Felix Chandra nama laki-laki yang mencintai wanita masa lalunya. Dia masih memegang janjinya untuk menikahi gadis kecil itu. Saat ini dia masih mencari keberadaan wanita yang selama ini dia cari. Tidak ada rasa lelah atau pun menyerah untuk mendapatkan gadis yang telah memikat hatinya selama lima belas tahun lamanya.
---
Malam hari pukul 23.45 Instanbul, Turki.
Disebuah Tempat...
Seorang laki-laki yang tampan yang memiliki keturunan Turki-Indonesia. Menyenderkan punggungnya kesebuah kursi empuk yang bertuliskan Direktur utama.
Laki-laki itu menatap sebuah foto kecil yang ada di laci meja kerjanya dengan senyuman yang menggembang di sudut bibirnya.
Dimanakah dirimu sekarang, wanitaku? Batin Felix.
Aku sangat merindukanmu. Apalah arti hidupku tanpamu. Batin Felix tersenyum tipis.
Drrttt-drrtt!
Ponsel milik Felix bergetar. Dengan malas Felix ingin menekan tombol hijau di layar ponselnya. Namun, Felix segera meraih ponselnya dan melihat sebuah nama yang membuat Felix urungkan niatnya untuk menolak panggilan itu.
"Katakan ada apa, Lei?"
"Sepertinya saya menemukan sedikit jejak tentang wanita itu, Boss." ucap seorang laki-laki dari arah sebrang sana.
"Terus cari wanita itu. Jika tidak maka aku sendiri yang akan mencarinya."
Tutt!
Panggilan segera diakhiri oleh Felix.
***
Di sisi lain.
Lei sangat tahu betul bagaimana sikap Felix. Ya, sikap yang seperti es balok terhadap siapapun termasuk dengan Lei sendiri. Lei pun Asisten serta tangan kanan Felix jika berada didunia gelap.
***
Felix mengehela nafasnya dengan berat lalu menghembuskannya. Bagaimanapun wanita itu harus menjadi wanitanya. Mau hidup atau pun mati wanita itu harus menjadi wanitanya.
Mau semua orang bilang ia laki-laki egois pun tak masalah bagi dirinya asalkan dia bisa hidup bahagia bersama gadis itu.
"Jangan panggil aku dengan Felix jika aku tak bisa menemukanmu. Bahkan jika kau berada di lubang semut sekalipun. Aku tetap bisa menemukanmu." ucap Felix tersenyum sambil melihat sebuah foto di tangannya.
Felix meletakan kembali foto itu di dalam laci kerjanya lalu ia segera berjalan keluar dari kantor langsung menuju parkiran VIP dan masuk kedalam mobil pribadi miliknya.
Laki-laki itu segera menghidupkan mobilnya dan menginjak pedal gas untuk menuju mansion pribadi miliknya sendiri.
Namun, saat dipertengahan jalan sebuah peluru menembus kaca jendela mobil Felix. Felix tahu inilah akibatnya jika ia terjun didalam dunia gelap. Namun, mau bagaimana lagi kalau sudah takdirnya dia harus terjun kedunia gelap.
Felix menaikkan pedal gasnya dengan cepat untuk sampai kemansion pribadi miliknya yang teletak di dalam hutan yang cukup jauh dari daerah perkotaan.
Shit!
Felix mengumpat kesal karena ada beberapa mobil yang menghalanginya untuk sampai kemansion. Dengan sigap Felix meraih ponselnya lalu menghubungi Lei dan juga Anthoni.
Panggilan tersambung tiga.
"The black dragon!" pekik Felix kesal.
Tutt...
Panggilan segera terputus. Felix segera memainkan taktiknya untuk menunggu Anthoni dan Lei untuk datang. Felix sangat tahu bagaimana caranya mengelabuhi musuh.
***
Di sisi lain.
Anthoni yang menerima panggilan itu pun terselimuti emosi yang cukup tebal. Dengan sigap Anthoni mengumpulkan seluruh anggota The black dragon untuk menyusul Felix di perbatasan kota dan hutan. Mobil Felix di pasang gps yang terhubung langsung dengan Anthoni. Karena jika dalam kondisi seperti ini Anthoni bisa melacak dimana keberadaan sahabatnya itu.
"Go! " ucap Anthoni memberi aba-aba.
Dengan cepat semua anggota The black dragon masuk kedalam mobil yang berparas hitam elegan yang memiliki arti tersembunyi.
Tidak membutuhkan waktu yang lama untuk Anthoni dan Lei untuk sampai di perbatasan antara perkotaan dan hutan.
Lei melihat mobil Felix yang sudah banyak tertembak timah panas. Tidak apa-apa jika mobil itu rusak bagi Lei. Yang terpenting keselamatan Felix yang didahulukan.
Anthoni mengemudikan mobilnya dengan cepat. Sedangkan Lei melihat musuh yang sedang berhadapan dengan Felix. Lei segera mengeluarkan Desert eagle mark XlX pistol miliknya. Pemain countre strike paham senjata ini. Pistol ini mampu membunuh seseorang dalam sekali tembak.
Dorr-dorr!
Lei melepaskan empat buah timah panas pada masing-masing musuh. Tidak butuh waktu yang lama musuh yang terkena tembak oleh Lei telah meregang nyawa dilokasi kejadian itu.
Saat melihat sekelilingnya sudah aman Lei dan yang lain segera keluar dari mobil lalu mendekatkan diri mereka kemusuh karena ingin mencari identitas orang-orang yang berani mengusik Boss mereka.
Felix yang melihat bahwa Anthoni dan Lei telah berada di sana segera menepikan mobilnya lalu berjalan keluar dari mobil mendekati Lei.
"Apa kau terluka, Felix?" tanya Anthoni khawatir.
"Aku tidak apa-apa. Bagiku tidak ada hal yang lebih menyakitkan di dunia ini selain aku tidak bisa menemukan wanitaku." ucap Felix tersenyum getir.
"Maafkan aku." ucap Anthoni tulus.
"Lei, tolong kau cari tahu siapa dalang dibalik semua ini. Aku percaya padamu!" pinta Felix dengan senyuman hangatnya.
Aku tidak bermimpi? melihat dia tersenyum kepadaku? Batin Lei tersipu.
"Ah, iya, baiklah." jawab Lei sedikit kaku.
Mereka semua segera kembali kemansion untuk mencari siapa dalang dibalik semua kejadian ini. Tidak mungkin tidak ada penyebab dibalik penyerangan yang tiba-tiba begini bukan?
Lei membawa mobil Felix kembali kemansion. Sedangkan Felix berada satu mobil dengan Anthoni.
Anthoni sangat mengenal Felix. Anthoni pun tahu wanita yang dicintai Felix selama berbelas tahun lamanya dia masih setia menunggu wanita itu kembali. Banyak yang ingin menjadi pendamping Felix atau bisa disebut banyak wanita yang suka rela naik keatas ranjang Felix tanpa imbalan apapun. Tetapi Felix tetap setia dengan gadis kecilnya. Ya, Anthoni cuma bisa berdo'a agar mereka cepat bertemu.
Felix hanya diam membisu selama perjalanan tidak ada sepatah atau dua patah yang keluar dari bibirnya. Anthoni sangat tahu dibalik sikap Felix yang dingin dan kejam ada sisi kelembutan dan kehangatan didalam diri Felix.
Setelah sampai di mansion Felix tidak ada mengeluarkan sedikitpun kata dari bibirnya. Ia langsung berjalan masuk kedalam kamarnya. Meninggalkan Anthoni dan Lei begitu saja.
Sesampainya di kamarnya. Felix segera melepaskan jasnya lalu lebih memilih untuk membersihkan dirinya terlebih dahulu.
Sesudah membersihkan dirinya Felix pergi keruang pengobatan untuk mengobati luka. Meskipun luka yang tergores ditangannya tidak terlalu parah tetap harus ia obati. Jika ia sakit. Lalu bagaimana lagi caranya untuk menemukan sang pujaan hati tercinta?
Felix mengambil sebuah kotak obat dan mengolesi betadine keluka yang ada ditangannya.
Ini tidak ada apa-apanya. Dibandingkan aku harus hidup tanpamu. Duniaku tidak ada artinya meski aku hidup dengan banyak uang jika tanpa dirimu, Kimberly Lina. Batin Felix.
Mau hidup ataupun mati yang terpenting aku menemukanmu. Jika pun kau tidak ada lagi di dunia ini. Aku tidak akan pernah berpaling darimu, percayalah itu. Batin Felix tersenyum.
\=\=\=> Bersambung.....
Jangan lupa klik Favorite dan Vote ya...
Setelah mengobati lukanya. Felix menuruni anak tangga untuk menuju dapur hendak makan malam. Sesampainya di meja makan Felix hanya melihat Anthoni terduduk menung menatap makanannya.
"Apa kau bosan makan, Anthoni?" suara Felix yang seperti sebuah ancaman bagi Anthoni.
"Tidak. Aku hanya memikirkan siapa orang itu." jawab Anthoni tersenyum getir.
Felix hanya tersenyum tipis lalu menarik kursi di sebelah Anthoni. Felix segera mengambil makanannya. Sedangkan Lei baru saja tiba di dapur segera menarik kursi dan duduk di sebelah Felix.
"Makanlah. Besok kalian akan bekerja dengan extra untuk menemukan wanitaku!" perintah Felix dengan penekanan.
"Ba..baiklah." jawab Lei sedikit gugup.
Setelah mendengar ucapan Felix hanya ada bunyi sendok dan piring yang saling beradu. Tidak ada lagi percakapan antara Felix, Anthoni dan juga Lei. Anthoni dan Lei tahu betul bagaimana sikap Felix, karena mereka telah tumbuh bersama-sama selama bertahun-tahun.
Sesudah menghabiskan makanannya. Felix kembali kekamarnya tanpa mengeluarkan sepatah dua patah kalimat dari bibirnya. Ya, Anthoni maklumi karena memang begitu sikap Felix sehari-hari. Sesampainya di kamarnya seperti biasanya Felix selalu menatap foto wanita cantik itu yang terpajang di dinding kamarnya.
Besok aku akan mencarimu. Kau harus menjadi wanitaku satu untuk selamanya. Dan tidak ada duanya di hatiku. Batin Felix.
***
Keesokan Harinya...
Jam menunjukan pukul 08.00 Instanbul, Turki.
Felix terbangun dari tidurnya menatap sekelilingnya bahwa hari sudah pagi. Felix tersenyum ketika matanya jatuh pada sebuah foto wanita cantik yang selalu ia lihat ketika hendak tidur dan bangun tidur.
Sabarlah sayang. Aku pasti menemukanmu. Batin Felix tersenyum manis.
Felix segera beranjak dari tempat tidurnya lalu berjalan menuju kamar mandi hendak membersihkan dirinya terlebih dahulu.
***
Lei dan Anthoni tidak tidur semalaman karena mereka menyelesaikan tugas mereka mencari tahu siapa dalang dibalik penyerangan tiba-tiba yang dilakukan orang-orang yang tidak dikenal.
Oh, shit!
Lei mengumpat kesal karena ia sudah tahu siapa orang dibalik semua ini.
"Mati kau!" pekik Lei kesal sambil memukul meja kerja di sebuah ruangan di mansion itu.
"Ada apa, Lei?" tanya Anthoni heran.
"Aku tahu siapa dalang dibalik semua ini!" ucap Lei emosi.
"Katakan siapa?" tanya Felix tiba-tiba.
"Laki-laki itu Bram!" jelas Lei dengan kesal.
"Bram?" tanya Felix mengernyitkan dahinya.
Siapa laki-laki itu? Batin Felix heran.
"Kau tidak ingat, Felix?" tanya Anthoni.
"Tunggu." jawab Felix.
Felix mengingat-ngingat siapakah Bram? Felix berusaha keras mengingat siapakah sebenarnya Bram? ada urusan apa dirinya dan Bram.
Setelah beberapa saat hening akhirnya Felix mengingat siapa Bram. Ya, Bram adalah musuh yang pernah ditembak oleh Felix saat melakukan transaksi senjata ilegal. Saat itu Bram membocorkan transaksi itu kepolisi. Tetapi Bram gagal membuat Felix masuk kedalam jeruji besi dan hasilnya Bram tertembak oleh Felix saat Bram ingin menahannya sampai polisi itu datang.
"Aku ingat. Baiklah cukup kalian buat Bram mendekam didalam penjara selama-lamanya. Akuisisi semua perusahaannya dan hancurkan semua bisnisnya!" pinta Felix pada Lei.
"Yah, aku tahu walaupun kau tidak ingin mengotori tanganmu untuk menghabisi laki-laki seperti Bram. Tetapi caramu cukup bagus, Felix." ucap Anthoni bangga.
"Tuntaskan pagi ini juga. Setelah itu cari wanitaku!" pinta Felix pada Lei.
"Baiklah, Boss." jawab Lei semangat.
Felix segera meninggalkan ruang penyelidik itu. Lalu ia berjalan menuju dapur untuk mengisi perutnya.
Sesampainya di dapur Felix hanya mengambil sebuah roti dengan selai coklat kacang kesukaannya dari kecil. Mungkin wanita itu sangat hafal bahwa dirinya suka selai coklat kacang. Felix tersenyum ketika mengingat betapa asiknya gadis itu ketika menyuapinya dengan sebuah roti yang diolesi selai coklat kacang.
"Aku jadi rindu padamu, Lina." ucap Felix tersenyum getir.
Felix segera melahap sampai habis rotinya lalu menuangkan sebuah susu kemasan kedalam gelasnya lalu ia menghabiskan susu itu. Ketika selesai mengisi perutnya yang sudah kosong dengan sebuah roti. Felix kembali menuju ruang penyelidik untuk menemui Lei dan juga Anthoni.
"Anthoni...." panggil Felix.
"Ikut aku. Kita pergi sekarang!" ajak Felix.
Anthoni sebenarnya enggan untuk ikut Felix mencari wanitanya. Karena setiap hari selalu mencari keberadaan wanita itu. Namun, hasilnya nothing. Walaupun Anthoni tahu Felix orangnya pantang nyerah sekalipun dia harus mengorbankan nyawanya ia siap. Itulah Felix Chandra, pantang mundur sebelum benar-benar telah tiada.
Tidak ada kata menyerah didalam kamus Felix Chandra.
"Bersiaplah, Anthoni. Aku menunggumu di depan." ucap Felix. Lalu ia segera meninggalkan Anthoni yang belum sempat mengatakan dirinya ikut atau tidak.
"Lei, jika kau menemukan titik terang keberadaan Lina. Cepat kabari aku!" pinta Anthoni sambil menepuk-nepuk bahu Lei.
"Baiklah, Anthoni. Itu pasti." jawab Lei.
Anthoni segera meninggalkan Lei sendirian di dalam ruangan penyelidik. Anthoni segera menyusul Felix yang telah berada didalam mobil sport kedua miliknya yang berparas hitam elegan yang memiliki ukiran permata berlian berlambangkan naga hitam didepan mobilnya.
Felix menyukai warna hitam karena bagi dirinya hidup dia tidak lagi bearti dan bewarna semenjak semuanya menghilang. Tidak banyak orang yang tahu beban apa yang selama ini ia sembunyikan. Hanya Anthoni dan Lei yang tahu berapa besarnya luka yang tertanam di dalam diri Felix.
Felix menutupi semua kesedihan dan penderitaan yang dia rasakan. Felix selalu menyembunyikan rasa sakit dan luka itu dengan senyuman yang selalu dibuat oleh Lei. Lei sering kali membuatnya terhibur meski ia tak sering menampakan senyuman itu secara langsung. Biarlah semua orang menganggapnya sebagai es balok ia sama sekali tidak peduli dengan komentar orang lain. Begitu banyak beban yang ia derita sejak kecil sampai dengan sekarang.
Begitu besar perjuangan Felix untuk bangkit dari luka batin yang ia terima. Jika tidak ada wanita itu entah bagaimana kehidupannya sekarang.
Felix mengubah semua identitasnya menjadi Felix Chandra. Sesungguhnya nama asli felix bukan lah Chandra melainkan Felix Arta Dinata. Ia mengubah identitasnya hanya untuk lari dari kenyataan yang begitu pahit yang harus ia terima.
Apakah pantas seorang anak laki-laki yang berusia dua belas tahun harus menanggung beban hidup sendirian? menyaksikan kematian sang Ayah dihadapanya begitu saja? lalu diiringi kematian sang Bunda yang secara tragis? apakah pantas seorang anak usia dua belas tahun menyaksikan itu semua?
Tidak ada kata yang bisa digambarkan untuk hati kecil Felix saat melihat kematian Ayah dan Bunda di hadapanya dengan cara yang tidak layak. Semenjak kejadian itu Felix banyak belajar bahwa dunia ini sungguh tidak adil. Semenjak kejadian itu Felix banyak belajar bahwa ia harus menjadi orang yang kaya dan hebat agar nasibnya tidak sama seperti kedua orangtuanya.
Tidak banyak orang yang tahu bahwa sosok Felix Chandra memiliki hati yang lemah lembut. Mereka selalu menganggap bahwa Felix Chandra adalah orang yang paling sadis dan tidak layak untuk hidup.
\=\=\=> Bersambung.....
Jangan lupa klik favorite dan vote yang banyak yah😊🙏🏻
"Ayo berangkat, Anthoni." ucap Felix datar.
Anthoni segera masuk kedalam mobil lalu menghidupkannya. Dengan sigap Anthoni menginjak pedal gas dengan cepat keluar dari mansion menembus jalan hutan yang sepi menuju jalan raya perkotaan.
Mansion Felix yang berada jauh dari daerah perkotaan selalu diawasi dengan cctv di area manapun. Sehingga kalau ada penyusup yang ingin masuk kedaerah mansion maka otomatis ruang penyelidik itu berbunyi tanda peringatan. Bukan orang sembarangan yang bisa lolos jika mereka ingin menyusup dimansion Felix. Mansion yang selalu diawasi dengan ketat. Felix bukan orang bodoh yang meninggalkan mansion itu tanpa keamanan yang ketat.
"Kemana kita mencari wanita itu, Felix?" tanya Anthoni tiba-tiba.
"Kemanapun." jawab Felix datar.
"Aku tidak tahu arah mana yang akan aku arahkan mobil ini, Felix!" ketus Anthoni sedikit kesal.
"Kemanapun kau inginkan maka labuhi lah perjalanan itu, Anthoni." jawab Felix singkat.
Anthoni tidak ingin berdebat dengan Felix lagi. Walaupun sebenarnya Anthoni sangat merindukan Felix yang mudah tersenyum seperti dulu. Kini semuanya sudah sirna tidak ada lagi senyuman dari Felix.
***
Di sebuah Restorant.
Kimberly Lina. Nama wanita yang teramat dicintai oleh Felix. Wanita itu berasal dari keluarga yang sederhana. Namun, banyak kehagatan di dalam keluarga kecil itu.
Lina adalah seorang pekerja di rumah makan sederhana. Ya, Lina terpaksa kuliah sambil bekerja untuk membiayai uang kuliahnya. Karena ia tahu jika hanya mengandalkan uang dari Ayahnya itu tidak akan cukup untuk membiayai uang kuliah.
Lina adalah gadis yang berparas cantik yang memiliki bola mata hitam kecoklataan serta dilengkapi dengan hidung yang mancung. Wanita cantik yang memiliki blesteran Inggris dan Turki.
Saat ini Lina sedang sibuk menghantarkan makanan kemeja pelanggan.
"Lina...." panggil Aura. Aura adalah sahabat dekatnnya Lina.
"Ada apa, Ra?" tanya Lina yang masih sibuk dengan pekerjaannya.
"Tidak ada. Aku hanya rindu padamu." jawab Aura dengan senyuman ala kudanya.
Lina hanya membalas dengan senyuman yang hangat kepada Aura. Dia sangat sibuk hari ini yang membuatnya hampir ingin berhenti bekerja. Tapi ia tahu jika ia berhenti bagaimana dengan uang kuliahnya?
***
Felix dan Anthoni mengelilingi Kota Instanbul selama dua jam lebih. Namun, tidak juga mendapatkan sedikit jejak dimana wanita itu berada. Hati kecil Felix sedih karena ia belum bisa menemukan sang pujaan hatinya.
Dimanapun kau berada aku mohon. Tampakan wajahmu sebentar saja kehadapanku. Aku sangat rindu padamu, Lina. Batin Felix berharap.
"Apa sebaiknya kita mengisi perut dulu, Felix?" tanya Anthoni.
"Terserah kau saja, Anthoni." jawab Felix malas.
"Baiklah, kita akan mengisi perut terlebih dahulu." ucap Anthoni tersenyum tipis.
Anthoni sangat merasa lapar dan lelah karena mengemudikan mobil selama berjam-jam berkeliling di Kota Instanbul, Turki.
Anthoni segera melanjukan mobilnya untuk sampai kerestorant terdekat.
Setelah beberapa saat akhirnya Anthoni menemukan rumah makan yang sederhana. Anthoni dan Felix bukan orang yang suka menghamburkan uang sia-sia. Mereka lebih suka memakan makanan di rumah makan yang sederhana dari pada harus kerestorant mahal. Bukan karena mereka irit dengan uang tetapi mereka juga membantu kalangan bawah dengan sebisanya.
Anthoni segera memarkirkan mobilnya keparkiran yang tersedia. Tidak ada parkiran VIP. Semuanya sama di sini. Felix segera turun lalu diikuti oleh Anthoni dibelakangnya.
"Pesankan aku seafood dan jus mangga." ucap Felix pelan lalu ia segera mencari tempat duduk.
Felix mendudukkan dirinya tepat di sudut paling akhir tempat yang hampir dekat dengan keberadaan Lina.
Anthoni segera memesankan makanan untuk dirinya dan Felix. Anthoni memilih menu yang sama seperti Felix. Anthoni pun segera berjalan menyusul di mana Felix berada.
Sedangkan Aura pun di suruh menghantar pesanan kemeja 706 tepatnya meja yang Felix dan Anthoni berada. Aura segera menghantarkan jus mangga milik pelanggan.
"Ini minumannya, Tuan." ucap Aura sopan.
Setelah menghantarkan minuman itu Aura lupa bahwa seafoodnya ketinggalan. Aura segera menemui Lina.
"Lina...!" pekik Aura dengan cemas.
"Ada apa?" tanya Lina heran.
"Seafoodnya."
"Cepat kau antarkan seafood ini kemeja nomor 706. Jika tidak kita bisa dipecat oleh Boss!" pinta Aura pada Lina.
Lina mengembuskan nafasnya dengan kasar lalu segera menghantarkan seafood itu kemeja nomor 706. Sesampainya Lina di sana ia segera meletakan dua mangkok seafood itu kearah Felix dan Anthoni dengan wajah yang menduduk kebawah.
Saat Lina menaikan wajahnya. Felix tersedak melihat bahwa wanita yang ia cari sekarang tepat dihadapannya.
Uhuk-uhuk!
Felix tersentak kaget melihat wanita itu bekerja di rumah makan ini.
Felix segera bangkit dari duduknya segera memeluk Lina dengan sangat erat. Lina kaget bahwa dirinya dipeluk oleh laki-laki yang tidak dikenalinya. Lina melepaskan pelukannya dari Felix. Ia tidak ingin dianggap wanita murahan yang mau saja dipeluk oleh laki-laki yang tidak ia kenali.
"Maaf, anda siapa?" tanya Lina menatap tajam kearah Felix.
Felix terdiam membisu tidak menjawab pertanyaan dari Lina. Apakah mungkin Lina sudah melupakan laki-laki yang tengah berada dihadapannya sekarang?
"Apa kau melupakanku?" tanya Felix tersenyum terpaksa.
"Aku tidak mengenalmu. Lain kali anda harus sopan dengan pelayan di sini. Jangan seenaknya memeluk orang yang tidak anda kenali, Tuan." jawab Lina dengan beraninya.
"Lina...." panggil Felix lembut.
Dia tahu namaku? siapa dia? aku saja tidak mengenalnya. Kenapa dia bisa tahu namaku? atau jangan-jangan dia penggemar tersembunyiku? aku tidak mengingatnya, lagian dia siapa? batin Lina bertanya-tanya.
"Kau tahu namaku?" tanya Lina menatap tajam kearah Felix seakan ingin menerkam mangsanya.
"Aku tahu namamu. Karena hanya namamu yang terukir dihatiku, Lina." jawab Felix dengan lembut.
Cih, dia sangat pintar ngegombal. Apa aku mengenal laki-laki ini? ah, seperti nya tidak. Mungkin dia hanya penggemarku saja ya ha-ha. Batin Lina kebingungan.
"Apa aku mengenalmu?" pertanyaan Lina yang membuat hati kecil Felix kecewa.
Apakah kau sungguh melupakanku, Lina? mengapa bisa kau melupakan aku? batin Felix bertanya.
"Only you, only one and last, Lina." ucap Felix dengan senyuman yang mengembang disudut bibirnya.
Apa-apaan ini. Apa yang dia maksud? aku tidak mengerti, aku rasa laki-laki ini habis putus dari wanitanya sampai dia mengigau bahwa aku wanitanya, cih menjijikan sekali. Batin Lina.
Anthoni sangat yakin bahwa wanita yang tengah berada dihadapan Felix itu adalah Kimberly Lina. Wanita yang selalu didambakan oleh Felix. Anthoni hanya tersenyum miring lalu ia segera pergi mencari keberadaan wanita yang pertama kali menghantarkan minuman itu.
Setelah mencari-cari keberadaan wanita itu akhirnya Anthoni menemukannya.
"Permisi, bolehkan aku bertanya padamu?" tanya Anthoni basa-basi.
"Siapa? a..aku?" tanya Aura menunjuk dirinya sendiri.
"Kalau bukan kamu terus siapa lagi?" ketus Anthoni mulai kesal.
"Ah, maafkan aku, paman." jawab Aura dengan senyuman ala kudanya.
\=\=\=> Bersambung....
Jangan lupa like dan Vote yah...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!