NovelToon NovelToon

Cerita Cinta Githa

Awal Mula

Githa Puspita

Githa anak pertama dari dua bersaudara, adiknya bernama Leela Putria. Ayah dan ibunya sudah meninggal dunia sejak ia masih kecil karena kecelakaan, dia dan adiknya tinggal dan dibesarkan oleh kakek neneknya.

Kakeknya sakit-sakitan sehingga tidak memungkinkan untuk bekerja, sementara neneknya hanya menunggu kiriman uang dari anaknya tiap bulan.

Karena keterbatasan ekonomi, ia tidak bisa melanjutkan sekolah dan hanya lulusan Sekolah Dasar (SD).

Hari ini ia bangun lebih awal dari biasanya karena ada janji dengan temannya untuk mencari pekerjaan bersama. Walaupun sudah menyebar puluhan CV dan belum ada satupun Perusahaan yang menghubunginya, ia tetap semangat dan selalu berusaha mencari-cari informasi lowongan pekerjaan.

Sampailah mereka di depan Perusahaan besar dan bergengsi Pelita Group yang hari ini sedang melakukan Walk In Interview.

Dengan perasaan yang kurang yakin karena latar belakang pendidikannya ia coba mengikuti seleksi tersebut.

Setelah lama menunggu panggilan, akhirnya tibalah waktu untuk dia interview. Selama menunggu tadi ia tak berhenti do'a dan memantapkan hatinya. Begitu memasuki ruangan interview betapa kagetnya dia melihat pria yang ada depannya adalah Dhika, tetangga sekaligus teman mainnya waktu masih kecil dulu yang sudah lama pindah rumah tanpa pamitan dengannya.

***

Dhika Nugraha

Dhika adalah anak tunggal dari pasangan Pak Wisnu dan Bu Risa. Ayahnya seorang Dokter dan Ibunya berprofesi sebagai Guru Taman Kanak-kanak (TK).

Walaupun lahir dari keluarga berkecukupan, Dhika bukan tipe anak manja.

Berkat ketekunan, kedispilan dan kerja kerasnya, dia berhasil mendirikan dan mengembangkan Perusahaannya dan masuk deretan Pengusaha Muda Tersukses di Ibu Kota.

Dulu dia bertetangga dengan Githa, tapi karena suatu hal dia mendadak harus segera pindah rumah, bahkan untuk berpamitan pun tidak sempat. Dia tahu pasti Githa kecewa dan mungkin saja marah dengannya, tapi dia bukan sengaja melakukannya. Dia berjanji jika suatu saat bertemu lagi akan meminta maaf dan menjelaskan semuanya.

Betapa kagetnya dia saat melihat Githa yang akan lanjut di Interview. Begitu pun dengan Githa, dia masih berdiri mematung di depan pintu sampai akhirnya bagian personalia menyapanya dan memintanya untuk segera masuk.

Dhika pun segera tersadar dan langsung menghampirinya, lalu menyapa "Githa! Sudah lama sekali ya.. Bagaimana kabarmu?" tersenyum sambil mengulurkan tangannya ingin bersalaman.

Githa menoleh sebentar dan menjawab "Sorry, aku harus segera Interview, aku tidak mau buat bos menunggu." dengan wajah datar dan tidak menghiraukan uluran tangan Dhika.

Cih! Dia tidak berubah masih aja bisa ngobrol santai walaupun tahu aku marah dan kecewa padanya. Githa

Dhika langsung tertawa mendengar jawaban Githa. Ia mengisyaratkan ke bagian personalia untuk segera memulai Interview lalu kembali ke ruangannya.

Dia bilang tidak ingin membuat bos menunggu? Haha.. Aku penasaran akan seperti apa reaksinya saat tau akulah bosnya. Dhika

***

Di ruang Interview Githa terus berusaha menguasai dirinya karena terkejut dan tidak menyangka akan bertemu dengan Dhika lagi.

Interview berlangsung kurang lebih 30 menit. Walaupun ini pengalaman pertama bagi Githa, dia berusaha tidak gugup dan menjawab semua pertanyaan dengan jujur. Sebelum keluar ruangan ia bertanya "Maaf Pak, apa mas yang tadi melamar kerja disini juga?" sambil tersenyum Bayu menjawab "Tidak! Pak Dhika adalah bos kami mba. Terima kasih sudah mengikuti Walk & Interview disini. Jika nanti di terima kami akan menghubungi mba."

Githa segera pamit dan tidak lupa mengucapkan terima kasih.

Tidak mungkin dia bosnya! Mungkin dia bekerja disana tapi dia bukan bosnya! Tadi itu temannya hanya bercanda untuk membuatku merasa tidak enak karena sudah mengacuhkannya tadi. Githa

.

.

.

Bersambung~~

Penjelasan Dhika

Saat akan keluar gedung, Githa melihat Dhika berdiri diluar sambil memainkan ponselnya.

Huh! Kenapa harus melihatnya lagi sih. Githa

"Hei sudah selesai interviewnya?" Sapa Dhika.

Githa terus berjalan lurus tanpa menoleh dan mulai berlari kecil. Dhika segera mengejarnya sambil berteriak "Githa Git! Kenapa kamu terus menghindariku?" dan terus mengejarnya.

Githa mendadak berhenti berlari. Dhika yang berlari kencang di belakangnya susah untuk berhenti dan menabrak Githa.

"Aduh! Aaaaa sakit sekali!" Keluh Githa sambil mengusap-usap dahinya yang terjeduk kepala Dhika.

"Kamu kenapa sih ganggu aku terus? Kenapa kita harus ketemu lagi? Jika memang ada hal penting yang ingin kau sampaikan cepat sampaikan!" Pinta Githa dengan mata melotot.

"Duh maaf maaf.. Sakit banget ya?" tanya Dhika khawatir. "Habis kamu menghindariku terus sih.. Trus tiba-tiba berhenti berlari."

"Cepat katakan apa yang ingin kamu bicarakan?" Masih dengan mata melotot.

"Hemm.. Karena ini sudah waktunya makan siang.. gimana kalau kita makan siang bareng?" belum sempat Githa menjawab Dhika melanjutkan lagi "Plis! Jangan ditolak. Anggap saja sebagai permintaan maafku." Dhika berjalan lalu meraih tangan Githa dan menggandengnya. "Dekat kantor sini ada banyak rumah makan, kita makan siang di tempat langgananku saja ya."

Apa-apaan ini! Lancang sekali kau ya! Githa

"Lepaskan! Aku terima tawaran makan siangmu tapi bukan berarti aku akan memaafkanmu."

Aku hanya masih kepikiran dengan kata-kata mas Bayu tadi. Apa benar orang menjengkelkan ini adalah bosnya? Biarlah aku terima saja tawaran makan siangnya sambil mencari tahu. Githa

"Ya udah terserah kamu deh." sambil melepaskan tangan Githa pelan.

***

Tak lama kemudian mereka tiba di Rumah Makan Pelita. Mereka disambut dengan hangat oleh para pelayan. Setelah memilih meja Dhika meminta menu makanan kepada pelayan. Pelayan pun segera datang dan memberikan daftar menu makanan dan minuman di Rumah Makan tersebut.

"Silahkan dipilih, jangan lupa pesankan juga untuk orang rumah ya." sambil menyodorkan buku menu kepada Githa.

"Tidak perlu pesankan orang rumah. Mereka pasti akan bertanya makanan ini dari siapa. Dan aku tidak mau bercerita kalau hari ini bertemu denganmu." Githa meraih buku tersebut dan memesan makanannya. "Kau pesan apa?" tanya Githa. "Pelayan di sini sudah tahu apa makanan favorite ku." "Baiklah, jika kau tidak mau pesankan makanan untuk kakek nenek dan Leela, nanti malam biar aku saja yang datang mengantarkannya ke rumah. Aku masih sangat ingat alamat rumahmu." balas Dhika sambil tersenyum meledek.

"Terserah kau saja! Aku malas buang-buang energi hanya untuk berdebat denganmu." balas Githa sambil menyerahkan buku menu ke pelayan.

Sambil menunggu pesanan makanan datang Dhika terus memperhatikan Githa, teman kecilnya yang duduk di depannya sekarang ini ternyata tidak banyak berubah hanya terlihat lebih dewasa dan sangat cuek dengannya.

"Git.. Maaf dulu aku pergi tanpa pamitan denganmu dan yang lainnya." menatap dalam berharap akan dimaafkan dan bisa berteman kembali seperti dulu. "Kenapa berhenti bicara? Cepat lanjutkan!" Balas Githa sambil memainkan ponselnya.

"Dulu saat kamu cerita tidak bisa melanjutkan ke sekolah menengah, aku langsung menceritakannya pada ayah dan ibuku." berhenti bicara sebentar. "Mereka sepakat ingin membantumu karena tahu kamu termasuk anak yang cerdas di sekolah. Keesokan harinya mereka menemui nenekmu dan menyampaikan maksudnya, mereka ingin segera membicarakannya sebelum waktu mendaftar sekolah tiba agar kamu tidak terlambat mendaftar sekolah. Tapi nenekmu menolak, ia tersinggung dan sangat marah. Nenekmu merasa diremehkan oleh orangtuaku dan melarang aku bermain denganmu dan Leela lagi." Dhika menunduk menatap meja, dia tidak berani melihat ekspresi Githa.

Tak lama pesanan mereka pun datang. Githa dan Dhika makan tanpa ada satupun yang berbicara. Sesekali Dhika melihat ke arah Githa, terlihat mata Githa seperti berkaca-kaca.

Maafin aku Git karena baru cerita semuanya sekarang. Kamu pasti makin marah dan kecewa. Dhika

.

.

.

Bersambung~~

Kemunculan Bella

Setelah selesai makan Githa masih juga diam. Dia memperhatikan Dhika yang masih menikmati makan siangnya.

Kau tidak tahu betapa kesepiannya aku saat kau pindah. Sehari-hari aku hanya diam di rumah karena sudah tidak bersekolah. Kau sendiri tahukan anak-anak yang lain tidak mau main bersama kami karena kami tidak selevel dengan mereka. Aku hanya bermain dengan Leela. Kau sudah seperti kakak bagi kami. Saat itu aku merasa kau pindah rumah untuk menghindari kami, karena sudah tidak mau bermain bersama kami seperti tetangga yang lainnya. Batin Githa

"Masih lama makannya Dhik?" Tanya Githa.

"I-ini udah mau selesai kok.. Kamu udah kenyang? Beneran nih gak mau bungkus untuk orang rumah?" Jawab Dhika.

"Kalau begitu segera habiskan makanmu.. Aku lelah ingin segera pulang beristirahat." Pinta Githa.

Dhika hanya mengangguk, dia paham benar kalau Githa sedang tidak ingin diganggu. Diapun segera menyelesaikan makannya lalu mengajak Githa untuk pergi keluar.

"Tunggu bentar Dhik, kamu gak lupa untuk bayar kan?" sambil memasang wajah bingung karena Dhika belum membayar di kasir.

"Oh.. Ini kantin Perusahaan, jadi semua karyawan Pelita Group gratis makan disini." menjawab sambil senyum.

"Tapi.. eh anu.. aku kan bukan karyawan Pelita Group. Aku juga gak bawa uang yang cukup jika harus membayar makan siang ini." jelas Githa dengan wajah yang sedikit memerah karena malu.

"Oh iya.. untung kamu ngingatin aku, hehe.. Tunggu sebentar ya aku ke kasir dulu.. Kan aku yang mengajakmu makan siang itu artinya aku yang akan membayarnya."

Lalu Dhika beranjak menuju kasir, para pelayan panik gugup takut mengira-ngira apakah mereka berbuat kesalahan.

"Maaf Tuan, apakah ada yang kurang dengan pelayanan kami? Atau ada yang salah dengan makanannya?" salah satu pelayan memberanikan diri untuk bertanya.

"Tidak tidak, bersikaplah seperti biasa saja.. Saya ingin membayar makanan yang di pesan Githa." sambil mengambil dompet di saku jasnya.

"Ta-tapi Tuan ini Rumah Makan Anda."

"Berpura-puralah.. Cepat ambil uang ini dan lakukan transaksi seperti biasa." pinta Dhika.

Setelah selesai menyelesaikan pembayaran, Dhika kembali menghampiri Githa dan mengajaknya keluar untuk pulang. Sebenarnya Dhika masih ingin mengobrol tapi dia tidak mau memaksakan Githa yang sepertinya tidak ingin diganggu.

"Kamu bawa kendaraan?" tanya Dhika.

Githa hanya menjawab dengan menggelengkan kepalanya.

"Atau ada yang akan menjemputmu?" tanya Dhika lagi.

"Tidak ada, aku akan pulang naik angkutan umum." jawab Githa.

"Jangan! Biar aku antar saja.. Aku juga sudah mau pulang dan kebetulan apartemenku searah dengan rumahmu." Jawab Dhika.

"Dhik, plis mengerti ya!" Githa mulai kesal.

"Baiklah, kalau begitu aku akan pulang setelah kamu mendapatkan angkutan umum ya." tawar Dhika lagi

"Hemm.." jawab Githa singkat.

***

Selama menunggu angkutan umum, Githa dan Dhika hanya diam. Mereka sibuk memainkan ponselnya masing-masing. Tiba-tiba dari arah belakang datang seorang gadis yang sangat cantik dan modis.

"Sayang.. Ngapain disini? Udah makan siang belum? Makan yuk laper nih.." ujar Bella dengan manja.

Dhika dan Githa menoleh bersamaan. Lalu Dhika membelai puncak kepala Bella dan memperkenalkannya dengan Githa.

"Git, kenalin ini Bella pacar aku."

"Sayang.. Ini Githa teman kecilku yang pernah ku ceritakan."

Bella mengulurkan tangannya untuk bersalaman bertepatan dengan angkutan umum yang sudah datang.

Karena sedari tadi Githa ingin cepat-cepat pulang, dengan cepat ia segera menaiki angkutan umum tersebut dan tidak sengaja mengabaikan uluran tangan Bella dan juga tidak berpamitan dengan Dhika.

Sombong sekali! batin Bella.

.

.

.

Bersambung~~

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!