Happy reading♡
Derap langkah kaki terdengar di lobby. Seorang pria dengan perawakan tinggi tengah berjalan diikuti beberapa asisten dan tangan kanannya.
Semua karyawan yang berada di dalam kantornya menatap ke arahnya saat dirinya sedang berjalan. Beberapa juga ada yang memberinya ucapan selamat pagi, namun dia hanya menganggukan kepalanya.
Berjalan dengan tatapan datar dengan penuh wibawa. Siapa lagi kalau bukan Kavinder Natapraja.
Hampir semua wanita menyukai dirinya. Entah itu karyawan di kantornya ataupun beberapa rekan kerjanya.
Kavin dimata mereka sangat sempurna. Pria itu berhasil menjadi orang sukses dan kaya di usia mudanya. Dia adalah CEO Praja Technology. Perusahaan yang bergerak di bidang teknologi.
"Tuan, di dalam ada nyonya Praja," ucap Alinsekretaris Kavin. Kavin hanya menganggukan kepalanya kemudian masuk.
"Ma," sapa Kavin.
"Lupa punya orang tua? Lupa letak rumah mama dimana?" sungut Sarah kesal dengan kelakuan anaknya.
Kavin duduk di sebelah mamanya dan menyenderkan kepalanya di bahu sang mama. "Banyak kerjaan ma lagian Kavin pulang ke rumah Kavin."
"Terserah. Mama cuma khawatir siapa yang ngurus kamu selama beberapa minggu ini. Kamu kan belum punya istri," ucap Sarah.
"Jangan mulai ma, aku gak mau bahas itu." Kavin sudah sangat jengah dengan topik pembicaraan itu.
"Pokoknya mama gak mau tahu, cepat atau lambat, kamu harus segera menikah," ucap Sarah kemudian meninggalkan ruang kerja Kavin.
Kavin menghela nafasnya. Kemudian ia mulai bekerja seperti biasa.
***
"Brianna!" panggil Ayu teman dekat Ashel.
"Tumben banget lo manggilnya Briana, biasanya juga Ashel," ucap Ashel.
"Ya kan nama lo ada Briana nya."
Brianna Sashel Adinata, akrab disapa Ashel. Gadis remaja berusia tujuh belas tahun yang saat ini akan naik ke kelas 12 SMA. Ia memiliki seorang teman bernama Ayu Azahra. Mereka sudah berteman sejak SMP.
"Iya iya, kenapa?" Tanya Ashel.
"Lo beneran pindah?" Tanya Ayu.
"Kayaknya iya, perintah kakek itu gak boleh dibantah," ucap Ashel.
"Lo ninggalin gue dong," ucap Ayu dengan raut wajah yang sedih.
"Geli banget muka lo Yu," ucap Ashel.
"Gue serius!" ucap Ayu.
"Iya mungkin, buat beberapa waktu kita bakalan pisah. Tapi gue janji gue bakalan tetep pulang kesini kalo ada libur," ucap Ashel.
"Kenapa juga lo harus pindah sih Shel," keluh Ayu.
"Bukan kakek gue kalo gak dadakan," ucap Ashel.
"Jadi, lo nerusin sekolah lo di tempat kakek lo?" Tanya Ayu.
"Iya. Sebenarnya sih gue udah minta buat beresin sekolah disini aja. Tapi ya gimana, orang bunda maksa gue buat pindah ke tempat kakek," ucap Ashel.
"Gue pasti bakalan kangen sama lo Shel," ucap Ayu.
"Gue juga," ucap Ashel.
"Kapan lo berangkat?" Tanya Ayu.
"Kayaknya pas semua udah beres aja sih. Sekitaran satu mingguan lagi," jawab Ashel.
"Anjir ko cepet banget sih!!" Kesal Ayu. pasalnya keberangkatan Ashel tinggal beberapa hari lagi.
"Ya kan kata bunda, perjanjiannya gitu. Beres gue ujian akhir gue langsung pindah," jelas Ashel.
"Perjanjian apa?" Tanya Ayu.
"Perjanjian kakek sama ayah, kalo gue udah beres ujian akhir tanpa remedial, satu atau dua minggu setelahnya gue harus berangkat kesana," ucap Ashel.
"Lo mah mana pernah remed sih anjir. Orang nilainya bagus semua," ucap Ayu.
"Eh tapi, sore ini kita hang out yuk buat terakhiran. Karna gue yakin banyak barang yang belum lo beli buat pindahan," ucap Ayu bersemangat.
"Boleh. Gue ijin dulu ke bunda deh," ucap Ashel.
Saat ini mereka sedang berada di kantin sekolah. Sebenarnya Ashel tidak memiliki kegiatan di sekolah. Hanya saja Ayu memintanya untuk datang menemaninya untuk ujian ulang alias remedial.
Satu minggu yang lalu, sekolah tempat Ashel menimba ilmu sudah mengadakan ujian akhir sekolah. Kegiatan rutin tiap tahunnya setiap sekolahan untuk melihat mana murid yang naik kelas atau tinggal kelas.
Selama hampir dua tahun Ashel menimba ilmu disini. Banyak sekali kenangannya bersama teman teman satu sekolahannya.
Ashel mau tidak mau harus turun dari jabatannya sebagai ketua osis. Memang baru satu tahun ia menjabat sejak naik kelas sebelas.
Ashel memang kadang nakal, namun tidak dapat dipungkiri ia murid yang pintar dan juga sering mengikuti lomba lomba antar sekolah.
Awalnya Ashel tidak berminat mencalon jadi ketua osis. Namun karena permintaan dari Wakasek, ia pun turut serta. Memang ada beberapa kandidat waktu itu, namun yang memiliki suara terbanyak adalah Ashel.
"Woi Shel!" teriak seorang cowok berjalan ke arahnya.
"Paan Dim?" tanya Ashel.
"Pulang sekolah gak ada rapat apa? Bukannya bentar lagi bakal ada pemilihan osis baru?" Tanya Dimas. Dimas adalah teman Ashel. Ia menjabat sebagai wakil ketua osis. Dimas anak Ips sedangkan Ashel anak Ipa.
"Oh iya juga. Persiapannya udah sampe mana? Semua hal yang gue minta kemarin udah beres kan?" Tanya Ashel.
"Persiapannya udah mulai beres si Shel, tinggal minta calon kandidatnya buat foto terus anak bagian dokumentasi perbanyak kertasnya buat pencoblosan nanti," ucap Dimas.
"Gud. Kalo buat kampanyenya udah diberesin belum sama anak acara? Kasian nanti kandidat kandidatnya pada gak tahu," tanya Ashel.
"Keknya belum deh, nanti gue suruh mereka buat kasih tahu kandidatnya. Jadi, sore ini kita rapat kayak biasanya apa enggak?" Tanya Dimas.
"Keknya gak usah, kita dari kemarin rapat mulu. Kasian juga anak anak panitia yang mau istirahat. Mereka dari kemarin udah kerja. Lusa aja kita rapat. Sekalian bahas sisanya".
"Oke. Kalo gitu gue cabut duluan. Bye Shel, Yu," ucap Dimas.
"Bye Dimas," ucap Ayu sambil tersenyum.
"Lo kenapa?" Tanya Ashel.
"Dimas ganteng banget ya Shel," ucap Ayu.
"Hah?!"
"Dimas ganteng," ucap Ayu.
"Yakan dia cowok, otomatis ganteng yakali cantik," ucap Ashel.
"Ih bukan gitu," ucap Ayu.
"Oh, lo suka dimas ya?" Tanya Ashel.
"Heem," ucap Ayu tersenyum malu.
"Anjir, dari kapan?!" Tanya Ashel kaget.
"Udah lama sih, dari semenjak waktu itu dia kampanye loh di lapangan waktu itu, gue jadi suka sama dia," ucap Ayu.
"Setahun yang lalu?" Tanya Ashel.
"Hehe, iya."
"Terus Dimas tahu perasaan lo?" Tanya Ashel.
"Kayaknya enggak, soalnya gue gak pernah confess apa apa selama ini," ucap Ayu.
"Oh, lo suka dia diem diem gitu?" Tanya Ashel.
"Iya," ucap Ayu.
"Yaudah, gue bayar dulu. Lo duluan aja ke kelasnya, gue mau nemuin dulu anak acara. Buat bahas kampanye lusa," ucap Ashel.
"Siap. Nanti gue tunggu lo di parkiran aja. Kebetulan gue bawa mobil," ucap Ayu.
"Oke."
Ashel pun beranjak dari duduknya kemudian membayar makannya dan makanan Ayu. Setelahnya ia pun berjalan keluar kantin menuju ke arah ruang osis. Karna ia yakin jika disana ada beberapa anak acara yang berkumpul.
tbc.
Happy reading♡
Ashel berjalan sendirian menuju ke ruang osis. Sepanjang koridor tidak ada satu pun siswa yang berada di luar kelas. Kebanyakan dari mereka sedang fokus mengerjakan soal ujian remedialnya. Namun dari arah lapangan outdor, ada beberapa anak osis yang sedang mempersiapkan tempat untuk acara kampanye lusa.
"Woi, bu ketos," teriak seorang siswa.
"Kenapa?" Tanya Ashel.
"Ini kita cuma kerjain ini doang? Apa gak ada kerjaan lain?" Tanyanya.
"Ya kalo udah beres, mending pulang aja. Besok kita bakalan full day buat persiapannya. Sekalian gue kasih kalian waktu istirahat dikit," ucap Ashel.
"Baik banget sih, oke kalo gitu gue sama yang lain beresin sisanya. Abis itu kita semua bakalan balik," ucapnya.
"Oke, hati hati di jalan baliknya. Gue tahu lo semua suka pada balapan dulu." ucapan Ashel mampu membuat mereka semua terkejut.
"Ashel cenayang ya? Kok dia bisa tahu," ucap salah satu temannya.
"Apa sih yang gak di ketahui sama ketos kita. Cuma ya untungnya dia gak ember mulutnya. Kalo aja ember, udah pasti kita bakalan sering dipanggil BK," ucapnya.
"Udah, gak usah gibahin Ashel. Mending beresin sisanya biar bisa cepet balik. Gue udah ngantuk pengen ngebo," ucapnya yang diangguki semua temannya.
Ashel mengetuk pintu ruang osis. Sebenarnya ia bisa langsung masuk, tapi lebih baik mengetuknya sebelum masuk.
"Gue masuk."
"Syukur lo kesini kak, ada beberapa hal yang mau kita bahas sama lo," ucap Ajeng penanggung jawab seksi acara.
"Serius amat lo, emang apaan?" Tanya Ashel kemudian duduk di kursi kosong di depan Ajeng dan yang lainnya.
"Begini, kan lusa kampanye mau diadain kan? Nah ada perubahan jadwal, jadi pemilihan ketos sama waketos nya diadain besok aja, soalnya lusa mau ada rapat guru," ucap Ajeng.
"Ko gue baru dikasih tahu sih? Kenapa gak dari awal pas kita rapat!" sungut Ashel kesal.
"Selalu dadakan, untung udah biasa."
"Gue sama yang lain juga kaget kak, ya gimana lagi rapat para guru gak bisa diganggu gugat" ucap Ajeng.
"Terus kandidat osis gak bakalan ada kampanye?" Tanya Ashel.
"Iya Ashel, ibu sudah berbicara dengan kepala sekolah, katanya tidak perlu ada kampanye. Langsung ke pemilihan saja. Waktunya bentrok dengan rapat bulanan guru," ucap bu Wiwi kesiswaan Sma Bumi.
"Kenapa dadakan sih bu? kasian loh anak anak panitia," keluh Ashel.
"Ibu tahu, tapi mau bagaimana lagi. Ibu yakin kamu bisa mengatasi semuanya. Kamu sudah cukup berpengalaman dibidang ini," ucap yakin.
"Kalo gitu, ibu pamit dulu."
Ashel duduk lemas di tempatnya. Bisa bisanya acaranya berubah begitu saja. Padahal dia dan panitia lain sudah memiliki plan.
"Jadi gimana?" Tanya Ashel pada panitia acara yang ada di ruang osis.
"Ya itu, makanya kita disini lagi rundingin semuanya. Keknya kita bakalan sampe malem lagi. Mana udah mepet banget," ucap Ajeng.
"Yaudah kalo gitu, kasih tau anak anak di grup chat, suruh kumpul sekarang. Sisanya kalo ada yang masih ujian, kita tunggu mereka. Gue keluar dulu bentar," ucap Ashel.
Ashel berjalan menuju ke parkiran. Tentunya ia tidak melupakan janjinya dengan Ayu. Namun karena ada acara dadakan yang tidak bisa ia tinggalkan otomatis, ia harus membatalkan acaranya dengan Ayu.
Ashel celingukan mencari keberadaan Ayu. Ia lupa mobil milik Ayu yang mana. Pasalnya, anak itu sering bergonta ganti mobil seenaknya.
"Woi Shel, gue disini!" teriak Ayu. Ashel pun berjalan menuju ke arah tempat Ayu berdiam diri.
"Baru lagi mobil lo?" Tanya Ashel.
"Hehe, minjem punya abang gue," ucap Ayu.
"Kok lama banget sih lo, ada acara apaan?" Tanya Ayu.
"Kayaknya gue harus batalin acara kita hang out Yu, pemilihan osis diadain besok bukan lusa," ucap Ashel.
"Gila, kok selalu dadakan sih?" Tanya Ayu.
"Bukan SMA Bumi kalo gak ada istilah dadakan," sungut Ashel sedikit kesal.
"Yaelah batal dong," ucap Ayu.
"Ya gimana lagi, yakali gue jalan jalan di mall sedangkan anggota gue sibuk buat persiapan. Gak sepadan dong," ucap Ashel.
"Yaudah, kalo gitu nanti aja kita perginya. Oh iya... "Nih," ucap Ayu menyerahkan sebuah paper bag.
"Apaan nih?" Tanya Ashel.
"Kantin kalo udah sore suka tutup. Ini makanan buat lo, gue tahu, lo kalo udah kerja sama anak anak suka lupa makan. Jadi gue bekelin ini," ucap Ayu.
"Terbaik memang mbak Ayu," ucap Ashel memeluk Ayu.
"Yaudah, sono lu balik ke sekolah. Gue mau balik udah ngantuk," ucap Ayu.
"Dasar kebo. Yaudah gue duluan bye," ucap Ashel.
"Bye," ucap Ayu.
***
Disebuah ruangan bernuansa gelap, seorang pria tengah duduk. Dipangkuannya ada laptop yang sedang menyala.
Hari ini, Kavin seharusnya menghadiri meeting. Namun, tiba tiba dirinya diserang sakit kepala. Pandangannya kabur tiba tiba sehingga ia hampir saja terjatuh.
"Anda tidak apa apa tuan?" Tanya Josh.
"Tidak," ucap Kavin.
"Tapi wajah anda sangat pucat," ucap Josh.
Kavin berdiam sebentar. Kepalanya sangat sakit. Kenapa tiba tiba seperti ini? Padahal tadi pagi dia sehat sehat saja.
"Tuan, lebih baik anda saya antar ke rumah sakit," ucap Josh.
"Tidak perlu, aku akan ruangan ku saja. Tolong handle meeting nya," ucap Kavin.
"Baik tuan," ucap Josh.
Kavin berjalan pelan menuju kembali ke dalam ruangan pribadinya. Ia memilih tidak pulang ke rumah karena malas.
***
Ashel tengah duduk di kursi miliknya. Diruang osis hampir semua sudah berkumpul untuk rapat dadakan.
Ashel menatap jam di pergelangan tangannya. Waktu sudah menunjukan pukul tiga sore. Ia memejamkan matanya. Lelah sudah pasti, namun bagaimana lagi, ini adalah tanggung jawabnya.
"Gue mulai aja ya rapatnya? Kebetulan hampir semuanya udah kumpul tinggal sisanya aja," ucap Ashel membuka rapat.
"Sebelumnya gue minta maaf karena ngumpulin kalian disini dadakan. Ya, lo pada tahu kan setiap ada acara pasti ada aja hal dadakan kayak gini. Gue harap kalian udah maklum dan biasa aja."
"Disini, gue yakin lo pada udah tahu tugas lo pada masing masing. Jadi gue harap, kalian kerjain semuanya sesuai posisi kalian saat ini. Karna gak mungkin gue kerja sendirian," ucap Ashel menjelaskan.
"Dari sekarang, kita harus mulai kerjain semuanya. Tempat buat pemilihan, kesiapan para kandidat, konsumsi, sama sisa sisanya."
"Dim, gue kasih lo amanah buat bantuin kandidatnya supaya nanti gak kaget pas di depan semua anak anak. Lo dibantu anak acara buat persiapin kandidatnya aja. Sisanya biar gue sama yang lain buat atur," ucap Ashel.
"Oke kalo gitu gue cabut dulu buat kasih tahu anak kandidatnya," ucap Dimas.
tbc.
baca ga komen? guna? ya enggakkkkkkkkk
double uppp
Happy reading♡
Sepeninggal Dimas dan panitia acara. Ashel kembali membagi tugas pada semua panitia yang tersisa di ruang osis.
"Seksi keamanan, gue minta bantuan kalian buat siapin tempat buat nanti kandidatnya duduk," ucap Ashel.
"Oke siap,"
"Buat seksi konsumsi, usahain hubungin dari sekarang pihak catering yang lo pada udah booking. Minta buat dikirim besok jam enam pagi. Buat cemilannya minta bantuan ibu kantin aja buat siapinnya. Soalnya ibu kantin pasti masih di sekitaran sekolah," ucap Ashel menjelaskan.
"Oke kalo gitu, gue sama yang lain duluan keluar buat nemuin ibu kantin," ucap Zahra penanggung jawab seksi konsumsi.
"Buat seksi dokumentasi, bantu gue dekor panggung. Biar alat alat yang berat nanti dibawa sama anak cowok aja. Tentunya kita bakalan dibantu pak Ngah," ucap Ashel.
"Pak Ngah emang masih di sekolah? Bukannya pas abis beres beres sekolahan dia pulang?" Tanya panitia.
"Pak Ngah masih stay disini. Tadi gue dikasih tahu bu Wiwi," ucap Ashel.
"Kayaknya, itu dulu yang gue bagi bagi buat kalian. Sisanya nyusul aja. Ayo kita mulai kerja," ajak Ashel yang diangguki semua panitia.
Ashel dan beberapa panitia berjalan menuju ke lapangan utama. Terlihat beberapa temannya yang sedang sibuk dengan tugasnya masing masing.
Waktu sudah menunjukan pukul lima sore. Beruntung cuaca hari ini tidak hujan.
Ashel berjalan ke arah panggung. Ia membantu menempel beberapa balon dan kain bermotif batik untuk dipajang di panggung.
Tiga jam lebih, Ashel dan yang lainnya baru menyelesaikan setengahnya.
"Cek cek," ucap Ashel pada mikrofon yang berada di panggung.
"Oke guys, kita istirahat dulu. Kayaknya makanan yang gue pesen udah sampe juga. Nanti bisa di lanjut lagi kerjaannya." semua panitia osis bersorak ria.
"Oh iya, kalo ada yang mau ganti baju pake baju kaos juga boleh," tambahnya.
Ashel pun turun dari panggung dan bergabung dengan semua panitia. Beberapa anak sedang mencuci tangan dan sisanya sedang membagi rata tiap makanan.
Ashel sengaja memesan nasi kotak dan beberapa camilan untuk anak anak panitia.
"Thanks ya Shel, lo emang the best," ucap Zahra.
"Yoi. Lo hebat banget kak. Bisa jalanin acaranya meskipun waktunya mepet banget," ucap Ajeng.
"Ya gimana, gue juga di tuntut keadaan padahal gue gak bikin masalah sama keadaan," ucap Ashel yang langsung mengundang gelak tawa dari semuanya.
"Udah cantik, pinter, suka ngelawak lagi. Lop yu neng Ashel," ucap Didi panitia keamanan.
"Bisa aje lo," ucap Dimas.
"Udah kita semua makan dulu. Di, pimpin doa." Ashel dan yang lainnya pun mengadahkan tangannya sembari memejamkan mata mereka.
"Oke," ucap Didi kemudian memimpin doa untuk makan.
Mereka semua makan dalam keadaan tenang awalnya. Namun di pertengahan, ada saja hal yang membuat semuanya tertawa. Entah itu tingkah Didi ataupun yang lainnya.
Ashel tersenyum. Ia pasti akan merindukan masa masa seperti ini.
Pemilihan osis akan dilaksanakan besok. Kemungkinan keberangkatan Ashel akan dipercepat. Ia menghembuskan nafas beratnya.
"Lo kenapa kak?" Tanya Tari teman Ajeng.
"Gak papa. Gimana makanannya? Enak?" Tanya Ashel.
"Enak lah," ucap semuanya.
"Yaudah, kalo udah beres makannya kalian lanjutin sisanya," ucap Ashel.
Ashel sendiri berjalan agak menjauh dari kumpulan para panitia. Ia mengecek ponselnya. Ada satu pesan masuk dari kakeknya.
Grandpaa❤️
Riana sayang, hari senin kakek sama nenek jemput kamu ya. Gak usah bawa banyak barang, kakek udah siapin semuanya disini
Ashel cantik, makasih
Oke
Ashel lagi lagi menghembuskan nafasnya.
"Cepet banget gue disuruh kesana. Kayaknya bakal ada sesuatu deh," ucap Ashel pada dirinya.
Ashel pun kembali menyimpan ponselnya di saku dan kembali mengerjakan pekerjaannya.
Semuanya hampir sibuk dengan tugas masing masing. Didi menyetel lagu supaya suasana sedikit tidak menakutkan. Karena jujur saja, semakin malam, hawa sekolah semakin berbeda.
"Kak, name tagnya udah dibuat. Dibagiin sekarang aja apa gimana?" Tanya Tari menghampiri Ashel.
"Besok aja Tar, kalo dibagiin sekarang takutnya pada lupa bawa besok. Lo simpen aja di loker yang ada di ruang osis," ucap Ashel.
"Oke. Gue panggil Ajeng dulu. Gak mau gue sendirian kesana. Mana letaknya lumayan di ujung," ucap Tari.
"Ajak Didi juga, biar kalo ada apa apa kalian bisa minta tolong dia," peringat Ashel.
"Oke sip".
Tak terasa, hampir berjam jam mereka bekerja. Waktu sudah menunjukan pukul sebelas malam. Semua persiapan sudah selesai.
Sebelum pulang, Ashel mengumpulkan semua panitia.
"Thanks buat hari ini guys, gue tahu kalian semua pasti cape banget kan? Ini juga udah malem. Kalian semua pulangnya gimana?" Tanya Ashel.
"Sebagian bawa kendaraan sebagiannya lagi di jemput kak" ucap Dion.
"Yaudah kalo gitu. Hati hati di jalannya gak usah kebut kebutan yang penting lo pada nyampe rumah masing masing aja. Gue tunggu besok disini jam enam pagi," ucap Ashel.
"Siap," ucap semuanya. Mereka pun mulai meninggalkan sekolah.
Ashel sendiri menemui dulu pak Ngah dan penjaga sekolah untuk menitipkan beberapa barang yang berada di lapangan utama. Setelahnya ia pun pulang dijemput sang ayah.
***
Di dalam mobil, ayah Ashel memberikan beberapa makanan untuknya namun Ashel menolaknya karena memang tadi dia sudah makan bersama teman temannya.
"Cape banget ya anak ayah?" Tanya Adi.
"Iya yah lumayan," ucap Ashel.
"Yaudah, nanti pulangnya langsung istirahat aja," ucap Adi yang diangguki Ashel.
Tanpa sadar, Ashel tertidur dalam perjalanan menuju ke rumahnya. Ayah Ashel hanya tersenyum melihat putri semata wayangnya yang tertidur pulas. Ia pun berhenti sebentar untuk menyelimuti anaknya itu dengan jas kerja miliknya.
Adi mengusap lembut kepala anaknya.
"Kamu udah gede aja, perasaan baru kemarin ayah gendong kamu," ucap Adi.
"Ayah sayang banget sama Riana." Ia pun kembali melajukan mobilnya menuju ke rumah.
Tiga puluh lima menit berlalu, mobil yang ditumpangi Adi dan Ashel sampai. Di depan pintu masuk sudah berdiri Anna, bunda dari Ashel
Adi keluar dari dalam mobil kemudian ia membuka pintu mobil dari arah Ashel dan menggendongnya pelan.
Anna yang akan bertanya pun urung karena melihat anaknya yang sudah tertidur pulas.
"Tas ayah di dalam bun. Tolong diambil bawa masuk," ucap Adi yang diangguki Anna.
Setelah mengambil tas milik suaminya, Anna pun mengikuti Adi menuju ke kamar anaknya.
Saat sudah berada di depan kamar milik Ashel, Anna membukanya pelan.
Ditidurkan Ashel oleh Adi dengan pelan. Anna sendiri membantu membuka sepatu sekolah milik Ashel kemudian menarik selimut untuk menutupi tubuh anaknya.
Anna mengelus surai milik Ashel kemudian mencium keningnya.
"Selamat tidur kesayangan bunda," ucapnya kemudian mematikan lampu kamar dan keluar bersama suaminya.
tbc.
follow ig aku yaa @oviealkhsndi dan kalo mau tau update dr crta ini fllw ig satunya @cocoretanayc_ makasih
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!