NovelToon NovelToon

Hotel Love Story

Pramita

4 star hotel. Surabaya.

06.30 WIB.

Suasana pagi ini masih sepi. Hanya ada seorang perempuan cantik berseragam yang tampak lelah.

"Shift pagi?" tanya seorang laki- laki ke arah perempuan yang sedang duduk sendirian menghadapi sepiring nasi goreng dan segelas air putih di sudut kantin khusus karyawan.

"Nggak" jawab perempuan itu sambil mendongakkan kepala kearah sumber suara yang menghampirinya.

"Pantas. Nek pagi kok muka kucel banget." Seloroh laki - laki itu sambil menarik kursi di depan perempuan itu.

"9-9. Dari tadi malam rame banget. Lapar. Nunggu sampai pulang nanti kayaknya nggak sanggup. So, ijin sarapan dulu. Kamu?"

" Ini mau masuk. Tapi sarapan dulu." jawabnya." Ramai? Kok sampai over time?" sambungnya lagi.

"Iya. Kebetulan dua senior juga lagi cuti. Lumayan tadi si anak training sudah datang, jadi bisa cabut sebentar." jawabnya sambil mengunyah nasi goreng kampung di hadapannya.

"Yang dari sekolah pariwisata itu? Yang rambut panjang atau pendek?"

"Kenapa tanya- tanya? Naksir ma mereka? Masih kecil , Bro!" selidiknya pada laki - laki di depannya.

"Kalau mau naksir mending sama seniornya. Lebih jelas."

"Maksudmu? Hati-hati lho, Susan dah mau nikah!" jawab perempuan itu dengan nada tegas.

"Siapa bilang naksir Susan. Jelas - jelas dia sudah sebar undangan. Yang di depanku ini lebih jelas." Jawab laki- laki itu sambil mengerlingkan mata menggoda.

"Ugh!" si perempuan mendelik tanda tak suka.

" Hari ini bakal ramai juga ya?" tanya laki-laki itu lagi masih dengan kuyahan penuh di mulut.

"Makan dulu...keselek tau!

"He he...kalau marah tambah cantik" godanya lagi.

"Apaan sih?Mimpi apa semalam?Baik - baik saja kan, Cak?" sambil tangannya ditempelkan ke dahi laki - laki itu.

"Kenapa sih ,Mit? Sewot banget. Biasanya juga gak papa digodain. Lagi PMS? tanya laki-laki itu dengat bersungut karena godaaannya ditanggapi tanpa senyuman.

"Lagi capek. Seminggu ini bakalan over time terus kayaknya.Aku kangen rumah." Ucapnya dengan nada sedih.

"Ambil cuti, pulang, mungkin ada yang kangen disana."

"Siapa?" tanyanya sambil mengernyitkan dahi.

"Ibumu lah pastinya" Jawab laki- laki itu. "Emang siapa? Sudah punya pacar sekarang disana?" tanyanya lagi masih dengan nada menggoda.

"Sekali lagi ngomong kayak gitu, awas koen! ancam si perempuan dengan tatapan tajam dan kepalan tangan.

"Ha ha"

Merasa ditertawakan si perempuan tampak jengkel dengan laki-laki yang tampaknya begitu dekat dengannya. Meskipun demikian, tampaknya kebenciannya itu hanyalah semu, karena mereka akan kembali berbaikan.

"Udah ah, aku duluan. Lama- lama disini ngobrol ma kamu kayak gini bisa kehilangan selera pada makanan aku, Den!"

Ditinggalkannya laki-laki yang sedang mengacau nasi goreng dihadapannya. Kantin mulai ramai didatangi pengunjung.

"Eh, kalau pergi jangan nyerobot minum orang dong!" teriak laki-laki itu ketika sadar orange juice dihadapannya menghilang.

"Biarin! Bayaran orang usil!" jawabnya sambil teriak pula.

Bahkan mereka tak peduli dengan orang orang disekitar. Para penonton pun sepertinya telah terbiasa dengan tingkah laku mereka berdua. Hanya senyuman dan gelengan kepala saat menyaksikannya.

" Mit, jangan lupa salam buat anak training ya..!"teriaknya.

"Ya...kalau nggak lupa!" Balas si perempuan sambil berlalu.

* Pramita Ayu Nugraheni. 25 tahun. Hotel front office assistant.

* Deni Wardana. 28 tahun.House Keeping Spv.

Sahabat dalam pekerjaan.

GM baru

Pagi ini ada briefing di FO department yang dipimpin langsung oleh Rasyid Rahman, Front Office Manager. Di tim FO para anak buah biasa memanggilnya bos Rasyid.

"Selain Irsyad dan Lukas, yang lain ke dalam. Kita briefing sebentar." perintah bos Rasyid.

Irsyad adalah assistant manager di Front Office department. Semantara Lukas adalah seorang Bell man yang bertugas pagi ini. Irsyad diminta menghandle front desk sementara yang lain briefing.

Semua telah berdiri rapi menunggu penjelasan manager mereka, bos Rasyid.

"Pagi semua,"

"Pagi, bos." jawab mereka serempak.

" Ok. Langsung saja. Hari ini akan ada agenda penting. Owner hotel kita akan datang memperkenalkan General Manager kita yang baru menggantikan pak Yoga. Sesuai rencana, tidak akan ada acara perkenalan khusus ke karyawan. Kabarnya GM baru ini ingin melakukan perkenalan sendiri secara langsung ke karyawan. Hari ini hanya perkenalan di tingkat managerial. Selebihnya nanti akan saya share ke kalian. Saya harap semuanya harus bisa menjaga sikap terutama saat owner kita datang. Paham?"

"Siap paham, Bos!" jawab para anggota serempak.

"Jika tidak ada pertanyaan, silahkan lanjutkan pekerjaan. Terimakasih."

"Siap, Bos!"

***

Front desk.

"Kira - kira GM baru kita masih muda apa sudah tua ya, Mit?" tanya gadis berlesung pipit bernama Susan.

"Hmm ...?"

"Ih, kenapa juga mendelik kayak gitu?" balas Susan ketus.

"Kamu itu mau nikah 5 hari lagi, Non. Masih juga mikir tentang tua dan muda. Ibu ibu kali yang datang." jawab Mita sekenanya.

"Dasar negative thinking kamu, Mit." jawab Susan tak kalah ketus.

"Eh, Mit! Tuh bos Rasyid sudah siap siap. Kayaknya yang ditunggu sudah datang nih."

"Iya sudah lihat. Siap siap senyum yang paling manis!" perintah Mita pada Susan.

"Selamat pagi..."sapa mereka pada rombongan orang penting yang baru saja lewat.

Tampak sepasang suami istri yang sudah sangat mereka kenal. Pasangan yang tampak hangat dan berwibawa. Hendrawan Atmaja dan Lestari Atmaja. Mereka adalah pemilik hotel tempat Mita bekerja. Dibelakang mereka ada dua orang laki- laki berbeda usia. Yang satu masih muda dan satunya sudah separuh baya. Mereka didampingi Rasyid Rahman, front office manager.

"Mit, kayaknya yang muda itu deh GM baru kita.Ya... harusnya gitu. Kan satunya pak Yoga. Kalau iya, wuih cakep banget, Mit. Bisa kerasan nih kita kerja," ucap Susan dengan ekspresi konyolnya

"Masih waraskan?" tanya Mita sembari memegang dahi temannya. "Sadar neng sadar! Sudah seharusnya kamu mulai kontrol diri. Sejak lewat 5 hari kedepan, kamu itu harus bisa jaga hati dan pandangan, San. "

"Apaan sih? Cuma gitu thok aja, Mit. Cerewet banget sih kamu," gerutu Susan." Mataku masih normal, Mit. Wajar dong kalau memuji makhluk indah yang terlihat mata. Itu namanya bersyukur." jelas Susan sebagai pembelaan atas ucapannya.

"Ugh! Bersyukur apa kufur? Jaga tuh mata!

Dibilangin malah gitu. Tak bilangin ke Rio, ****** kamu!" ancam Mita dengan pandangan menakutkan.

"Iya iya tau. Jangan bilangin yang enggak enggak ke calon imamku ya?"pinta Susan memelas.

"Nggak janji." jawab Mita pendek.

"Please deh,Mit..Burger depan deh" rayu Susan lagi sambil menangkupkan kedua tangannya.

"Tergantung," ujar Mita dengan nada menggoda.

"Mita..."

"Hush! Ada tamu tuh." ujar Mita mengakhiri pertikaian mereka.

Dan perdebatan itu berakhir dengan keharusan pelayanan prima pada konsumen.

Unlucky day

Sudah hampir sepekan ini obrolan di hotel diramaikan dengan topik paling hangat yaitu GM baru. Mulai dari wajahnya yang tampan rupawan, sopan dan ramah pada karyawan, dan banyak lagi nilai positif yang disuarakan. Dan yang tidak ketinggalan jadi pembahasan penting adalah perihal status sang GM yang masih single alias bujangan.

Rahadian Daffa Atmaja. Pria muda berusia 29 tahun dengan latar belakang pendidikan yang sangat meyakinkan untuk jabatan seorang General Manager. Anak sulung dari pemilik hotel Daffa. Ya, pada akhirnya orang orang mengerti dengan asal nama hotel ini.

Hotel tempat Pramita bekerja memang belum lama berdiri. Baru tahun keempat berjalan. Namun perkembangannya cukup pesat sebagai hotel baru. Tentu saja ini tak terlepas dari jaringan yang dimiliki pemiliknya. Karena ini hotel keempat yang mereka miliki.

General manager sebelumnya adalah Prayoga Wibowo, adik sepupu dari pemilik hotel Daffa.

***

Front desk

"Waktu pak Daffa kemarin kunjungan kesini, kamu masuk night shift ya Mit?" tanya kak Imel seniorku.

"Iyakah? Wah rugi dong,Kak. Dari kemarin kemarin setiap makan di kantin yang dibahas dia melulu. Apalagi mbak mbak accounting itu semangat banget mujinya. Ngeri aku dengernya ,Kak." cerocos Mita menanggapi pertanyaan Imelda.

"Rully?"tanya kak Imel dengan senyum.

"Siapa lagi? Orang yang selalu histeris ngeliat barang bening," jawab Mita.

"Kabarnya sekarang ada FBD lho, Mit. Nggak ikutan?"

"Apaan FBD?"

"Fans Berat Daffa " jawab kak Imel dengan terkekeh."Eh,sudah waktunya makan siang nih. Kamu duluan istirahat. Aku masih nunggu pak Roby untuk bahas kegiatan minggu depan."

"Oke deh, Kak. Duluan ya"

"Iya. Nggak usah panas kalau disana masih ramai FBD nya"

"Siap, Kak."

***

Kantin karyawan

Kantin ramai sekali. Setelah mengambil makanan, Mita membawa nampannya untuk mencari tempat duduk yang kosong. Tapi semua penuh.

"Mita!"

Sontak dia menoleh kearah sumber suara. Ada bos Rasyid yang memanggilnya.

"Sini! Saya sudah selesai" ujar bos Rasyid seraya melambaikan tangan dan berdiri dari kursinya.

Terburu Mita melangkah kesana tanpa memperhatikan pandangan yang lain.

"Duduk! Saya sudah selesai. Kasihan aku pada anak gadis yang sedang kelaparan.," kelakar bos Rasyid padanya.

"Saya duluan, Pak. Ada janji dengan pihak Angkasa Pura hari ini."ijin bos Rasyid pada seseorang di depannya.

"Silahkan , pak,"

Mita belum tersadar sampai dia benar benar berdiri di bangku yang ditinggalkan bos Rasyid.

Astaga pak Daffa!

"Silahkan duduk," ujar Daffa membuyarkan kekagetan Mita.

"Oh iya , Pak." sahut Mita gugup.

Baru saja Mita meletakkan bokongnya di kursi. Tiba - tiba saja, Christ, staff marketing yang disampingnya bersuara.

"Astaga! Handphone bos Rasyid ketinggalan. Wah bisa bingung dia mencari. Maaf ,pak. Saya permisi. Saya mau antarkan handphone bos Rasyid. Kasihan nanti." ucap Christ seraya berdiri meninggalkan meja itu. Kini hanya tinggal berdua Daffa dan Mita.

Mita tampak kikuk dengan makanannya.

"Berselera sekali ya makannya?" tanya Daffa dengan tersenyum sambil melihat ke arah piring Mita.

"Oh iya, Pak. Lapar." jawab Mita dengan sedikit malu. Jelasnya saja tadi Mita mengambil porsi yang lumayan jika tidak ingin dikatakan porsi jumbo untuk ukuran porsi perempuan.

Daffa sudah selesai makan tetapi dia malah asyik mengamati gadis di depannya.

"Bapak tidak sibuk?" tanya Mita sekenanya. Sejujurnya ia ingin lelaki itu segera pergi. Duduk semeja dengan pria tampan memang menyenangkan tapi dengan situasi seperti ini pastilah tidak diharapkan.

"Kenapa?Ok, saya tahu. Silahkan dilanjutkan makan. Kalau saya terus disini akan mengganggu selera makanmnu ya? Saya duluan, Pramita" ujar Daffa meninggalkan Mita dengan sejuta makna dalam senyumnya.

"Cie cie . . . yang makan berdua dengan pak GM kece." Goda seseorang yang mengagetkan Mita yang bahkan tak sempat memberi jawaban pada Daffa karena gugupnya.

"Sialan kamu, Den" umpat Mita setelah tahu makhluk yang menggodanya.

"Gimana?Menyenangkan bukan?" goda Deni lagi sambil terus mengunyah makanannya.

"Menyenangkan gundulmu!" jawab Mita sambil melotot kearah Deni." Kenapa nggak dari tadi kesini?" ujarnya lagi dengan kesal.

"Mana berani aku datang ke meja pak GM yang lagi makan berdua dengan bidadari.He he . . ."jawab Deni masih dengan nada menggoda.

"Ketiban bulan kamu, Mit. Banyak lho yang berharap bahkan kalau boleh tunjuk jari pun mereka lakukan untuk bisa makan bareng pak Daffa." jelas Deni dengan sungguh sungguh.

"Kecuali aku," dengus Mita.

"Yakin?" tanya Deni dengan penuh senyum.

"Yakinlah. Makhluk gitu saja sampai dibuat rebutan. Tuh lihat tuh meja seberang! Melotot nggak habis habis"gerutu Mita.

"Rully?"

"Siapa lagi? Udah ah silahkan dilanjutkan makanannya, tuan Deni. Saya sudah selesai" timpal Mita sambi berdiri untuk berlalu.

"Tungguin po'o!" pinta Deni dengan logat Suroboyonya yang kental.

"Males ah.Duluan" jawab Mita sambil melangkah.

***

Pergi dari kantin, Mita menuju ke tempat istirahat para karyawan. Sambil berjalan dia terus menggerutu tentang kejadian yang barusan terjadi. Ingin mengumpat pada bos Rasyid, tapi itu bukan sepenuhnya salah.

"Kalau jalan jangan ngalamun, Ning?"

"Eh, pak Parjo. Mboten ngalamun kok(Tidak ngalamun kok)"sahutnya tersipu.

"Wajah kok cemberut gitu. Ada apa?" tanya senior security itu dengan penuh selidik.

"Mboten punapa punapa, Pak. Amit nggih Mita badhe ngadem riyen (Tidak apa apa, Pak. Permisi Mita mau mencari kesejukan dulu)" jawab Mita sambil berlari ke ujung ruangan untuk menghempaskan tubuhnya terutama hatinya untuk beristirahat.

"Bocah enom ana ana ae(Anak muda ada ada saja)." gumam pak Parjo melihat tingkah Mita.

Belum juga lima menit duduk disana, tiba-tiba Mita berdiri dan melintas lagi didepan pak Parjo

"Lho kok wis mlayu?( Lho kok sudah berlari?)" tanya pak Parjo keheranan.

"Disini panas ,Pak."sahut Mita sambil berlari.

"Oalah, ruangan berAC kok jare panas.(Oalah, ruangan ber-AC kok katanya panas)" pak Parjo geleng geleng kepala melihat tingkah anak muda itu.

Yang diamati dengan santai berlari keluar. Sebenarnya bukan karena ruangan yang panas melainkan pikirannya yang panas karena masih mengingat kejadian kantin yang tadi.

Masih 15 menit sisa waktu istirahat. Mita memutuskan untuk turun ke basement untuk menyapa karyawan karyawan yang ada.

Pramita memang karyawan yang dikenal sangat ramah dan supel dalam bergaul. Ia sering kali menghabiskan waktu istirahatnya untuk bercengkrama dengan yang lain.

"Siang, bang Ben!" sapa Mita pada security yang sedang memeriksa di area parkir mobil.

"Siang, cantik"jawab Beni laki laki keturunan batak itu.

"Mau kemana?"

"Cari angin, bang. Panas kali habis makan"jawab Mita dengan menirukan logat Beni.

"Macam apa lauknya di kantin hingga kau kepanasan macam itu?" tanya Beni.

"He he udang masak pedas sangat, bang" jawab Mita terkekeh.

Sebenarnya Mita menahan diri untuk memikirkan kejadian itu lagi.Dan akhirnya ia memilih tempat disalah satu sudut area parkir untuk menenangkan diri dengan bermain hp.

Sepuluh menit berlalu.Mita beranjak berdiri untuk kembali ke tempat kerja.

"Bang Ben duluan ya !" seru Mita pada Beni yang masih sibuk dengan tugasnya.

Lambaian tangan dari Beni tampak terlihat sebagai respon pada teriakan Mita.

Dengan sedikit tergesa Mita berjalan kearah lift terdekat. Dari kejauhan tampak lift terbuka. Ia berlari mencoba untuk menahan agar tidak tertinggal.

"Tunggu!"spontan Mita berteriak pada orang yang berada didalam lift.

Beruntung Mita, karena mereka yang didalam lift melihat, menahan, dan menunggunya. Bergegas Mita masuk, tersenyum. dan mengucapkan terimakasih.

"Terimakasih. Maaf sudah menunggu."ucapnya dengan senyum lebar.

"Oh tidak apa-apa" jawab wanita dengan dua orang anak kecil dan laki-laki yang tampaknya suaminya.

"Mau ke lantai berapa?"tanya Mita selembut mungkin sambil menutupi kegugupannya karena terburu-buru mengejar pintu lift. Terlebih lagi ia berdiri di dekat tombol lift yang belum tertekan angkanya.

"Enam ,mbak" jawab wanita itu.

"Baik." Mita dengan sigap menekan angka 6.

"Hmm..!"terdengar suara orang berdehem dari belakangnya.

"Oh maaf, bapak. Mau ke lantai berapa?"tanya Mita sambil memutar badan.

Astaga!Mita reflek menutup mulutnya dengan tangan. Pak Daffa. Ya, orang yang di belakangnya adalah Daffa. Tiba- tiba saja dia spechless dan mematung.

"Maaf, Pak." ucapnya dengan tersenyum kecut dan menunduk. Terlupa juga dia tentang pertanyaan turun dilantai berapa beberapa saat lalu.

Ting tong ting. Tanda lift akan terbuka.

"Sudah sampai lantai 6, bapak dan ibu" ucap Daffa pada tamu yang bersama dengan mereka."Ada yang bisa kami bantu?tawarnya pada mereka.

Ucapan itu membuyarkan lamunan sesaat Mita. Para penghuni lift lainnya telah keluar dari lift setelah menolak bantuan yang Daffa tawarkan. Kini tinggal Mita berdua dengan Daffa di dalam lift.

"Hmm, bukannya kantor bapak di lantai 2?" tanya Mita bodoh.

"Iya. Ini saya tekan angka 2"jawab Daffa dengan penuh senyum.

"Lha kenapa tidak dari tadi bapak turun di lantai 2?Bapak lupa?" pertanyaan bodoh itu muncul kembali.

"Saya lupa mengingatkan orang untuk menekan angkanya setelah orang itu bertanya tanpa tindakan."jawab Daffa dengan senyum yang semakin lebar.

"Maksudnya?"

"Sudah sampai lantai 2. Saya duluan. Jangan lupa front desk ada di lantai 1" sahut Daffa sambil menekan angka 1 sebelum berlalu.

Tinggalah Mita dengan ekspresi yang tidak menentu.

"Astaga, Mita!Bodoh banget sih kamu. ****!"umpat Mita untuk dirinya sendiri.

"Kenapa aku jadi konyol begini sih?"

Mita terus menggerutu karena menyadari betapa konyolnya dia.

Sambil berjalan kearah front desk, Mita masih saja meracau tidak jelas.

"Mita! 8 menit lewat" teriak bos Rasyid tiba-tiba mengagetkan Mita yang berjalan tanpa konsentrasi penuh.

(Alamak ketidakberuntungan apalagi yang terjadi hari ini. Telat kembali 8 menit setelah istirahat itu berarti overtime 1 jam tanpa kompensasi.)

"Ya Allah, apes bener nasibku hari ini!" sebut Mita sambil menepuk nepuk kepalanya.

Sudah menjadi kesepakatan bersama bahwa setiap per 10 menit keterlambatan akan ada konsekuensi over time 1 jam tanpa kompensasi dan kelipatannya.

"Tapi, bos"

"Tidak ada tapi. Kesepakatan tetaplah kesepakatan. Mutlak hukumnya."tolak bos Rasyid pada Mita yang mencoba membela diri.

"Ya, bos" ucap Mita pasrah.

Sungguh hari yang tidak menguntungkan bagi Mita. It was an unlucky day.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!