...Pergi Dari Rumah...
(Sumber : Google image , cr : tertera)
Dilangit sore berwarna jingga, Anastasia Jung sedang mengemas pakaiannya, saat kedua orang tuanya sibuk dikantor, dia memberanikan diri untuk pergi dari rumah. Tidak ada lagi yang bisa Ana lakukan disini, semua yang dia lakukan selalu salah dimata orang tuanya. Jadi untuk apa bertahan?
"Jika tidak mau mengikuti keinginan kami, kau pergi saja dari sini dan jangan pernah kembali!"
Seruan yang dilontarkan ibunya itu selalu terngiang di pikirannya.
Ana kelelahan dan tertidur saat berada di pesawat selama berjam-jam dengan tujuan Korea Selatan.
Dia memejamkan matanya untuk menahan air mata keluar, Ana menghela nafas lega saat dia akhirnya, tiba di Bandara Incheon kota Seoul. Ia menghirup udara Seoul sambil memejamkan matanya.
"uhuk uhuk," Ana tiba-tiba saja terbatuk karena asap bus tua yang lewat.
"Aish!" Dia bergerutu kesal.
Tapi, itu tidak masalah. Karena pemandangan dan suasana Kota Seoul ini luar biasa baginya. Dia berjalan sambil mencoba mencari kartu mahasiswi disaku blazernya, dia harus mempersiapkan itu untuk ke kampus nanti. Tapi dia membelalak saat merasakan tidak apa-apa disakunya.
"Kemana kartu Mahasiswa ku?"
Dia mencoba mengingatnya, tapi karena waktu yang mepet dia tetap melanjutkan perjalanan saja, Ana berniat akan mengurus kartu mahasiswa baru nya lagi nanti. Ana menarik kopernya perlahan sambil berjalan menyusuri trotoar, dia keluar dari Bandara untuk mencari Bus ke arah Apartemen SeeU house.
Apartemen yang akan dia tempati adalah apartemen bekas Bella sewaktu sekolah dulu. Sebenarnya dia memang sudah lama berencana pindah kesana tapi baru terealisasikan sekarang. Tidak jauh dari situ, Ana melihat halte bus yang dipenuhi orang-orang pekerja, Dia berdiri diujung Halte.
Seorang Pria dengan perawakan tinggi berdiri memberikan Ana tempat duduk, Pria itu mengenakan earphone ditelinga nya.
"Terimakasih" ,
Ucap Ana kepada pria tadi, pria itu tetap cuek tidak menghiraukan Ana. Ana yakin, beberapa wanita disampingnya sedang membicarakan Pria itu. Ana pun menoleh lagi mencondongkan wajahnya, untuk melihat wajah pria tadi.
Pantas saja..
Gumamnya, wajah pria itu memang sangat tampan dilihat dari sudut manapun.
Bus tujuan Ana telah tiba, Ana berdiri dan siap masuk ke dalam bus. Pria itu ikut masuk kedalam bus dan mendahului Ana. Ana mengangkat kopernya dengan penuh tenaga dan sedikit kesusahan.
Pria itu menoleh ke arah belakang, melihat Ana kesulitan dia dengan mudahnya mengangkat koper Ana dari tangga dengan satu tangannya.
Ana memperhatikan pria itu, dia tersenyum dan mengucapkan rasa terimakasihnya.
Pria tadi hanya mengangguk pelan dan tersenyum tipis. Setelah 1 jam berlalu, Ana sampai di apartemen See U House. Dengan bantuan maps dia tahu harus turun dimana.
"Apa ada yang menekan bel?" Supir Bus itu bertanya.
"Ya" Ana berjalan keluar dari Bus itu,
Pria tadi sebenarnya diam-diam memperhatikan Ana turun dari Bus sampai berjalan masuk ke Gedung Apartemennya. Sedangkan Ana tetap jalan lurus masuk ke gedung Apartemen.
"Ada yang bisa kami bantu?" Penjaga gedung memperhatikan Ana yang nyelonong saja masuk, sudah menjadi tugas mereka untuk memeriksa setiap pengunjung yang datang kesitu. Jadi wajar jika mereka menghentikan Ana.
"Selamat siang, saya penghuni Apartemen ini, Bisakah anda mengantar saya ke Kamar ini?"
Ana menyerahkan kartu penghuni yang ia miliki.
"Ya tentu saja... Mari ikut saya." Penjaga itu berjalan mendahului Ana untuk menunjukan Apartemennya.
"Biar saya bantu," kata pria itu.
"Terimakasih" Ana membiarkan kopernya dibawa pria itu, Mereka masuk kedalam Lift, lalu menekan tombol no 6. Tidak sampai Lima menit pintu Lift pun terbuka, penjaga itu mengantar Ana sampai ke depan pintu apartemennya.
Ana membuka kunci pintu dengan manual, lalu menaruh kopernya di dekat pintu masuk. Dia langsung duduk dan menyandarkan tubuhnya di sofa.
"melelahkan," ucapnya sambil bernafas lega,
Ana melihat jam ditangannya menunjukan pukul 11.00 waktu Seoul.
Dia juga membuka ponsel dan melihat jadwal yang di dapatnya melalui email, Jam 02.00 Siang nanti dia harus ke kampus.
"Aah sial karena kartuku hilang, Aku harus mendaftar ulang untuk mendapatkannya lagi." Ana mengerucutkan bibirnya kesal, dia bahkan mendapat kartu mahasiswa itu dengan sulit, tapi kenapa menghilangkannya begitu mudah.
Ana menenggak air mineral yang dia bawa dari rumah, Lalu tertidur di sofa.
HANKUK UNIVERSITY
Bus berhenti di area Hankuk University, Pria tadi turun lalu masuk kw area kampus, Dia berjalan dan menghampiri teman-temannya yang sedang sibuk mempersiapkan acara.
"Dongmin, aku merindukanmu!!!" Jeko menyapa sahabatnya itu,
Pria itu bernama Lee Dongmin, anak pengusaha kaya bernama Lee Ro Jun. Ayahnya memiliki 25% saham KIK Otomotif yang dinaungi oleh Kakek ketua alias Kakek Kim.
"Semuanya sudah selesai? persiapan untuk acara bagaimana?" Dongmin bertanya dengan wajah datar, para senior lain sedang sibuk menggunting nomor untuk para mahasiswa nanti.
"Tentu saja sudah, jam 2 nanti para mahasiswa baru akan berkumpul dan kita bisa langsung memberi pengumuman soal perjalanan mereka."
"Baguslah kalo begitu," kata Dongmin sambil mengangguk.
Dongmin berjalan melewati jeko dan pergi ke ruangan pembimbing. Dia menaruh tas nya di ruangan itu, lalu pergi ke aula untuk membantu teman lain menempelkan nomor dibawah kursi.
Ana tertidur selama 1 jam disofa, saat dia terbangun waktu sudah menunjukan pukul setengah satu siang.
Dia lalu, meminum segelas air putih yamg dia bawa. Kemudian, langsung berjalan mendekat ke arah koper dengan mata sedikit terpejam, Ana merasa badannya kelelahan, tapi dia tetap harus ke kampus,
Dia membongkar kopernya lalu mencari handuk yang di bawa, Dengan menggantung handuk dipundaknya Ana berjalan dengan malas ke kamar mandi.
Ana menyalakan air hangat dan menampungnya di bath ub, menaruh beberapa bola sabun aroma lavender dan berendam disana.
Dia berendam sambil menyambung tidurnya lagi.
"Nyaman sekali," Kata nya sambil memejamkan mata.
Setelah 30 menit berlalu, Ana langsung keluar dari bath ub dan membilas badannya dibawah guyuran air, setelah selesai mandi, Ana tentu tidak akan melewatkan perawatan khusus untuk kulitnya.
Dia menepuk-nepukan toner ke kulit wajah nya secara lembut, lalu di tumpuk serum, moisturizer dan Sunscreen.
Tidak lupa juga untuk menggunakan pelembab bibir agar warna bibir alaminya semakin terlihat jelas.
Ana mengenakan setelan serba hitam di padukan dengan Blazer berwarna abu tua, dia memakai tas selempang tak bermerk untuk mengisi beberapa keperluannya.
"Aku harus bergegas...." Ana keluar dari apartemennya sambil berlari kecil menuju halte tak jauh dari sana.
Bus nya pun tiba 5 menit kemudian. Sesampainya di Kampus Ana melihat kesekelilingnya, dia masih merasa canggung karena tidak ada satu pun yang dia kenal.
"Para Mahasiswa baru jurusan Seni silahkan mengambil nomor untuk tempat duduk diaula nanti!!!"
Senior wanita yang sedang duduk, mengumumkan untuk pengambilan nomor urut. Ana pun langsung menghampiri sumber suara itu.
"Wah" beberapa orang disana terkesima dengan paras Ana yang cantik.
"Ini dia," senior wanita itu melihat agak sinis.
"Terimakasih..." Ana mendunduk, lalu berjalan menuju Aula.
"Dia punya visual yang luar biasa" kata salah seorang dari mereka.
"Dia tidak secantik itu," Jawab senior wanita ketus.
Sudah terlihat dengan visual Ana yang seperti itu, dia pasti akan menjadi seleb Kampus.
Anastasia masih berjalan dengan wajah datarnya. Dia berlalu pergi mencari-cari kursi bernomor B30 , Ana membungkuk sambil memegang secarik kertas tadi dengan serius,
"Berapa nomornya? "
"B30." Ana mendongak ke arah pria itu, Mata Ana membelalak, dia kehabisan kata-kata, kebetulan sekali mereka bertemu lagi disana.
"Kau!!" Kata mereka bersamaan, ternyata Pria dibus tadi.
"Aku Ana, Mahasiswa Baru." Ana mengulurkan tangan kepadanya, pria itupun menjabat tangan Ana, dia mencoba tersenyum wajar.
"Aku Dongmin, seniormu," Dongmin mendahului Ana membantu mencarikan nomornya. Tidak butuh waktu lama Dongmin langsung menemukan posisi kursi Ana.
"Silahkan duduk!" Dongmin tersenyum.
"Terimakasih," Ana tersenyum canggung.
...****************...
Setelah semua mahasiswa baru berkumpul, acara sambutan pun dimulai, Ana fokus memperhatikan setiap hal yang seniornya sampaikan. Dia juga jadi tahu bahwa pria yang dia temui tadi adalah Seniornya di kampus.
"Aku Park Ju , kalian bisa mengambil nomor kelompok yang diletakan dibawah kursi. Nomor itu, akan menentukan senior mana yang akan membimbing kalian saat penyambutan acara nanti. semoga Kalian bersama pembimbing seperti aku yang lucu, tampan dan baik hati ini. Hahaha" senior itu tertawa, diikuti dengan suara riuh semua orang.
Ana membungkukan badannya untuk meraih nomor dibawah kursi yang dia duduki.
DM08
Ana membatin. Dia melihat kesekelilingnya lalu dia melihat seorang wanita uang duduk disampingnya.
"Hey... kau dapat nomor berapa?" tanya wanita itu.
"DMO8, bagaimana denganmu?" Ana tersenyum, dia merasa senang, akhirnya dia diajak bicara oleh seseorang.
Ana menunjukan secarik kertas itu pada wanita tadi.
"Huhu .. sayang sekali kita tidak dikelompok yang sama. Aku CY02. oh iya, Namamu siapa?" Wanita tadi mengulurkan tangannya.
"Namaku Anastasia, kalau kau?" Ana tersenyum menjabat tangan wanita itu.
"Namaku Yuri," ucapnya bersemangat.
Hari itu, mereka berkenalan dan saling, bertukar nomor telepon.
"Aku berharap, kita bisa bertemu lagi disana." Kata Ana.
"Aku jugaaa. Bye Ana. Setelah acara selesai aku akan menghubungimu, Sampai jumpa! " Yuri melambai sambil berjalan mencari kelompoknya.
Ana menghela nafas, lalu berjalan mendekat ke arah papan yang bertuliskan kode kelompok.
...*DAFTAR NAMA PEMBIMBING ACARA*...
CY untuk ChoYi,
DM untuk Dong min,
JO untuk Jeno,
KM untuk Kim Min,
LW untuk Lee Woo,
PJ untuk Park Ju,
RS untuk Ryunsol,
TO untuk Tae Oh,
UC untuk Unchae,
WR untuk Woo Ri.
Ana menatap kertas yang dia miliki.
DM ... Dongmin lagi?
Ana membatin, antara senang dan tidak. Dia senang karena bersama orang yang dia kenal. Tapi dia juga merasa agak tidak senang, karena dia pasti akan merasa canggung.
Sebenarnya, Ana tidak terlalu peduli siapapun yang akan menjadi pembimbing acara nanti. Dia hanya berharap acara itu berjalan lancar seperti yang dia harapkan.
"Aku pembimbing kelompok ini, Namaku Lee Dong min." Dongmin menyapa anggota kelompoknya.
"Kita harus menyimpan nomor telepon kak pembimbing kan?" kata salah seorang dari kelompok.
Dongmin mengangguk, dia langsung memberikan selembar kertas berisikan tabel kosong. Kertas itu akan digunakan untuk mengisi data anggota kelompok nantinyam
"Silahkan menulis informasi sesuai format yang ada ! Jika ada satu atau dua hal yang harus aku sampaikan, aku pasti akan menghubungi kalian."
Anggota kelompok mengerti penjelasan Dongmin, mereka mulai menulis daftar yang ada di kertas itu. Ana mengantri dipaling belakang.
Dia dengan tidak bersemangat maju kedepan, mengambil pulpen di tasnya. Lalu menulis nomor telepon dan namanya,
Dulu, sejak disekolah Ana memang terkenal sebagai orang yang jaim ¹. Dia selalu bersikap hati-hati, tapi sikapnya berbanding terbalik jika dia sudah merasa nyaman dengan seseorang.
"dress code untuk acara besok bagaimana?" Wanita yang bertanya itu mengenakan tas bertuliskan nama Somi.
"Tidak ada," Dongmin menjawab nya singkat.
"Aku ingin kalian untuk saling mengenal lebih dulu. Perkenalkanlah diri kalian didepan satu persatu." Lanjutnya.
Dongmin melihat Ana yang berdiri paling belakang.
"Kau !" Dongmin menunjuk Ana, wanita itu terlihat terkejut dengan tindakan tiba-tiba itu.
"Ya, Kau !! Silahkan memperkenalkan diri lebih dulu." Ana dengan ragu-ragu, berjalan kedepan. Dia merasa gugup. Ana pun berdiri di samping Dongmin sambil sesekali menghela nafasnya.
"Namaku Anastasia Jung, senang bertemu dengan kalian." Ana memberi salam kepada teman-temannya, respon dari mereka pun baik. Terlihat seseorang dengan kaca mata melambaikan tangan sedikit ke arahnya.
Dan wanita itu adalah Somi, sekarang giliran dia untuk memperkenalkan diri kedepan.
"Namaku Jeon Somi. Kuharap kita bisa berteman dengan baik semuanya."
Dilanjut 8 orang sisanya, setelah semua orang sudah mengenalkan diri nya masing-masing. Mereka pun kembali memperhatikan Dongmin, saat ditengah obrolan, tiba-tiba saja seorang senior wanita datang menghampiri mereka.
"Dongminn, Aku ikut dengan mu saja ya"
Wanita itu berjalan mendekat ke arah Dongmin, dia bersikap sok manja dan genit. Ewh, Dongmin terlihat bergidik melihatnya, siapapun akan melakukan hal yang sama.
"cari saja partner yang lain, Aku bisa sendiri !!!!!" Dongmin menatapnya datar.
"Aku tidak mau dengan yang lain. Aku ingin dikelompok ini bersamamu." Wanita itu agak mendongak melihat Dongmin. Dongmin segera memalingkan wajahnya dari wanita itu.
"Ah ayolah aku mohon, Park Ju bilang aku boleh membimbing mereka dengamu...." Wanita itu melihat kepada Anggota kelompok lalu kembali menatap Dongmin dengan meng-iba.
"Baiklah." Dongmin menyerah, Dia bergeser beberapa langkah menjauhi wanita yang menempel padanya itu. Ana tidak sengaja membuat kontak mata dengan Dongmin.
Ana mengerti pria itu sepertinya tidak nyaman. Tetapi, dia juga tidak bisa melakukan apapun untuk membantunya.
Waktu sudah menunjukan pukul 04.00 Sore.
Pengumuman acara sudah selesai, mereka langsung kembali pulang untuk mempersiapkan acara besok. Sebelum pulang, Ana ingin ke perwakilan dosen untuk memproses kartu mahasiswa barunya.
Beberapa senior yang melihat Ana, mencoba berbicara padanya. Mereka mencoba menghadang Ana yang sedang berjalan di koridor kampus.
"Hey aku Chan, apa kita boleh berkenalan?" Pria itu, mengulurkan tangannya,
Ana dengan ragu menjabat tangannya.
"Anastasia," Ana tersenyum canggung, dia agak menahan nafasnya karena gugup.
"Senang berkenalan denganmu." Chan membalas senyuman Ana,
Dongmin melihat Ana dan Chan dari kejauhan, wanita itu terlihat tidak nyaman dimatanya. Jadi dia menghampiri mereka.
"Ada apa?" Chan mengernyitkan dahinya bingung melihat Dongmin menghampirinya.
"Dia anggota kelompok ku, jangan membuatnya tidak nyaman." Dongmin menepuk pundak Chan, lalu membawanya pergi,
"Heeeey!!!!"
Chan berusaha berbalik menghadap Ana lagi, tapi tangan Dongmin terlalu kuat. Ana hanya menatap datar.
Terimakasih Dongmin. Ana merasa terselamatkan oleh pria itu.
Ana segera pergi keruangan perwakilan dosen itu, dia ingin meminta bantuannya untuk dibuatkan kartu mahasiswa lagi. Setelah sampai diruangan, Ana langsung masuk dan berbicara langsung pada Asisten Dosen itu. Dia menjelaskan tentang hilangnya kartu mahasiswanya di Bandara.
30 menit berlalu, Ana baru keluar dari kampus. Dia segera berjalan ke arah halte bus didepan Hankuk.
"Bukankah, dia mahasiswa baru?" Celetuk seorang mahasiswi lain yang sedang berjalan disekitar kampus.
"Wah dia cantik sekaliiiii." Jawab seorang lainnya.
"Ada apa?" Yeri tiba-tiba muncul.
Temannya menunjuk Ana yang sedang menunggu bus di halte.
"Lihat itu" kata yang lain sambil menunjuk Ana
"Apa nya yang mau dilihat? Wajahnya? Menurutku... Dia biasa saja tuh, Kalian hanya melebih-lebihkan ! cih" Yeri memitar bola matanya kesal.
Yeri pergi dengan tangan di dadanya berjalan dengan angkuh, sebenarnya dia merasa panas karena ada wanita lain yang lebih cantik darinya. Yeri takut pamornya dikampus akan hilang, apalagi jika Dongmin sampai menyukai wanita itu.
Karena dia sudah menyukai Dongmin sejak lama, semua orang di Kampus tahu soal itu, termasuk Dongmin sendiri.
Ana menunggu bus sambil memainkan ponselnya. Bus nya oun tiba setelah 5 menit. Ana masuk kedalam Bus dengan hati-hati lalu duduk di kursi paling belakang, seseorang berlari masuk kedalam bus dengan tergesa-gesa.
*
*
Dongmin sudah menyelesaikan meetingnya untuk acara besok. Dia keluar kampus di jam 06.00 Sore. Dongmin membawa tas ranselnya sambil berjalan menuju halte. Dia ingin menemui sepupunya, Bumi dikantor. Kebetulan sepupunya itu baru saja tiba di Korea setelah perjalanan Bisnis nya.
Dongmin langsung masuk kedalam bus saat busnya tiba. Setelah 30 menit di perjalanan, Dongmin akhirnya sampai di Perusahaan KIK Otomotif itu.
Semua orang yang melihat Dongmin mengangguk memberinya hormat. Jika sudah lulus nanti, Dongmin akan menjabat sebagai Wakil Direktur disana. Orang kantor mengenal Dongmin sebagai Anak dari Lee Ro Jun, Direktur Departemen Finance di perusahaan itu.
Dongmin pun langsung pergi keruangan sepupupunya, Dia berhenti di depan ruangan itu, lalu mengetuk pintu.
"Masuk" Kata Bumi dari dalam ruangan,
"Dongmin" Pria itu melirik ke arah yang datang, dia memyambut kedatangan Dongmin, lalu memeluknya.
"Sebenarnya tadi aku ke Bandara, karena ingin menjemputmu. Tapi kau sudah pulang lebih dulu." Dongmin tersenyum ke arah pria tadi lalu balas memeluknya
"Benarkah? Seharusnya kau mengabariku. Aku sampai di jam 10.00 pagi tadi. " Bumi menyeringai
"Tapi tidak apa-apa, yang penting kau sudah sampai." Dongmin mengangguk lalu tersenyum.
"Bagaimana untuk permintaan maafku, kita minum? Kau sudah pulang kuliah kan?" Pria bernama Bumi itu menepuk punggung Dongmin.
"Maafkan aku, Aku sepertinya tidak bisa. Besok aku akan mengikuti acara penyambutan mahasiswa baru." Dongmin menunjukan kartu pembimbing nya.
"Oke baiklah... Mungkin kita harus meluangkan waktu lain kali. Aku juga ada meeting sebentar lagi, Kau boleh tetap disini jika kau mau, aku harus ke ruangan meeting sekarang." Bumi menepuk pundak Dongmin
"Tidak, aku juga harus pulang, aku kesini hanya untuk melihatmu"
"Okey" Bumi tersenyum sambil melambai dan berjalan keluar ruangan.
Sekretarisnya sudah menunggu didepan pintu ruangannya. Bumi merapikan dasinya yang sedikit berantakan sebelum keluar. Dia baru saja pulang setelah 1 bulan penuh perjalanan bisnis ke Eropa dan juga Amerika.
Bagi Bumi, Dongmin adalah orang yang paling dekat dengannya.
Keduanya semakin sibuk sekarang. Sehingga sulit untuk menentukan waktu yang cocok untuk berkumpul bersama.
Bumi mengikuti Sekretarisnya masuk ke ruangan meeting, Semua karyawan menyapa pimpinannya yang baru saja tiba itu.
...****************...
Kamus Author
Jaim ¹ : jaga Image
Kilas Balik.......
3 Bulan lalu, di Amerika,
Wanita itu berteriak dihadapan seorang pria yang sepertinya adalah kekasih nya. Perdebatan hebat pun terjadi saat itu.
"Aku hamil." Tatapannya penuh dengan amarah dan kesedihan.
"Gugurkan saja!! Kita tidak bisa mengurusnya sayang, bayi itu akan menghambat jalan kita." Pria itu, memegang bahu kekasihnya yang sedang mengamuk hilang kendali. Dia merasa ingin segera kabur saja sekarang.
"Kau tega berkata begitu?" Wanita yang sedang memegang perutnya itu memicingkan matanya.
"Bella, tenanglah, kita pasti menemukan solusi untuk masalah ini. Tapi menurutku, solusi terbaik adalah dengan menggugurkannya." Pria itu menatap wajah yang kini menatapnya datar.
"Pergi kau dari sini!!!!" Ucap wanita itu, wanita itu bernama Bella. Dia adalah kakak kandung dari Anastasia.
Bella mengusir kekasihnya dengan kasar. Dia terjatuh dan besimpuh, lalu menangis sejadinya. Dia merasa lemas, setelah perdebatan sengit tadi.
"Ahh sialannnn!!!!!!" Teriaknya.
"Apa aku harus membunuhmu? Benar yang dia katakan bukan? Kau bisa saja menghalangi karirku!" Bella berbicara pada janin nya yang masih berusia 3 minggu, tapi dengan keadaan menangis.
Keesokan paginya, dia memikirkan mantan kekasih nya dulu saat dibangku SMA. Dia memeriksa akun sosial media pria itu, Lalu, mencari tahu tentang mantan Kekasihnya.
Apa Bumi sudah punya kekasih? .. Bella membatin,
Entah apa yang akan dia lakukannya dengan itu, tapi dia sedang sangat merindukan pria itu. Bumi adalah Mantan kekasihnya saat SMA dulu. Mereka berpacaran kurang lebih 2 tahun semasa SMA, Bumi juga ialah cinta pertamanya Bella.
Setelah dia tahu, Bumi sedang melakukan perjalanan bisnisnya di Amerika. Dia langsung menghubunginpria itu, dengan nomor yang dia miliki.
"Halo," Bella sedikit gelagapan.
"Hallo... Bella????" Suara pria itu terdengar bersemangat.
"I-iya Bum," Bella gugup.
"Aku senang sekali mendengar kabar darimu, Apa kabar Bel?"
Pria itu terdengar antusias, rupayanya dia memang sudah menunggu kabar darinya selama ini,
"Aku baik. Apa kau mau bertemu denganku? Aku lihat, kau ada di Amerika sekarang."
Bella berjalan ke meja kecil yang terpajang foto dirinya dan kekasihnya tadi. Dia segera menyingkirkan itu dari sana.
"Ya, tentu saja aku mau. Tolong kirimkan alamatnya ya." Bumi merasa bahagia, akhirnya setelah lama dia menunggu wanita itu kembali padanya.
Keesokan harinya setelah pekerjaannya selesai, Bumi menghampiri Bella ke Apartemennya. Wanita itu sudah mengirim alamat lewat pesan singkat. Dia menata rapih rumahnya, bahkan dia semprotkan wewangian yang banyak.
Jam 08.00 malam , Bumi sampai di apartemennya. Pria itu langsung menekan bel pintu disana. Bella membukakan pintu dengan perlahan.
Bella tersenyum bahagia, pria itu semakin tampan saja setelah bertahun-tahun tidak bertemu dengannya. Dia agak menghela nafas panjang, karena gugup.
Rasanya, perasaannya masih ada untuk pria itu. Bumi langsung memeluk Bella dengan erat. Pria itu, nampak bahagia melihatnya. Bella adalah cinta pertamanya juga. Saat di Sekolah Menengah Atas, Bumi terkenal sebagai murid yang paling nakal. Tapi, prilakunya banyak berubah ke hal positif setelah bertemu murid terpintar di sekolah bernama Bella.
Kehadiran Bella membuat banyak perubahaan di hidupnya, sehingga tidak heran jika sampai sekarang dia masih belum move on dari wanita itu. Bella menuangkan wine yang sudah dia persiapkan sebelumnya.
"Minumlah!" Wanita itu menyeringai.
"Tentu."
Mereka mengobrol banyak hal malam itu, Bella sengaja mencekoki Bumi dengan menuangkan minuman beralkohol terus. Hingga akhirnya pria itu mabuk berat, rencana sesungguhnya langsung dia jalankan.
Dia duduk diatas pria iti, lalu langsung mencumbu nya dengan ganas. Bumi hanya membalas ciumannya sesekali. Dia terlalu pusing, jadi tidak fokus.
Bumi kemudian merasa mual, tapi dia tidak memuntahkan isi perutnya. Bella langsung membawa pria itu ke kamarnya. Melepas sepatu dan pakaian Bumi. Begitupun dengannya dia membuka kemeja putih yang dia kenakan. Lalu tertidur disamping pria itu dengan posisi memeluknya.
Maaf aku harus melakukannya dan menjebakmu seperti ini. Aku ingin anakku, mempunyai ayah yang baik. Sepertimu Bum....
Keesokan paginya, Bumi terkejut mendapati dirinya sedang berada di kasur Bella dengan kondisi yang seperti itu. Dia agak menjauh dari wanita itu.
"Arghhhhh, apa yang aku lakukan?" Bumi memegang kepalanya yang sakit.
Kilas Balik Selesai....
*
*
3 Bulan berlalu setelahnya.....
Di Kantor KIK Otomotif,
Setelah kejadian itu, Bumi meyakini dia dan bella sudah melakukan hubungan itu. Dia sangat merasa bersalah padanya, dia berusaha terus mempertahankan komunikasinya dan berhubungan dengan wanita itu. Tapi kadang kala, Bella tidak membalas pesannya ataupun teleponnya. Sehingga, membuatnya tersiksa karena harus menunggu lama untuk mengetahui kabar wanita itu.
Hari ini Bumi mencoba menelepon Bella lagi, syukurlah teleponnya tersambung.
"Halo," Kata Bumi, sedangkan Bella belum terdengar merespon.
"Kau sudah makan?" Bumi duduk dikursi nya sambil menanyakan kabar wanita itu.
"Aku sedang tidak berselera untuk makan." Suaranya terdengar malas menanggapi Bumi.
"Sepertinya... itu gejala sedang merindukan ku hahaha." Bumi tertawa mencoba menggoda wanita itu.
uwekk
Bella sepertinya mengalami mual-mual.
"Kau baik-baik saja? Bella?" Bumi terdengar panik.
"Aku baik-baik saja, hanya sedikit mual. Sudah dulu ya Bum, aku harus melanjutkan pekerjaanku."
"Mungkin karena kau telat mak- , " Ucapan Bumi terpotong, saat suara telepon terputus.
"kan." lanjutnya.
Bella menutup panggilannya tanpa persetujuan Bumi. Dia menangis, karena merasa bersalah pada pria itu. Tapi, dia juga tidak tega menggugurkan bayi yang sudah ada dirahimnya selama 4 bulan.
"Aku tidak tega jika harus menggugurkan bayi ini"
Dia mencoba menelepon Bumi lagi, sesuai rencananya sejak awal. Dia akan menjadikan Bumi sebagai ayah dari anak yang dikandungnya. Bumi sangat mencintai Bella, dia pasti akan senang jika akan menjadi seorang ayah. Dan Bella yakin, pria itu tidak akan menaruh curiga padanya.
Panggilannya tersambung..
"Ada apa sayang?"
"Sebenarnya.... Aku sedang hamil." Bella menangis
"Kau seriusss? Kenapa baru mengatakannya sekarang ? Aku benar-benar akan menjadi seorang ayah? Wahhhh berita yang sangat baik. Baiklah aku akan segera mengurus pernikahan kita." Bumi terdengar sangat bahagia.
"Bummmm, dengarkan aku! Aku tidak mau mempertahankan bayi ini, aku ingin menggugurkannya saja." Bella hanya sedang menarik ulur Bumi
"Apa maksudmu?? teganya kau ingin membunuh bayi kita?"
Bumi dengan sangat yakin menyebut itu bayinya tanpa ada kecurigaan sedikit pun, padahal di malam dia bersama Bella, dia mabuk berat dan tidak mengingat sebagian kejadian pada malam itu.
"Bum, aku mencintai pekerjaanku dan karirku disini. Aku tidak mau bayi ini."
"Apa lagi yang kau inginkan? Aku sudah memiliki segalanya, kita tinggal hidup bahagia bersama anak kita selamanya."
Bumi tidak habis pikir, apalagi yang wanita ini inginkan, sedangkan dia sudah memiliki segalanya. Untuk apa berlelah-lelah bekerja, saat dia bisa duduk santai dengan semua fasilitas yang memenuhinya.
"Aku, akan memberikan bayi ini padamu setelah ia lahir." Bella menutup telponnya.
"Apa kau sudah GILAAA??" Bumi berteriak sata teleponnya sudah tidak tersambung. Dia masih tidak mengerti apa maksud dan keinginan Bella, dia melemparkan ponselnya sembarangan sambil mengatur nafasnya dengan baik.
...****************...
...****************...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!