Gwen menatap tubuhnya yang kaku, darah mengucur deras dari kepalanya yang menghantam setir mobilnya. Mobil sedan mewah yang dikendarainya terseret truk bermuatan semangka.
Mobil sedannya tertimbun semangka dan tubuhnya ada di dalam sana.
"Hei... bangun Gwen!! Sadarlah!" Gwen terus memanggil dirinya sendiri yang masih tak bergerak sedikitpun.
"Gwen... Sadarlah! Sadarlah Gwen..!!" Gwen berteriak sambil menangis memanggil dirinya sendiri.
Dia mendekati tubuhnya, berusaha membangunkan, namun dia sama sekali tidak bisa menyentuh tubuhnya sendiri.
Gwen akhirnya menyadari jika tubuhnya telah terpisah dengan jiwanya. Dia menyingkir di tepi jalan, menyaksikan orang orang mencoba menyelamatkannya.
Banyak orang yang mengabadikan kecelakaan dirinya, terutama pekerja infotainment.
Tubuhnya telah dibawa oleh ambulans menuju rumah sakit, dan polisi telah memasang police line berwarna kuning untuk menyelidiki kejadian kecelakaan tersebut.
Gwen menangis sejadi jadinya, seandainya dia tidak menyetir sambil menelpon saat itu, seandainya dia mengabaikan pembicaraan dengan managernya, seandainya dia tidak memaksakan diri menyetir sendiri, seandainya ia lebih mendengarkan saran Ben, menunggu satu jam lagi untuk mengantar untuk syuting, dan andai andai lainnya sebelum kejadian.
Gwen berjalan mengikuti arah ambulans yang membawa tubuhnya. Tubuhnya terasa ringan seakan dapat melayang layang di udara, meskipun tanpa alas kaki, Gwen tidak merasakan kakinya sakit.
Di dalam ruang operasi, Gwen menyaksikan dokter dan perawat berjuang untuk menyelamatkan nyawanya, namun entah mengapa jiwanya tak dapat masuk lagi ke raganya.
Gwen mendekati meja operasi, duduk di atas tubuhnya, merebahkan jiwanya di tubuhnya. Gwen memejamkan matanya dan berdoa berharap jiwanya menyatu kembali dengan raganya.
Terdengar dengan jelas monitor detak jantungnya berbunyi nyaring, tanda tak ada kehidupan, garis lurus muncul di monitor, denyut nadinya menurun drastis hingga mencapai angka nol, yang artinya dirinya telah meninggal dunia.
"Hai dokter! Lihatlah aku di sini! Aku masih hidup! Hei..!! Halooo...!!" Gwen melambaikan tangannya ke semua orang yang mengelilingi tubuhnya, namun tak satu pun tenaga medis itu yang melihatnya.
Gwen menatap tubuhnya yang terbaring kaku, seorang perawat melepas semua alat bantu yang terpasang di tubuhnya dan mengusap tangannya ke wajah cantik Gwen membantu menutupkan matanya, menatap wajah Gwen sesaat, lalu menutup seluruh tubuh Gwen dengan kain rumah sakit. Gwen dapat merasakan kesedihan di wajah perawat itu, meski tertutup oleh masker.
Gwen tertunduk lesu menatap tubuhnya yang telah tertutup.
"Aku sudah mati." Ucapnya lirih sambil meneteskan air mata.
Tiba tiba cahaya putih muncul dihadapannya, Gwen berjalan perlahan mengikuti cahaya tersebut. Tubuhnya terasa ringan, melayang layang, Gwen telah pasrah akan takdirnya. Dia memejamkan matanya, tapi yang ada diingatannya adalah Ben.
"Selamat tinggal Ben!" serunya.
Gwen membuka matanya, pakaiannya telah berubah menjadi putih, dan dia telah berada dalam barisan orang orang, eh salah jiwa jiwa maksudnya, yang semuanya berpakaian putih.
Mereka semua antri pendataan, mungkin malaikat sedang mengecek kebaikan dan kejahatan selama berada di dunia, dan nantinya akan di tempatkan di mana jiwa jiwa itu.
Gwen berjalan sesuai antriannya, tempatnya seperti berada di awan, dan jiwa jiwa yang ada di sana tidak saling bertegur sapa. Hanya diam dan tenang dalam barisan hingga menunggu gilirannya.
Tiba giliran Gwen, seorang malaikat, terlihat tampan menurut Gwen. Malaikat itu sibuk mengecek di monitor tanda perilaku Gwen selama di dunia.
( Berhubung ini cuma khayalan, suka suka yang penulisnya ya.)
Gwen penasaran yang tertera di monitor itu apa, dia melongokkan tubuhnya mengintip ke monitor, malaikat itu terkejut melihat kelakuan Gwen.
"Tolong bersabar ya!" pintanya sopan.
Gwen penasaran dengan pekerjaan malaikat itu di depan monitor yang lelet sekali. Lalu, Gwen mencoba melongokkan lagi tubuhnya, dan jarinya memencet tombol Enter keyboard di meja malaikat itu.
Tiba tiba tubuhnya seakan tertarik entah kemana. Melayang layang mengikuti arus, Gwen memejamkan matanya, pasrah, dan akhirnya jiwanya terhempas dengan keras di suatu tempat. Gwen mencoba membuka matanya perlahan...
"Gwen, hari ini ada jadwal syuting iklan sabun mandi pukul 10, lalu jam 3 sore ada syuting di stasiun TV acara 'Siap Pak!' , terus jam 8 jadi bintang tamu di acara Show show!" Anita, si asisten membacakan jadwal kegiatan Gwen. Gwen mendengarkan sambil menepuk bedaknya dengan saput, lalu melukis alisnya dengan terampil dengan pensil alis.
"Tolong bilang sama Mas Andre, kalo di atas jam 8 minta dijadwal ulang ya, maksimal jam delapan malam!" Gwen berbicara pada asistennya, tanpa menoleh dan masih sibuk memainkan alat make up di wajahnya.
"Baik." Anita lalu mengambil ponselnya, dan mengirimkan pesan whatsapp pada Mas Andre, manager Gwen mengenai permintaan sang artis.
Selesai me make up wajahnya, Gwen mengambil ponselnya, ada pesan whatsapp dari Ben, tunangannya.
Apa kabar hari ini? semoga syuting nya lancar ya. Jangan lupa makan! Tidak usah diet, aku tidak mau kamu sakit!
Gwen tersenyum geli membaca pesan dari Ben, lalu ia membalasnya.
Hari ini lumayan padat, semoga lancar semua. Semoga pekerjaanmu lancar dan sidangnya berjalan lancar.
Pulang pukul berapa hari ini?
Jadwal terakhir pukul delapan, acara live di Show show tv, mungkin pukul 10 aku sudah di rumah.
Baiklah, aku tunggu di rumah saja ya, sampai bertemu nanti malam. Love you
Terimakasih sayang, love you too..
Gwen, berprofesi sebagai model dan artis papan atas. Sinetron, film layar lebar dan layar kaca dibintanginya. Tubuhnya yang tinggi semampai, berparas ayu, berkulit cokelat khas wanita Indonesia, membuatnya dilirik oleh brand luar untuk berlenggak lenggok di cat walk.
Kemampuan aktingnya pun memuaskan, film layar lebarnya selalu sukses dipasaran. Sinetron yang dibintanginya pun selalu mendapat rating tertinggi di siaran tv.
Gwen merupakan anak pengusaha, Papanya berkebangsaan Jerman dan Mamanya merupakan wanita Jawa yang masih pakem dengan adat. Mamanya memiliki usaha restoran dan salon di Jakarta. Bahkan mamanya tak jarang bermain di sinetron di waktu luangnya. Papa dan Mama Gwen telah bercerai, namun mereka masih saling berhubungan satu sama lain. Papa saat ini tinggal di Munich, Jerman. Gwen ikut Mamanya di Jakarta.
Tak jarang Gwen sering berkunjung ke Jerman mengunjungi papanya, sambil berjalan-jalan di beberapa negara di Eropa.
Gwen tidak tinggal dengan Mamanya dan memilih tinggal di apartemen di pusat kota supaya mudah untuk mobilitas pekerjaannya.
Apartemen yang ditempati saat ini merupakan milik mamanya juga. Mama Gwen juga memiliki beberapa usaha properti dan menyewakannya.
Bisa dikatakan Gwen adalah artis anak orang kaya, yang menjalankan syuting hanya sebagai hobi saja.
Gwen bertemu dengan Ben di sebuah pesta acara ulang tahun salah satu stasiun televisi, saat itu Ben merupakan pengacara untuk stasiun televisi itu, dan Gwen salah satu artis pengisi acara ulang tahun.
Mereka tidak sengaja bertemu, salah satu high heels Gwen patah, dan tak sengaja memegang Ben untuk menyangga tubuhnya supaya tidak jatuh. Ben membantunya, mematahkan heel yang satunya supaya sama tingginya. Meskipun sedikit kesal, namun Gwen berterimakasih atas idenya tadi. Dengan tubuhnya yang tinggi, memakai flat shoes rasanya tidak masalah.
Setelah pertemuan itu mereka tidak terlalu memikirkan.
Pertemuan selanjutnya adalah saat acara gathering perusahaan tempat Ben bekerja, dan ternyata Mama Gwen adalah salah satu pemegang sahamnya. Mama mengajak Gwen ikut acara tersebut, dan saat pertemuan itulah Ben dan Gwen menghabiskan malam dengan mengobrol berdua di tepi kolam renang hotel yang di sewa perusahaan.
Sejak itulah hubungan keduanya berlanjut.
Gwen termasuk artis yang jarang digosipkan miring, jadi hampir semua berita tentangnya adalah yang baik baik. Ben yang belum siap dengan kehidupan dunia keartisan awalnya syok. Wajahnya muncul di berita gosip, baik surat kabar online maupun offline, bahkan masuk di gosip televisi. Bahkan kehidupan pribadinya pun dikorek korek. Ben sempat emosi awalnya, namun lama kelamaan dia mulai terbiasa.
Bahkan dia mulai menangani beberapa kasus artis, dan mulai terkenal.
Akhirnya Ben dan temannya membuka firma hukum sendiri, dan kliennya semakin banyak.
Hubungan Ben dan Gwen sudah berjalan sekitar 4 tahun. Jarak usia keduanya pun terpaut lumayan jauh. Saat ini Ben berusia 33, dan Gwen berusia 23 tahun. Jarak sepuluh tahun tidak menghalanginya keduanya. Pemikiran Gwen yang cukup dewasa terkadang membantu pekerjaan Ben.
Kesibukan Gwen yang sangat padat memaksa Gwen akhirnya mencari asisten pribadi untuk membantu segala persiapannya dan menemaninya kemanapun dia pergi. Bahkan tinggal bersama di apartemen Gwen.
Untuk urusan pekerjaan Gwen mempercayakan kepada Mas Andre sepupunya, yang menangani beberapa artis juga.
Mama Gwen pun terkadang ditawari untuk bermain film oleh Mas Andre, ya untuk iseng iseng, jika tidak menggangu aktifitas, Mama Gwen ikut syuting juga. Tipe ibu kelas atas dengan wajah elegan dan keibuan, sangat cocok dengan Mama Gwen.
Gwen seminggu sekali mengunjungi Mamanya untuk melepas rindu dan saling mengobrol banyak hal, terkadang beberapa masalah terpecahkan setelah curhat dengan Mamanya.
Jika mereka syuting di tempat yang sama, Gwen dan Mamanya juga sering menghabiskan waktu bersama.
Hubungan Gwen dan Mamanya sangat dekat.
Mamanya pun setuju akan hubungannya dengan Ben. Begitu pula keluarga Ben, setuju dengan hubungan keduanya, meskipun awalnya Mama Ben tidak setuju karena Gwen seorang artis. Dunia keartisan terkadang membuat pernikahan itu sebuah sandiwara, seperti berita artis kebanyakan, kawin cerai artis. Mama Ben tidak mau hubungan mereka berdua akan seperti artis artis itu.
Namun, Gwen yang pintar memikat hati siapa saja, mendekati Mama Ben, mengajak ngobrol saat berkunjung ke rumah Ben. Membawakan bingkisan sebuah tas clutch bermerek terkenal original. Yang membuat Mama Ben nyaris melonjak kegirangan saat membuka bingkisan dari Gwen.
Gwen juga membantu Mama Ben memasak di dapur sambil mengobrol. Dari situ, Mama Ben menyadari jika Gwen sama seperti perempuan lainnya, bedanya profesi nya sebagai artis.
Gwen juga menceritakan tentang pekerjaannya. Gwen akan memilih pekerjaan yang akan ia jalani, jadi tidak asal ambil pekerjaan saja. Meskipun bayaran tidak seberapa, namun tidak melanggar prinsipnya, yaitu adegan panas di film, atau bekerja hingga larut malam.
Dari situlah Mama Ben salut dengan Gwen, bahkan menjadi salah satu penggemar berat nya saat ini. Saat Ben pulang berkunjung, Mamanya selalu membawakan oleh oleh untuk Gwen.
Mama Ben menyukai berkebun, dan Gwen sangat menyukai anggrek.
Mama Ben dan Gwen juga dekat dalam hal ini.
Ben sangat senang dengan pilihannya. Memasuki dua tahun hubungan mereka, tepat di acara ulang tahun Gwen ke dua puluh satu, Ben melamar Gwen. Gwen menerima lamaran tersebut, namun meminta Ben tidak terburu buru menikah karena ada beberapa projeck film yang harus diselesaikan terlebih dahulu.
Ben menyetujui permintaan Gwen. Saat ini hubungan mereka sudah jalan empat tahun, mereka mulai merencanakan untuk pernikahan.
Di sela sela kesibukan syuting, Gwen mencoba mencari referensi tempat yang cocok untuk pesta pernikahannya.
"Besok minggu kita mengunjungi Papa dan Mamaku ya? Aku kangen masakan mama." ucap Ben sambil duduk di sofa di samping Gwen yang masih membaca naskah dialog untuk film terbarunya.
"Baiklah." jawab Gwen singkat, matanya masih tertuju pada lembaran naskah.
"Sepertinya sibuk sekali, apakah film baru?" ucap Ben sambil memperhatikan judul naskah.
"Ya, kali ini aku dapat peran antagonis." Gwen berbinar sambil menatap Ben yang mengerutkan keningnya heran.
"Yakin?"
"Aku akan mencoba hal baru. Film action dan menjadi antagonis. Mulai kemarin sore aku sudah berlatih bela diri di sekolah karate. Ini lihatlah!" Gwen menunjukkan pahanya yang memar membiru karena latihan bela diri.
"Aku harus totalitas memerankan karakterku. Itulah aku akan menyelesaikan syuting kejar tayang sinetronku sampai season ini saja. Tinggal empat episode lagi, semoga tiga hari ini bisa kelar." lanjut Gwen masih menekuni naskahnya.
Ben hanya menggeleng kepala dan memainkan game di ponselnya sambil tiduran di sofa bersama Gwen.
Tiba tiba pintu apartemen terbuka, dan Anita asisten Gwen masuk sambil membawa tas besar dan plastik di kedua tangannya.
"Oh, ada Pak Ben." Anita menganguk sopan pada Ben, lalu ia menaruh bungkusan plastik di meja makan, dan menaruh tas besar di ruangan khusus pakaian Gwen.
Ben melanjutkan permainan gamenya, dan Gwen berkomat kamit menghapal dialog.
Anita mengeluarkan bungkusan makanan dan menatanya di meja makan, lalu ke ruangan pakaian Gwen, dan menata pakaian dari laundry ke tempatnya.
"Gwen, Mas Andre bilang dapat tawaran untuk iklan minyak goreng, maukah?" tanya Anita sambil menunjukkan pesan wa di ponselnya.
"Oke, nanti atur saja jadwal syutingnya ya. Tolong siapkan perlengkapan untuk latihan nanti ya!"
"Baik." Anita segera berlalu melakukan perintah dari Gwen dengan cekatan.
Perut Gwen terasa lapar, cacing cacing dalam perutnya mulai demo minta jatah makanan, memaksa Gwen berdiri menuju meja makan.
"Nit, ini nasi Padang siapa?" tanya Gwen setengah berteriak.
Nita langsung menuju ruang makan.
"Ini milikku, tapi aku juga membeli satu lagi untukmu jika mau. Itu salad pesananmu. Aku takut, jika makan hanya makan salad tidak kenyang, sedangkan jadwalmu yang padat luar biasa."
Gwen menghela napas galau memikirkan antara diet, perutnya, atau tubuhnya.
"Sudah, kalo gak mau buatku saja!" Ben duduk di kursi sambil membuka bungkus nasi Padang. Aroma kuah rendangnya sangat menggoda, membuat Gwen menelan ludahnya sendiri.
Ben mencuci tangannya, lalu mulai memainkan jarinya di campuran nasi Padang komplitnya, dan memakannya dengan nikmat.
Anita mengikuti Ben, memakan nasi padang miliknya juga.
Gwen menatap campuran sayur di saladnya tanpa selera. Dia berdiri dan mengambil nasi Padang yang Ben makan. Gwen memakannya dengan lahap. Ben dan Anita hanya tertawa melihat tingkah Gwen.
"Lisa sudah menghubungimu?" tanya Anita.
"Belum. Kenapa?" Gwen menggeleng menatap Anita.
"Lihatlah!" Anita menyodorkan ponselnya, Gwen melihat video yang ada di ponsel Anita. Lisa mengusir Rico, pacarnya dari apartemen. Membuang barang barang Rico ke luar kamarnya, lalu ada seorang perempuan berpakaian mini di samping Rico pada video itu.
"Ini kapan?"
"Seperti nya belum lama, kejadiannya menjadi viral, gara gara Emma, yang tinggal di apartemen itu juga melihat dan merekam kejadian nya. Lalu di post story IG nya, rame dan viral."
"Astaga Lisa...!" Gwen mengambil ponselnya, menekan nomor Lisa.
Saat ponsel tersambung, namun tak ada suara..
"Lisa...?Ini Gwen."
Hening.... tak ada suara sama sekali, membuat Gwen semakin kawatir.
"Lisa, Lo di mana sekarang? Ada di apartemen?"
Terdengar isak tangis Lisa di seberang sana.
"Lo di mana sekarang? gue ke apartemen lo ya?"
"Gue di hotel." jawab Lisa sambil menangis.
"Hotel mana?"
"Wijaya." jawab Lisa lirih.
"Tunggu, gue ke sana ya!"
Gwen membersihkan tangannya, lalu mengambil kunci mobil, namun Ben segera memegang lengan Gwen.
"Aku temani ke sana." Gwen menganguk.
Ben dan Gwen keluar menuju hotel, meninggalkan Anita yang menikmati makanannya sendiri.
****
Lisa membuka pintu kamar hotelnya, Gwen memeluk Lisa.
"Kenapa Lo ga cerita ke gue?" tanya Gwen sambil melepaskan pelukannya.
"Lo bukan siapa siapa gue. Gue ga pingin merepotkan Lo terus." ucap Lisa dingin. Gwen mengernyitkan keningnya heran dengan ucapan Lisa.
"Kok Lo ngomong gitu? Gue ini temen Lo! Gue tulus temenan sama Lo Lisa!" Gwen agak tersinggung dengan ucapan Lisa.
"Tiga hari yang lalu gue casting iklan, terus gue dikabari kalo lolos, tapi pas mau syuting, tiba tiba peran gue dialihkan ke orang lain, dibatalkan oleh pihak produk. Terus gue balik ke apartemen, taunya Rico lagi enak enak, maen kuda kudaan di kamar gue sama perempuan laen." tangis Lisa pecah setelah meluapkan emosinya.
Gwen memeluk Lisa yang terduduk di lantai hotel sambil menangis.
"Lo tidur di tempat gue aja ya. Nanti atau besok biar Anita yang ambil barang barang yang Lo butuhkan dari tempat Lo." Gwen mengelus punggung Lisa, menenangkan.
Lisa duduk terdiam di bangku belakang mobil, Ben dan Gwen juga diam, Ben mengarah mobil ke apartemen Gwen.
Gwen menggandeng Lisa masuk ke apartemen, Ben hanya mengikuti nya dari belakang.
"Lo sementara tinggal di sini saja dulu. Gue ada jadwal. Kalo ada apa apa minta tolong sama Anita." Lisa hanya mengangguk.
Gwen pergi ke sekolah bela diri ditemani oleh Ben.
"Kalo ada kerjaan lain, tidak usah menunggu. Nanti aku suruh Anita jemput saja."
"Baiklah, sukses ya. Jangan terlalu keras keras latihannya! Nanti jangan lupa kabari aku!"
Ben mengecup kening Gwen sebelum meninggalkan di halaman sekolah bela diri itu, Gwen melambaikan tangan hingga mobil Ben tak terlihat lagi dari pandangannya.
Gwen masuk ke gedung itu di sambut teman teman dan kru film lain di sana.
Selama hampir tiga jam dia berlatih gerakan dasar bela diri. Berbekal dirinya sering berolah raga dan gym, membuatnya mudah beradaptasi dengan gerakan-gerakan bela diri yang diajarkan.
Kali ini dia bermain dengan aktor dan aktris laga senior, membuat Gwen sebenarnya kecil hati menerima peran ini. Tapi, sang produser sangat yakin Gwen bisa memerankan tokoh itu dengan baik. Gwen berusaha keras berlatih bela diri dan adegan adegan laga, setelah itu syuting film dilakukan.
***
"Bagaimana keadaan Lisa?" tanya Gwen pada Anita saat menjemputnya.
"Dia masih diam saja, tidak bercerita apapun padaku. Sebelum aku menjemputmu, kusiapkan makanan untuknya. Semoga saja dimakan olehnya."
Gwen terdiam selama perjalanan, pikirannya melayang mengingat kenangan bersama Lisa.
Gwen dan Lisa bersahabat sejak kecil, sempat terpisah saat SMP, namun saat SMA mereka satu sekolah lagi.
Lisa memutuskan tidak kuliah setelah kelulusannya, karena mau merawat ibunya yang sakit kanker. Selama satu tahun Ibu Lisa berjuang melawan sakitnya. Kondisinya semakin memburuk, dan akhirnya meninggal dunia tiga tahun yang lalu.
Lisa tidak mau tinggal dengan ayahnya. Ibu Lisa adalah istri kedua ayahnya, mereka tinggal terpisah dengan ayahnya yang tinggal dengan istri pertama dan anak anaknya.
Lisa tidak mau tinggal dengan ayahnya dan keluarganya yang tidak mau menerimanya dengan baik.
Penghinaan dan bully an sering Lisa terima dari Ibu dan saudara tirinya.
Rumah peninggalan ibunya kini dia jual, untuk tabungannya, kini ia tinggal di apartemen sambil bekerja di dunia hiburan bersama Gwen, namun nasibnya tidak seberuntung Gwen.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!