dan monster. Ngomong-ngomong soal vampir, apa di dunia ini ada ras vampir”?
Lamunan Temuo pecah saat pemilik toko bertanya, “Bagaimana Tuan? Dengan satu berlian sudah dapat memiliki senjata sebagus ini.”
“Akan aku beli dengan satu berlian, asal dengan bonus dua kotak penuh berisi anak panah dan satu kotak penuh bom.”
“Aku hanya bisa memberikan bonus satu kotak anak panah dan lima bom.”
“Kalau begitu satu setengah kotak anak panah dan sepuluh bom.” Temuo masih melakukan perlawanan menawar bak ibu-ibu membeli ikan di pasar.
Pemilik toko hanya bisa menghela napas. “Baiklah kita sepakat.”
Temuo merasa senang karena seperti memenangkan pertarungan, meskipun itu hanya sebuah transaksi. Ia lalu memanggil Silvanna untuk membantunya mengangkat barangnya.
“Silvanna tolong bantu aku membawa i-ni.”
Temuo menghela napas saat melihat ulah Silvanna yang tubuhnya sudah dipenuhi oleh zirah berat lengkap dengan senjata dan perisai.
Silvanna tertawa kecil menahan malu sambil melepaskan zirahnya. “Maaf Tuan, aku terlalu terbawa suasana.”
Pemilik toko tiba-tiba mengingat pemandangan yang dulu pernah ia lihat, seorang pria dan rekannya yang datang ke toko 20 tahun lalu. Seorang petualang yang penuh semangat untuk menjelajahi dunia luar.
“Maaf Tuan, kalau aku lancang. Apa kau bukan ras manusia? Karena penampilanmu berbeda. Mau pergi ke mana dan apa tujuan kalian?” Pemilik toko memberondong pertanyaan kepada Temuo.
Silvanna menerobos jawaban. “Tuan adalah ras hantu dan wibu!”
Temuo menatap Silvanna yang tertawa dan menjawab, “Aku ras hantu dan mendapat tugas untuk mempersatukan seluruh ras. Jadi aku butuh persiapan yang matang sebelum melakukan perjalanan.”
Pemilik toko sangat terkejut dengan apa yang didengar. “Tuan, sebaiknya kalian berdua segera pergi dari sini!”
“Ya ini kami akan segera pergi dari toko ini.”
“Bukan, maksudku pergi dari kerajaan ini.”
Temuo sedikit bingung menatap pemilik toko. "Kenapa?"
“Karena sang Raja tidak suka dengan ras selain manusia, apalagi Tuan adalah ras hantu yang ingin mempersatukan seluruh ras.”
Temuo dan Silvanna terdiam, mereka berdua saling bertukar pandang.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!