NovelToon NovelToon

Second Chance

Chapter 1. Masuk ke dalam Novel

"Aku lelah ... aku sangat lelah. Pria sialan! Kamu membuatku menjadi sangat lelah," gumam seorang gadis yang sedang tertidur dengan posisi yang aneh.

Kepalanya berada di tepi tempat tidur dengan rambut yang menjuntai ke bawah  menggantung dan hampir menyentuh lantai. Tubuhnya tidur dengan posisi tengkurap dan berada di pojok tempat tidurnya.

Suara ribut di luar membuatnya terganggu dan berbalik. Posisi tidurnya yang terlalu ke pinggir membuatnya terjatuh ke lantai. Kedua sikunya menghantam lantai dengan sangat keras, beruntung kepalanya tidak terbentur.

"Ahh ... auu!" Gadis itu mengelus sikunya sambil terduduk di lantai.

Dengan susah payah dia mengumpulkan kesadarannya dan matanya terbuka dengan malasnya. Kurang tidur selama beberapa hari membuatnya sangat lelah dan mengantuk.

Gadis itu menggosok-gosok matanya sambil bersandar di kaki tempat tidurnya.

"Hah! Aku di mana?!" seru gadis itu terkejut setelah matanya benar-benar terbuka dan mendapati dirinya tidak berada di kamarnya.

Gadis itu terlihat kebingungan saat menyadari sedang berada di tempat yang asing dalam sebuah ruangan asing dengan benda-benda kuno dan bersejarah di sekelilingnya.

Gadis itu adalah Amelia Tan, seorang penulis novel yang cukup ternama. Karyanya banyak diadaptasi menjadi sebuah Film, komik, maupun drama berseri. Amelia hidup di jaman modern dan tinggal seorang diri dirumahnya.

Ayahnya yang seorang tentara meninggal di dalam tugas ketika dia baru berumur sepuluh tahun, sedangkan ibunya meninggal dua tahun yang lalu saat dia berusia dua puluh tiga tahun. Jadi, Amelia adalah seorang yatim piatu yang harus bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Setelah menamatkan kuliahnya, Amelia yang memiliki sifat tertutup dan susah didekati, berkali-kali harus berganti pekerjaan. Kehidupan asmaranya pun juga kurang beruntung. Amelia tidak pernah bisa mendapatkan kekasih yang diinginkannya. Semua pria memandangnya sebelah mata karena penampilannya yang kurang menarik.

Gadis berusia dua puluh lima tahun itu selalu menggunakan kacamata. Meskipun bisa dibilang penampilannya cukup modis, tetapi orang-orang sering menganggapnya cupu hanya karena kacamata tebalnya tersebut.

"Apa-apaan ini? Mengapa aku memakai baju cosplay seperti ini? Siapa yang berani-beraninya membawaku ke sini dan mendandaniku seperti ini saat aku tertidur?" Amelia beranjak sambil terus memperhatikan penampilan dan keadaan di sekelilingnya.

Di dalam ruangan itu terdapat sebuah meja rias dengan cermin kuno yang sangat artistik, mungkin jika dijual bisa bernilai ratusan juta. Amelia berjalan mendekati cermin itu dan mendapati wajahnya menjadi sangat cantik. Dia merasa aneh karena bisa melihat dengan jelas tanpa kacamatanya.

Masih dengan rasa bingung yang menyelimuti hatinya, Amelia berjalan untuk melihat keadaan di luar ruangan itu.

'Ruangan ini sama persis dengan keadaan yang aku tuliskan di dalam cerita yang aku buat. Atau mungkin Pak Young sengaja membawaku ke tempat shooting agar aku bisa membuat cerita dengan benar. Ah, Entahlah!' Amelia melihat sebuah pintu lalu membukanya perlahan.

Amelia membuka pintu itu sedikit saja untuk mengintip keluar. Matanya terbelalak saat melihat seseorang berdiri tepat di depan pintu.

"Aaaaaa!" teriak Amelia yang terkejut sambil mundur ke belakang.

Di depannya berdiri dua orang wanita muda yang memakai pakaian dengan model yang sama dengannya.

Kedua wanita itu membuka pintu lebar-lebar hingga menampakkan pemandangan di luar kamar. Di belakang kedua wanita itu ada beberapa orang berpakaian dengan model yang sedikit berbeda. Mereka memakai pakaian yang lebih sederhana.

"Heh! Sudah berani, ya, kamu memelototi kami!" seru salah satu wanita itu.

"Sudah, Kak. Jangan membuat keributan di pagi hari. Xiao Jin, cepat kamu ambilkan sapu tangan kakak!" ucap wanita yang lainnya sedikit lebih lembut.

Amelia terbelalak mendengar wanita itu memanggilnya dengan sebutan Xiao Jin. Semua yang ada di hadapannya terlihat sangat nyata dan membuatnya hampir kehilangan akal.

Amelia mundur beberapa langkah sambil terus berpikir dan berharap ini hanyalah sebuah mimpi.

'Tidak ... tidak ... ini pasti hanya mimpi. Jika aku dipanggil dengan nama Xiao Jin, berarti kedua wanita di hadapanku ini adalah Xiao Yue dan Xiao Mei, karakter dalam novelku yang merupakan kedua kakak tiri Xiao Jin. Mau apa mereka? Oh, iya, aku menggambarkan jika Xiao Jin selalu ditindas oleh mereka untuk mengerjakan apapun yang mereka minta.

"Ah Mei! Kenapa dia?" tanya Xiao Yue pada Xiao Mei yang terheran-heran melihat Xiao Jin yang menatap mereka dengan aneh.

"Aku juga tidak tahu. Apakah kita terlihat menakutkan?" Xiao Mei juga merasa bingung dengan apa yang terjadi pada Xiao Jin.

"Kita ambil saja sapu tangan itu dan cepat pergi dari sini. Jika sesuatu terjadi pada Xiao Jin, maka ayah akan sangat marah pada kita. Ayah akan berpikir bahwa kita yang telah membuatnya menjadi gila." Xiao Yue berjalan berkeliling untuk mencari barang yang dia inginkan.

Dengan seenaknya Xiao Yue mengacak-acak perabot milik Xiao Jin untuk mencari barang miliknya. Alhasil ruangan itu menjadi sangat berantakan.

Amelia tertegun saat melihat apa yang dilakukan oleh kedua orang itu.

"Nah! Ketemu!" Xiao Yue mengambil saputangan miliknya yang telah selesai disulam oleh Xiao Jin.

Setelah mendapatkan apa yang dia mau, kedua wanita itu pun pergi meninggalkan kamar Xiao Jin yang berantakan.

Amelia segera berlari dan menutup pintu kamarnya rapat-rapat setelah kepergian Xiao Yue dan Xiao Mei. Lututnya terasa lemas hingga tidak kuat lagi berjalan. Amelia kemudian menjatuhkan tubuhnya dengan posisi terduduk dan mencoba berdamai dengan kenyataan.

"Mimpi ini terasa begitu nyata. Tapi jika ini mimpi, mengapa aku merasakan sakit ketika aku terjatuh. Semua yang ada di sekelilingku sama persis dengan yang aku tulis di dalam novelku, tetapi terasa sangat nyata."

Amelia merasa kepalanya berdenyut. Dia merasa udara di sekitarnya menipis hingga membuat dadanya terasa sesak.

"Aku harus mencari sesuatu yang bisa membuatku keluar dari sini." Amelia membuka dan memegang semua yang ada di dalam ruangan itu berharap menemukan benda ajaib yang bisa membuatnya kembali ke dunianya.

Merasa tidak ada yang bisa membantunya, Amelia terlihat sangat frustasi dan melemparkan barang-barang itu.

'Jendela. Ya, jendela. Siapa tahu aku bisa kembali ke duniaku setelah melewati jendela.' Entah dapat teori dari mana, Amelia berpikir jika dia bisa kembali ke alam nyata melalui jendela.

Perlahan dia membuka jendela kamarnya lalu melompat keluar.

Bugh!

Amelia terjatuh di tanah dengan posisi tengkurap karena pakaiannya tersangkut. Wajahnya meringis menahan rasa sakit untuk kedua kalinya. Namun rasa sakit itu tidak sebesar rasa malu yang dia rasakan saat ini.

Para pelayan yang lalu lalang di sana melihatnya dengan tatapan aneh. Tidak terkecuali Yunhe pelayan pribadinya yang sedari tadi berdiri di depannya.

"Nona Ketiga. Apakah Anda baik-baik saja?" Yunhe berlari menolong majikannya dan membantunya untuk bangun.

Amelia tidak ingin mengejutkan Yunhe, sehingga menurut saja. Dia berusaha mengingat-ingat kira-kira siapa tokoh yang dia tulis dengan karakter seperti ini.

"Kamu, Yun-Yun ...?" tunjuk Amelia.

"Ah, iya, Nona. Yunhe. Yun-he!" Pelayan itu mengeja namanya dan merasa aneh dengan sikap majikannya.

'Ada apa dengan Nona Ketiga? Sikapnya sangat aneh hari ini. Apakah ini karena kepalanya terbentur saat terjatuh tadi?' Yunhe menatap Xiao Jin dengan tatapan keheranan.

Amelia berusaha bersikap biasa untuk menghindari kecurigaan yang lebih lanjut. Dia membiarkan tanah menempel di pipinya yang dia dapatkan saat terjatuh karena dalam kisah yang dia tulis kedua kakaknya sangat iri dengan kecantikannya. Mereka tidak menyukai Xiao Jin keluar dengan menunjukkan wajah cantiknya.

"Yunhe! Tolong kamu bereskan kamarku. Tadi kedua kakakku telah membuatnya berantakan," ucap Amelia yang kini telah berubah menjadi tokoh dalam novelnya sendiri, Xiao Jin.

'Aku harus mencari cara agar bisa keluar dari sini. Untuk itu aku harus bersabar sejenak dan bersikap seperti Xiao Jin. Aaarrggghh! Aku benci dengan semua ini!' Xiao Jin berjalan mengikuti Yunhe untuk pergi ke kamarnya.

Mau tidak mau Amelia harus menikmati perannya sebagai Xiao Jin, putri ketiga dari Perdana Menteri Xiao Long. Ibunya telah meninggal ketika melahirkannya karena dia memiliki tanda Kipas Langit ditengkuknya. Para tetua dan spiritualis istana menganggap itu sebagai tanda kutukan. Mereka kemudian memberi Xiao Jin segel mantra penangkal kutukan ketika dia masih bayi.

Xiao Jin menyangga wajahnya dengan tangan kirinya sambil melihat Yunhe yang sedang bekerja. Tangan kanannya memijat pelipisnya untuk meredakan rasa pusing yang menderanya. Terlintas di dalam pikirannya jika dia menulis akhir kisah dengan kematian Xiao Jin dan itu membuatnya merasa semakin pusing.

'Apakah aku bisa kembali ke duniaku dengan mati lebih cepat? Eh, tapi ketika aku jatuh pun tubuhku merasakan sakit, pasti kematian pun akan sangat menyakitkan. Hii ... aku takut.' Xiao Jin bergidik membayangkan rencana bunuh dirinya.

****

Bersambung ....

Chapter 2. Sulit untuk Menerima

Seharian Xiao Jin tidak ingin keluar dari dalam kamarnya. Dia meminta Yunhe untuk mengantarkan segala keperluannya dan memintanya untuk pergi setelah tugasnya selesai.

Xiao Jin atau Amelia duduk di depan sebuah meja sambil terus berpikir. Dia merasa semua yang menimpanya ini sangat konyol. Bagaimana tidak, dia tiba-tiba berada di dalam dunia aneh yang dia ciptakan sendiri.

Lebih menyesakkan lagi, Amelia harus menjadi Xiao Jin tokoh protagonis wanita yang mengalami nasib kurang beruntung. Sampai detik ini Amelia masih berpikir jika semua cerita yang dia tulis sudah benar.

'Semua ini pasti gara-gara Reon Chow! Aktor sombong itu telah memberiku banyak tekanan. Aku yakin semua yang terjadi ini karena ucapannya hari itu.' Amelia merasa sangat kesal.

Terlintas kembali dalam ingatannya, hari di mana dia begitu senang saat seorang produser film terkenal, Pak Young memintanya untuk datang ke studio film miliknya.

Amelia bangun pagi-pagi sekali dan menyiapkan dirinya untuk bertemu dengan Pak Young. Meskipun sangat gugup, dia berusaha untuk menyiapkan dirinya sebaik mungkin.

"Aku tidak terbiasa berhadapan dengan orang, apalagi dia adalah seorang produser film yang sangat terkenal. Bagaimana, ya? Di kontrak sebelumnya, aku hanya terima beres dengan pihak perantara platform tempatku menulis. Ini benar-benar pengalaman pertama untukku."

Amelia menggunakan waktu yang masih panjang untuk mengendurkan syarafnya yang tegang.

Semua barang yang akan dia bawa sudah dimasukkan ke dalam mobil. Amelia kembali masuk ke dalam rumahnya karena merasa hari masih terlalu pagi. Dia duduk di ruang depan dan menyalakan televisi.

"Reon!" pekik Amelia dengan senangnya ketika melihat aktor idolanya itu tampil di layar kaca.

"Betapa gagahnya Reon saat memerankan tokoh pangeran Lu Qin Chen. Emm ... dia akan memiliki selir yang banyak dan permaisuri yang dia inginkan." Amelia menyangga wajahnya dengan kedua telapak tangannya sambil memandangi wajah Reon di televisi.

Ting!

Suara pesan masuk di ponselnya terdengar sangat keras sehingga memaksa Amelia bergegas untuk melihatnya.

Pesan itu dikirim oleh asisten Pak Young, dia memintanya untuk segera datang. Pak Young memajukan pertemuan mereka karena Reon kebetulan ada di sana. Reon ingin bertemu dengannya.

Amelia merasa sangat senang. Dia melompat-lompat seperti seorang anak kecil yang gembira karena mendapatkan mainan baru. Dengan setengah berlari dia meluncur cepat menuju mobilnya sambil sesekali membetulkan kacamatanya yang melorot.

"Aku akan bertemu dengan Reon Chow. Pria paling tampan sejagat raya. Aku tidak sabar lagi." Amelia memekik gembira dan bertingkah layaknya seorang remaja yang sedang jatuh cinta.

Dia segera menyalakan mesin mobilnya lalu mengendarainya dengan santai.

Perjalanan terasa begitu cepat, kini dia sudah berada di depan gedung tempat pertemuannya dengan Pak Young. Jantungnya berdebar-debar saat dia berjalan memasuki gedung.

"Apakah Anda Nona Amelia Tan?" tanya seorang wanita yang sangat cantik.

Wanita itu menyambutnya di depan lobi dan memperhatikan Amelia dari ujung rambut hingga ujung kaki.

Amelia mencoba menebak siapa wanita itu.

"Apakah Anda Asisten July?" Amelia mengenali suara wanita itu karena pernah mendengarnya beberapa kali saat meneleponnya untuk membicarakan kontrak novelnya.

"Benar, Nona. Mari ikut saya! Anda sudah ditunggu oleh Pak Young dan Reon." Asisten July berbicara dengan ramah pada Amelia.

Amelia mengikuti July tanpa banyak bicara lagi. Tangannya terasa sangat dingin karena jantungnya bekerja dengan tidak semestinya. Rasa gugup membuat irama jantung Amelia menjadi tidak menentu.

Reon dan Pak Young sedang duduk di sebuah ruangan menunggu kedatangan Amelia dan July. Mereka menyambut kedatangan Amelia dengan ramah.

Setelah sejenak berbasa-basi, mereka akhirnya mulai membicarakan hal yang serius. Amelia menunduk ketika Reon terus menatapnya sejak tadi.

'Tatapannya begitu dingin. Sepertinya dia tidak menyukaiku. Aku harap ceritaku bisa diterima dengan baik.' Amelia mencoba menenangkan dirinya.

Pak Young memuji karya Amelia dan mengatakan jika novelnya menyuguhkan sebuah cerita yang menarik. Dia telah menunjuk seorang penulis naskah yang diadaptasi dari novelnya tersebut.

Untuk pemain protagonis pria Pak Young memilih Reon Chow untuk memerankannya sedangkan untuk pemeran wanitanya, Pak Young masih mencari artis yang cocok untuk memerankannya.

Di tengah-tengah percakapan antara Pak Young dan Amelia, Reon Chow menyela. Dia merasa jika cerita yang dibuat oleh Amelia tidak seharusnya seperti itu. Reon tidak suka dengan tokoh protagonis wanita yang terlalu banyak mengalami ketidakadilan.

Reon merasa cerita itu bisa dibuat lebih menarik dan masuk akal dengan mengubah kisah pemeran wanitanya. Dalam hal ini Reon tidak memiliki ide, tetapi dia tetap merasa jika cerita Amelia kurang pas.

Amelia bersikukuh jika cerita itu sudah benar dan menarik. Di dalam cerita yang dia buat tokoh wanitanya selalu bisa bangkit dari keterpurukan, meskipun akhirnya dia harus mati dan menjadi kisah cinta yang berakhir dengan kesedihan antara protagonis wanita dan protagonis pria.

"Nona! Mungkin akan lebih baik jika kamu merubah ceritanya. Seandainya kisah cinta antara protagonis wanita dengan protagonis pria tidak begitu, mungkin ceritanya akan semakin menarik." Reon Chow menginginkan cerita yang berbeda.

"Maksud Anda kisah cinta yang tidak begitu itu bagaimana? Saya memang sengaja menyuguhkan kisah yang tidak biasa agar menjadi cerita yang berbeda dari yang lain." Amelia tetap pada pendiriannya.

"Itu adalah bidang Anda, yang jelas saya merasa jika kisah ini masih bisa diubah menjadi lebih menarik lagi. Mungkin pada tokoh protagonis wanitanya. Anda harus membuatnya lebih bermartabat dan kuat!"

Tiba-tiba rasa kagum Amelia pada sosok Reon menjadi luntur seketika. Dia tidak menyangka jika pria yang sangat dikaguminya itu memiliki sifat yang sangat keras kepala.

"Pak Young, apakah Anda memiliki solusi untuk ini?" tanya Amelia setengah memohon.

Pak Young terlihat berpikir. Reon Chow adalah aset yang sangat berharga baginya. Hampir semua film yang diperankannya menjadi box office dan sukses dipasaran. Jika sampai dia protes berarti memang ada masalah dengan novel ini.

"Em, Nona Amelia. Sepertinya apa yang dikatakan oleh Reon ada benarnya juga. Tolong sempurnakan naskah Anda menjadi lebih menarik lagi. Saya tidak bilang jika cerita yang Anda buat ini buruk, tetapi saya ingin Anda membuatnya menjadi lebih baik lagi."

Pupus sudah harapan Amelia untuk bisa duduk manis menikmati hasil kerja kerasnya. Mengubah cerita sama artinya dengan merevisi secara total naskah yang dia buat.

"Saya minta waktu untuk itu, Pak. Untuk menemukan ide dan merubah sebuah cerita, saya membutuhkan waktu yang cukup." Amelia akhirnya menyerah pada keadaan.

Imbalan yang besar untuk menyelesaikan naskah itu, membuatnya tergiur dan tidak bisa dia lepaskan begitu saja.

"Aku memberimu waktu satu minggu karena setelah itu, novel kamu akan saya kirimkan pada penulis skenario. Masih ada proses yang panjang setelah itu." Pak Young merasa sangat yakin jika Amelia mampu merevisinya dalam satu minggu.

"Reon, terimakasih telah membuat aku harus mengerjakan ulang cerita yang telah susah payah aku susun. Andai kamu tahu rasanya menjadi seorang penulis novel, mungkin kamu tidak akan pernah memintaku untuk merubah jalan ceritanya." Amelia tidak peduli jika Reon tidak akan menyukainya lagi setelah ini.

"Hal yang sama juga untukmu, Nona penulis. Seorang pemain juga ingin menampilkan kisah yang menarik dan berkesan. Bayangkan saja jika dirimu adalah pemain wanitanya. Mungkin dengan mendalami peranmu maka Anda akan mengerti di mana titik kelemahan dalam cerita ini. Bayangkan saja jika dirimu adalah Xiao Jin." Reon mencoba meyakinkan Amelia jika merubah cerita itu tidaklah sulit.

Amelia mengangguk dan tersenyum, meskipun di dalam hati dia sangat merasa dongkol.

'Dasar pria aneh! Tidak usah sok menggurui diriku. Kamu pikir aku peduli dengan ucapanmu. Reon ... aku menyesal telah mengidolakanmu. Sungguh saat ini aku benar-benar membencimu.' Amelia menunduk sambil menahan kemarahannya.

Lamunan Amelia berakhir. Kini dia kembali pada kenyataan di mana dia sedang terpuruk di dalam novelnya sendiri dan hidup sebagai Xiao Jin.

Terdengar suara langkah kaki mendekat ke kamarnya. Xiao Jin membetulkan penampilannya yang membuatnya kurang percaya diri karena belum terbiasa. Dia seperti seseorang yang akan melakukan parade cosplay tokoh fantasi.

'Siapa yang datang mencariku?' Xiao Jin berdebar-debar menanti kedatangan pemilik langkah kaki itu.

****

Bersambung ...

Chapter 3. Sepertinya Dia Benar

Amelia bersikap seolah dirinya sedang melamun di dekat jendela ketika ada yang datang. Pintu kamarnya terbuka dan seorang wanita berpakaian sedikit mencolok masuk ke sana.

"Anak pembunuh! Sulam baju ini dengan benang emas! Aku ingin kamu menyelesaikannya hari ini juga!" seru wanita itu sambil melemparkan sebuah baju ke wajah Amelia alias Xiao Jin.

'Ini pasti Feng Yaolie, ibu tiri Xiao Jin dalam ceritaku. Hanya dia yang memanggil Xiao Jin dengan panggilan seperti itu. Menyulam? Hah! Malas sekali aku.' Xiao Jin menatap Feng Yaolie dengan tatapan kesalnya.

"Ternyata benar apa yang dikatakan oleh Yue'er dan Mei'er! Kamu terlihat aneh hari ini. Apakah kamu ingin membangkang? Haa!" Feng Yaolie mencengkeram dagu Xiao Jin hingga terlihat memerah lalu melepaskannya dengan kasar.

Sebenarnya Xiao Jin yang sekarang adalah Amelia, ingin sekali dia melawan ibu tirinya yang memanggilnya dengan sebutan tidak pantas itu. Namun seingatnya dia tidak merubah cerita di bagian ini sebelum dia pingsan.

Terbayang kembali betapa beratnya hari-hari yang dilalui oleh Amelia saat melakukan revisi. Selama tiga hari tiga malam dia terus berada di depan laptopnya. Untuk sekedar makan pun dia tidak punya waktu khusus.

Makanan yang dia beli secara online pun dia makan sambil mengetik. Waktu tidurnya menjadi kurang teratur dan bisa dikatakan jika dia sangat kurang istirahat. Bukan itu saja, Amelia yang biasanya suka berlama-lama saat mandi, harus menyelesaikan mandinya dengan cepat demi sebuah naskah.

Semua itu membuat kesehatan tubuhnya mengalami penurunan. Tepat di hari ketiga melakukan revisi, dia tak sadarkan diri karena kelelahan. Amelia tinggal seorang diri di rumahnya dan hanya memiliki seorang pekerja lepas yang bekerja paruh waktu. Dia bertugas untuk membersihkan rumahnya selama setengah hari saja.

"Hehh! Pembunuh! Berani sekali kamu mengabaikanku!" Feng Yaolie kembali memberi tatapan mengintimidasi pada Xiao Jin.

Teriakkan Feng Yaolie menyadarkan Xiao Jin dari lamunannya.

Tidak ingin membuat masalah, Xiao Jin pun terdiam dan menunduk. Dia duduk berjongkok dan memunguti alat sulam yang jatuh berserakan di lantai.

Dengan sengaja Feng Yaolie menginjak ujung jari Xiao Jin hingga membuatnya meringis kesakitan.

'Dasar wanita iblis! Tunggu saja, setelah ini kamu tidak akan bisa berbuat seenaknya padaku. Ohho, aku kerjai saja.' Xiao Jin tersenyum licik.

Tanpa sepengetahuan Feng Yaolie, Xiao Jin menaruh jarum di ujung sepatu Yaolie. Setelah puas menginjak tangan Xiao Jin, Feng Yaolie mengangkat kakinya lalu melangkah.

"Ahh ... ahh ... Au!" Feng Yaolie jalan berjinjit ketika merasakan sakit di kakinya.

Xiao Jin tertawa dalam hati merasa puas telah berhasil mengerjai ibu tirinya itu.

"Linshi! Apa kamu buta? Cepat bantu aku melihat kakiku!" seru Feng Yaolie pada pelayannya. Kini dia duduk di meja dan menahan sakit yang luar biasa.

Xiao Jin bersikap tidak peduli dan menyiapkan alat sulamnya. Beruntung Amelia memiliki seluruh kemampuan yang dimiliki oleh Xiao Jin. Jika tidak, mana mungkin dia bisa melakukan hal-hal yang bisa dilakukan oleh Xiao Jin di dalam dunia novelnya.

Feng Yaolie merasa kesal pada Xiao Jin yang tidak mempedulikannya sama sekali dan bersiap untuk memaki-makinya.

"Kamu memang diciptakan untuk menjadi kesialan orang lain. Apalagi yang kamu tebar di lantai selain jarum ini?" Feng Yaolie menunjukkan jarum kecil yang berhasil dia cabut dari telapak kakinya.

Xiao Jin menghentikan kegiatan menyulamnya lalu menoleh pada Feng Yaolie.

"Mana aku berani, Ibu," ucap Xiao Jin sambil mengulum senyum lalu berbalik dan kembali menyulam.

Berasa satu ruangan dengan Xiao Jin membuat darahnya seakan mendidih, Feng Yaolie meminta Linshi untuk membawanya keluar dari kamar Xiao Jin.

Xiao Jin akhirnya merasa lega setelah melihat kepergian Feng Yaolie. Dia kembali mengerjakan tugas membosankan untuk menyulam.

'Sepertinya aku harus mencoba menggunakan kekuatan Xiao Jin agar pekerjaan ini selesai lebih cepat. Bisa-bisa aku sakit pinggang kalau terus duduk seperti ini dan menyelesaikan semuanya tanpa alat bantu. Mana pola yang harus disulam susah lagi,' Amelia mengomel dalam hati.

Dengan mengalirkan sedikit Qi pada tangannya, proses menyulam itu berjalan dengan sangat cepat. Untuk sesaat dia merasa senang. Namun saat teringat jika dia sedang terjebak dalam dunia fantasi ciptaannya, Amelia kembali frustasi.

"Sekarang aku sudah berada di bab berapa ini? Menyulam dengan benang emas. Emm ...." Amelia mencoba mengingat cerita yang dia buat.

Seingatnya, di bab ini dia belum mengalami kejadian yang membuatnya harus dikeluarkan dari istana. Tidak ingin banyak berpikir, dia memilih untuk tidur di siang itu.

Baru saja menyelonjorkan kakinya, di luar kembali terdengar suara keributan dari kedua kakak tirinya. Amelia memutar bola matanya merasa jengah.

'Apalagi yang mereka inginkan? Mengganggu saja!' Amelia pura-pura tidur dan tidak peduli dengan apa yang akan mereka lakukan.

Xiao Yue membuka pintu kamar Xiao Jin dengan paksa. Dia masuk diikuti oleh Xiao Mei. Mereka mencari-cari keberadaan Xiao Jin dan segera menemukan adik tirinya itu sedang tertidur.

"Enak sekali dia. Harusnya dia mengerjakan sulaman untuk ibu. Bisa-bisanya dia tertidur." Xiao Yue berjalan sangat cepat untuk menarik bantal Xiao Jin.

Xiao Jin yang hanya pura-pura tertidur langsung bangkit saat Xiao Yue menarik bantalnya. Alhasil tubuh Xiao Yue kehilangan keseimbangan dan jatuh terduduk di lantai karena menarik bantal kosong dengan kekuatan penuh.

"Ahh! Sial! Kamu membuatku ingin mencakar-cakar wajahmu, Xiao Jin!" seru Xiao Yue dengan sangat marah. Terlebih lagi dia melihat wajah Xiao Jin yang sangat cantik tanpa ditutupi dengan kotoran.

"Oh, jadi kamu sekarang sudah mulai berani untuk bersaing denganku rupanya. Kamu sengaja ingin menggoda para pria dengan wajah polosmu itu?" Xiao Yue menampar pipi kiri Xiao jin hingga terlihat memerah.

Xiao Jin memegangi pipinya yang terasa sakit akibat tamparan itu. Dia menjadi sangat marah. Namun dia ingin membalas Xiao Yue dengan cara yang elegan. Mulai hari ini dia tidak ingin mengotori wajahnya jika sedang di dalam kamarnya sendiri.

"Siapa yang akan melihat wajahku di dalam kamar ini selain kakak?" Xiao Jin mencoba membela diri.

"Oh, kamu sudah berani membantah sekarang? Sepertinya satu tamparan saja belum cukup untukmu!" Xiao Yue bersiap untuk memukul Xiao Jin lagi. Namun Xiao Mei menghalanginya.

"Sudah, Kak. Sebaiknya kita olesi saja wajahnya dengan arang ini." Xiao Mei mengambil sebuah botol kecil berisi serbuk arang.

Xiao Yue tersenyum dan menuruti kata-kata Xiao Mei. Mereka berdua menumpahkan serbuk arang itu ke wajah Xiao Jin hingga membuat kecantikannya kembali tertutupi.

"Sekarang sulam sapu tangan ini dengan nama ibu suri. Awas kalau besok pagi saat aku mengambilnya belum jadi!" Xiao Yue melemparkan sebuah sapu tangan ke tempat tidur Xiao Jin karena tubuhnya sangat kotor sekarang.

Setelah mengatakan itu kedua kakak tiri Xiao Jin pergi meninggalkannya sendirian.

'Aarrgghh! Menjadi orang yang tertindas itu ternyata memang tidak enak. Sepertinya apa yang dikatakan Reon benar. Aku sudah keterlaluan membuat cerita Xiao Jin yang selalu ditindas. Huuhh! Setelah merasakannya sendiri aku baru tahu betapa tidak menyenangkannya keadaan ini.' Amelia terduduk dengan rasa penyesalannya.

Setelah kejadian itu, Amelia mulai berpikir untuk merubah jalan hidup Xiao Jin yang dia perankan saat ini di dalam novelnya sendiri.

'Aku tidak akan membuat Xiao Jin diam saja menerima ketidakadilan ini. Sepertinya kamu benar Reon. Sungguh aku malu mengakui hal ini.' Amelia mengibas-ngibaskan serbuk arang yang menempel di tubuhnya. 'Aku seperti seekor tikus got yang sangat menyedihkan.'

****

Bersambung ....

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!