NovelToon NovelToon

You Are Light Of My Live

Bab 1 - Sepak Terjang

Di sebuah ruang tamu mewah berkonsep minimalis, dengan warna-warna monokrom abu-abu, nampak seorang gadis cantik bernama Hera Hudiono sedang duduk bersimpuh di depan kaki Papanya, Julius Hudiono, Presdir Yunani Kingdom Group.

Manik mata coklat indahnya yang selalu bersinar ceria, nampak begitu sendu, berkaca-kaca siap menumpahkan tetesan air mata yang sejak tadi ditahannya.

"Cepat katakan! Siapa ayah dari bayi yang ada di kandunganmu itu?" hardik Julius dengan suara keras yang membuat siapa saja yang mendengarnya bergidik ketakutan.

"Hades, pemilik Hades Group," jawab Hera menunduk, takberani menatap manik mata papa, tubuhnya bergetar hebat, takut kemarahan papa makin memuncak.

"Oh My God, Dear... Hades? Apakah kamu tahu siapa dia?" tanya Julius sambil menepuk keras dadanya yang bidang, ia benar-benar tidak menyangka putrinya akan menyebutkan nama pria terlarang yang dicoret masuk daftar menantu keluarga manapun, sebagai ayah bayinya.

"Di dalam tubuhnya mengalir darah keturunan pimpinan mafia Italia. Bisnisnya illegal, perjudian, penipuan, perdagangan narkoba, penggelapan dana, dia adalah seorang mafia yang sangat menakutkan, tidak punya hati, bagaimana bisa kamu berhubungan dengan pria itu? Are you nuts?" ucap Julius makin kesal dan marah.

Hera tertunduk makin dalam, selama ini ia menganggap semua itu hanya rumor negatif yang berhembus, agar orang-orang mempercayai citra dingin dan menakutkan yang dibangun Hades sehingga makin disegani dan ditakuti banyak orang. Namun jauh di dalam lubuk hati Hera yang paling dalam, ia tahu bahwa Hades bukan pria yang jahat, hanya sedikit menyebalkan.

"Lihat, apa yang telah diperbuatnya padamu? Pasti dia menolak bertanggung jawab atas perbuatannya kan?" ucap Julius lagi. Kedua tangannya mengepal keras menahan kemarahan, di samping tubuhnya yang tinggi besar.

"Maafkan Hera, Pa. Hera benar-benar menyesal, sekarang hanya Papa yang dapat membantu Hera. Please help me, Pa," ucap Hera memohon sambil menggenggam dan menggoyangkan ujung bawah celana kain yang dipakai Papa.

Ia 100% sadar, telah bersalah besar, melanggar batas, menyalahgunakan kepercayaan yang diberikan, hasil dari perbuatannya sulit untuk dimaafkan, bahkan mencoreng nama baik keluarganya. Namun ia tak tahu kemana lagi ia harus meminta pertolongan, jika bukan pada papa, orang tua kandungnya sendiri.

"Masuk ke kamarmu sekarang! Jangan keluar kamar kalau Papa belum menyuruhmu keluar!" bentak Julius dengan suara keras.

"Memang anak tidak berguna. Selalu saja membuatku susah," ucap Julius lagi.

Oh God, selama ini, Papa tidak pernah mengucapkan kata-kata sekasar dan semenyakitkan itu. Sebesar apapun kesalahanku, Papa hanya menegurku, memberikan hukuman jika kesalahanku teramat parah di mata Papa, dan setelah beberapa hari berlalu, Papa akan memaafkanku dan melupakannya, tapi kali ini sikap Papa berbeda dari biasanya, batin Hera.

Air matanya langsung mengalir deras takterbendung lagi, ia segera berlari ke kamar tidurnya.

Julius menghela nafas panjang, melihat putrinya pergi beruraian air mata, terlihat begitu terpukul. Sebuah penyesalan menyeruak di hatinya, tidak seharusnya kata-kata pedas itu meluncur keluar dari bibirnya, sudah terlambat untuk ditelan kembali.

Julius beranjak pergi ke ruang kerjanya, duduk di sofa empuk yang ada di tengah ruangan, menenangkan emosinya, mencoba berpikir jernih mengurai benang kehidupan yang kusut, mencari ujung pangkalnya agar tertata kembali.

Jujur, takpernah terbersit sedikitpun dalam hatiku, memiliki menantu dengan garis keturunan mengerikan seperti itu. Tiga tahun yang lalu, aku sudah menyiapkan seorang pria yang layak untuk menjadi pendamping putriku setelah ia dewasa dan cukup umur untuk melangsungkan pernikahan. Aku juga sudah mendidiknya dengan baik untuk menjadi penerusku di kemudian hari. Namun sekarang, semuanya tidak berjalan seperti kehendakku, batin Julius.

"Arrgh... Aku tak tega meminta putriku menggugurkan kandungannya. Dan seandainya bayi itu akhirnya terlahir ke dunia, aku ingin cucuku mempunyai seorang ayah," gumam Julius putus asa.

"Hmm... Apakah aku harus menghubungi pria itu, memintanya untuk menikah dengan putriku secepatnya?" tanya Julius pada dirinya sendiri.

"Sepertinya tidak ada jalan lain, terpaksa aku harus segera bertemu dengannya, masalah ini harus secepatnya diselesaikan, aku tak dapat menundanya lagi," ucap Julius segera menekan nomor telepon detektif yang selama ini selalu dipercaya dapat memberikan informasi yang cepat dan akurat.

"Hallo, Detektif," salam Julius.

"Hallo, Tuan. Sepertinya anda sudah tidak sabar mendengar kabar General Manager perusahaan anda, yang mendadak mengajukan cuti panjang," ujar detektif yang dapat menebak maksud panggilan telepon Julius.

"Benar sekali, Mister. Apakah anda sudah berhasil menemukannya? Karena sekertaris saya tidak dapat menghubunginya," ucap Julius tidak sabar ingin mengetahui di mana keberadaan calon menantunya itu.

"Maaf, Tuan Julius. Pria yang anda cari, tewas terbunuh beberapa hari yang lalu," jawab detektif.

"Terbunuh? Are you kidding?" tanya Julius tergagap kaget hingga jantungnya berdetak kencang.

"Tidak, Tuan. Saya tidak berani bercanda. Sebagai seorang detektif profesional, saya selalu memberikan berita yang terpercaya bahkan saya mengeceknya secara langsung sebelum saya melapor kepada Anda," ucap detektif serius.

"General Manager perusahaan anda tewas kehabisan darah sebelum sempat dilarikan ke rumah sakit. Pembunuhnya adalah seorang yang sudah profesional dalam bidangnya, hanya dengan sekali tusukan, tepat mengenai organ vital. Dan dari laporan forensik, diperkirakan pembunuhnya menggunakan senjata tajam khusus yang biasa digunakan mafia Italia. Sampai sekarang polisi masih berusaha keras menangkap pelakunya."

"Oh Lord, mengerikan sekali," ucap Julius bergidik ngeri.

"Dan saya juga ingin menyampaikan sebuah berita mengejutkan lainnya."

"Bicaralah, Mister."

"Setelah menikahi sekertarisnya secara sembunyi-sembunyi, ia membawa istrinya bulan madu ke Malaysia, pergi ke sebuah bar untuk bersenang-senang, namun ternyata tempat itu menjadi tempat terakhir yang dikunjunginya di dunia," jelas detektif.

"Jadi maksudmu pria itu telah menipuku mentah-mentah selama ini? Berkata masih single dan siap menjadi menantuku jika aku memintanya, tapi akhirnya ia lebih memilih untuk kawin lari dengan sekertarisnya?" tanya Julius geram menahan emosinya.

"Maaf, Tuan. Namun begitulah yang terjadi. General Manager anda sudah menjalin hubungan dengan sekertarisnya hampir dua tahun lebih," ucap detektif.

"OMG, betapa bodohnya aku sudah sangat mempercayainya ," gumam Julius kemudian kembali melontarkan sebuah pertanyaan, "Maaf, Mister. Tolong sebutkan lagi TKP pembunuhannya."

"Hades Bar, Malaysia, Tuan."

"Apa? Hades Bar, Malaysia?" tanya Julius luar biasa kaget mendengar lokasi TKP.

"Arrgh... Cobaan macam apa ini? Kawin lari?Terbunuh di Hades Bar, Malaysia? Senjata tajam dari Italia? Ckckck... Tunggu, Mister. Apakah pembunuh profesional itu mempunyai hubungan dengan Hades?" tanya Julius lagi setelah merangkai semua kejadian mencengangkan satu persatu.

"Ya, sepertinya begitu, Tuan. Black Phanter, salah satu bodyguard Hades yang berasal Italia, dan sudah ditetapkan menjadi tersangka utama kasus pembunuhan ini," ucap Detektif.

"Apakah Hades memiliki dendam atau sedang berseteru dengan General Manager?"

"Mereka tidak saling mengenal, Tuan."

"Oh God, teganya Hades berbuat seperti itu, kenapa dia membunuh General Managerku jika mereka tidak saling kenal? Apakah untuk memutuskan rantai perjodohan yang kubuat untuk putriku?" gumam Julius mulai merasa ketakutan untuk kembali memikirkan siapa calon menantu yang akan dijodohkan dengan putrinya. Ia tak ingin Hades membunuh lelaki pilihannya, sekali lagi.

**** Hallo, Readers... Jangan lupa tuk memberi like dan vote jika suka dengan novel ini. Supaya Author lebih semangat lagi dalam berkarya. Makasih...

Bab 2 - Who is Zeus Anthony?

Flash Back On

Tiga tahun sebelumnya,

Di sebuah vila mewah yang ada di kota Batu, Jawa Timur.

Drrrtt... ddrrrttt...

Zeus sedikit kaget dengan getaran menggelitik di pahanya, ia segera merogoh saku celana dan mengambil ponselnya yang dipasang dalam mode getar dari saku celananya. Deretan angka +62-31-xxx muncul di layar ponselnya.

"Nomor telepon Surabaya, jangan-jangan ini nomor ...," ucap Zeus menggantung. Manik coklatnya membulat lebar, jantungnya juga mulai berdebar tidak sabar untuk segera menggeser tombol hijau yang ada di layar ponsel, menjawab panggilan yang sangat dinantikannya.

"Hallo, apakah saya berbicara dengan Bapak Zeus Anthony?" tanya si penelepon antusias.

"Benar, saya Zeus Anthony. Ada perlu apa ya?" jawab Zeus sambil terus mengontrol nada suaranya agar tetap tenang dan wajar.

"Saya dari Yunani Kingdom Group, Pak. Saya ingin mengabarkan bahwa hasil test dan interview Bapak saat melamar di perusahaan kami mendapat nilai tertinggi. Oleh karena itu, Bapak diterima bekerja di perusahaan kami. Bapak dapat mulai bekerja hari Senin pukul delapan pagi. Temui saya, Pak Rendra di ruang personalia. Ada beberapa berkas yang harus anda tanda tangani sebelum bekerja di perusahaan kami."

"Terima kasih banyak, Pak Rendra. Saya akan datang tepat waktu. Senang sekali dapat bergabung di perusahaan besar ini," ucap Zeus bersemangat mendengar kabar baik yang sangat dinantikannya beberapa hari ini.

"Begitu juga kami, Pak. Kami tunggu kedatangan Anda."

Panggilan kemudian ditutup.

Impian Zeus akhirnya benar-benar terwujud. Setelah lulus kuliah double degree di Austalia, pulang ke Indonesia seperti yang diminta kedua orang tuanya, ia langsung mendapatkan pekerjaan setelah lamaran kerjanya di perusahaan furniture besar dan sukses itu diterima.

Zeus tersenyum senang.

"Papa... pasti Papa terkejut sekali jika tahu aku sebentar lagi akan menanggalkan status pengangguran dan mengubahnya menjadi karyawan swasta. Yihaa...," ucap Zeus sambil melompat tinggi ke udara.

"Ada yang lagi happy nih, ada berita bahagia apa, Nak?" tanya Mama yang tiba-tiba muncul di depanku sambil membawa sepiring lasagna hangat yang masih berasap, meletakkannya perlahan di atas meja kerjaku.

"Zeus sudah mulai kerja kantoran hari Senin, Ma," jawab Zeus sambil tersenyum bangga.

"Benarkah? Di Yunani Kingdom Group Surabaya?" tanya Mama antusias mendengar jawaban putra tunggalnya.

Proses seleksi karyawannya cukup melelahkan. Zeus harus bolak-balik Batu - Surabaya tiga kali, mengikuti test seleksi awal, lalu dilanjutkan test interview dengan Kepala Personalia dan Presdir (pemegang saham terbesar perusahaan). Untunglah, semuanya sudah terbayar dengan sebuah berita bahagia.

"Iya, Ma," Zeus mengangguk cepat.

"Wah... selamat ya, Nak. Kamu berhasil diterima di sana walaupun tanpa bantuan dari Papa. Memang anak Mama ini hebat. Mama bangga padamu, Nak," ucap Mama memberikan sebuah pelukan bahagia pada putra tunggalnya.

"Tentu, Ma. Bukan karena Nepotisme," ucap Zeus sambil tertawa dalam pelukan Mama.

"Kapan kamu pindah ke Surabaya, Nak?" tanya Mama yang raut wajahnya tiba-tiba berubah menjadi sedih seperti tak siap untuk berpisah kembali dengan putra kesayangannya.

"Ah... Mama, jangan sedih dong. Zeus janji, tiap hari Jumat malam, Zeus akan pulang ke vila buat ketemu Mama Papa. Zeus gak bisa lama-lama berpisah sama Mama. Cause I love you so much, Mama," ucap Zeus kembali memeluk Mamanya, mendaratkan ciuman penuh kasih sayang di kedua belah pipi wanita yang telah melahirkan dan membesarkannya dengan penuh kasih sayang.

"I love you too, Son," balas Mama mempererat pelukannya.

Flash Back Off

*

*

*

Di kantor utama Yunani Kingdom Group, Marketing Department Room.

"Kemana Zeus?" tanya Pak Marketing Manager pada Laura, salah satu staff yang ada di dekatnya, setelah tidak berhasil menemukan karyawan teladan di departement yang dipimpinnya.

"Di produksi, Pak. Tadi kepala produksi menelpon, katanya ada kendala di finishing departement. Untuk sementara waktu, pengecatan produk dihentikan sampai tehnisi datang untuk memperbaiki. Kepala produksi khawatir akan terjadi keterlambatan pengiriman barang," jawab Laura sesuai dengan apa yang baru saja didengarnya di telepon.

"Ah... ujung-ujungnya pasti kepala produksi minta Zeus turun tangan memperbaiki mesin yang rusak, maklum lulusan tehnik mesin dan pernah ikut pelatihan perbaikan mesin di finishing departement," ucap Manager Marketing berlalu dari hadapan staffnya, ingin masuk ke ruangannya sendiri.

"Pak Manager... Bagaimana dengan presentasi customer XXX hari Senin?" tanya Laura cepat sebelum Pak Manager Marketing membuka pintu ruangannya.

"Presdir sudah meminta semua orang di marketing departement untuk menyiapkan presentasi dengan baik, supaya customer XXX turun order ke perusahaan. Kalau ada kendala atau sesuatu yang tidak dimengerti, tanya saja ke Zeus, asisten Manager Marketing kalian, okay?" ucap Pak Manager Marketing menatap tajam satu persatu penghuni marketing department agar melaksanakan perintah yang baru saja diucapkannya.

"Baik, Pak. Saya akan menghubungi Zeus setelah semua data untuk presentasi selesai disiapkan," jawab Laura sambil meletakkan beberapa gulungan besar gambar AUTOCAD desain furniture customer XXX dari bagian R&D di meja Zeus, lalu kembali ke mejanya, mengetik draft presentasi dengan rapi yang nantinya akan dikirim ke Zeus untuk diperiksa dan direvisi jika kurang sempurna.

"Sip... Kalau begitu saya bisa pulang tepat waktu hari ini, biar Zeus saja yang lembur menyiapkan presentasi hari Senin," ucap Pak Manager Marketing senang karena mempunyai anak buah yang selalu dapat diandalkan.

Laura tersenyum kecut mendengar ucapan yang dilontarkan Pak Manager Marketing yang melenggang santai masuk ke dalam ruangannya.

"Sebenarnya siapa yang menjabat manager dan siapa yang menjabat asisten manager? Kok manager selalu pulang tepat waktu, tidak pernah lembur, semuanya diserahkan dan dikerjakan Zeus. Pantas saja Zeus dijuluki Ayah Para Dewa, ayah dari semua manager di Yunani Kingdom Group," bisik Laura pada Sarah, rekannya yang duduk di sampingnya.

"Betulll... Udah tampan, pinter, baik lagi. Semuanya dikerjakan sampai beres res tanpa ada keluhan sama sekali. Benar-benar tidak rugi merekrut karyawan yang memiliki totalitas tinggi macam Zeus. Salut buat Pak Rendra (kepala personalia) yang pandai memilih karyawan," timpal Sarah setengah berbisik.

"Iya, semoga Zeus tetap setia dan awet lama bekerja di sini. Pak Manager bakal pusing tujuh keliling kalau Zeus resign atau pindah departement," ucap Laura pelan.

"Sepertinya bukan hanya Pak Manager yang pusing deh, tapi kita semua juga bakal susah kalau Zeus resign. Kita bakal lembur-lembur sampai malam bahkan subuh. Ih... serem deh bayanginnya," ucap Sarah sambil bergidik ngeri.

"Aku tak pernah keberatan menemaninya lembur," ucap Laura dengan senyum menggoda.

"Ya karena hanya kau seorang yang masih jomblo di departement ini, masih bebas dan memiliki banyak waktu untuk dirimu sendiri," ucap Sarah sedikit cemburu dengan status Laura yang membuatnya bebas memilih dan menikmati waktu tanpa harus memikirkan suami dan anak di rumah.

"Siapa suruh cepat-cepat berkeluarga? Enakan jadi jomblo, bebas lirik sana-sini, tanpa terikat komitmen dan tanggung jawab," ucap Laura tersenyum sambil memikirkan trik-trik untuk mendekati Zeus sebatas melepas status jomblo tapi bukan menjadikannya pasangan hidup.

*

*

*

Hari sudah larut malam, kantor sudah sepi, hanya Zeus dan Laura yang masih bekerja lembur.

Manik coklat Zeus fokus mengamati layar komputernya, jari jemari menggeser-geser mouse untuk melihat detail ukiran-ukiran yang ada di desain kepala tempat tidur customer XXX.

"Ukirannya sangat rumit, butuh waktu produksi cukup lama," ucap Zeus khawatir, hal ini dapat menjadi penghambat dan membuat pengiriman terlambat.

"Sepertinya aku harus mengadakan meeting dengan R&D dan produksi untuk membahas masalah ini sebelum presentasi," ucap Zeus sambil mengirimkan pesan melalui Whatsapp ke kepala R&D dan kepala produksi.

"Done. Finish. Oh ya... Bahan presentasi sudah selesai diprint, Laura?" tanya Zeus pada Laura sambil melakukan peregangan otot-ototnya yang kaku kemudian segera mematikan komputer dan merapikan dokumen-dokumen yang ada di atas mejanya.

"Beres," ucap Laura yang sudah membereskannya semuanya setengah jam yang lalu.

"Terima kasih sudah banyak membantuku, sebagai balasannya, aku akan mengantarmu pulang," ucap Zeus sambil tersenyum manis.

"Bagaimana kalau membalasnya dengan mentraktirku makan malam besok?" tanya Laura.

"Maaf, besok siang aku harus pulang ke rumah orang tuaku," ucap Zeus dengan sopan menolak ajakan makan bersama rekan kerjanya.

"Ok, masih banyak waktu untuk membalas kebaikanku. Aku pulang dulu, Zeus. Kau takperlu mengantarku pulang, aku sudah memesan ojek online," ucap Laura datar walaupun hatinya sangat kecewa

"Baiklah, hati-hati di jalan, Laura," ucap Zeus.

*

*

*

Sabtu siang di sebuah vila mewah di kota Batu.

"Siang, Papa. Siang, Mama," salam Zeus ketika masuk ke dalam vila dan bertemu orang tuanya yang sedang bersantai, duduk-duduk sambil menikmati cemilan dan menonton televisi di ruang keluarga.

"Zeus, kamu sudah datang, Nak," sambut Mama Cleo hangat yang langsung berlari memeluk Zeus, putra kesayangannya.

"Maaf, Ma. Zeus kecapekan kemarin," ucap Zeus sambil membalas pelukan Mama.

"Apakah kemarin kamu lembur?" tanya Papa.

Zeus mengangguk.

"Memang ada masalah di kantor?" tanya Papa serius.

"Tidak, Pa. Hanya mempersiapkan presentasi untuk hari Senin aja kok," jawab Zeus santai.

Papa mengangguk dan berkata, "Syukurlah, kalau begitu, semoga lancar ya, Nak. Mama dan Papa doakan yang terbaik buat kamu."

"Terima kasih, Ma, Pa," ucap Zeus.

"Duduk sini, Nak," ucap Mama sambil menggandeng Zeus ke sofa.

Lalu Zeus duduk di sofa dan memijat-mijat tengkuknya yang kaku karena terlalu lama mengemudi.

Perjalanan dari kota Surabaya ke kota Batu sebenarnya hanya 2 jam kalau lewat tol. Tapi karena weekend, jalanan lumayan ramai dan tadi ada kemacetan panjang di pintu tol.

"Capek, Nak? Udah makan?" tanya Mama.

"Lumayan capek dan belum makan, Ma. Jadi makan siang dan dessertnya diantar ke kamar aja ya? Boleh?" pinta Zeus sambil mengedipkan mata manja pada Mama.

"Boleh banget, sayang," kata Mama, langsung ke dapur untuk menyiapkan makan siang dan pie aneka buah segar untuk Zeus.

Setelah Mama pergi, Zeus bangkit dari sofa, berjalan menuju ke kamarnya yang ada di lantai dua.

"Zeus, besok pagi Papa dan Mama mau bersepeda. Kamu mau ikut?" tanya Papa sebelum Zeus naik ke tangga yang melingkar anggun di vila.

"Ikut dong, Pa," ucap Zeus senang.

"Okay. Nanti Papa minta Mama bangunkan kamu besok pagi ya?" ucap Papa.

"Iya, Pa. Zeus ke kamar dulu," pamit Zeus.

**** Hallo, Readers... Jangan lupa tuk memberi like dan vote jika suka dengan novel ini. Supaya Author lebih semangat lagi dalam berkarya. Makasih...

Bab 3 - Terlalu Pendiam dan Suka Menyendiri

Keesokan harinya.

"Hari ini kita bersepeda ke alun-alun yuk? Mama ingin makan soto ayam dan Papa ingin makan sate ayam," ucap Papa sudah tidak sabar ingin segera mengayuh sepedanya pergi.

"Boleh, Zeus juga mau makan dua-duanya," ucap Zeus sambil tersenyum senang.

"Okay, kita berangkat sekarang ya," ucap Mama senang.

Mereka bertiga segera mengayuh sepeda keluar dari pintu gerbang vila yang terbuka otomatis begitu Pak Ridwan, supir yang bekerja di vila, menekan tombol remote.

Sesampainya di alun-alun, mereka memarkirkan sepeda di tempat parkir sepeda motor, mengunci sepeda dengan 2 macam kunci berbeda, U-lock dan sling baja/rantai.

Setelah itu mereka bertiga segera menuju lokasi pedagang kaki lima yang menjual sate ayam. Mama memesan sate ayam tanpa lemak dan lontong untuk Papa dan Zeus. Sementara Zeus pergi ke gerobak soto ayam, memesan dua porsi soto ayam istimewa dengan tambahan telur muda untuknya dan Mama. Setelah itu Zeus segera kembali dan duduk di sisi Mamanya, di sebuah bangku plastik warna merah, tanpa ada meja di hadapannya.

Tak berapa lama sate ayam, lontong dan soto ayam datang dan siap disantap. Sebuah cita rasa nikmat dibalut kesederhanaan, yang taklengkap tanpa kehadiran jeruk nipis dan sambal.

Manik coklat Zeus bergerak mencari-cari mangkuk berisi jeruk nipis dan tempat sambal yang biasanya diletakkan di dekat gerobak soto.

"Maaf, permisi. Saya mau mengambil itu," ucap Zeus sambil menunjuk barang yang diinginkannya saat terhalang tubuh seorang gadis.

"Oiya, silahkan," ucap gadis itu, bergeser ke samping memberikan jalan bagi Zeus untuk lebih mendekat ke gerobak soto.

Zeus segera menjulurkan tangannya yang panjang untuk meraih dua potong jeruk nipis, menyendok satu sendok penuh sambal dan menuang ke dalam mangkuk sotonya.

"Zeus Anthony?" ucap gadis itu dengan nada kaget seperti takpercaya kebetulan bertemu dengan pujaan hati merangkap seniornya saat kuliah di Australia. Indonesia begitu luas, sungguh takmenyangka di kota kecil Batu, mereka berjumpa kembali, bahkan dapat menyapanya sedekat ini.

"Hai, anda mengenal saya, Nona?" tanya Zeus melempar sebuah senyum manis walaupun tidak mengenali siapa lawan bicaranya.

"Tentu, apakah kakak sudah melupakanku?"

tanya gadis itu dengan mulut cemberut karena pujaan hatinya berubah jadi pikun.

"Saya Jean Elizabeth, adik kelas Kakak di Ausie. So sweet sekali dapat bertemu Kakak lagi di Indonesia. Apakah Kakak juga sedang berlibur di Batu?" tanya gadis itu sudah melupakan kekecewaan hati sebelumnya.

"Ah... junior di Ausie, maaf. Saya tinggal di Batu tepatnya. Saya makan dulu ya. Keburu dingin nanti sotonya. Senang dapat berkenalan denganmu, Jean Elizabeth," ucap Zeus undur diri sebelum gadis itu mulai bertingkah macam-macam.

"Iya, silahkan Kak," ucap Jean sedikit kecewa karena Zeus tampak berusaha menghindarinya.

Zeus beranjak pergi, Jeanpun hanya dapat mencuri pandang dari kejauhan, menatap Zeus yang lahap menikmati makanan lezat, ikon alun-alun Batu.

"Ini, Non... soto ayam komplit bungkus 5 biji, diperiksa dulu, Non, ada yang kurang atau enggak?" ucap penjual soto ayam menyodorkan sebuah bungkusan plastik besar dan berat.

"Ini uangnya. Kembaliannya ambil aja, Pak," ucap Jean segera berlalu tanpa mengintip isi bungkusan yang diterimanya, dia yakin penjual soto sudah menyiapkan semuanya dalam jumlah yang benar.

"Sofie, udah beres nih, pulang yuk!" ucap Jean pada sahabatnya yang menemaninya mencari sarapan pagi untuk semua teman-temannya yang ingin menghabiskan weekend dengan berwisata ke kota Batu.

"Ngobrol sama siapa tadi, Jean? Kece amat tuh cowok," tanya Sofie penasaran.

"Teman kuliah di Ausie, kece abis tapi super pendiam, entah sudah berapa banyak cewek patah hati karena ditolaknya, termasuk aku, huhuhu..." jawab Jean tertawa kecut pura-pura menangis sedih.

"Yah... padahal ingin ngajakin dia ikut gabung di group kita," ucap Sofie kecewa.

"Lupain aja, Sof. Waktu masih di Ausie, dia lebih suka menyendiri dan menghabiskan weekendnya di apartement daripada hangout dengan teman-teman," ucap Jean lagi.

"Ah.. sayang sekali, ada cowok kece nganggur gak bisa digodain, hihihi..." tawa Sofie gemas.

*

*

*

Zeus mengambil ponselnya di atas nakas, ternyata ada sudah ada 5 misscall dari nomer tak dikenal.

Drrttt... Drrttt...

Ponsel Zeus kembali bergetar, ia segera menjawab panggilan telepon dari nomer tak dikenal itu.

"Hallo, Zeus. Ini aku Callum," ucap Callum senang karena akhirnya seseorang mengangkat panggilan teleponnya yang ke enam.

"Oh, hai, Callum. Maaf, aku sedang mandi tadi. Di mana kau sekarang? Apakah kau ada di Batu sekarang? Karena nomer ponselmu sekarang adalah nomer ponsel Indonesia," ucap Zeus.

"Ya, aku kebetulan sedang pulang ke Batu. Wah, sudah 3 tahun lebih tidak bertemu denganmu. Yuk makan malam di Sky Lounge Amarta Hills," ajak Callum.

"Ok, jam 7 malam?" tanya Zeus.

"Yes, seven pm," ucap Callum setuju.

"Ok, bye."

*

*

*

Zeus datang lebih awal dari perjanjian yang disepakatinya, Sky Lounge nampak ramai dipadati arek-arek Malang dan beberapa wisatawan dari luar kota.

Zeus memilih duduk di sebuah bangku panjang yang menghadap ke arah yang tepat untuk menikmati pemandangan kota Batu dengan layar tanaman hijau penggunungan. Suasana malam yang dingin penuh kerlip lampu yang indah, menaburkan suasana romantis ke permukaan, membuat para pengunjung takhenti-hentinya berdecak kagum, sibuk mengabadikan momen bahagia mereka di sini, termasuk segerombolan gadis cantik di dekat meja Zeus, yang tidak ada habisnya bergaya di depan kamera. Dan Zeus mengenali salah satu personelnya, Jean Elizabeth, gadis yang pernah dikenalnya, ada di antara mereka.

Beberapa saat kemudian, Jean melambaikan tangannya pada Zeus setelah selesai berfoto.

"Hai, Kak Zeus. Senang dapat bertemu denganmu kembali di sini. Apakah Kakak sedang menunggu seseorang?" tanya Jean mendekati tempat duduk Zeus, diikuti gerombolannya yang sibuk berbisik-bisik dan cekikikan di belakang punggung Jean.

"Ya, oh itu temanku sudah datang," ucap Zeus senang, berharap dengan kedatangan Callum, maka Jean dan gerombolannya segera berlalu meninggalkannya, tidak mengganggu lagi tepatnya.

Jean menoleh melihat siapa teman Kak Zeus yang berhasil mengajak Kak Zeus keluar dari tempatnya bertapa untuk mendapatkan wangsit.

"Callum Christian?" ucap Jean kaget melihat sahabat karib Zeus Anthony saat masih kuliah di Ausie ada di depan matanya sekarang. Callum adalah seorang pemuda yang ramah dan bersahabat, bertolak belakang dengan sifat-sifat Zeus. Entahlah bagaimana asal mula dua mahluk berbeda sifat itu dapat menjalin persahabatan dan akrab seperti itu, Jean sendiri bingung mencari jawabannya.

"Hai, Jean. Kamu juga sedang ada di Batu rupanya. Sungguh luar biasa sekali dapat bertemu kalian berdua di sini," ucap Callum kaget, mengedipkan sebelah matanya pada Zeus, tersenyum geli mengingat kelakuan gila Jean yang pernah secara mengejutkan menyatakan cintanya pada Zeus 5 tahun lalu.

Meneriakkan rayuan puitis di podium, tempat dosen biasanya memberikan perkuliahan, kemudian menyodorkan sebuah buket bunga mawar dan sekotak coklat putih brand terkenal, sampai semua mahasiswa yang hadir di sana memberikan aplause panjang dan membuatnya menjadi bahan perbincangan hangat selama seminggu di kampus.

"Kak Callum, apakah kami boleh bergabung denganmu?" tanya Jean benar-benar tak ingin menyia-nyiakan kesempatan kedua yang telah diberikan Tuhan untuk mendekati Zeus lagi.

"Sure, kami berdua merasa sangat terhormat dapat menikmati santap malam sekaligus mengenal banyak gadis cantik, benar begitu, Zeus?" tanya Callum pada Zeus yang mulai cemberut karena Callum menerima Jean dan teman-temannya untuk bergabung duduk bersamanya.

Zeus terpaksa mengangguk pasrah.

"Baiklah, Kakak. Aku akan mengenalkan teman-temanku yang cantik-cantik ini pada kalian berdua. Ini Sofie, Rossie, Hera dan ini Kak Zeus, Kak Callum," kata Jean memperkenalkan teman-temannya pada Zeus dan Callum.

Callum langsung mengulurkan tangannya untuk bersalaman dengan the most beautiful and elegan girl Hera lebih dulu, gadis yang sudah sedari tadi berada dalam radar Callum saat ia masuk ke dalam Sky Lounge.

"Anda benar-benar sangat cantik, Nona Hera," ucap Callum terpesona, takingin segera melepaskan jemari tangannya bahkan setelah berulang kali mengecup punggung tangan Hera, sampai Rossie benar-benar tidak tahan melihat kelakuan Callum dan menepuk bahunya sambil berkata, "jangan lama salamannya, giliran dong, yang antri banyak."

Hera hanya tersenyum dingin mendengar ucapan Callum, sepertinya dia sudah terbiasa bahkan bosan melihat begitu banyak pria yang jatuh cinta begitu melihatnya.

"Maaf, terlalu terbawa suasana," ucap Callum tersentak kaget, kemudian melepas tangan Hera dan berjabat tangan dengan Rossie dan Sofie.

Sementara Zeus hanya menganggukkan kepala pada ketiga gadis teman Jean, seakan tidak tertarik untuk mengenal mereka lebih dalam. Dan beberapa saat kemudian, Zeus pamit pulang, meninggalkan Callum seorang diri seperti seorang penyamun di sarang perawan, setelah menerima panggilan telepon dari ibunya.

"Mungkin dia seorang gay," bisik Sofie pada Jean yang menatap punggung Zeus pergi meninggalkan Sky Lounge Amarta Hills.

Hera mengangguk tanda setuju.

*

*

*

Beberapa hari kemudian di Marketing Departement Room.

"Zeus, udah selesai meeting?" tanya Pak Manager Marketing yang baru kembali dari gedung produksi, pada staff marketingnya yang lagi sibuk membalas email.

"Udah, Pak!" sahut Laura tanpa menghentikan kerja jari jemari tangannya menari-nari di atas keyboard komputer.

"Lalu... Mana Zeus? Kok tidak ada di mejanya?" tanya Pak Manager Marketing lagi.

"Oiya... Zeus dipanggil Presdir, Pak."

"Ada perlu apa Presdir panggil Zeus?"

"Kurang tahu, Pak. Zeus tidak mengatakan apa-apa, langsung pergi menghadap."

"Ya...ya...ya," kata Pak Manager Marketing sambil berjalan masuk ke ruangannya. Raut wajahnya terlihat sedikit masam, mungkin sedikit api cemburu mulai meletup-letup karena Presdir lebih sering memanggil asistantnya daripada dirinya.

*

*

*

Ruangan Presdir Yunani Kingdom Group.

"Zeus, order dari Customer XXX berhasil kita dapatkan. Mereka sudah turun order 800 kontainer bulan ini. Pastikan semuanya beres. Jangan ada keterlambatan pengiriman, okay?" kata Julius, Presdir Yunani Group Kingdom.

Sinar matanya terlihat senang karena berhasil mendapatkan order besar berkat presentasi menarik, menunjukkan bahwa produk furniture yang diproduksi Yunani Kingdom Gorup berasal dari bahan bermutu tinggi, desainnya berkualitas, serta memiliki nilai seni yang tinggi.

"Baik, Pak. Akan saya selesaikan dengan baik," jawab Zeus penuh percaya diri, tersenyum senang karena semua usahanya membuahkan hasil luar biasa.

"Baik. Urusanmu sudah selesai, kamu dapat kembali ke ruanganmu, Zeus," perintah Presdir.

Zeus segera menunduk hormat dan berjalan ke pintu, kembali ke ruangannya.

Beberapa menit kemudian,

Sekertaris pribadi Presdir masuk ke ruangan Presdir.

"Pak, saya barusan mendapat kabar bahwa Pak Rudi harus memperpanjang tugasnya di Pabrik A. Keadaan produksi di sana masih belum stabil. Jika Bapak ingin berbincang lebih lanjut dengan Pak Rudi, saya sambungkan langsung dengan Pak Rudi, Pak," kata Sekertaris Presdir lagi.

Julius termenung sejenak sambil mengusap-usap dagunya.

Hmm...Hmm...

"Panggil Zeus ke ruangan saya," perintah Julius pada Sekertarisnya.

"Baik, Pak. Permisi," kata Sekertarisnya lagi.

*

*

*

Zeus baru saja sampai di mejanya. Tapi telpon sudah berbunyi dan Sekertaris Presdir memintanya kembali ke ruangan Presdir lagi.

"Lho...lho... mau kemana lagi kamu, Zeus?" tanya Pak Manager Marketing bingung saat keluar dari ruangannya untuk menanyakan kenapa Presdir baru saja memanggil Zeus.

"Ke ruang Presdir, Pak. Permisi," jawab Zeus sambil melangkah pergi meninggalkan mejanya.

Pak Manager Marketing hanya bisa bengong. Baru beberapa menit yang lalu Zeus dipanggil Presdir, dan sekarang kembali dipanggil Presdir lagi.

"Arrgghh... bisa-bisa sebentar lagi Zeus naik jabatan lebih tinggi daripada aku. Frekuensi dia dipanggil Presdir jauh lebih banyak daripada semua manager yang ada di sini," ucap Pak Manager Marketing geram.

Dan apa yang dikhawatirkan Pak Manager Marketing benar-benar terjadi. Esok lusa, Zeus Anthony sudah bukanlah asistant marketing manager lagi, kariernya sudah meroket tajam menjadi General Manager hanya dalam waktu 3 tahun.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!